Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan Keperawatan Komunitas
Disusun oleh :
Kelompok 2 /A 2017
PBL komunitas
oleh :
Kelompok 2 /A 2017
Intan Rahmawati 172310101001
Riski Hidayaturrohkim 172310101010
Ayu Prisilia Fatimah 172310101011
Nigitha Novia Permatasari 172310101023
Mohammad Arif Kurniawan 172310101029
Yuni Puji Lestari 172310101036
Djuhar Maniek Balasaraswati 172310101046
Geldine Raudina Freshta D. 172310101049
Ika Hestri Purwanti 172310101050
Nova Dwi Saputri 172310101051
2
.
Wilayah Kecamatan Panti mempunyai luas wilayah 93,96 Km Kecamatan
panti terdiri dari desa KemuningLor, Glagahwero, Serut, Panti, Pakis, Suci, Kemiri.
Kecamatan Panti terdiri dari 29 Dusun, 100 Rukun Warga (RW), 369 Rukun Tetangga
(RT). Desa Glagahewero mempunyai luas wilayah 288 Km2 dengan ketinggian 180 m,
terbagi menjadi 2 dusun, 6 RW dan 29 RT. Jarak kantor desa Glagahwero ke kantor
kecamatan Panti adalah 0,1 km. Menurut BPS Kabupaten Jember 2016, Desa
Glagahwero terdiri dari 5184 penduduk, dengan jumlah laki-laki sebanyak 2483 dan
perempuan 2701. Desa Glagahwero sendiri terdapat 5 bangunan sekolah dispenduk
dan 2 non dispendik. Terdapat 2 pondok pesantren dan 5 TPQ. Sebanyak 799 warga
Glagahwero tidak mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia. Sebanyak 1044
penduduk usia 5 tahun keatas di Desa Glagahwero belum pernah sekolah, 944 masih
bersekolah, 2649 tidak bersekolah lagi. Pendidikan rata-rata warga Desa Glagahwero
adalah SD/MI. Desa Glagahwero memiliki 1 dokter praktek dan 1 puskesmas
pembantu. Jumlah Penduduk Glagahwero yang mengunjungi posyandu sebanyak
317. Sebanyak 96 Bayi Desa Glagahwero mendapatkan imunisasi. (BPS Kab. Jember,
2017).
Menurut data optim bidan desa setidaknya terdapat 9 permasalahan kesehatan
pada balita dari posyandu rambtuan 69 – 75. Berdasarkan data terbaru pada bulan
Januari 2017 setidaknya 30 anak terdata dalam keadaan pendek, yang mana 2
diantaranya ter kategori sangat pendek, dan BGM atau bawah garis merah. 36 anak
terkategori dalam BKK dengan 15 terkategori kurus, 4 anak sangat kurus, dan 23 anak
dalam kategori gemuk. Dari semua data tersimpulkan setidaknya kurang lebih
terdapat 77 anak dengan masalah kesehatan.
Masalah tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan serta kemauan dari
masyarakat yang rendah dalam mamanfaatkan layanan kesehatan. Sebagian besar balita
mengalami berat badan kurang sebagai akibat dari kurangnya pemeriksaan rutin ke
pelayanan kesehatan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, orang tua memiliki keterbatasan
dalam pemenuhan nutrisi, dikarenakan faktor ekonomi yang rendah dan juga kurangnya
pengetahuan dalam mengolah makanan bergizi dengan memanfaatkan sumber daya
alam disekitarnya. Penggunaan air bersih untuk balita juga tidak optimal
karena beberapa keluarga memilih menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci,
hingga buang air besar. Banyak keluarga yang di dalamnya masih merupakan perokok
aktif khususnya ayah, kakek atau kakak laki-laki. Beberapa keluarga terdata dan
menolak untuk mengimunisasikan anaknya dikarenakan belum memahami pentingnya
imunisasi. Pola pengasuhan orang tua dan persepsi kesehatan yang tidak sesuai juga
berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Beberapa dari mereka yang
mengalami stunting telah memperoleh bantuan berupa susu dan makanan tambahan.
Dari permasalahan pada komunitas balita tersebut, kegiatan PBL ini penting
dilakukan karena dapat membantu meningkatkan kesehatan serta pertumbuhan dan
perkembangan pada balita. Merubah persepsi masyarakat RW 03 (RT 02 & 03)
khususnya kesehatan balita memerlukan beberapa tindakan, dengan tujuan mengubah
pola pikir masyarakat yang awalnya menolak layanan kesehatan menjadi
bisa menerima, yang awalnya minim pengetahuan mnejadi banyak pengetahuan
mengenai kesehatan balita, dari keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera, serta
memerlukan beberapa intervensi yang berkaitan dengan kesiapan meningkatkan
manajemen kesehataan.
Perawat harus mampu menjadikan masyarakat sebagi partner dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Semua kegiatan yang kami lakukan berdasarkan asas dari, oleh
dan untuk masyarakat dengan harapan pengoptimalan peran masyarakat khususnya
agregat ibu dan balita dapat mengoptimalkan intervensi yang telah kami lakukan.
Pendidikan kesehatan yang kami terapkan diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait pentingnya kondisi nutrisi pada balita.
Tidak hanya sekali, kegiatan pendidikan kesehatan kami lakukan dua kali untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dengan metode demonstrasi dengan kader terkait.
Kegiatan “Masak abereng” diharapkan mamu meningkatkan kemampuan kognitif
serta kesadaran perilaku terhadap penyajian gizi dan nutrisi yang tepat untuk balita
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat dilakukannya asuhan keperawatan komunitas pada agregat balita antara lain :
1. Ibu dengan balita mengetahui terkait nutrisi dan gizi untuk balita.
2. Ibu dengan balita dapat menyajikan atau memberikan nutrisi pada balita sesuai
dengan kriteria gizi seimbang.
3. Balita di Dusun Sumberduren RW 03 (RT 02&03) terhindar dari penyakit atau
kelainan penyerta terkait gizi untuk balita.
BAB 2. TINJAUAN TEORI
Dalam sebuah komunitas hanya memiliki keanggotaan yang terdiri beberapa anggota
saja dan ada beberapa komunitas yang memiliki anggota mencapai 1000 anggota. Besar
dan kecil keanggotaan sebuah komunitas tidak menjadi masalah.
Sebuah komunitas biasanya berawal dari sebuah sekelompok orang yang bekerja
ditempat yang sama atau pun memeiliki tempat tinggal yang berada di area yaang sama.
Setiap anggota komunitas saling berinteraksi meskipun tersebar di berbagai wilayah.
Sebuah komunitas dapat bertahan lama bisa dari unit bisnis atau bekerjasama dengan
beberapa organisasi yag berbeda.
Beberapa anggota komunitas berasal dari latar belakang beranekaragam yang sama dan
ada yang memiliki latar belakag berbeda. Pada umumnya sebuah komunitas berasal
dari latar belakang yang sama akan lebih mudah terjalin hubungan antara sesama
anggota, akan tetapi sebaliknya jika komunitas berasal dari anggotaan yang memiliki
latar belakang berbeda atau berbagai macam harus menjalin hubungan saling percaya
dan rasa toleransi yang cukup bersar antara setiap anggota.
Terdapat komunitas yang didirikan tanpa adanya intervensi atau usaha untuk
mengembangkan suatu organisasi. Ada anggota yang bergabung dengan sebuah
komunitar dikarenakan kebutuhan dengan informasi dan minat yang sengaja didirikan
secara sepontan atau yang disengaja karena formal atau tidaknya sebuah komunitas
AGREGRAT BALITA
Usia balita merupakan periode emas pada anak saat menginjak usia diatas 1
tahun sampai 5 tahun. Balita merupakan agregat yang cukup rentang terhadap
berbagai serangan penyakit, yang paling sering terjadi adalah masalah gizi baik
malnutrisi hingga obesitas beserta penyakit bawaan lainya (Infodatin, 2015). Menurut
data profil kesehatan Jember tahun 2016 Angka Kematian Balita (AKB) adalah jumlah
anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5
tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi,
infeksi dari penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat
kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk. Kurangnya
pengetahuan tentang pengolahan makanan yang bergizi namun disukai anak serta
kemampuan dalam pengasuhan juga menjadi faktor utama tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi pada balita (Dinkes Jember, 2017).
a. Inti komunitas
Pengkajian pada inti komunitas meliputi sejarah, karakteristik, nilai – nilai dan
kepercayaan mereka. Tahap pertama mengkaji suatu komunitas adalah belajar tentang
orang – orangnya , dan bermitra dengan individu dalam komunitas (Anderson et
all., 2011).
1. Komponen sejarah dapat bersumber dari perpustakaan, wawancara pada
tokoh sejarawan yang ada di masyarakat, dan bupati.Pada agregat balita data yang dapat
digali adalah kondisi balita selama kurun waktu tertentu, riwayat perkembangan
penyakit pada balita, angka kejadian penyakit di suatu daerah, riwayat pengasuhan
orang tua yang mendukung terjadinya suatu penyakit.
2. Demografi dan etnis menunjukkan data usia, jenis kelamin, ras dan etnis sumber
data dapat diperoleh dari sensus penduduk, Badan kependudukan dan keluarga
berencana nasional, secretariat daerah dan arsip dokumen.
b. Sub sistem
3. Ekonomi, Sub sistem ekonomi mencakup kekayaan yaitu barang dan layanan
yang tersedia bagi masyarakat serta biaya, manfaat dari peningkatan alokasi sumber
daya juga persentase tingkat kemiskinan dan pengangguran Sumber data diperoleh dari
sensus (Anderson et all., 2011). Data yang digali adalah tingkat pendapatan keluarga
balita, sumber pendapatan dan pekerjaan keluarga balita.
4. Transportasi dan keamanan, Pada sub sistem ini yang dikaji adalah wilayah
daerah yang mempunyai akses transportasi yang disediakan oleh pemberi bantuan
untuk dimanfaatkan komunitas dalam layanan kesehatan. Data yang digali adalah jenis
alat transportasi yang digunakan balita dalam akses layanan kesehatan dan karakteristik
keamanan balita dalam komunitas tersebut
5. Politik dan Pemerintahan, Pada sub sistem ini mengkaji kebijakan layanan
kesehatan yang ada di komunitas tersebut. Kebijakan berupa pengoperasian semua
layanan kesehatan. Aspek politik berhubungan pada kegiatan kampanye – kampanye
tertentu seperti terkait program pencegahan merokok di sekolah atau kampanye
antipolusi yang diarahkan ke luar komunitas. Peletakkan poster kampanye dimana –
mana (Anderson et all., 2011). Data yang digali adalah kebijakan komunitas yang
mengatur kesehatan balita.
7. Pendidikan, Status pendidikan pada suatu komunitas dapat diperoleh dari sensus.
Informasi sensus mencantumkan jumlah penduduk yang menempuh pendidikan, tahun
sekolah yang terselesaikan dan persentase penduduk yang dapat berbahasa,
untuk melengkapi pengkajian diperlukan informasi tentang sumber pendidikan (sekolah,
perguruan tinggi dan lainnya) yang terletak di dalam komunitas. Data yang digali yaitu
tingkat pendidikan orang tua balita tentan kesehatannya, dan pengetahuan orang tua
terkait penyakit pada balita.
c. Persepsi
Presepsi masyarakat serta keluarga pada stressor yaitu penyakit pada keluarga yang
dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai penyakit. Data yang digali adalah presepsi orang tua
balita terhadap komunitas sebagai kekuatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan
balita, kesadaran warga terhadap masalah pada lingkup komunitas dan pandangan
masyarakat terkait komunitas balita yang sehat
BAB 3. TINJAUN KASUS BERDASARKAN ASUHAN KEPERAWATAN
sebelumnya?
4. Apakah balita stunting
diberikan perhatian
√ √
atau pengasuhan
khusus?
5. Apakah dalam
keluarga pernah
mengalami stunting? √ √
6. Apakah stunting
pernah menjadi
momok yang
menaakutkan di RW
√ √
3?
7. Berapa lama stunting
sudah berlangsung?
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Lingkungan 1. keadaan lingkungan 1. keadaan lingkungan √ √ √
2 Sub
Fisik tempat tinggal balita tempat tinggal balita
Sistem
yang beresiko untuk dengan stunting?
stunting 2. Apakah lingkungan
sudah sesuai untuk
anak dengan stunting? Keluarga,
3. Bagaimana RT, RW, √ √ √
pengoptimalan Kelurahan
lingkungan sekitar
untuk pemanfaatan
pemenuhan gizi pada
balita?
√ √
Ekonomi 1. Pendapatan 1. Berapakah rata-rata √ √
keluaraga dengan pendapatan keluarga
balita stunting dengan anak balita
2. Sumber pendapatan stunting?
keluarag balita 2. Darimana sumber
stunting pendapatan keluarga
3. Pekerjaan orang tua stunting? √ √
balita dengan 3. Apakah keluarga
Keluarga,
menerima bantuan
Balita,
terkait perbaikan gizi
RT/RW,
pda balita?
Kelurahan
4. Apa pekerjaan orang
tua balita stunting?
5. Apakah ada bantuan
√ √
yang ditawarkan
pemerintah terkait
stunting?
√ √
√ √
masyarakat? √ √
3. Apakah tedapat
peraturan dalam
keluarga terkait
konsumsi gizi pada
balita?
√ √
√ √
Pendidikan 1. Tingkat pendidikan 1. Apa saja tingkat √ √
orangtua balita pendidikan orang tua
dengan stunting balita stunting?
2. Pengetahuan 2. Bagaimana
orangtua tentang pengetahuan orang
kondisi balita tua terkait balita
dengan stunting? dengan stunting? √ √
3. Apakah keluaraga Balita,
atau komunitas telah Keluarga
mendapatkan
informasi kesehatan
√ √
tentang stunting pada
balita?
√ √
√ √
√ √
√ √
b. Hasil Pengkajian Community As Partner :
1. Data yang digali
INTI
a. Sejarah
Menurut keterangan dari kader sudah 3 tahun terakhir desa glagahwero
mengalami kurang gizi. Terakhir kali telah ditemukan sebanyak tiga balita
diantarnya saat ini mengalami stunting. Dari hasil wawancara pada beberapa
orang tua bayi dan yankes terkait ditemukan balita paling sering mengalami
kejadian batuk pilek. Hal ini diduga disebabkan balita mengalami BGM. Untuk
kejadian stunting sendiri sudah pernah ada di RW 3 namun hal itu juga dibarengi
dengan penyakit AIDS bawaan yang diturunkan oleh oang tua. Pada balita dengan
stunting diberikan perlakuan khusus dengan rutin memberikan susu selama 2
minggu sekali disertai makanan tambahan oleh yankes terkait.
Jumlah Balita
32
31
30
29
28
Perempuan
27
laki-laki
26
25
24
23
Perempuan laki-laki
c. Etnisitas
Kader mengatakan tidak terdapat budaya khusus mengenai masalah gizi atau hal
hal yang berkaitan dengan makanan di RW 3. Terkait konsumsi, balita tidak
dibatasi dalam makan maupun minum. Terdapat emo-demo mengenai
pembatasan konsumsi makaKan ringan namun hal tersebut tidak dapat diterapkan
dengan baik. Orang tua terkesanna membiarkan konsumsi dan memberikan
kmaknan seadanya pada balita. Menu yang diberikan relatif sama dengan menu
yang disediakan untuk anggota keluarga lainnya. Dari yankes maupun peraturan
setempat tidak memiliki peratutran khusus. Balita terliat mengkonsumsi makanan
ringan taanpa adanya batasan dari orang tua. Balita yang terlihat juga
mengkonsumsi mkanan dengan 5P (pengawet, penyedap, pewarna,pemanis dan
pengental ) dan tanpa adanya pengawasan dari orang tua
2. Tingkat perilaku balita yang berkaitan dengan konsumsi gizi yang sesuai
SUB SISTEM
a. lingkungan fisik
Berdasarkan survey sungai terlihat masih banyaknya sampah yang dibuang
sembarang. Tidak adanya tempat pembuangan sampah setempat yang terjangkau
oleh komunitas. Kebanyakan sanitasi dan ventilasi rumah dengan balita masih
belum ideal. Masih banyak terlihat halaman rumah yang tandus dan tidak
dimanfaatkan untuk menanam sayuran. Masyarakat mengatakan karena tidak
memiliki tempat sampah terjangkau, mereka terbiasa membuang di sungai. orang
tua mengatakan tidak memiliki waktu untuk menanam sayuran.
1. Keadaan lingkungan tempat tinggal balita
b. ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara mayoritas masyarakat berkerja sebagai petani atau
buruh yang memiliki gaji kurang dari Rp 500.000 perbulan sehingga untuk
pemenuhan gizi pada balita kurang bercariasi. Banyak orang tua yang tidak
membelikan susu untuk anaknya karena tidak punya uang. Masyarakat mengatakan
sehari bisa bekerja dari pukul tujuh hingga empat sore sehingga waktu untuk
dirumah sedikit, untuk balita diatas lima tahun sudah mulai ditinggal untuk bekerja
oleh para ibu dan dititipkan ke orang terdekat misalnya neneknya.
3. Keluarga menerima bantuan terkait perbaikan gizi pada balita dari posyandu
4. Mayoritas pekerjaan orang tua balita
4. Trasportasi umum yang memadai seperti ambulan untuk balita dengan stunting
g. Pendidikan
Sebagian besar orang tua balita merupakan SD-SMP. Sebagian dari mereka belum
mengetahui terkait balita dengan stunting dan gizi seimbang serta pengolahan
bahan makanan yang sehat. Orang tua mengungkapkan ada penyuluhan atau
informasi yang lengkap tentang balita stunting. Namun mereka terkesan lupa dan
belum memahami betul tentang apa itu stunting.
1. Tingkat pendidikan orang tua balita
h. Rekreasi
Di Desa glagahwero terdapat sarana rekreasi yang terletak di RA atau TK/Paud
terdekat. Terdapat Paud Kemuning Lor merupakan jarak paling dekat dengan
tempat rekreasi. Beberapa nak sumber duren mengggunakan sungai yang terletak
di jembatan sebagai sarana untuk rekreasi keluarga seperti memancing. Balita
mmegungkapkan mereka paling sering rekreasi dengan bermain di TK/ Paud saat
mereka bersekolah.
1. Balita pernah mengakes rekreasi
PRESEPSI
Berdasarkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat mengatakan balita di
RW 3 mengalami permasalahn khususnya pada gizi. Mereka juga mengungkapkan
membutuhkan bantuan terkait pemulihan dan pencegahan kondsi balita dengan
stunting. Kader sendiri menyatakan sebagian besar balita mengalami gizi rendah
BGM dikarenkan kurangnya intervensi primer sehingga mempengaruhi kondisi
balita lainnya. Kejadian gizi balita di glagahwero lebih menjurus pada gizi
kurang, bukan stunting karena dari data yang diperoleh dari puskesmas, kejadian
stunting di RW 3 dialami oleh 1 balita sedangkan lainnya mengalami gizi kurang
atau beresiko stunting.
1. Tingkat kepercayaan pada persepsi orang tua balita terhadap komunitas sebagai
kekuatan dalam mengatasi stunting dan gizi buruk
2. Terdapat kesadaran warga terhadap permasalahan balita beserta solusinya
Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
3.3 Diagnosis keperawatan
Penyusunan urutan diagnose keperawatan didasarkan pada prioritas masalah. Penyusunan prioritas masalah dilakukan bersama masyarakat
saat diskusi MMD II, hasil penyusunan prioritas masalah ini dapat dilihat pada table berikut.
Promosi kesehatan Agar masyarakat agregrat balita di (1) Riski H. November Mahasiswa
tentang stunting dan RW 3 dapat meningkatkan 2019
2) Nigitha N. P.
gizi kurang pengetahuan terkait stunting dan
Pukul 15.00 –
gizi buruk pada balita agar dapat (3) Ika H. P.
menyusun penyelesaian masala 19.00 WIB
(4) Geldine R. F.
berdasarkan permasalahan yang
telah dirumuskan bersama-sama. Masyarakat:
Ketua RW (Bp.
Sukarso)
Tujuan Khusus
- Memahami permasalahan
tentang stunting dan gizi buruk
pada balita
- mengetahui tanda-tanda,
penyebab, dan dampak stunting
dan gizi buruk
- mengetahui pencegahan
terhadap gizi buruk dan stunting
Promosi kesehatan Agar masyarakat agregrat balita di (5) Djuhar M. B. November Mahasiswa
tentang gizi seimbang RW 3 dapat meningkatkan 2019
(6) Ayu P. F.
pengetahuan terkait gizi yang
Pukul 15.00 –
dibutuhkan oleh balita agar dapat (7) Yuni L.
menyusun penyelesaian masalah 17.00 WIB
Masyarakat:
berdasarkan permasalahan yang
telah dirumuskan bersama-sama. Kader (Ibu Ida)
Tujuan Khusus
- memahami
Untuk program pencegahan yang akan dilakukan yaitu Pencegahan primer yang meliputi pendidikan kesehatan yang terdiri dari
promosi kesehatan mengenai stunting dan gizi kurang agar masyarakat terutama agregat balita di RW 3 dapat meningkatkan pengetahuan
terkait stunting dan gizi buruk pada balita serta dapat menyelesaikan masalah berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan bersama-
sama yang bertujuan untuk memahami permasalahan tentang stunting atau gizi kurang pada balita dengan cara mengumpulkan ibu-ibu RT
02 DAN RT 03 yang memiliki anak balita agar saling bertukar informasi tentang stunting. Program keperawatan yang kedua yaitu juga
sama baik system pelaksanaannya serta tujuannya dalam bentuk pencegahan primer yaitu pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang
tujuannya agar masyarakat terutama agregat balita di RW 3 dapat mengetahui dan meningkatkan pengetahuan terkait gizi yang dibutuhkan
oleh balita serta agar ibu yang memiliki balita dapat memahami perbedaan gizi seimbang dan 4 sehat 5 sempurna yang harus diberikan
kepada balita. Dan yang terakhir program keperawatan yang ketiga yaitu demonstrasi terkait gizi seimbang melalui masak bersama yang
dinamakan kegiatan “ Masak Abereng” dengan mengajak bersama-sama ibu-bu RT 02 dan RT 03 RW 03 Dusun Sumberduren Desa
Glagahwero tujuannya yaitu sama agar masyarakat di RW 3 terutama agregat balita dapat meningkatkan keterampilan mengolah, memasak
dan menyajikan makanana bergizi seimbang untuk mencegah stunting dan gizi buruk pada balita, orang tua saling berbagi pengalaman
dalam hal memasak serta meningkatkan kemampuan psikomotor dari ibu yang memiliki balita agar memiliki kreatifitas dalam pengolahan
bahan makanan untuk balita
3.6 Evaluasi keperawatan
dan tanpa
penggunaan
bahan penyedap
f. ibu balita
mampu
membujuk
balita untuk
mau makan
makanan yang
telah dibuat
3.7 Rencana Tindak Lanjut
1. Sejarah
Pada agregat balita data yang dapat digali adalah kondisi balita selama kurun waktu
tertentu, riwayat perkembangan penyakit pada balita, angka kejadian penyakit di suatu
daerah, riwayat pengasuhan orang tua yang mendukung terjadinya suatu penyakit.
Sejarah merupakan unur yang . Menurut keterangan dari kader sudah 3 tahun terakhir
desa glagahwero mengalami kurang gizi. Terakhir kali telah ditemukan sebanyak tiga
balita diantarnya saat ini mengalami stunting. Dari hasil wawancara pada beberapa
orang tua bayi dan yankes terkait ditemukan balita paling sering mengalami kejadian
batuk pilek. Hal ini diduga disebabkan balita mengalami BGM. Untuk kejadian stunting
sendiri sudah pernah ada di RW 3 namun hal itu juga dibarengi dengan penyakit AIDS
bawaan yang diturunkan oleh oang tua. Pada balita dengan stunting diberikan perlakuan
khusus dengan rutin memberikan susu selama 2 minggu sekali disertai makanan
tambahan oleh yankes terkait.
2. Etnis
Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia atau
tepatnya sekitar kurang lebih 1340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Suku
yang paling besar di Indonesia yaitu suku Jawa sebesar 41% dari tota populasi.
Berdasarkan data Sensus Penduduk di Indonesia pada tahun 1930, 2000 dan 2010
menyebutkan dinamika etnis di Indonesia yaitu keberagaman etnik. Menurut data
Sensus Penduduk 2010 didapatkan proporsi populasi jumlah suku Jawa sebesar 95,2
juta meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan lampung serta proporsi jumlah
suku Madura sebesar 7,2 juta (Triwahyudi dan Pitoyo, 2017). Dari data pengkajian
Kader mengatakan tidak terdapat budaya khusus mengenai masalah gizi atau hal hal
yang berkaitan dengan makanan di RW 3. Terkait konsumsi, balita tidak dibatasi dalam
makan maupun minum. Terdapat emo-demo mengenai pembatasan konsumsi makaKan
ringan namun hal tersebut tidak dapat diterapkan dengan baik. Orang tua terkesanna
membiarkan konsumsi dan memberikan kmaknan seadanya pada balita. Menu yang
diberikan relatif sama dengan menu yang disediakan untuk anggota keluarga lainnya.
Dari yankes maupun peraturan setempat tidak memiliki peratutran khusus. Balita terliat
mengkonsumsi makanan ringan taanpa adanya batasan dari orang tua. Balita yang
terlihat juga mengkonsumsi mkanan dengan 5P (pengawet, penyedap, pewarna,pemanis
dan pengental ) dan tanpa adanya pengawasan dari orang tua
3. Demografi
Merurut allender dalam buku comunity health nursing, populasi masyarakat desa
sebagian besar merupakan usia lanjut. Namun diperkirakan hingga tahun 2020 jumlah
wanita akan melebihi jumlah laki laki, selain itu pada populasi umur 0 – 14 tahun
diperkirakan akan mendiami sejulah 19% dari populasi desa. Dalam kegiatan PBL
Fakultas keperawatan UNEJ , data demografi yang dikaji oleh elompok 2 berfokus pada
agregat ibu dengan balita,. Jumlah balita total di glagahwero sebanyak 324 balita dan
tersebar di 6 RW di RW 3 (Posyandu 74) terdapat 57 balita. Dari penuturan kader RW 3
balita posyandu 74 mengalami bermasalah namun tidak separah di posyandu lainnya.
Kader mengatakan masih belum ada balita meninggal akibat stunting namun perbaikan
gizi memang harus ditingkatkan karena cenderung tidak mengalami kenaikan signifikan
tiap bulan pengukuran berat badan.
Pada masyarakat desa biasanya cederung lebih mendalami agama. Indonesia merupakan
negara dengan dominan penduduk beragama islam yakni hampir 256,820, 000 jiwa.
Jawa timur sendiri merupakan daerah yang dominan pada masyarakat dengan agama
islam. Hal ini selaras dengan data yang diperoleh. Beberapa masyarakat desa masih
menganut budaya dan keyakinan islam yang dipadu padankan dengan agama islam
seperti konsumsi gizi dan kesehatan, kader mengatakan masih rendah terkait
pembatasan makanan atau minuman yang kurang baik bagi balita. Dalam mengakses
kesehatan orang tua balita juga terkesan kurang kooperatif dan rendah engetaahuan
terkait gizi seimbang pada balita Tidak terdapat kematian yang diakibatkan oleh
stunting. Beberapa budaya atau keyakinan terkait gizi, nutrisi atau konsumsi pola makan
yang tidak teratur, suka memilih milih makanan yang justru makanan yang disukai
kurang terdapat nilai gizi yang terkandung. Hal ini selaras degan teori yang
mengungkapkan bahwa masyrakat desa cenderung lebih agamis dan bebudaya beberapa
desa di indonesia masih menerapkan budayanya seperti madura dan bali.
5. Lingkungan fisik
Karakteristik desa memiliki udara yang sejuk, potensi alam yang kaya dan keadaan
tanah yang berlereng. Ciri-ciri wilayah pedesaan yaitu perbandingan luas tanah dengan
jumlah manusia, relatif besar, lapangan kerja agraris serta hubungan penduduk akrab.
Desa dapat dikatakan ideal apabila kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
selengkapnya, elemen lingkungan yang dibutuhkan di dalam kehidupan dapat
dijabarkan menjadi lima unsur komponen pokok, yaitu kebutuhan perumahan yang
layak, lapangan kegiatan kerja dimana masyarakat desa mencari nafkah atau karya.
Marga atau lingkungan perumahan yang harus mudah dicapai dengan jaringan jalan dan
jembatan yang berfungsi menghubungkan satu desa dengan desa lainnya yang terakhir
yaitu komponen kegiatan untuk memenuhi 76 kebutuhan penduduk desa yaitu hiburan,
bersantai beristirahat dan yang terakhir Penyempurna, yaitu komponen kegiatan yang
penting untuk memenuhi kebutuhan lahir dan batin. kelima unsur pokok ini akan
merupakan kerangka dasar didalam pembentukan lingkungan desa. Berdasarkan survey
sungai terlihat masih banyaknya sampah yang dibuang sembarang. Tidak adanya tempat
pembuangan sampah setempat yang terjangkau oleh komunitas. Kebanyakan sanitasi
dan ventilasi rumah dengan balita masih belum ideal. Masih banyak terlihat halaman
rumah yang tandus dan tidak dimanfaatkan untuk menanam sayuran. Masyarakat
mengatakan karena tidak memiliki tempat sampah terjangkau, mereka terbiasa
membuang di sungai. orang tua mengatakan tidak memiliki waktu untuk menanam
sayuran. Dari teori dan kenyataan di lapangan hal ini jelas bertentangan. Hal ini bisa
jadi disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik, serta wilayah yang dikaji. Jika
ditelisik lebih jauh hal ini berhubungan dengan ketersediaan tempat samapah di RT 2
dan 3, sehingga mau tidak mau banyak asyarakat yang membuang sampah ke sungai
daripa jauh jauh membuah ke jalan utama desa (hanya disana terdapat tempat sampah).
6. Ekonomi
Sebagian besar masyarakat desa di Indonesia merupakan petani, baik dari petani padi,
perkebunan hingga peternakan. Allender mengungkapkam rata rata pendapatan
masyarakat desa di indonesia lebih rendah daripada mereka yang tinggal di perkotaan.
Dari 386 kabupaten misikin di indonesia, 340 diantaranya merupakan daerah pedesaan.
Pendapatan yag diperoleh petani kurang lebih berjumalah 150.000 per bulannya
Berdasarkan hasil wawancara mayoritas masyarakat berkerja sebagai petani atau buruh
yang memiliki gaji kurang dari Rp 500.000 perbulan sehingga untuk pemenuhan gizi
pada balita kurang bercariasi. Banyak orang tua yang tidak membelikan susu untuk
anaknya karena tidak punya uang. Masyarakat mengatakan sehari bisa bekerja dari
pukul tujuh hingga empat sore sehingga waktu untuk dirumah sedikit, untuk balita
diatas lima tahun sudah mulai ditinggal untuk bekerja oleh para ibu dan dititipkan ke
orang terdekat misalnya neneknya. Teori atau konsep yang kami dapat merupakan hasil
dari pengkajian di Amerika Serikat, namun hal ini selaras juka ditelisik dari segi
pekerjaan dan penghasilan, meskipun daro data yag kami dapat tidak spesif jumlah
pasti dari peghasilan perbulannya.
Terdapat trasportasi milik desa berupa ambulance yang digunakan untuk mobilisasi
dalam keadaan darurat. Orang tua sendiri terlihat tidak membatasi konsumsi makanan
atau minuman pada balita. Kebanyakan warga setempat menggunakan kendaraan
bermotor sebagai sarana transportasi. Beberapa dari mereka memilih untuk berjalan
kaki dalam mengakses posyandu terdekat. Posyandu juga rutin memberikan penyuluhan
kepada orangtua balita terkait penentuan jenis makanan/asupan yang diwajibkan untuk
anak, posyandu membuat kebijakan bahwa pada setiap pertemuan sudah diberikan
makanan yang dapat memenuhi gizi balita. Akan tetapi program ini hanya tersampaikan
kepada keluarga yang rutin membawa anaknya ke posyandu, tidak menjangkau untuk
dilakukan door to door.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 84 tahun 2015
tentang susunan organisasi dan tata kerja pemerintah desa terdiri dari camat atau
sebutan lain dari pemimpin kecamatan ada bertanggung jawab kepada bupati/walikota
melalui sekretaris daerah dan tersusun dari pemerintahan desa, pemerintah desa serta
Kepala Desa. Struktur organisasi pemerintahan desa disesuaikan dengan tingkat
perkembangan desa yaitu Desa Swasembada wajib memiliki 3 urusan dan 3 seksi,
Swakarya wajib memiliki 3 urusan dan 3 seksi dan Swadaya wajib memiliki 2 urusan
dan 2 seksi antara lain :
Dalam pemerintahan sendiri, terdapat kebijakan yang mengatur konsumsi ada balita
yakni Permenkes No. 23 tahun 20014 yang mengatur tentang upaya perbaikan gizi pada
balita. Di dusun sumberduren sendiri telah melakukan pendataan serta pemberian
bantuan berupa susu dan makanan penambah nutrisi lainnya kepada balita yang kurang
gizi. Posyandu menerapkan untuk rutin memberikan asupan yang menenuhi gizi pada
balita, pemerintah secara rutin memberikan bantuan untuk balita stunting melalui kader
posyandu. Keluarga dianjurkan untuk memenuhi setiap kebutuhan balita, tidak
membiarkan anaknya jajan sembarangan, dan menjaga sanitasi lingkungan khususnya di
dalam rumah. Jika dikaji antara konsep dan hasil pengkajian, di dusun sumberduren
sudah selaras dengan peraturan pemerintah yang ada. Lembaga lembaga serta susunan
seperti rt dan rw sudah terbbentuk di dusun sumberduren RT 2 dan 3.
9. Komunikasi
Pada era globalisasi, sistem komunikasi semain beragam dan mudah untuk diakses.
Sarana komunikasi yang terdapat di rt 2 dan 3 dusun sumberduren diilai masih kurang
efektif. Terkait penyuluhan tentag stunting terdapat Emo demo dan Posyandu balita.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, komunikasi terkait kesehatan di sumberduren
masih rendah sehingga tingkat pengetahuan pun masih rendah. Masrakat
mengungkapkan memiliki kemauan namun antar komunikasi masih kurang efektif
antara komponen desa dengan masyarakat setempat
10. Pendidikan
System pendidikan ditinjau dalam dunia pedesaan serta perkembangan pertanian, akan
timbul beberapa fakta yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Dari hasil pengkajian di susun sumberduren rt 2 dan rt 3, Sebagian besar orang tua
balita merupakan SD-SMP. Sebagian dari mereka belum mengetahui terkait balita
dengan stunting dan gizi seimbang serta pengolahan bahan makanan yang sehat. Orang
tua mengungkapkan ada penyuluhan atau informasi yang lengkap tentang balita
stunting. Namun mereka terkesan lupa dan belum memahami betul tentang apa itu
stunting.
11. Rekreasi
Desa Swakarsa ialah Desa yang sedang berkembang adalah desa yang mulai
menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi
masih kekurangan sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki
sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan
kota namun telah memiliki fasilitas sarana dan prasana untuk rekreasi bagi balita. Di
Desa glagahwero terdapat sarana rekreasi yang terletak di RA atau TK/Paud terdekat.
Terdapat Paud Kemuning Lor merupakan jarak paling dekat dengan tempat rekreasi.
Beberapa nak sumber duren mengggunakan sungai yang terletak di jembatan sebagai
sarana untuk rekreasi keluarga seperti memancing. Balita mmegungkapkan mereka
paling sering rekreasi dengan bermain di TK/ Paud saat mereka bersekolah.
5.1 Simpulan
Dari pelaksanaan kegiatan PBL keperawatan komunitas dari awal (MMD 1 - MMD 3)
yang berlangsung di RW 03 (RT 02 & 03) Dusun Sumberduren Desa Glagahwero,
Kecamatan Panti Kabupaten Jember ditemukan sebuah masalah yang berhubungan
dengan kondisi gizi buruk pada balita. Dimana gizi buruk adalah faktor pencetus utama
yang menjadikan desa di Glagahwero menjadi desa stunting yang telah menerima
banyak bantuan dari pemerintah. Kendala tersulit dalam merubah desa stunting tersebut
terletak pada pola kehidupan masyarakat yang buruk dalam lingkup dalam hal sanitasi,
persepsi masyarakat yang enggan menerima layanan kesehatan, minimnya pengetahuan
tentang kesehatan, serta rendahnya perekonomian masyarakat. Dalam hal ini,
keperawatan komunitas berperan penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada
komunitas khususnya agregat balita guna meningkatkan derajat kesehatan pada balita.
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan adalah pendidikan kesehatan
sebagai preventif pada stunting dan gizi buruk.
5.2 Saran
1. Diharapkan masyarakat dapat merubah pola kebiasaan lama yang buruk untuk
mencapai kesejahteraan dalam konteks komunitas sehat
2. Diharapkan masyarakat dapat mendukung program yang akan dicanangkan oleh
pemerintah
3. Tokoh penting dalam RW 03 (RT 02 & 03) Dusun Sumberduren Desa
Glagahwero, Kecamatan Panti Kabupaten Jember dapat memotivasi warganya
Triwahyudi, H dan Agus, J.P. 2017. Dinamika Perkembangan Etnis Di Indonesia Dalam
Konteks Persatuan Negara. Populasi. Vol 25(1) : 64-81
Lampi
ran 4 :
Unda
ngan
Lampiran 5 : Media
Lampiran 6 : Dokumentasi MMD I Tingkat RW 3 Dusun Sumber Duren
Lampiran Laporan Pertanggung Jawaban MMD 2
Bahan
Sayur Bening Bayam Jagung Manis
- 12 buah Jagung
Bahan :
manis
- 5 buah Wortel - 6 tangkai besar
- 3 tangkai Daun prei Bayam
- 8 siung Bawang putih
- 4 buah Jagung manis
- 3 sdt Garam
- 1,5 sdt Gula - 4 siung Bawang merah
Cara memasak :
- 6 siung Bawang putih
1. Cuci semua bahan
- 2 sdt garam
2. Parut/blender jagung manis,
campur dengan air - 3 sdt gula
3. Iris wortel kecil-kecil.
- 2 ruas kunci
4. Cincang bawang dan daun prei
5. Siapkan wajan, panaskan setengah - 1 L air putih
sendok minyak
Cara Memasak
6. Masukkan bawang dan daun prei
cincang, tumis hingga harum 1. Buang bagian akar bayam