Review Permenkes 74 Pelayanan Kefarmasian
Review Permenkes 74 Pelayanan Kefarmasian
Review Permenkes 74 Pelayanan Kefarmasian
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya
kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga
dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud
komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai
keberhasilan terapi Obat.
4. Monitoring Efek Samping Obat (MESO), merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis. Bertujuan untuk menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal atau frekuensinya jarang. Selain itu dapat pula menentukan
frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja
ditemukan.
Kegiatannya dapat berupa
a. Menganalisis laporan efek samping obat
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO), merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi
dan meminimalkan efek samping sehingga dapat memberikan rekomendasi penyelesaian
masalah yang terkait dengan obat tersebut.
Kriteria pasien yang dapat dilakukan PTO:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan PTO dilakukan dengan
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Membuat catatan awal.
c. Memperkenalkan diri pada pasien.
d. Memberikan penjelasan pada pasien.
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
6. Evaluasi Penggunaan Obat, merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) sehingga didapatkan gambaran pola
penggunaan obat pada kasus tertentu serta dapat dilakukan evaluasi secara berkala untuk
penggunaan obat tertentu.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai serta
pelayanan farmasi klinik harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur
Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas dan diletakkan di tempat yang mudah
dilihat.
Sumber Daya Kefarmasian di Puskesmas terdiri dari
A. Sumber Daya Manusia
Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1
(satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian sesuai kebutuhan. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas bila
memungkinkan diupayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga
kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kompetensinya.