MiniPro Hipertensi Dan DM
MiniPro Hipertensi Dan DM
MiniPro Hipertensi Dan DM
PENDAHULUAN
(PTM). PTM merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke
orang. Dari profil World Health Organization (WHO) mengenai PTM di Asia
Tenggara, terdapat lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian
Diabetes Mellitus (DM), dan cedera (Nur dan Warganegara, 2016). Perkembangan
PTM umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan data
WHO tahun 2010, 60% penyebab kematian semua golongan usia di dunia adalah
diakibatkan PTM seluruhnya terjadi pada orang-orang yang berusia kurang dari 60
Secara umum, PTM seperti obesitas, DM dan hipertensi menjadi salah satu
ke-7 di dunia, pada tahun 2025 diprediksi menjadi urutan ke-5. Jumlah pasien DM
tipe 2 diprediksi oleh WHO akan mengalami kenaikan dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 mendatang (Tjekyan, 2014).
DM merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya
kadar gula dalam darah (hiperglikemia) diakibatkan oleh adanya gangguan sekresi
insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Seseorang yang menderita DM akan
minum), dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan (Putri dan
Isfandiari, 2013).
prevalensi obesitas pada laki-laki dewasa (>18 tahun) pada tahun 2013 sebanyak
19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Prevalensi
obesitas perempuan dewasa pada tahun 2013 yaitu 32,9 %, naik 18,1% dari tahun
nutrisi(Pudiastuti, 2013). Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam dunia
kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025
dari Jumlah total 639 juta di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi
perempuan (WHO, 2013). Prevalensi hipertensi ini akan terus meningkat dan
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 % orang dewasa di seluruh dunia menderita
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 % dari populasi usia 18 tahun keatas. Dari
jumlah itu, 60% penderita hipertensi mengalami komplikasi stroke. Sedang sisanya
dan sekunder. 90% dari semua kasus hipertensia dalah primer. Tidak ada penyebab
yang jelas tentang hipertensi primer, namun ada beberapa teori yang menunjukkan
bahwa faktor genetik dan perubahan hormon bisa menjadi fakor pendukung.
memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya. Hal ini dikarenakan respon
terhadap suatu jenis obat pada setiap orang berbeda. Efek samping yang mungkin
timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual (Susilo & Wulandari, 2011).
Senam jantung sehat adalah olahraga yang disusun dengan selalu mengutamakan
kemampuan jantung, gerakan otot besar, dan kelenturan sendi. Serta upaya
kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah
adalah akupresur, ramuan cina, terapi herbal, relaksasi nafas dalam, aroma terapi,
pengobatan pada saat obat anti hipertensi diberikan (Dalimartha, 2008). Studi
lansia dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 23 lansia dengan tekanan darah
rata-rata diatas 140/90 mmHg. Melalui wawancara terhadap 10 orang lansia yang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
ditandai oleh kenaikan kadar gula darah (hyperglikemia) kronik yang dapat
Terdapat 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1 atau diabetes juvenil
yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe 2
yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa. Diabetes tipe 1 biasa menyerang dari usia
dini karena gangguan pada pankreas yang tidak menghasilkan insulin. Berbeda
dengan diabetes melitus tipe 2 yang biasa menyerang usia di atas 40 tahun akibat
resistensi insulin yang terjadi karena pola hidup yang salah (Riskesdas, 2013).
Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek sel
β pankreas sehingga pelepasan insulin berkurang dan adanya resistensi insulin. Para
ahli sepakat bahwa diabetes melitus tipe 2 dimulai dengan adanya resistensi insulin,
juga adanya resistensi insulin. Ada dugaan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2
dimulai dengan berat badan normal, kemudian menjadi obesitas dengan resistensi
insulin dan berakhir dengan diabetes melitus tipe 2. Pada umumnya penderita
diabetes melitus yang datang ke klinik sudah ditemukan resistensi insulin maupun
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
Menurut Lanny Sustrani, dkk dalam Nurhaedar Jafar (2010), Hipertensi atau
penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas – batas tertentu,
tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat
diastole 100 – 109 mmHg, hipertensi berat apabila tekanan diastole > 110 mmHg.
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg
normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih
sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus.
yaitu:
hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar
menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang
mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk menderita penyakit ini. Onset
hipertensi essensial biasanya muncul pada usia antara 25-55 tahun, sedangkan usia di
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Pada 5-10 persen kasus
kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
Hipertensi sekunder memiliki patogenesis yang spesifik. Hipertensi sekunder dapat
terjadi pada individu dengan usia sangat muda tanpa disertai riwayat hipertensi dalam
protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya.
Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan kerusakan dan
gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pada semua sumber makanan yang dikonsumsi, kelainan metabolisme yang paling
utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh karena itu diagnosis diabetes
melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah (Adam,
2011).
2.2.2 Etiologi
Menurut Suyono (2007), penyebab diabetes melitus berbeda-beda tergantung
Destruksi sel β ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, imunologi, dan mungkin
pula lingkungan.
a. Faktor genetik
spesifik DR3 dan DR4 mempunyai kecenderungan untuk terjadinya diabetes melitus
tipe 1. Human Leucocyte Antigen merupakan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Kecenderungan diabetes melitus tipe 1
ini diperlihatkan dari hasil penelitian bahwa resiko diabetes melitus tipe I meningkat
10 – 20 kali lipat pada individu yang mempunyai HLA, DR3 dan DR4.
b. Faktor imunologi
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
sebagai jaringan asing. Proses autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan
insulin endogen terdeteksi pada saat diagnosis dibuat atau beberapa tahun sebelum
virus) atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan peningkatan produksi glukosa hepar.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 masih belum diketahui,
tetapi faktor-faktor resiko berikut berperan dalam proses terjadinya resistensi insulin :
d. Faktor herediter.
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes melitus tipe II
2.2.3 Epidemiologi
menempati urutan ke-4 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes
melitus terbanyak setelah India, China, dan Amerika Serikat. Tercatat pada tahun
2010, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 8,4 juta dengan peningkatan
sebanyak 230.000 pasien diabetes per tahunnya, sehingga pada tahun 2030
diperkirakan akan mencapai 21,3 juta penderita. Kenaikan ini antara lain karena usia
harapan hidup semakin meningkat, diet kurang sehat, kegemukan, dan gaya hidup
urutan ke tujuh tertinggi di Indonesia dengan penderita sebanyak 2,6 % dari total
penduduk Indonesia. Peringkat pertama di tempati Sulawesi tengah 3,7 %, lalu kedua
Sulawesi utara 3,6 %, di ikuti Sulawesi selatan 3,4%, keempat adalah Nusa tenggara
timur 3,3%, peringkat lima di tempati DKI Jakarta 3,0 %, dan peringkat enam adalah
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut PERKENI (2008) dalam dilihat dalam
mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan
cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu). Selain itu juga muncul rasa mudah
lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus antara lain
kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit,
kram, capai, mudah mengantuk, mata kabur dan biasanya sering ganti kacamata.
Selain itu, muncul gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan
mudah lepas. Gejala lainnya bisa muncul kemampuan seksual menurun bahkan
impotensi dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
2.3.1 Definisi
2.3.2 Kegiatan
2.3.3 Tujuan
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL
BAB V
DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA
Beckett N dkk. 2012, Immediate and late benefits of treating very elderly people with
hypertension: results from active treatment extention to hypertension in the
very elderly Randomized Control Trial, BMJ 2012:344.
Canadian Hypertension Education Program 2014,’The Canadian Recommendation
for The Management of Hypertension’.
Katzung, Bertam G 2002,’Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Edisi 8’, Jakarta, Salemba
Medika Glance.