Makalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu KPD
Makalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu KPD
Makalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu KPD
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu
(Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2008).
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan
aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%
dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir
sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.
70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas
dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan
dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009).
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak
penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan
dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya
disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang
abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai
faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam (Sualman, 2009).
Penelitian lain di sebuah Rumah Bersalin Tiyanti, Maospati Jawa Barat, menyebutkan
faktor paritas yaitu pada multipara sebesar 37,59% juga mempengaruhi terjadinya ketuban
pecah dini, selain itu riwayat ketuban pecah dini sebelumnya sebesar 18,75% dan usia ibu
yang lebih dari 35 tahun mengalami ketuban pecah dini (Agil, 2007).
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko
infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah
dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang
pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi
pada ketuban pecah dini (Ayurai, 2010).
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun
janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa nifas, dry
labour/partus lama, dapat pula menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan
mortalitas maternal, bahkan kematian (Cunningham, 2006). Resiko kecacatan dan kematian
janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23
minggu (Ayurai, 2010).
Winkjosastro (2006) dalam bukunya mengatakan penatalaksanaan ketuban pecah dini
tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pada umumnya lebih baik
untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan
bayi yang usia gestasinya > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
memperkecil resiko infeksi intrauterin.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan asuhan kebidanan pada pasien KPD, mengetahui penyebab
dan tanda-tanda serta gejala KPD
2. Tujuan khusus
a. Mendefinisikan dan menjelaskan terjadinya ketuban pecah dini
b. Mengidentifikasi pemeriksaan yang diperlukan untuk diagnosis
c. Mendiskusikan penanganan tepat dan cepat pada ketuban pecah dini dan
komplikasinya.
d. Menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan prinsip manajemen tujuh
langkah varney
C. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan
pada penderita ketuban pecah sebelum waktunya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) yang merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
pada primi bila pembukaan kurang dari 3 cm dan pada multipara bila pembukaan kurang dari
5cm. (Mochtar, 2012). Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. (Fadlun dkk, 2011)
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan
berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak
pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini periode
laten. (Manuaba, 2010)
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. (Rukiyah, 2010). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum proses persalinan berlangsung. (Prawirohardjo, 2009). Ketuban Pecah Dini (KPD)
dapat didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum waktunya persalinan, tanpa
memperhatikan usia gestasi. (Varney, 2007)
B. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun penyebabnya masih
belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. (Fadlun dkk, 2011)
Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian ketuban pecah dini menurut beberapa
ahli yaitu:
1. Serviks inkompeten (leher rahim)
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari aterm, serviks
yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan sebagai akibat dari peningkatan
aktifitas uterus melainkan akibat dari kelemahan intrinsik uterus sehingga
menyebabkan ketuban pecah. (Fadlun dkk, 2011)
Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam trimester kedua atau
awal trimester ketiga kehamilan yang disertai prolapsus membran amnion lewat
serviks dan penonjolan membrane tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh
pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin
akan meninggal. Tanpa tindakan yang efektif rangkaian peristiwa yang sama
cenderung berulang dengan sendirinya dalam setiap kehamilan. Meskipun
penyebabnya masih meragukan namun trauma sebelumnya pada serviks, khususnya
pada tindakan dilatasi, kateterisasi dan kuretasi. (Krisnadi dkk, 2009)
2. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan kembar dan
hidramnion. Etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion
terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau
kedua-duanya. Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion. Di samping itu
ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang
dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara
pengeluaran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke
plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. (Sujiyatini dkk, 2009). Ekskresi
air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia
esophagus atau tumor-tumor plasenta. Hidramnion dapat memungkinkan ketegangan
rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya.
(Manuaba, 2010)
3. Kelainan letak janin dalam rahim
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak sungsang dan letak lintang.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan bebas, dan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam letak sungsang atau letak lintang. (Fadlun dkk, 2011)
Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar
daripada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas
difundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen
bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat,
sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya. (Manuaba, 2010)
4. Kelainan jalan lahir
Kelainan jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan panggul yang terjadi
pada perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, disporposi sefalopelvik.
Kelainan letak dan kesempitan panggul lebih sering disertai dengan ketuban pecah
dini namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. (Manuaba, 2010)
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan atau terjadi
peningkatan tekanan yang mendadak di dalam kavum amnion, di samping juga ada
kelainan selaput ketuban itu sendiri. Hal ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-
Danlos, dimana terjadi gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa
dan struktur kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi,
termasuk pada selaput ketuban yang komponen utamanya adalah kolagen. 72%
penderita dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan mengalami persalinan preterm
setelah sebelumnya mengalami ketuban pecah dini preterm. (Fadlun dkk, 2011)
6. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Adanya infeksi pada selaput
ketuban (korioamnionitis lokal) sudah cukup untuk melemahkan selaput ketuban di
tempat tersebut. Bila terdapat bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi
amnionitis, endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10 kali. (Fadlun dkk,
2011).
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanya
infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada membran
melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan melemahnya membran.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks metaloproteinase merupakan enzim
spesifik yang terlibat dalam pecahnya ketuban oleh karena infeksi. (Manuaba, 2010)
C. Faktor Predisposisi
Faktor pencetus kejadian ketuban pecah dini harus diwaspadai jika adanya kehamilan
multiple, riwayat persalinan preterm sebelumnya dan tindakan senggama. Tindakan
senggama tidak berpengaruh kepada resiko kecuali jika hygiene buruk, predisposisi pada
infeksi, perdarahan pervaginam, bakteri dengan pH vagina diatas 4,5, serviks tipis, flora
vagina abnormal dapat terjadi stimulasi persalinan preterm. (Fadlun dkk, 2011)
D. Mekanisme
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut: selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila terjadi
pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban. (Fadlun dkk, 2011)
F. Dasar Diagnosis
Diagnosa KPD ditegakan dengan cara:
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna,
keluarnya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lendir darah. (Fadlun dkk, 2011)
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih
jelas. (Sujiyatini dkk, 2009)
3. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan
dari orificium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau bagian terendah digoyangkan, akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan trekumpul pada forniks anterior. (Sujiyatini
dkk, 2009)
4. Pemeriksaan dalam
Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan pada ketuban pecah dini yang
sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin. (Fadlun dkk, 2011)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labolatorium
Uji pakis positif : pemakisan (ferning) disebut juga percabangan halus (arborization),
pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan keberadaan natrium klorida dan
protein dalam cairan amnion. Infeksi kaca objek di bawah mikroskop untuk
memerikasa pola pakis. (Fadlun dkk, 2011)
Uji kertas nitrazin positif: kertas berwarna mustard-emas yang sensitif terhadap pH
ini akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak berubah warna menjadi
biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat basa. Nilai pH vagina normal adalah
≤4,5. Selama kehamilan terjadi peningkatan jumlah sekresi vagina akibat eksfoliasi
epitelium dan bakteri, sebagian besar lactobacillus yang menyebabkan pH vagina
lebih asam. Cairan amnion memiliki pH 7,0 sampai 7,5 (Varney, 2007)
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus ketuban pecah dini trtelihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion. Walaupun
pendekatan diagnosis ketuban pecah dini cukup banyak macam dan caranya, namun
pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sederhana. (Sujiyatini dkk, 2009)
H. Komplikasi
1. Pada ibu meliputi : partus lama dan infeksi, atonia uteri, infeksi nifas dan perdarahan
post partum (Mochtar, 2012)
2. Pada bayi atau janin meliputi : asfiksia, prematuritas dan Intra Uteri Fetal Death
(IUFD). (Rukyah, 2010)
I. Penatalaksanaan
Gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya kematangan paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioanionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan janin sudah cukup
besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
3. Pada usia kehamilan 24 minggu sampai 32 minggu, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
4. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan konseling terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
5. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG.
6. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai
24 jam, bila tidak terjadi his spontan. (Manuaba, 2010)
J. Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan
diantaranya sebagai berikut:
1. Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk
beristirahat ditempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika,
roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu smapi anak viable. (Fadlun dkk,
2011)
2. Bila anak sudah viable ( lebih dari 30 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam
setelah lag phase dan berikan obat-obatan antibiotika profilaksis. Pada kasus- kasus
tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 dan atau drip sintosinon gagal, maka
lakukanlah tindakan operatif. (Fadlun dkk, 2011
K. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif.
Mengurangi aktifitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga sangat
dianjurkan. (Fadlun dkk, 2011)
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY Y
DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KEBIDANAN
RSUD PADANG PANJANG
No.MR : 549713
Tgl Masuk : 9-2-2017 Tgl Pengkajian : 10-2-2016
Jam Masuk : 23.42 Wib Jam Pengkajian : 00.15 Wib
KALA I
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. Anamnesa (Data Subjectif)
1. Biodata/Identitas
Nama Istri : Ny Y Nama Suami : Tn.I
Umur : 31 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sabu Kec.Batipuh No Telp/HP :-
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh keluar air-air dari jalan lahir sejak ± 30 menit yang lalu dan keluar
lendir campur darah sejak ± 5 jam yang lalu
3. Tanda-tanda persalinan
Ibu datang pukul 23.42 WIB, his tidak ada, ketuban sudah pecah.
4. Pengeluaran pervagina
a. Lendir campur darah : ada
b. Air ketuban : ada
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 19-5-2016
b. TP : 23-2-2017
c. Usia Kehamilan : 38-39 minggu
d. TM I
Keluhan : mual dan muntah
ANC : 3 kali, teratur
Penyuluhan : makan sedikit tetapi sering dan istirahat yang cukup
e. TM III
Keluhan : ibu sering BAK
ANC : 2 kali, teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
f. Pergerakan janin : 16 minggu
6. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:
N Thn Tmpt Umur JP Penolong Penyulit Anak Nifas Keadaan
o partus partus hamil anak
JK BB PB
sekarang
1 2013 BPS 39 mg Spont Bidan Tdk ada LK 3,2 50 Normal Hidup
an
7. Riwayat KB :
8. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita atau yang sedang diderita
Penyakit jantung : tidak ada
Penyakit ginjal : tidak ada
Penyakit asma : tidak ada
Penyakit hepatitis : tidak ada
Penyakit DM : tidak ada
Epilepsy : tidak ada
9. Riwayat operasi : tidak ada
10. Riwayat penyakit keturunan
DM : tidak ada
Epilepsy : tidak ada
Asma : tidak ada
Hemophilia : tidak ada
Kelainan jiwa : tidak ada
11. Keturunan kembar : tidak ada
12. Kebiasaan sehari hari
Mandi : 2 kali sehari
Istirahat : 8 jam/24 jam
Makan : 3 kali sehari (nasi, ikan, sayur)
BAB/BAK : BAB 1 kali, BAK 8 kali
Merokok : tidak
13. Data Psikologis
Ibu mengatakan merasa sedikit takut dan cemas dalam persalinan dan berharap
persalinannya lancar.
14. Riwayat Sosial-Budaya
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga, orang lain, tetangga dan lingkungan
sekitar berlangsung baik dan ibu tidak mempercayai mitos.
15. Data Spiritual
Ibu mengatakan selama persalinan hanya bisa berdo’a.
16. Pengetahuan ibu tentang persalinan
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan berpatokan pada anak pertama.
B. Data Objektif
INSPEKSI
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5o C
Nadi : 80 X/menit
Respirasi : 20 X/menit
BB Sebelum hamil : 48 kg
BB sekarang : 59 kg
Tinggi badan :157 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala
Rambut : warna hitam, bersih, tidak rontok
Mata : tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat
Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
Hidung : tidak ada pembesaran polip
Mulut dan gigi : tidak ada caries, mulut bersih, tidak ada stomatitis
Telinga : keadaan bersih, fungsi pendengaran baik
b. Leher
kel.gondok (tyroid) : tidak ada pembesaran
tumor : tidak ada
kel.getah bening : tidak ada pembesaran.
c. Dada dan axilla
a) Mammae
Membesar : ya
Tumor : tidak ada
Simetris : ya
Areola : mengalami hiperpigmentasi
puting susu : menonjol
kolostrum : belum keluar
b) Axilla
Tumor : tidak ada
Nyeri : tidak ada nyeri
d. Perut
Membesar : ya, dengan arah memanjang
pelebaran vena : tidak
linea alba/nigra : linea nigra
Luka bekas operasi : tidak ada
e. Anogenital
Kebersihan : bersih
Oedem : tidak ada
Varises : tidakada
Pengeluaran cairan : ada
Lender : ada
Darah : ada
f. Ekstremitas
Oedema pada jari dan tangan : tidak ada oedem
Oedema pada kedua tungkai : tidak ada oedema
Varices : tidak ada varices
Bentuk bagian atas/ lengan : simetris
Bentuk bagian bawah/kaki : simetris
PALPASI
a. Kontraksi : tidak ada
Frekuensi :-
Durasi :-
Intensitas :-
b. leopold I
TFU 3 jari bawah PX, Pada perut bagian atas teraba bulat, lunak, tidak melenting
c. leopold II
kanan : teraba memanjang dan memapan
kiri : teraba tonjolan-tonjolan kecil
d. leopold III
teraba bulat, keras, tidak dapat digoyangkan
e. leopold IV : teraba 4/5 bagian, konvergen
f. TBJ : (34-13) x 155 = 3255gram
AUSKULTASI
a. DJJ :
Frekuensi : 148x/ menit
Irama : Teratur
Puntum maksimum : Kuadran IV
PEMERIKSAAN DALAM
a. Dinding vagina : tidak ada benjolan
b. Portio : tipis
c. Pembukaan : tidak ada
d. Ketuban : air ketuban merembes jernih
e. Presentasi : kepala
f. Penurunan : hodge I, 4/5
PERKUSI
a. Reflex patella : +/+ kiri/kanan
C. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Darah:
HB : 11 gr%
gol.darah :-
Urine protein : (-)
Reduksi : (-)
Tes Lakmus : (+)
Catatan Perkembangan :
Tanggal 10-2-2017
Pukul 06.00 wib infus RL 20 tts/menit masih terpasang, inj cefotaxim 1 gr sesusai
advis dokter dan skintest cefotaxime hasil (-).
Pukul 08.30 Wib infus ganti RL drip oksitosin ½ Ampul mulai 10 tts/menit lanjut
naik 5 tts/ 30 menit
Pukul 11.45 wib VT pembukaan 5 cm, portio menipis, ketuban (-),preskep, UUK kiri
depan, molase tidak ada , Hodge III , DJJ 140x/menit . kontraksi 5x 10 menit durasi
40 detik, intensitas kuat. TD : 140/70 mmHg N: 80x/menit P : 20x/menit
KALA II (pukul 12.15 wib)
I. PENGUMPULAN DATA
1. Data Subjektif : Ibu merasa sakit semakin sering dan kuat, ibu merasakan seperti ingin
BAB
2. Data Objektive
keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 140/70 mmHg
N : 80x/m
p : 20x/m
S : 36,7°C
His : 5x/10menit lamaya 45 detik
Djj : 140x/menit, teratur
Pemeriksaan dalam
dinding vagina : tidak ada kelainan
Portio : tidak teraba
Pembukaan : lengkap
Ketuban :-
Presentasi : kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan : H IV
V. PERENCANAAN
1. Informasikan kepada ibu tentang kemajuan persalinan
2. Atur posisi ibu untuk bersalin
3. Ajari ibu cara mengedan yang baik
4. Pimpin bersalin
5. Lakukan penilaian APGAR score dan IMD
VI. PELAKSANAAN
1. Menginformasikan pada ibu tentang kemajuan persalinan bahwa ibu akan segera
melahirkan.
2. Mengatur posisi ibu dengan posisi litotomi atau sesuai dengan keinginan ibu untuk
memberi rasa nyaman pada ibu saat melahirkan.
3. Mengajari ibu untuk mengedan panjang dan kuat pada saat his dan bernafas perlahan-
lahan pada saat his tidak ada.
4. Memimpin persalinan saat kepala bayi mendorong membuka vulva dan terlihat 1/3
dari vulva maka tangan kiri berada diatas simfisis untuk menahan agar tidak terjadi
defleksi maksimum dan tangan kanan menahan perineum agar tidak terjadi robekan
pada perineum setelah kepala bayi lahir maka bersihkan wajah bayi dengan kassa
steril, setelah itu cek lilitan tali pusat dan tunggu kepala mengadakan putar paksi luar
dan tangan berbentuk biparietal pada kedua sisi kepala lakukan manuver kebawah
untuk melahirkan bahu belakang dan lakukan sanggah susur pada bayi kemudian
letakkan bayi diperut ibu sambil keringkan.
5. Menilai kebugaran dan APGAR score kemudian lakukan proses Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan Bounding Attachment pada bayi.
VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui kemajuan persalinannya
2. Posisi ibu litotomi karena ibu merasa nyaman dengan posisi tersebut
3. Ibu sudah paham cara mengedan yang telah diajarkan
4. Ibu telah di pimpin persalinannya
5. Bayi lahir spontan pukul 12.35wib jenis kelamin perempuan, ,menangis kuat, warna
kemerahan, gerakan aktif. BB: 3500 gr, PB 51 cm, A/S 7/8, Anus +, tidak ada cacat
bawaan
V. Perencanaan
1. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu
2. Pastikan tidak ada janin ke dua
3. Lakukan manajemen aktif kala III
4. Berikan injeksi oksitosin 1 ampul
5. Lakukan penegangan tali pusat terkendali
6. Lahirkan plasenta
7. Masase fundus
VI. Pelaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Memastikan tidak ada janin kedua
3. Melakukan manajemen aktif kala III
4. Memberikan injeksi oksitosin 1 ampul
5. Melakukan penegangan tali pusat tekendali
6. Melahirkan plasenta
7. Melakukan masase fundus uteri agar kontraksi uterus baik
VII.Evaluasi
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Tidak ada janin kedua
3. Manajemen aktif kala III telah dilakukan
4. Injeksi oksitosin 1 ampul telah diberikan
5. Penegangan tali pusat terkendali telah dilakukan
6. Plasenta lahir lengkap pukul 12.40 wib, dengan panjang 20 cm, lebar 18 cm, tebal
2 cm, insersi tali pusat marginalis, panjang talipusat 50 cm
7. Masase fundus dilakukan sebanyak 15 kali
Kala IV (pukul 12.40 wib)
I. Pengumpulan Data
1. Data subjectif : Ibu masih merasakan nyeri pada perutnya.
2. Data objectif :
keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 22x/menit
S : 37°C
Kontraksi : Baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung kemih :Tidak Teraba
Luka laserasi : derajat III
Perdarahan : 80 cc
VI. Pelaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Memeriksa laserasi jalan lahir
3. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan heacting
4. Melakukan heacting perineum
5. Memberikan injeksi metil ergometrin 0,1 ml
6. Melakukan Observasi kontrasi, TFU, TTV, kandung kemih, perdarahan setiap 15
menit pertama, dan setiap 30 menit kedua
VII.Evaluasi
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Telah dilakukan pemeriksaan jalan lahir, terdapat laserasi derajat II
3. Ibu telah menyetujui untuk dilakukan heacting
4. Heacting telah dilakukan sebanyak VIII/VIII
5. Injeksi 0,1 metil ergometrin telah diberikan
6. Melakukan pemantauan kala IV, pukul 13.00 wib TD : 120/80 mmHg, N: 80x/i, S:
36,5 c, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan 25 cc, kandung kemih tdak
teraba. Pukul 13.30 TD: 120/80 mmHg, N: 80x/i S: 36,5 C, TFU 2 jari bawah pusat,
kontraksi baik, kandung kemih tidak teraba dan perdarahan 25 cc.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. Y
dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini dengan pendekatan manajemen 7 langkah
menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan
antara teori dengan praktek yang dialami penulis saat dilapangan.
1. Pengkajian
Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi
dan studi dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui
anamnesa. Data yang dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis.
Melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi.
Pada pengumpulan data subjektif Ny. Y mengatakan ini kehamilan yang kedua.
Keluhan utama pada waktu masuk ibu mengatakan mengeluarkan cairan dari jalan lahir yang
berwarna jernih dan berbau khas dan keluar lender campur darah. Pada data objektif keadaan
umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD :130/80 mmHg, N : 80x/menit, S :
36,5oC, RR : 20x/menit. Pengeluaran pervaginam : cairan berwarna jerni dan berbau khas.
Hasil VT : keadaan jalan lahir elastis, pembukaan belum ada, ketuban (-) jernih merembes.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada di lahan praktek.
2. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah
awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data analisis dengan
menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.
a. Diagnosa kebidanan
Ny. Y G2 P1 A0 umur 31 tahun, umur kehamilan 38-39 minggu, janin tunggal hidup intra
uterine, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, inpartu kala 1 fase laten dengan
induksi atas indikasi ketuban pecah dini.
b. Masalah
Masalah yang ada pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitunibu cemas dengan
keadaannya sekarang.
c. Kebutuhan
Kebutuhan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu support mental dari bidan dan
keluarga.
Pada langkah penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
dilahan praktek.
3. Diagnosa potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, apabila
mungkin dilakukan pencegahan. Pada ketuban pecah dini potensial terjadi infeksi intrapartum
pada ibu. Pada bayi bisa terjadi hypoxia karena kompresi tali pusat, deformitas janin.
Pada kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial pada ibu dan bayi, karena sudah
dilakukan penatalaksanaan yang benar.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus
yang ada dilahan praktek.
4. Antisipasi
Antisipasi adalah tindakan segera bidan atau untuk menyelamatkan pasien, tetapi
memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau sesuai dengan
kondisi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lainnya. Antisipasi yang
dilakukan untuk mencegah diagnosa potensial antara lain : pemberian antibiotik, istirahat.
5. Perencanaan
a. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b. Berikan Support mental pada ibu dan pemenuhan kebutuhan nutrisi
c. Anjurkan ibu tirah baring miring ke kiri
d. Berikan terapi obat ampisilin/amoxilin atas anjuran dokter
e. Pasang Infus RL 20 tts/menit
f. Beritahu Ibu akan dilakukan induksi
g. Lakukan induksi dengan drip oksitosin 1/2 ampul atas anjuran dokter
h. Laporkan setiap perkembangan kepada dokter
i. Persiapan alat
j. Observasi DJJ,HIS, nadi setiap 30 menit, dan TD,suhu, periksa dalam 4 jam
kemudian
Perencanaan asuhan pada pasien dengan ketuban pecah didi antara lain :
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
dilahan praktek.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus
yang ada di lahan praktek.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang sudah diberikan kepada pasien. Pada
langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
dilahan. Evaluasi atau hasil dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan hasil yang
diharapkan.