Kel.2 Komunikasi - Bayi Dan Anak Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI PADA BAYI DAN ANAK

Diajukan guna memenuhi tugas M.K Komunikasi


Pengampu : Lailatul Fadillah, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Abdullah Sujatnika Suhardja (P27901118050)


Ade Rahma (P27901118051)
Ainu Fijar (P27901118052)
Chintya Fatihah (P27901118058)
Fani Loliana (P27901118067)
Muhamad Awaludin Badi (P27901118077)
Nurhafifah (P27901118080)

REGULER / SEMESTER : B SEMESTER 3

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalammu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Pada
Bayi dan Anak” ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
Komunikasi dalam mengembangkan dan meningkatkan nilai pengetahuan tentang
materi yang sedang dipelajari.
Dalam penyususnan makalah ini, penysusn mendapat banyak bantuan,
masukkan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Kusniawati,S.Kep,Ners,M.Kep selaku ketua jurusan Keperawatan.


2. Ibu Laelatul Fadilah,S.Kep,Ners,M.Kep selaku ketua prodi DIII
Keperawatan.
3. Seluruh dosen Politeknik Kesehatan Banten.
4. Ibu Lailatul Fadillah, S.Kep, Ners, M.Kep selaku dosen pengampu dalam
pembimbing makalah ini yang telah memberi banyak bantuan, masukan dan
dukungan terkait penyusunan makalah ini.
5. Kepada Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banten yang terlibat dalam proses
penyususnan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
perbaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tangerang, Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2


2.1 Perkembangan Komunikasi pada Bayi dan Anak .................. 2
2.2 Bentuk Komunikasi Prabicara ............................................... 4
2.3 Peran Bicara dalam Komunikasi ........................................... 5
2.4 Teknik Komunikasi dengan Bayi dan Anak........................... 6
2.5 Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik ....... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................. 14


3.1 Kesimpulan ......................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong dan membantu


proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Northouse (1998) mendefinisikan
komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam
berinteraksi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan
orang lain. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal, artinya
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal (Mulyana, 2000).

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi


terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-
teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik
merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap
pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien, sehingga diharapkan
dapat berdampak pada perubahan yang lebih baik pada pasien dalam
menjalanakan terapi dan membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan
yang dihadapi pada tahap perawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi pada bayi dan anak?
2. Apa saja bentuk komunikasi pada bayi dan anak?
3. Bagaimana perkembangan komunikasi pada bayi dan anak?
4. Bagaimana penerapan komunikasi pada usia bayi dan anak?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami komunikasi pada bayi dan anak.
2. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk komunikasi bayi dan anak.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan komunikasi bayi
dan anak.
4. Mengetahui dan memahami penerapan komunikasi bayi dan anak.

1
BAB II

PEMBAHASAN
Manusia melakukan komunikasi sepanjang rentang kehidupannya, yaitu
semenjak bayi dalam rahim ibu sampai lansia dan bahkan sampai menjelang ajal.
Sejak dalam kandungan bayi telah melakukan komunikasi dengan ibunya dan
orang-orang di sekitarnya. Komunikasi yang dilakukan bayi dalam kandungan
adalah komunikasi nonverbal berupa tendangan pada perut ibu, atau melakukan
pergerakan-pergerakan secara teratur pada waktu-waktu tertentu.

Bayi, anak, dan remaja adalah kelompok usia yang mempunyai


karakteristik khusus dalam berkomunikasi. Ingatlah bahwa bayi atau anak yang
kemampuan bicaranya belum berkembang, melakukan komunikasi dengan orang
di sekitarnya dengan cara menangis, mengoceh, isyarat dengan menggerak-
gerakkan tubuh/kakinya, ungkapan emosional yang tergambar dalam ekspresi
wajah, serta menangis atau menyembunyikan wajah. Pada anak yang kemampuan
bicaranya sudah berkembang, komunikasi dilakukan secara verbal maupun
nonverbal. Pada remaja, komunikasinya sudah berkembang dengan baik sehingga
diperlukan penjelasan yang logis dan rasional saat berbicara dengan mereka.

2.1 Perkembangan Komunikasi Pada Bayi dan anak

1. Masa bayi (0-1 tahun)


Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata – kata oleh karena itu, komunikasi pada bayi lebih banyak
menggunakan komunikasi nonverbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan
perasaan yang tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
dengan cara menangis. Walau demikian, sebenarnya bayi dapat berespon
terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya
secara nonverbal, misalnya memberikan sentuhan, mendekap,
menggendong, berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respon nonverbal yang bisa ditunjukkan bayi,
misalnya menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi
pada bayi usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian
orang. Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak
dikenalnya adalah ciri perilaku pada bayi usia lebih dari enam bulan., dan
perhatiannya berpusat pada ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat
berkomunikasi dengannya. Jangan langsung ingin menggendong atau
memangkunya karena bayi aakan merasa takut. Lakukan komunikasi
terlebih dahulu dengan ibunya, dan/atau mainan yang dipegangnya.

2
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik denganya dan
ibunya.

2. Masa Balita (sampai 5 tahun)


Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia di bawah tiga
tahun) mempunyai sikap egosentris. Selain itu, anak juga memiliki
perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu apa
yang akan terjadi padanya.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh
karena itu saat menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat
dan gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara
padanya adalah jongkok, duduk dukursi kecil, atau berlutut sehingga
pandangan mata kita akan sejajar denganya.

3. Anak Usia 5 sampai 8 tahun


Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya
akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat
akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan,
untuk apa, dan bagaimana caranya dilakukan ? anak membutuhkan
penjelasan atas pertanyaanya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak
dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

4. Anak usia 8 sampai 12 tahun


Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan
orang dewasa. Perbendaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak
sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila akan melakukan tindakan,
perawat dapat menjelaskanya dengan mendemontrasikan pada mainan
anak. Misalnya, bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan terlebih
dahulu pada bonekanya

5. Anak usia remaja


Seperti telah disebutkan pada beberapa bagian di kegiatan belajar
sebelumnya, fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan
tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang
dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress jelaskan
bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan/ atau orang dewasa
yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia menemani dan
mendengarkan keluhanya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga

3
dirinya merupakan hal yang prinsip untuk diperhatikan dalam
berkomunikasi, tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat denganya,
jangan memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan
dan pikiranya, dan hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya.
Kita harus menghormati privasinya dan beri dukungan pada apa yang telah
dicapainya secara positif dengan selalu memberikanya penguatan positif
(misalnya, memberi pujian).

2.2 Bentuk Komunikasi Prabicara

1. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat
sebaris senyum kesyukuran terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan
seorang bayi merupakan bentuk komunikasi dari seorang bayi kepada
orang dewasa dimana dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pesan
dan orang dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.
Pada awal kehidupan paska lahir, menangis merupakan salah satu
cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan
dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar,
dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan
menangis bila ia merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal
frekuensi tangisan menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan
kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun
sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.
Perawat harus banyak berlatih mengenal macam – macam arti
tangisan bayi untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada
ibu, karena ibu muda memerlukan bantuan ini.

2. Ocehan dan celoteh


Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (cooing) atau
“celoteh” (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme „suara‟. Ocehan ini terjadi
pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap,
bersin, menangis dan mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian
akan hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua,
kemudian meningkat cepat antara bulan ke enam dan kedelapan. Celoteh
merupakan indikator mekanisme perkembangan otot saraf bayi.

4
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verba sebagai dasar perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh
mempercepat keterampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia merupakan
kelompok sosial.

3. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat
komunikasi dini pada anak.
Contoh :
a. Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar.
b. Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong
c. Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya
atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan
gerak.

4. Ungkapan emosional
Adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
a. Tubuh yang mengejang atau gerakan – gerakan tangan atau kaki
disertai jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan
pada bayi.
b. Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki, roman
muka tegang dan menangis adalah bentuk ungkapan marah atau tidak
suka.(Kemenkes,2013)

2.3 Peran Bicara Dalam Komunikasi

 Pada Bayi
a. Merupakan ungkapan sayang pada bayi
b. Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja saraf otak dan
merangsang pendengaran untuk merangsang pada indra pendengaran
c. Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan
dan merasa selalu diperhatikan.
d. Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga
lambat laun bayi akan menirukanya

5
 Pada Anak
a. Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan
anak, terutama dalam kematanganan mekanisme bicara. Pertumbuhan
organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi
kemampuan bicara anak.
b. Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak), yang
berkembang 1-18 bulan, saat yang tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak
bisa merespon dengan kata-kata, namun suara atau bicara yang kita
tunjukkan pada bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon dengan
bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau tertawa.
c. Motivasi dan Tantangan
Ajaran dan dorongan bayi untuk mengucapkan dan apa yang bisa
diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang diucapkan
bayi belum sempurna, mungkin yang keluar baru berupa suara-suara atau
kata-kata yang belum jelas sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan
dalam mengajarkan bicara kepada bayi atau anak.
d. Model Untuk Ditiru
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemapuan bicara adalah
stimulus suara. Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi
menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi pada perkembangan bicara
selanjutnya. Dengan demikian ucapan yang kita sampaikan hendaknya
ucapan yang baik dan mendidik.
e. Bimbingan
Upaya untuk membantu ketrampilan bicara anak dapat dilakukan
dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan
dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan anak.
f. Kesempatan Praktek Atau Untuk Berlatih
Agar bayi atau anak dapat segera bicara, maka bayi perlu diajarkan
atau diberikan untuk meniru kata-kata yang sering kita ucapkan.

2.4 Teknik Komunikasi dengan Bayi dan Anak

Teknik yang digunakan saat berkomunikasi dengan anak ada 2, yaitu


teknik verbal dan nonverbal.

1. Teknik verbal yang sering digunakan adalah bercerita (story telling),


biblioterapi, menyebutkan keinginan, dan bermain atau permainan.
2. Teknik nonverbal yang biasa digunakan adalah menulis dan menggambar.

6
 Teknik Verbal
a. Melalui orang atau pihak ketiga
Khususnya mengahadapi anak usia bayi dan todler, hindari
berkomunikasi secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak
ketiga yaitu dengan cara berbicara terlebih dahulu dengan orang tuanya
yang sedang berapa disampingnya, mengomentari pakaian yang sedang
dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan rasa
percaya anak pada perawatan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
yang menjadi tujuan.
b. Bercerita sebagai alat komunikasi
Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak
misalnya, bercerita tentang anak pintar dan saleh yang sedang sakit yang
mematuhi nasihat orang tua dan perawat sehingga diberi kesembuhan oleh
ALLAH Yang Maha Esa. Jadi, ini cerita harus disesuaikan dengan kondisi
anak dan pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak. selama bercerita
gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak. penggunaan
gambar-gambar yang menarik dan lucu saat bercerita akan membuat
penyampaian cerita lebih menarik bagi anak sehingga pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima anak secara efektif.
c. Fasilitasi anak untuk berespons
Satu hal yang penting yang harus diingat, selama berkomunikasi
jangan menimbulkan kesan bahwa hanya kita yang dominan berbicara
pada anak, tetapi fasilitasi juga anak untuk berespons terhadap pesan yang
kita sampaikan. Dengarkan ungkapanya dengan baik, tetapi hati-hati
dalam merefleksikan ungkapan yang negatif. Misalnya, saat anak bicara,
“saya mau pulang, saya tidak suka tinggal di rumah sakit “. Untuk
merespons perkataan anak seperti ini katakan, “ tentu saja kamu akan
pulang jika... supaya kamu senang berada dirumah sakit bagaimana kalau
kita buat permainan yang lain setiap harinya. Suster akan merencanakanya
kalau kamu setuju.
d. Meminta anak untuk menyebutkan keinginanya
Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan anak, minta anak
untuk menyebutkan keinginanya. Katakan apabila suster menawarkan
pilihan keinginan, apa yang paling diinginkan anak saat itu. Keinginan
yang diungkapkanya akan meningkatkan perasaan dan pikirannya saat itu
sehingga dapat mengetahui masalah dan potensial yang dapat terjadi pada
anak.

7
e. Biblioterapi
Buku atau majalah dapat juga digunakan untuk membantu anak
mengekspresikan pikiran dan perasaanya. Bantu anak mengekspresikan
perasanya dengan menceritakan isi buku atau majalah. Untuk itu perawat
harus tahu terlebih dahulu isi dari buku atau majalah tersebut dan
simpulkan pesan yang ada didalamnya sebelum bercerita pada anak.
f. Pilihan pro dan kontra
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah
dengan mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik,
kemudian mintalah anak untuk memulihkan hal yang positif dan negatif
memuat pendapatnya dari situasi tersebut.
g. Penggunaan skala peringkat
Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu,
misalnya mengkaji intensitas nyeri. Skala peringkat dapat berkisar antara 0
pada satu titik ekstrim dan 10 pada satu titik ekstrim lainya. Nilai tingkat
nyeri 1 sampai lima. Kemudian kita tentukan kondisi anak berada pada
angka berapa saat mengungkapkan perasaan sedih, nyeri, dan cemas
tersebut.
0 diartikan sebagai perasaan skala tidak nyeri
1-2 diartikan sebagai skala nyeri ringan
Lebih dari 3-7 diartikan sebagai skala nyeri sedang
Lebih dari 7- 9 diartikan nyeri yang sangat berat
Lebih dari 9-10 diartikan nyeri yang sangat hebat

 Teknik Non Verbal


a. Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tidak
saja dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja.
Perawat dapat memulai komunikasi dengan anak dengan cara
memeriksa atau menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta
untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis perawat dapat
mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan anak.
b. Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk
menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa
yang dipikirkan, keinginan.
Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat
menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara
keluarga (ibu/ayah) dengan anak.

8
c. Kontak mata, postur dan jarak fisik
Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika kita
sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan dengan
cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan anak.
Dengan posisi sejajar akan memungkinkan kita dapat memungkinkan
kontak mata dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang
dikomunikasikan anak.
d. Ungkapan marah
Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah
dengan baik dan penuh perhatian apa yang menyebabkan ia merasa
jengkel dan marah. Untuk memberikan ketenangan anak pada saat marah,
duduklah dekat dia, pegang tangannya atau pundaknya atau peluklah dia.
e. Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang
sebagian tangan atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan di
kepala, berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk memberikan
perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak
dan orang tua. (Kemenkes, 2013)

Di samping itu, yang perlu diperhatikan perawat saat berkomunikasi dengan anak
adalah menjaga intonasi şuara, pengalihan, kontak mata, sikap/postur tubuh, dan
menjaga jarak fisik, serta sentuhan.

"Hati-hati: Jangan sentuh anak dan hindari kontak fisik dengan anak jika mereka
belum mengenal Anda."

"Membina hubungan saling percaya pada anak dapat meningkatkan rasa aman
anak.”

2.5 Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Pada Bayi


Dan Anak

1. Penerapan komunikasi pada bayi (0-1 tahun)


Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu
mereka berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginanya melalui
komunikasi non verbal. Bayi akan tampak tenang dan merasa nyaman dan
aman jika ada kontak fisik yang dekat terutama dengan orang yang
dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan
bahwa ada sesuatu yang tidak enak dia rasakan, lapar, popok basah,
kedinginan,lelah dan lain-lain.

9
2. Penerapan komunikasi pada kelompok todler (1-3 tahun) dan prasekolah
(3-6 tahun)
Pada usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal
maupun non verbal. Ciri khas kelompok ini adalah egosentris, dimana
mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri
dan melihat segala sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri.
Contoh penerapan komunikasi dalam perawatan :
a. Memberitahu apa yang terjadi pada diri anak
b. Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan
c. Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika tidak menjawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana
d. Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab
dong”
e. Mengalihkan aktifitas saat komunikasi misalnya dengan memberikan
mainan saat komunikasi
f. Menghindari konfrontasi langsung
g. Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak
h. Bersalam dengan anak saat memulai interaksi, karena bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas
i. Mengajak anak menggambar, menulis atau bercerita untuk menggali
perasaan dan fikiran anak.

3. Komunikasi pada usia sekolah (7-11 tahun)


Pada masa anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru
dan akan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya, berani mengajukan pendapat dan
melakukan klarifikasi yang tidak jelas baginya.
Contoh penerapan komunikasi dalam keperawatan
a. Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan
menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik
b. Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak
c. Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi, maka jelaskan arti, fungsi dan
prosedurnya
d. Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara afektif.

10
llustrasi Kasus:

Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat di rumah sakit dengan


diagnosis thypus abdominalis. Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui bahwa
suhu anak 38 C, banyak keluar keringat dan kadang-kadang muntah. Anak selalu
ingin bergerak dan bermain. Anak mengatakan takut disuntik dan tidak mau di
rumah sakit. Pasien direncanakan terapi secara intra vina (IV line therapy) untuk
mempertahankan keseimbangan (balance) cairan dan pemberian Obat.

A. PERSIAPAN

1. Alat dan Bahan (Materi)


a. Kasus
b. Format SP komunikasi
c. Skenario SP komunikasi
d. Instrumen observasi
e. Pasien model
f. Siapkan alat (permainan) yang dapat digunakan sebagai media
bermain dan pengalihan anak, misalnya stetoscope mainan atau
benda-benda lain yang menjadi kesukaan anak.
5. Persiapan Lingkungan
a. Desainlah lingkungan/setting tempat untuk interaksi (sesuai setting
lokasi dalam kasus, misal ruang perawatan, klinik, ruang
konsultasi, atau rumah).
b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk rasa aman
anak.
6. Pembagian Peran
a. Membentuk kelompok
b. Menentukan peran: model pasien, model ibu, dan model peran
perawat.
c. Menentukan observer untuk mengobservasi praktik komunikasi
yang dilakukan pelaku praktik dengan menggunakan cekhlist
komunikasi.
7. Pengembangan Skenario Percakapan(sesuai Format)
a. Fase Orientasi
b. Fase Kerja
c. Fase Terminasi

11
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI

Kondisi Pasien:

Pasien anak perempuan usia 5 tahun dirawat di rumah sakit dengan


diagnosis thypus abdominalis.

Pemeriksaan fisik suhu 38 C, banyak keluar keringat dan kadang-kadang


muntah. Anak selalu ingin bergerak dan bermain keluar ruangan, takut disuntik,
dan tidak mau di rumah sakit.

Pasien direncanakan terapi secara intra vena (IV line therapy) untuk
mempertahankan keseimbangan (balance) cairan dan pemberian Obat.

Diagnosis Keperawatan:

 Risiko komplikasi (perdarahan, perforasi)

Rencana Keperawatan:

1. Istirahat pasien di atas tempat tidur (bedrest).


2. Lakukan pemasangan IV line dan berikan cairan/obat sesuai terapi.

Tujuan:

 Tidak terjadi komplikasi, pasien kooperatif selama perawatan.

SP Komunikasi

Fase Orientasi

Salam terapeutik : "Halo, sayang, selamat pagi. Saya Ibu Tri. Bolehkah
salaman sama adik?" (sambil memberikan alat permainan
untuk pengalihan)

Evaluasi dan validasi : "Adik cantik sekali, apa kabar? Mainannya bagus, apakah
adik suka?"

Kontrak : "Adik sementara tidur di sini, ya. Ditunggu ayah dan ibu.
Saya akan memasang alat ini ke tangan adik, dibantu oleh
ibu, boleh, kan? Sebentar saja, ya, supaya adik cepat
sembuh".

12
Fase Kerja (Tuliskan Kata-kata sesuai Tujuan dan Rencana yang Akan
Dicapai/Dilakukan)

Perawat : "Sebelum alatnya dipasang, ayo berdoa dulu bersama-sama ayah


dan ibu, semoga alatnya tidak menyakiti adik dan cepat diberikan
kesembuhan. Bismillah".

Pasien : (Respons anak)

Perawat : "Sudah siap? Ayo, kita mulai, ya. Boleh pinjam tangannya
sebentar? Dibersihkan dulu, ya. Sakit sedikit, ya, sayang. Apakah
adik merasakan sakit?"

Pasien : (Respons anak: menangis atau menjerit)

Perawat :"Nah, sudah selesai alatnya dipasang. Sakit apa nggak? Untuk
sementara, alat ini biar nempel di tanganmu, ya. Adik adalah anak
hebat karena berani dipasang alat di tanganmu. Alat ini bisa
sebagai sarana untuk mempercepat kesembuhan adik sehingga adik
cepat bisa pulang dan sekolah kembali".

Pasien : (Respons anak)

Perawat : "Baiklah, tugas saya sudah selesai. Adik boleh bermain sambil
tiduran di atas tempat tidur. Lebih baik tidak turun dari tempat tidur dulu, ya,
supaya segera bisa sembuh".

Pasien : (Respons anak)

Fase Terminasi

Evaluasi subjektif/objektif : "Bagaimana rasanya setelah dipasang alat di


tangan?"

Rencana tindak lanjut : "Saya akan datang secara teratur untuk


memastikan bahwa alat tetap terpasang dan terapi
dapat dilakukan sesuai rencana

Kontrak yang akan datang : "Tiga puluh menit lagi saya akan kembali untuk
melihat bahwa alat di tangan adik aman dan adik
tidak merasa kesakitan"

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berkomunikasi dengan anak diperlukan teknik khusus agar hubungan yang


dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.
Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada anak, yaitu
teknik komunikasi verbal dan nonverbal. Gunakan alat-alat permainan yang
disenangi sebagai media pengalihan pada pasien anak.Perkembangan komunikasi
pada anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan spesifik pada setiap
tingkat perkembangannya.Gunakan intonasi suara yang sedang, lembut, dan tidak
memaksa. Minta izin lebih dahulu sebelum menyentuh anak atau menyentuh
barang-barang yang disenangi anak.

Pada usia sekolah dan remaja, mereka telah mampu memahami komunikasi
melalui penjelasan sederhana. Orang tua harus bisa menjadi teman buat remaja,
ajak mereka diskusi jika remaja tampak mempunyai masalah. Gunakan teknik-
teknik komunikasi terapeutik. Kenalilah masalah remaja sedini mungkin dan
segera berikanlah bantuan jika remaja mengalami kesulitan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis
harapkan guna kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Anjaswarni, Tri. 2016 . Komunikasi Dalam Keperawatan. kementrian


kesehatan republik indonesia
 D, S. G. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan . Jakarta: Gunung
Mulia.
 RI, K. (2013). Komunikasi Dalam Keperawatan Modul 2. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan.
 Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai