Buku Tentang Profesi Keperawatan-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 74

BUKU TENTANG PROFESI DALAM KEPERAWATAN

Disusun Oleh :
1. Anjar Paraswati
2. Ati Wahyuning Kekeh
3. Atika Fadilla
4. Mas’Okta Sidhiq S
5. Putri Ariyola
6. Rahayu Viantara
7. Rapika Yanti

Jl. Panjajaran No. 1, Pamulang Barat, Tangerang selatan ,


Banten - 15417

BAB I
Pengertian Profesi

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa
Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu
tugas khusus secara tetap/permanen".
Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah
pada bidang hukum, kesehatan, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.
Seseorang yang berkompeten di suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walau demikian,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan
kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu
profesi.
Pengertian Profesi Keperawatan
Profesi Perawat. Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya,
secara bertahap mulai berkembang. Pengertian perawat dan keperawatan itu sendiri diartikan
oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam berbagai bentuk rumusan, seperti
oleh Florence Nightingale, Goodrich,Imogene King,Virginia Henderson,dan sebagainya.

Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi perawat bila di rumah sakit adalah
'pembantu dokter'. Seorang perawat banyak diartikan serta dipersepsikan sebagai seseorang yang
hanya menuruti kata dokter dan bisa di suruh-suruh seenaknya. Semua itu jelas salah total. Dan
asumsi yang masih banyak di masyarakat ini memang harus dikikis habis. Perawat itu bukan
pembantu dokter melainkan sebuah profesi yang sebenarnya setingkat dengan dokter. Bila dokter
adalah dalam hal medisnya sedangkan perawat dengan profesi perawat tentunya bertugas dan
berperan di bidang keperawatan itu sendiri.

Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan
dan juga profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter,
apoteker, dokter gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka untuk itulah dikatakan bahwa perawat
adalah sebuah profesi. Profesi perawat.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena memiliki beberapa hal.
Beberapa hal yang menjadikan keperawatan sebagai profesi adalah sebagai berikut :
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing). Landasan ilmu
pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah diantaranya cabang ilmu keperawatan
klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu keperawatan komunitas , cabang ilmu
penunjang.
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi salah
satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan pada tiap negara
berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika
keperawatan yang dimilikinya, dan di negara Indonesia memiliki kode etik
keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah nasional dengan nama kode etik
keperawatan Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat sebagai
profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan keperawatan telah dikembangkan
dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai dari jenjang D III
Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi.
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian asuhan keperawatan (askep) dikembangkan sebagai bagian
integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di
setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan / askep yang dikembangkan bersifat
humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman pada standar
asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
5. Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi. Perawat dikatakan sebagai profesi
karena keperawatan memiliki organisasi profesi sendiri yaitu PPNI. Profesi perawat diakui
karena memang keperawatan harus memiliki organisasi profesi yakni yang disebut
dengan PPNI. organisasi profesi ini sangat menentukan keberhasilan dalam upaya
pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya
membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam inovasi
keperawatan di Indonesia.
6. Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan sebagai sebuah
profesi karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat profesional selalu
menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan.
7. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab
untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam memberikan askep dan
menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan
pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk legislasi
keperawatan ( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 ).
Sejarah Profesi Keperawatan Dunia

Keperawatan pada zaman kuno

Pada masyarakat primitif, tugas sebagai perawat sudah diberikan kepada seseorang, sebelum dia
memiliki kemampuan untuk membuat pilihannya sendiri. Seperti yang terjadi pada masyarakat
suku Indian Zuni yang tinggal di gurun new mexico, suku Zuni percaya bahwa bayi yang lahir
dengan plasenta menutupi wajahnya adalah pertanda bayi tersebut ditakdirkan untuk menjadi
seorang perawat. (Henly & Moss, 2007).

Perawat pada masa awal hanya mempelajari keperawatan melalui observasi, melihat cara
pendahulunya merawat orang lain, yang dipraktikkan secara turun temurun, dari generasi ke
generasi, melalui trial & error.

Selama abad pertengahan, perawatan kepada pasien belum memiliki kualitas yang baik. Lebih
dari satu pasien ditempatkan dalam satu tempat tidur, dengan kaki pasien yang satu diatas kepala
pasien yang lain. Pasien-pasien itu juga tidak memiliki diagnosa medis pada saat dirawat,
sehingga semua pasien dicampur menjadi satu, pasien dengan patah kaki mungkin ditempatkan
ditempat tidur yang sama bersama dengan pasien cacar dan TBC (Robinson, 1946).

Keperawatan pada zaman Eropa moderen awal

Profesi keperawatan merupakan profesi “pilihan terakhir” masyarakat eropa pada zaman ini. Di
Inggris, profesi sebagai perawat biasanya dilakukan oleh perempuan dari kelas bawah, atau
perempuan yang terlalu tua untuk menemukan jenis pekerjaan yang lain. Citra perawat sangatlah
buruk, sebuah catatan rumah sakit melaporkan bahwa perawat sering diberikan sanksi karena
berkelahi, menggunakan kata-kata kasar, mencuri dan melakukan pemerasan kepada pasien-
pasiennya (Pavey, 1953).

Charles Dicken, seorang penulis pada zaman Victoria, menggambarkan betapa buruknya citra
profesi keperawatan melalui karakter “Sairey Gamp” dan “Betsey” didalam novelnya yang
berjudul “Martin Chuzzlewit”. Perawat versi Charles Dicken ini sering mabuk-mabukan saat
bertugas, sering melakukan hubungan intim dengan pasien dan terlihat senang bila ada pasiennya
yang meninggal dunia (Dolan, 1968).

Kedatangan Florence Nightingale dan asal mula Keperawatan Profesional

Kedatangan Florence Nightingale tidak hanya mereformasi dunia keperawatan pada waktu itu,
tetapi juga meletakkan dasar keperawatan menjadi sebuah profesi yang diakui masyarakat.
Florence Nightingale adalah keluarga bangsawan Inggris, ia diberikan pendidikan yang baik oleh
ayahnya, Florence belajar bahasa Yunani, Latin, Jerman, Prancis dan Italia serta ilmu-ilmu
matematika, sains, literatur kuno dan literatur modern (Nutting & Dock, 1907).

Dengan latar belakang keluarga dan semua pendidikan yang dimilikinya, Florence malah
memilih untuk menjadi seorang perawat, lalu mendedikasikan diri dalam pelayanan
kemanusiaan. Tentu saja orang tua Florence menolak mentah-mentah pilihannya menjadi
perawat karena tidak cocok untuk wanita sekelasnya. Ketika neneknya sedang sakit, Florence
merawat neneknya dengan sangat baik sampai meninggal dunia. Melihat tekad dan kegigihannya
tersebut, maka melunaklah hati kedua orang tuanya dan memberikan izin kepada Florence untuk
menjadi seorang perawat.
Florence berangkat untuk mendapatkan pelatihan menjadi perawat di "Pastor Fliedner's
Deaconess Home and Hospital" Jerman pada Juli 1851 dimana ia belajar informasi dasar
mengenai perawatan pasien. Ketika Florence kembali ke Inggris, ia diangkat menjadi
pengawas "Upper Harley Street Hospital." Selama masa menjabat, Florence sempat melakukan
perjalanan ke Paris untuk melakukan studi banding di "Chatolic Sisters of Charity, Charity," dan
kemudian menjadi perawat sukarelawan di "Middlesex Hospital" ketika wabah kolera menyerang
Prancis.

Pada tahun 1854, Rusia menyatakan perang kepada tentara gabungan Inggirs, Prancis dan Turki.
Perang Krimea pun pecah. Florence Nightingale mendengar kabar angka kematian tentara
inggris mencapai 41 persen. Yang lebih mengejutkannya adalah kabar bahwa Inggris kekurangan
perawat dan lebih banyak tentara Inggris yang mati karena penyakit daripada mati karena cidera
akibat perang.

Florence memutuskan secepatnya berangkat ke krimea untuk membantu tentara-tentara Inggris,


dengan menggunakan pengaruh politiknya sebagai wanita bangsawan, Florence dan teman-
teman sejawatnya dengan mudah mendapatkan izin untuk berangkat ke Krimea. Sesampainya
disana Florence melihat bahwa penyakit dan tingginya angka kematian tentara Inggris adalah
karena higienitas yang buruk, karena itu Florence menginstruksikan agar barak tentara dan
bangsal rumah sakit harus benar-benar dibersihkan, sinar matahari dan udara segar juga harus
dapat masuk. Dalam hitungan bulan, angka kematian tentara Inggris menurun drastis. Florence
adalah pencetus higienitas dan sterilitas di rumah sakit dan metodenya ini sampai sekarang masih
dipakai oleh rumah sakit diseluruh dunia

Florence Nightingale mendokumentasikan hasil dari perawatannya selama perang Krimea dan
menggunakannya sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya (Woodham-Smith, 1951). Melalui
pekerjaannya ini, Florence Nightingale telah meletakkan dasar dari praktik berbasis bukti
modern (modern evidence-based practice). Sekembalinya Florence ke Inggris, dia dielu-elukan
bak pahlawan dan sebagai balasan atas pekerjaannya yang baik, masyarakat Inggris
mengumpulkan dana dan memberikan sejumlah uang kepada Florence yang akhirnya digunakan
untuk membangun Sekolah Keperawatan Nightingale (Nightingale School of Nursing) di RS St,
Thomas, London.

Kemajuan dunia sains dan Kedokteran

Abad ke-19 ditandai dengan kemajuan yang pesat dalam aktivitas intelektual manusia dan sains
mulai berkembang. Kemajuan ini turut pula mempengaruhi dunia Kedokteran dan perkembangan
profesi keperawatan. Di awal abad ke-20, tanda dan gejala dari banyak penyakit mulai
teridentifikasi. Instrumen-instrumen baru dikembangkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi
tubuh manusia. Antiseptik dan anestesia membuat prosedur pembedahan yang rumit mulai dapat
dilakukan.
Meningkatnya pengetahuan berbasis sains membuat prosedur baru dengan teknologi canggih dan
kompleks semakin banyak. Perawatan bagi pasien dengan metode terbaik dapat diberikan oleh
rumah sakit. Perkembangan dunia medis ini mempengaruhi pula majunya dunia keperawatan,
perawat berpendidikan dan terlatih dalam pemberian perawatan dan pengobatan kepada pasien
semakin dibutuhkan.
Hadirnya Asosiasi Keperawatan di Dunia

Pada bulan Mei-Oktober 1983, World fair dan Eksposisi Kolombia diadakan di Chicago untuk
merayakan 400 tahun Colombus datang ke dunia baru. Berbagai konvensi dan konferensi
dilakukan saat itu, termasuk konferensi amal internasional, konferensi ini dikepalai oleh Isabel
Hampton. Isu yang diangkat Hampton pada saat itu adalah fakta-fakta tentang dunia
keperawatan, dia menyebutkan bahwa hanya sepersepuluh dari perawat di Amerika yang lulus
dari sekolah keperawatan, 90 persen sisanya hanya menerima pelatihan merawat pasien dan tidak
melalui pendidikan formal. Untuk itu dia mengajukan bahwa harus ada badan yang mengatur
izin perawat, dalam rangka melindungi masyarakat, agar masyarakat dapat membedakan mana
perawat terdidik dan mana perawat yang tidak.

Kemudian para pemimpin-pemimpin dalam keperawatan menyuarakan perhatiannya tentang


kebutuhan lisensi perawat, mereka memanggil seluruh perawat untuk bersatu, untuk
mengembangkan profesi keperawatan. Tahun 1986, The Nurses Associated Alumnae of the
United States and Canada", yang berikutnya menjadi ANA (American Nurse Association)
dibentuk.

Efek Depresi Besar-besaran bagi Keperawatan di Amerika Serikat

Hancurnya pasar saham di Amerika Serikat pada tahun 1929 menyebabkan depresi besar. Setiap
kelompok pekerja hancur oleh runtuhnya perekonomian bangsa. Kebanyakan perawat pada saat
itu hidup dengan melakukan praktik secara mandiri, disewa untuk melakukan perawatan
dirumah-rumah. Namun, karena ekonomi sedang kacau, pasien-pasien tidak sanggup lagi untuk
membayar jasa perawat dirumah yang tergolong mahal, akibatnya banyak perawat yang menjadi
pengangguran.

Masa-masa depresi juga menurunkan tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit, akibatnya omset
rumah sakit menurun dan banyak rumah sakit yang menggunakan siswa sekolah
keperawatannya untuk dipekerjakan sebagai perawat dan melakukan perawatan pada pasien.
Rumah sakit yang tidak memiliki sekolah keperawatan sendiri, memperkerjakan perawat yang
tidak berpendidikan formal dan tidak ter-registerasi.

Diperkirakan rumah sakit yang memiliki sekolah keperawatan sendiri pada saat itu, 73 persen
tidak memiliki perawat yang berpendidikan formal. Beberapa rumah sakit memutuskan untuk
hanya memakai perawat yang tidak terlatih dengan bayaran berupa tempat tinggal, makanan dan
laundry, tetapi tanpa digaji (Kalisch & Kalisch, 1995).

Tindakan untuk memulihkan ekomoni nasional disahkan oleh kongres AS pada tahun 1933,
tindakan ini dilakukan dalam upaya untuk mencarikan pekerjaan kepada warga negara mereka
yang menganggur, tetapi upaya pemerintah tersebut tidak berlaku untuk perawat.
Kemudian American Nurses Asociation (ANA) merespon hukum ini dengan mengeluarkan
pernyataan.
1. Rencana pemulihan ekonomi harus mempertimbangkan ribuan perawat profesional yang
masih menganggur.
2. Dalam semua kasus, jenis pelayanan keperawatan yang paling efektif harus tersedia
untuk pasien.
3. Sedapat mungkin, perawat harus bekerja atas dasar 8 jam sehari atau 48 jam seminggu
4. Gaji perawat harus diatas rata-rata
5. Perawat tidak diharapkan untuk bekerja lebih dari 8 jam sehari
Pada tahun 1933, regulasi 8 jam bekerja untuk perawat rumah sakit di sahkan. Jam ini
diperjuangkan agar dapat perawat yang masih menganggur dapat mendapatkan pekerjaan, karena
jika perawat hanya bekerja sebanyak 8 jam, maka kebutuhan tenaga juga semakin banyak
dibandingkan dengan 12 jam kerja.

Kemajuan dalam Dunia Pendidikan Keperawatan

Sistem magang dalam pendidikan keperawatan sering dikritik oleh para akademisi dan lembaga
Peninjau karena dipandang sebagai eksploitasi tenaga kerja kepada para siswa. Kemudian di
tahun 1919, Komite Studi Pendidikan Keperawatan yang didanai oleh Yayasan Rockefeller,
didirikan untuk mengkaji pendidikan keperawatan. Komite tersebut mengeluarkan laporan
berjudul Goldmark Report (1923), merekomendasikan bahwa pendidikan keperawatan harus
memiliki standar dan harus lebih terfokus pada pendidikan daripada terfokus pada pasien.
Laporan tersebut juga merekomendasikan bahwa pendidikan keperawatan harus dipindahkan ke
Universitas dan perawat pendidik harus menerima pendidikan lanjut yang dibutuhkan dalam
peran mereka.

Meskipun beberapa perubahan dalam dunia keperawatan telah di implementasikan setelah


keluarnya Goldmark Report. Pengurus rumah sakit menolak perubahan dalam pendidikan
keperawatan karena kebijakan itu akan menghilangkan "pekerja gratis" yang mereka dapatkan
dari siswa keperawatan.

1926, Komite Penyamarataan Sekolah Keperawatan dibentuk dan kemudian mengeluarkan


laporan berjudul, Nurses, Patients and Pocketbooks, yang kemudian dikenal sebagai Burgess
Report (1928). Komite merekomendasikan bahwa pelamar untuk sekolah keperawatan harus
berdasarkan kriteria penerimaan dan sekolah rumah sakit keperawatan harus berfokus pada
pendidikan bukan penyediaan tenaga perawatan pasien. Burgess Report lebih lanjut mengecam
sebuah rumah sakit yang menggunakan dana dari perawatan pasien untuk membiayai sekolah
keperawatannya. Sayangnya rekomendasi dari Burgess Report juga diabaikan.

Evaluasi ketiga dari pendidikan keperawatan, The Future of Nursing, ditulis oleh Ester Brown
(1948). Seperti halnya kedua evaluasi yang telah dikeluarkan sebelumnya, Brown
merekomendasikan bahwa Sekolah keperawatan harus memiliki otomoni sendiri dan terpisah
dari rumah sakit, rekrutmen pendidik sarjana muda atau sederajat dan mengharapkan sekolah
keperawatan lebih bijak untuk memilih lokasi yang akan digunakan untuk praktek siswa.

Tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencari gelar sarjana. Tren ini
dikarenakan oleh perubahan-perubahan dramatis dalam perawatan kesehatan dan kemajuan
teknologi yang semakin maju dalam bidang kedokteran dan keperawatan (Kalisch & Kalisch,
1995).
Kemajuan dalam Praktik Keperawatan

Pertumbuhan gelar master dalam keperawatan, memberi banyak kemajuan dalam peran perawat,
antara lain peran sebagai perawat spesialis klinik, perawat praktisi, peneliti dan perawat manajer.
Perawat spesialis klinik mempunyai keahlian didalam area klinikal, mereka dididik untuk
memberikan pelayanan kepada pasien yang menderita masalah kesehatan yang kompleks yang
membutuhkan area yang terspesialisasi. Gelar perawat praktisi pertama digunakan di Universitas
Colorado. Kemajuan juga terjadi dalam penelitian keperawatan, para pemimpin-peminpin
keperawatan berjuang untuk membangun keperawatan sebagai sebuah disiplin ilmu yang
terpisah dari kedokteran.

Sejarah Profesi Keperawatan di Indonesia


Masa Sebelum Kemerdekaan
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
Verpleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada
rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan pada tahun 1799 untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah Belanda pada masa itu antara lain
membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Pendirian rumah sakit ini
termasuk usaha Deandels mendirikan rumah sakit di Semarang dan Surabaya. Karena tujuannya
hanya untuk kepentingan tentara belanda, maka tidak diikuti perkembangan keperawatan.
Sebaliknya, Gubernur Jenderal Inggris, Raffless, sangat memperhatikan kesehatan rakyat.
Semboyannya adalah kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain mengadakan pencacaran umum,
membenahi cara perawatan pasien gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan
para tahanan.

Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan


penduduk mengalami kemajuan. Pada tahun 1819 di Jakarta didirikan beberapa rumah sakit,
salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadverband berlokasi di Glodok Salemba yang
sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi rumah
sakit pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Pada kurun waktu 1816-1942 berdiri
bebrapa rumah sakit swasta milik Misionaris Katolik dan Zending Protestan antara lain Rumah
sakit PGI Cikini, Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Rumah Sakit St. Boromeus Bandung dan
Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit diatas, didirikan
sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, RSCM
tahun 1912 ikut menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Itulah sekolah perawat pertama yang
berdiri di Indonesia meskipun baru pendidikan okupasional.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun 1942-1945 menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerja perawat pada masa Belanda
dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas
perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik untuk menjadi perawat.
2.1.2 Masa Setelah Kemerdekaan
1. Periode tahun 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan merupakan masa transisi
Pemerintah Republik Indonesia sehingga dapat dimaklumi jika masa ini boleh dikatakan tidak
ada perkembangan. Demikian pula tenaga perawat yang digunakan diunit-unit pelayanan
keperawatan adalah tenaga yang ada, pendidikan tenaga keperawatan masih meneruskan sistem
pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan “Perawat” Pemerintah Belanda).
Pendidikan keperawatan dari awal kemerdekaan sampai tahun 1953 masih berpola pada
pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh, sampai dengan
tahun 1950 pendidikan tenaga keperawatan yang ada adalah pendidikan tenaga keperawatan
dengan dasar pendidikan umum Mulo +3 tahun untuk mendapatkan ijazah A (perawat umum)
dan ijazah B untuk perawat jiwa. Ada juga pendidikan perawat dengan dasar sekolah rakyat +4
tahun pendidikan yang lulusannya disebut mantri juru rawat. Baru pada tahun 1953 dibuka
sekolah pengatur rawat dengan tujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang lebih
berkualitas. Namun, pendidikan dasar umum tetap SMP yang setara dengan Mulo dengan lama
pendidikan tiga tahun. Pendidikan ini dibuka di tiga tempat (yaitu di Jakarta, di Bandung dan di
Surabaya), kecuali pendidikan perawat di Bandung, keduanya berada dalam institusi rumah sakit.
Tahun 1955 di buka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan dasar umum sekolah
rakyat ditambah pendidikan satu tahun dan Sekolah Pengamat Kesehatan yaitu sebagai
pengembangan SDK ditambah pendidikan satu tahun. Ditinjau dari aspek pengembangannya
sampai dengan tahun 1955 ini tampak pengembangan keperawatan tidak berpola, baik tatanan
pendidikannya maupun pola ketenagaan yang diharapkan.
Tahun 1962 dibuka Akademi Perawatan, yaitu pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar
pendidikan umum SMA di Jakarta, di RSUP Cipto Mangunkusumo yang sekarang kita kenal
sebagai Poltekkes Jurusan Keperawatan Jakarta yang berada di Jalan Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Sekalipun sudah ada keinginan bahwa pendidikan tenaga perawat berada pada pendidikan tinggi,
namun konsep-konsep pendidikan tinggi belum tampak. Hal ini dapat ditinjau dari
kelembagaannya yang berada dalam organisasi rumah sakit, kegiatan institusi yang belum
mencerminkan konsep pendidikan tinggi yaitu kemandirian dan pelaksanaan fungsi perguruan
tinggi yang disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi, di samping itu Akademi Keperawatan tidak
berada dalam sistem pendidikan tinggi nasional namun, berada dalam struktur organisasi institusi
pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Demikian juga penerapan kurikulumnya yang masih
berorientasi pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya konsep-konsep keperawatan.
2. Periode tahun 1963-1982
Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan,
sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan, tempat tenaga lulusan Akademi
Keperawatan banyak diminati oleh rumah sakit-rumah sakit, khususnya rumah sakit besar.
3. Periode tahun 1983-sekarang
Sejak adanya kesepakatan pada lokakarya nasional (Januari 1983) tentang pengakuan dan
diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi, dan pendidikannya berada pada pendidikan
tinggi, terjadi perubahan mendasar dalam pandangan tentang pendidikan keperawatan.
Pendidikan keperawatan bukan lagi menekankan pada penguasaan keterampilan, tetapi lebih
pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan, disertai dengan
landasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagai
perwujudan lokakarya tersebut di atas pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum nasional untuk
Diploma III Keperawatan.
Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan Indonesia, yang sampai saat ini masih
perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah diakui sebagai suatu profesi maka
pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
terutama pada pasal 32 yang berbunyi:
Ayat 3: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ayat 4: Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
Tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia dan kurikulum pendidikan tenaga keperawatan jenjang S1 juga disahkan.
Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan karena pada tahun ini secara
hukum keberadaan tenaga keperawatan sebagai profesi diakui dalam undang-undang yaitu yang
dikenal dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai penjabarannya.
Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Keperawatan di Indonesia, yaitu di Universitas
Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah menjadi Fakultas
Keperawatan.
Tahun 1998 dibuka kembali program Keperawatan yang ketiga yaitu Program Studi Ilmu
Keperawatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kurikulum Ners. disahkan, digunakannya
kurikulum ini merupakan hasil pembaharuan kurikulum S1 Keperawatan tahun 1985.
Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka, yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di
Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang, PSIK di Universitas
Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK di Universitas Sumatera Utara, PSIK di Universitas
Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud No.
129/D/0/1999 dibuka juga Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St. Carolus Jakarta. Pada
tahun ini juga (1999) kurikulum DIII Keperwatan selesai diperbaharui dan mulai
didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional.
Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai
regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan
praktik keperawatan secara professional.

2.2 Sejarah Perkembangan PPNI


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat indonesia,
didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis
perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah / organisasi nasional (fusi dan
federasi). Sebagai fusi dari beberapa organisasi yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa
kali perubahan baik dalam bentuknya maupun namanya. Embrio PPNI adalah
Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921. Pada
saat itu profesi perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang
dilaksanakan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong
perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian
kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942. Pada masa
penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan
merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan
dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi profesi
tidak jelas keberadaannya.
Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi Keperawatan.
Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945-1954 yaitu Persatuan Djuru Kesehatan
Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS) dan Serikat Buruh Kesehatan
(SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi
organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI). sebagai
upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK)
karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam kurun waktu 1951-1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI
menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan
dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan organisasi
keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi
tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang
resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.
Nama-nama pendiri PPNI antara lain:
1. Oyoh Radiat, MSc dari IPI-Jakarta (PB)
2. H.B. Barnas dari IPI-Jakarta (PB)
3. Maskoep Soerjo Soemantri dari IPI-Jakarta (PB)
4. J. Soewardi dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
5. Sjuamsunir Adam dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
6. L. Harningsih dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
7. Wim Sumarandek, SH dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
Kongres Pertama (I) dibuka oleh Menkes RI di Balai Sidang Senayan Jakarta dan siding-sidang
dilaksanakan di Komplek Angkatan Laut jalan Kwini Jakarta Pusat berlangsung pada tanggal 15-
20 Nopember 1976 dengan hasil-hasil Konggres:
1. Kode Etik Keperawatan Indonesia
2. AD/ART PPNI
3. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
4. Bendera dan Lambang Organisasi
5. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Konggres Kedua (II) dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni 1980 di Surabaya The Smilling
Nurse Oyoh Radiat, MSc terpilih kembali sebagai ketua dan telah terjadi regenerasi walaupun
masih terbatas. Keperawatan sebagai pendidikan tinggi mulai dibicarakan lebih inten, konsep
keperawatan sebagai profesi belum tergali dengan baik, kontak dengan International Council
Nurse (ICN) telah diprakarsai walupun belum inten dan efektif.
Hasil keputusan Kongres:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI

3. Penetapan Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Konggres Ketiga (III) dilaksanakan pada tanggal 15-18 Desember 1984 di Jakarta. Konggres ini
dibuka di Istana Negara oleh Presiden RI Bapak Soeharto, sidang ilmiah dan organisasi
dilaksanakan di Wisma Wiladatika / Panti Usila Cibubur Jakarta Timur.
Hasil Konggres Ketiga adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Drs. Husein, SKM
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Pada Konggres Ketiga ini diadakan penyempurnaan AD / ART ang intinya adalah mengganti
istilah:
1. Konggres Nasional menjadi Musyawarah Nasional
2. Pengurus Besar menjadi Dewan Pimpinan Pusat
3. Pengurus Wilayah menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I
4. Pengurus Cabang menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II

Musyawarah Nasional Keempat (IV) berlangsung pada tanggal 27 Nopember-1 Desember 1989
dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah. Hasil yang disepakati pada Munas IV ini adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Setien Wuntu, MPH
Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
Sekretariat : Pusdiklat Depkes RI Jl. Hangjabat Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Dalam Munas IV ini telah diputuskan “Ikrar Perawat Indonesia”

Musyawarah Nasional Kelima (V) dilaksanakan pada tanggal 5-29 Januari 1995 bertempat di
Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Bapak Tri
Sutrisno. Sidang – sidang ilmiah dan organisasi juga diselenggarakan di Wisma Haji Jakarta.
Hasil Munas Kelima adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Drs. Husein, SKM
Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
1. Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Musyawarah Nasional Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal 16-18 April 2000,
Munas dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Bapak dr. Sujudi, MPH.
Hasil kesepakatan Munas VI antara lain:

1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Program Kerja PPNI
3. 13 Keputusan dan Rekomendasi diantaranya:
1. Kode Etik Keperawatan Indonesia
2. Legislasi Praktek Keperawatan
3. Dewan Pimpinan Pusat diganti Dewan Pengurus Pusat
4. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I diganti Pengurus Propinsi
5. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II diganti Pengurus Kabupaten / Kota
Pergantian Kepengurusan :
Ketua : Achir Yani S. Hamid, DNSc
Sekretaris : Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep.
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Musyawarah Nasional Ketujuh (VII) dilaksanakan pada tanggal 24-28 Juli 2005 di Menado
Convention Centre (MCC) Jalan Piere Tendean Boulevard Manado.
Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum tahun 1950 : Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan.
2. Tahun 1950 : Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat
(SPR).
3. Tahun 1945-1950 : Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan
Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan
Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.
4. Tahun 1962 : Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
5. Tahun 1955-1974 : Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan
Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat
Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi
Tenaga Keperawatan.
6. Tahun 1974 : Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar
yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat
(SPR).
7. Tahun 1974 : Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
8. Tahun 1876 : Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan
pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.
9. Pada Januari 1983 : Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang
menghasilkan:
a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;
b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan;
c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas
profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan
pendidikan keperawatan.
10. Tahun 1985 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1-Keperawatan)
yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum
terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
11. Tahun 1999 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).
12. Tahun 2000 : Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri
Kesehatan.

2.3 Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia


Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body of
knowledge” yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga
dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu
dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat
memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.
Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah suatu Sistem
Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam melaksanakan hal ini tentunya dibutuhkan sumber
daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik, baik
dalam kuantitas maupun dalam kualitas.
Saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan di Indonesia masih merupakan pendidikan yang
bersifat vocational, yang merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan idealnya pendidikan
Keperawatan harus bersifat profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik.
Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu
dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini telah dilakukan
oleh Indonesia dengan membentuk sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang
dimulai sejak tahun 1985, yang kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan
vocational.
Selanjutnya, dalam perjalanan perkembangan keprofesionalismeannya, ternyata
keprofesionalismean Keperawatan sulit tercapai bila pendidikan vocational lebih banyak dari
pada pendidikan yang bersifat profesionalisme, dalam hal ini pendidikan tinggi Keperawatan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya standarisasi kebijakan tentang pendidikan Keperawatan yang
minimal berbasis S1 Keperawatan.
Terkait hal tersebut, Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No 427/ dikti/ kep/ 1999,
tentang landasan dibentuknya pendidikan Keperawatan di Indonesia berbasis S1 Keperawatan.
SK ini didasarkan karena Keperawatan yang memiliki “body of knowladge” yang jelas, dapat
dikembangkan setinggi-tingginya karena memilki dasar pendidikan yang kuat2. Selain itu, jika
ditelaah lagi, penerbitan SK itu sendiri tentu ada pihak-pihak yang terkait yang
merekomendasikannya, dalam hal ini yakni Departemen Kesehatan (DepKes) dan Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika dilihat dari hal ini, maka dapat disimpulkan adanya
kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI dalam rangka memajukan dunia Keperawatan di
Indonesia.
Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia keperawatan, termasuk kebijakan
mengenai dibentuknya pendidikan Keperawatan DIV (Diploma IV) di Politeknik-politeknik
Kesehatan (Poltekes), yang disetarakan dengan S1 Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan
ke pendidikan strata dua (S2). Padahal beberapa tahun lalu telah ada beberapa Program Studi
Ilmu Keperawatan di negeri ini seperti PSIK Univesitas Sumatera Utara dan PSIK Universitas
Diponegoro yang telah membubarkan dan menutup pendidikan DIV Keperawatan karena sangat
jelas menghambat perkembangan profesi keperawatan. Selain itu masih beraktivitasnya poltekes-
poltekes yang ada di Indonesia sekarang ini sebetulnya melanggar hukum Sistem Pendidikan
Nasional yang ada tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Pendidikan Kedinasan, di mana pendirian Poltekes yang langsung berada dalam wewenang
Depkes bertujuan dalam rangka mendidik pegawai negeri atau calon pegawai negeri di bidang
kesehatan, sehingga setelah lulus, lulusan-lulusan Poltekes tersebut akan langsung diangkat
menjadi pegawai negeri. Sedangkan saat ini, Poltekes bukan lagi merupakan Lembaga
Pendidikan Kedinasan, sehingga para lulusannya tidak lagi mendapat ikatan dinas menjadi
pegawai negeri. Oleh karena itu, seharusnya Poltekes-Poltekes yang sekarang ada ini tidak dapat
lagi melakukan aktivitasnya memberikan pendidikan keperawatan.
Selain itu akhir-akhir ini Depkes telah membuat kebijakan yang mengghentikan utilisasi S1
Keperawatan, dan walaupun masih ada, mereka dijadikan perawat-perawat S1 yang siap dikirim
ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk ”menggoalkan” DIV Keperawatan.
Hal ini tentu saja sudah sangat keterlaluan. Profesi Keperawatan secara sedikit demi sedikit
melalui cara-cara yang sistematis dibawa pada jurang kehancuran. Namun, Jika memang perawat
professional di zaman ini mau berusaha utuk memperbaiki nasibnya di masa depan , mungkin
tidak akan ada kesulitan bagi generasi selanjutnya untuk mengecap pendidikan keperawatan
samapai strata 1 (S1).

2.4 Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan


Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum
kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu Keperawatan,
institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan di Indonesia antar lain, Achir Yani S,
Hamid, DN. Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd., Tien Gartinah, MN, dan Dewi
Irawaty, MA., dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar
Keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan
sarjana keperawatan sebagai perawat profesional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter
dan perawat dapat bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof. Dr.
Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi, tempat diselenggarakannya PSIK
pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama, 1988. Secara konseptual
pendirian Program Studi Ilmu keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai
perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana,
pengelola, peneliti di bidang keperawatan profesional yang dapat mengimbangi kemajuan dan
ilmu pengetahuan terutama iptek di bidang kedokteran.
Pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tidak dapat dipisahkan dari peran
Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan diatas. Dalam hal ini
peran Prof. Dr. Marifin Husein selaku Ketua Konsorsium Ilmu Kesehatan. Meskipun beliau
berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu pendirian PSIK sebagai cikal bakal
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UI) yang merupakna institusi pendidikan tinggi keperawatan
profesional pertama di Indonesia, setingkat sajana.
Saat ini melalui surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1995, PSIK-FKUI
telah berubah status sebagai fakultas mandiri menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK-UI). Melengkapi Fakultas Ilmu Keperawatan-UI, pada Universitas Pajajaran
Bandung di tahun 1994 didirikan pula Program Studi Ilmu Keperawatan dan telah berubah status
menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UNPAD).

BAB II

KODE ETIK KEPERAWATAN


DEFINISI
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan
dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.

Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda
dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan
dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk
mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah
dideskripsikan sebagai etik perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik
merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia
berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Pengertian Kode Etik Keperawatan

Kode Etik Keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan. yang menerapkan nilai etika
terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Kode etik keperawatan adalah kode etik sebagai alat untuk menyusun standar praktik profesional
serta memperbaiki dan memelihara standar tersebut.
Kode etik keperawatan adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional,diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus di terima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional.

Kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa
tanggung jawab dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.

1. Kode etik keperawatan menurut ICN

 Tanggung jawab utama perawat


Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit,
memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut perawat harus meyakini bahwa :

· Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama

· Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang
bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

· Dalam melaksanakan pelayanan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.

 Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

 Perawat dan Pelaksanaan Praktek Keperawatan

Perawat memegan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktek
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan.

 Perawat dan Lingkungan Masyarakat

Perawat dapat memprakarsasi pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan
serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi
dimasyarakat.

 Perawat dan Sejawat


Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja. Baik tenaga keperawatan
maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin
seseorang, bila pada masa perawatannya merasa terancam.

 Perawat dan Profesi keperawatan

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek
keperawatan dan pindidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan
pengetahuandalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional.

2. Kode etik keperawatan menurut ANA

Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association adalah sebagai berikut :

 Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau
ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatan.

 Perawat melingdungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia.

 Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal.

 Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.

 Perawat memelihara kompetensi keperawatan.


 Perawat melaksanakan pertimbangan ayng beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualitafikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima
tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.

 Perawat turut serta bertivitas dalam membantu pengembngan pengetahuan profesi

 Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.

 Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.

 Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.

 Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik.

3. Kode etik keperawatan menurut PPNI

Kode etik keperawatan di indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat PPNI melalui
Musyawara Nasional PPNI dijakarta pada tanggal 29 November 1989.

Tanggung jawab perawat terhadap masyarakat kelurga dan penderita

Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang
pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat untuk orang seorang, keluarga
dan masyarakat.
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari orang seorang, keluarga atau penderita, keluarganya dan masyarakat.

Tanggung jawab perawat tehadap tugas

Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disetai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan sesuai dengan
kebutuhan orang seorang atau penderita, keluarga dan masyarakat.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya.
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketermpilan perawatan untuk tujuan yang
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, keagamaan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-perlindungan dan keselamatan penderita
dalam melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan matang mempetimbangkan kemampuan
jika menerima dan mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan perawatan

Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan lain

- Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

- Perawat senantiasa menyebar luaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamanya


kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalamanya kepada sesama
perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi bidang perawatan.

Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan


- Perawat selalu berusaha meningkatkan pengetahuan profesional secara sendiri-sendiri
dan atau bersama-bersama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,keterapilan dan
pengalam yang bermanfaat bagi pengembangan perawatan.

- Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan dengan menunjukkan
peri/tingka laku dan sifat-sifat pribadi yang tinggi.
Hukum
- Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelanyanan
perawat an serta menerapkanya dalam kegiatan-kegiatan pelayanan danpendidikan
perawatan.

- Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi


perawatan sebagai sarana pengabdian.

Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,banggsa dan tanah air

- Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang di


gariskan oleh perintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.

- Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada


pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.
TIPE-TIPE ETIK
Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut
masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang
muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup
yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain
: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan Dapat
disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan
modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan

Clinical ethics/Etik klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama
pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan
bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

Nursing ethics/Etik Perawatan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

TEORI ETIK
a) Utilitarian

Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak
menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b) Deontologi

Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.

PRINSIP-PRINSIP ETIK
1) Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

2) Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

3) Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4) Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

5) Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

6) Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7) Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
8) Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawtan Indonesia :

a. Perawat terhadap masyarakat, keluarga, dan penderita

1) Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang
bersumber pada kebutuhan untuk individu,keluarga dan masyarakat.

2) Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara


suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat istiadat, dan kelangsungan hidup
beragama dari perorangan, seseorang, keluarga dan masyarakat.

3) Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang perorangan, keluarga dan masyarakat
senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan.

4) Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan individu, keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesejahteraan umum sebagai
bagian dari tugas, kewajiban bagi kepentingan masyarakat. Sikap etis profesional yang kokoh
dari setiap perawat tercermin dari setiap langkahnya,termasuk penampilan diri serta keputusan
yang diambil dalam merespons situasi yang muncul.

b. Tanggung jawab perawat terhadap tugas


1) Perawat senantiasa merawat mutu pelayanan yang tinggi di Sertai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai dengan kebutuhan individu,keluarga
dan masyarakat.

2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan


kepercayaan yang diberikan kepadanya

3) Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan perawatan untuk tujuan
yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,warna, kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.

5) perawat senantiasa mengupayakan perlindungan dan keselamatan penderita dalam


melaksanakan tugas keperawatan serta Dnegan matang mempertimbangkan kemampuan
menerima atau mengalihkan tugas tanggung jawab yang ada hubungannya dalam perawatan.

c. Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya

1) perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan Dnegan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2) perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan pengalamannya kepada


sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain bidang perawatan.

d. Tanggung jawab perawat Terhadap profesi keperawatan

1) Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri atau bersama-
sama dengan jalan ilmu pengetahuan,keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan perawatan.
2) Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukan perilaku dan sifat-
sifat pribadi yang luhur
.
3) perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

4) perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi perawatan
sebagai sarana pengabdian.

e. Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,bangsa dan tanah air

1) perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijakan yang digariskan oleh


pemerintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.

2) perawat senantiasa berperan aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.

FUNGSI ETIKA KEPERAWATAN

Fungsi etika keperawatan adalah sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan.
kerangka berpikir bagi para perawat untuk mengambil keputusan tanggung jawab kepada
masyarakat,anggota tim kesehatan,dan kepada profesi yang lain. Sarana untuk memperoleh
orientasi kritis berhadapan dengan masalah moralitas, untuk menampilkan keterampilan,untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Fungsi kode etik adalah :
1. Menghindari ketegangan antar manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.
Beranjak dari pandangan tersebut,kode etik merupakan hal yang penting dalam sistem pelayanan
kesehatan dan pelayanan praktik keperawatan (Hypocrates)
TUJUAN KODE ETIK
Tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar para perawat dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dalam menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan etika keperawatan
yaitu menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien, perawat dan
perawat juga antara perawat dan masyarakat.
Tujuan etika keperawatan menurut NLN (Nasional for Nursing) pusat pendidikan tenaga
keperawatan milik himpunan perawat Amerika adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti akan pesan dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
b) Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas yaitu keputusan
tentang baik dan buruk yang dipertanggung jawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.
c) Mengembangkan sikap personal atau pribadi dan sikap profesional.
d) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional.
e) Memberikan kesempatan untuk menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan dalam
praktik dan situasi yang nyata.
Tujuan kode etik keperawatan adalah :
a) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat,klien,teman sebaya, masing-
masing dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun profesi lain.
b) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan untuk praktisi keperawatan
yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam melaksanakan tugas.
c) Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masing masing.
d) Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
e) Memberikan pemahaman kepada masing-masing pengguna genangan keperawatan akan
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.

TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT PERAWAT


Pengertian tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat ditanggung
jawabkan.
Tanggung jawab seorang perawat adalah suatu tindakan yang dilakukan seorang perawat yang
dapat dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab itu langsung atau tidak langsung. Tanggung
jawab langsung apabila si pelaku sendiri bertanggung jawab atas perbuatannya. Biasanya akan
terjadi demikian tapi kadang kadang orang bertanggung jawab secara tidak langsung.
Macam-macam tanggung jawab seorang perawat secara umum

1. Menghargai martabat setiap klien dan keluarganya


2. Menghargai hak klien menolak pengobatan,prosedur atau obat-obatan tertentu
melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang terkait
3. Menghargai hak setiap klien dan keluarganya dalam hal kerahasiaannya informasi
4. Perawat mematuhi aturan apabila dilegalin oleh dokter untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan klien dan memberi informasi dari dokter
5. Mendengarkan klien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang
yang tepat
6. Tanggung jawab seorang perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat

Jenis tanggung jawab perawat

1. Responsibility to God (tanggung jawab terhadap Tuhannya)


2. Responsibility to client and society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)
3. Responsibility to college and supervisor (tanggung jawab terhadap rekan seja at dan
atasan)

Pengertian Tanggung gugat perawat

Tanggung gugat perawat adalah dapat menjawab segala hal yang berhubungan dengan tindakan
seseorang. Agar dapat bertanggung gugat perawat harus bertindak berdasarkan kode etik
profesinya.

Tujuan dari tanggung gugat perawat

1. Mengevaluasi praktisi profesional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
2. Mempertahankan standar keperawatan
3. Memudahkan refleksi pribadi
4. Pemikiran etis
5. pertumbuhan pribadi pada pihak profesional keperawatan , dan
6. Memberikan dasar pengambilan keputusan

Kegiatan perawat dalam tanggung gugat


Perawat memiliki tanggung gugat dari keseluruhan kegiatan profesional yang dilakukannya
mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa di observasi
atau diukur kinerjanya.

KODE ETIK KEPERAWATAN PROFESI

A. Pengertian etika dan profesi

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang
yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang merupakan suatu kewajiban dan
tanggung jawab moral. Etika atau Ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat,
kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut kamus webster, Etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika adalah
ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya manusia hidup didalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu baik buruk, kewajiban, dan tanggung jawab. Moral, berasal dari kata latin yang
berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
merupakan “standar prilaku” dan “nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat dimana ia tinggal. Sumber yang lain menyatakan bahwa moral mempunyai
arti tentang perilaku dan keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip
dibelakan keharusan tersebut.

Etiket atau adat merupakan suatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan
didalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.
Etika kesehatan merupkan penerapan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan
kesehatan masyarakat.
Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan
Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika adalah sifat
manusia yang unik.

B. Konsep moral dalam praktek keperawatan

Advokasi
Arti advokasi menurutu ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatah dan keselamatan praktek tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar
etika yang dilakukan oleh siapapun”. Advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan
yang melibatkan bantuan perawatan secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri. Pada dasarnya peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi
dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Memberi
informasi berarti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien.
Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan non aksi.

Akuntabilitas
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan yang dilakukan
dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut. Akuntabilitas mengandung dua
komponen utama, yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang
dilakukan perawat dilihat dari praktek keperawatan, kode etik dan undang-undang dibenarkan
atau absah.

Loyalitas
Merupakan suatu konsep dengan berbagai segi, meliputi simpati, peduli, dan hubungan timbal-
balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat. Ini berarti ada
pertimbangan tentang nilai dan tujuan orang lain secara nilai dan tujuan sendiri. Hubungan
profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan
masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian kepuasan bersama. Untuk mencapai
kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan pihak yang harmonis, maka
aspek loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik loyalitas kepada pasien, teman
sejawat, rumah sakit maupun profesi. Untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa argumentasi
yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
o Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana bila
informasi dari pasien harus didiskusikan secara profesional

o Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan berbagai persoalan yang
berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit harus didiskusikan dengan umum.

o Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepada teman sejawat. Kegagalan dalam
melakukan hal ini dapat menurunkan penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada tenaga
kesehatan.

o Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota profesi.
Perawat harus menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku secara tepat pada
saat bertugas

C. Permasalahan dasar etika keperawatan

Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan etika
keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :

² Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup

Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang
pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari. Dalam keadaan seperti ini,
perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam menentukan
keputusan secara moral. Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan kuantitas
melawan kuantitas hidup, karena keluaga pasien menanyakan apakah selang-selang yang
dipasang hampir pada semua bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.

² Kebebasan Melawan Penanganan dan Pencegahan Bahaya.

Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk
pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat pada
permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan pasien.
² Berkata secara jujur melawan berkata bohong

Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika.
Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia akan mengatakan hal ini
secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia yang dimilikinya bila melaporkan
hal tersebut pada orang lain.
Jual
² Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik, ekonomi
dan ideologi

Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat kedokter.

² Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba

Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan untuk mengatasi
nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun tersebut terdapat
miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan dibagian tubuh
yang sakit.

C. Konsep Profesi Keperawatan

Etika hubungan tim keperawatan


Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung pada tenaga
keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan program pendidikan
keperawatan yang berafiliasi/kerjasama Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan terhadap
kualitas asuhan keperawatan : Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat harus
berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan
kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan semua perawat harus mampu
mengadakan komunikasi secara efektif. Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun
kemampuan bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan keperawatan, perawatan dibagi
dalam berbagai kategori, misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal, kepala unit perawat,
kepala seksi perawatan (supervisor), dan kepala bidang keperawatan (direktor president of
nursing). Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu
mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana permasalahan etis dapat didiskusikan
dengan sesama perawat atau atasannya.

Hubungan perawat-pasien-dokter
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan selama mereka
masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat
dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tidak terlepas dari
sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang personal dan lain-lain. Berbagai model hubungan
perawat-pasien-dokter telah dikembangkan, diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh
Szasz dan hollander, mereka mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana
model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara perawat dan
dokter Model Yang Dikembangka Szasz dan hollander :

Model Aktivitas – Pasivitas


Suatu model dimana dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini tepat untuk bayi,
pasien koma, pasien bius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada pada posisi mengatur
semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien kurang diperhatikan. Model ini
bersifat otoriter dan paternalistic.

Model Hubungan Membantu


Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek kedokteran. Model ini terdiri dari pasien
yang mempunyai gejala mencari bantuan dan dokter yang mempunyai pengetahuan terkait
dengan kebutuhan pasien. Dokter memberikan bantuan dalam bentuk perlakuan/pengobatan.
Timbal baliknya, pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran dokter. Dalam model
ini, dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan
bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistic atau sedikit lebih rendah.

Model Partisipasi Mutual


Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama/kesejajaran antara umat manusia
merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi.
Interaksi, menurut model ini, menyebutkn bahwa pihaknya yang saling berinteraksi mempunyai
kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan
kepuasaan kedua pihak. Robert Veatch mengembangkan empat model hubungan dokter – pasien
meliputi :

The Engineering Model


Dalam model ini veatch menolak sikap kemungkinan nilai bebas murni dari ilmu atau
kedokteran pilihan-pilihan dibuat secara terus menerus terhadap fakta, observasi, desain
penelitian, dan tingkatan statistik signifikasi dalam suatu kerangka nilai-nilia dengan praduga
menurut ilmu-ilmu murni. Sejumlah besar piliha-pilihan nilai dan signifikasi harus dibuat oleh
orang-orang terhadap ilmu terapan seperti kedokteran, yang mana tidak seperti ilmu teknik, nilai-
nilai tidak dapat ditiadakan dari nasehat teknis terhadap

The Pristly Model


Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral yang dapat memberi tahu pasien
apa yang harus dikerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini berdasarkan prinsip etis jangan
kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan pelaksanaan prinsip paternalistic dengan tidak
memberitahukan berita buruk kepada pasien, tetapi memberikan suatu pemantapan yang tidak
nyata. Model ini tidak menyertakan pasien dalam membuat keputusan, tetapi menyerahkan
kebebasan kepada dokter, misalnya, pasien tidak diizinkan menolak transfusi darah yang
menurut agamanya tidak diperbolehkan. Prinsip paternalime mengurangi takdir pasien dengan
mengurangi pengendalian pasien terhadap tubuh dan kehidupan.

The Collegial Model


Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam mencapai tujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan pasien. Saling percaya dan percaya
diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama. Namun pada
kenyataannya, veatch berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk persamaan
kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karna perbedaan kelas sosial, status ekonomi,
pendidikan dan sistem nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang lazim terhadap ilusi.

The Contractual Model


Dalam model ini, peserta yang mengadakan hubungan/interaksi berharap untuk memegang
ketaatan terhadap anjuran dan manfaat untuk kedua belah pihak. Kesepakatan terhadap prinsip
moral merupakan hal yang penting. Lebih lanjut dalam kesepakatan hubungan, pasien berhak
menentukan nasib mereka. Dalam model ini terjadi curah pendapat tentang tanggung jawab dan
kewajiban etis.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta hubungan dengan dokter, dikenal
beberapa peran perawat, yaitu :
 Peran independen ( Mandiri )

Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri

 Peran dependen ( Tergantung Pada Dokter )

Peran tergantung merupakan peran perawat dalam melaksanakan program kesehatan dimana
pertanggung jawaban dipegang oleh dokter.

 Peran inter dependen ( Kolaborasi )

Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work
dengan tim kesehatan lain.

Hubungan perawat-pasien dalam koteks etis


Peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada pandangan dasar
hildegard E.peplav, tentang hubungan perawat-pasien, yang merupakan suatu teori yang
mendasari nilai dan martabat manusia, pengembangan rasa percaya, pengukuran pemecahan
masalah, dan kolaborasi.

Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat berperan sebagai konselor pada saat
pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Dapat pula berperan sebagai
pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien
dalam mengungkapkan perasaannya.

Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat dan
pasien dalam berinteraksi perawat-pasien, peran yang dimiliki masing-masing membentuk suatu
kesepakatan atau persetujuan dimana pasien mempunyai peran dan hak sebagai pasien dan
perawat mempunyai peran dan hak sebagai perawat. Dan dalam hubungan perawat-pasien maka
setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien
mempunyai peran sebagai pasien dan perawat sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi
parameter bagi perawat dalam memutuskan setiap tindakan etis.

BAB III
Syarat dari profesi
Adapun syarat dari profesi sebagai berikut :

1. Mempelajari suatu bidang khusus.

Misalnya seperti menempuh pendidikan untuk mempelajari segala macam persoalan di


bidang keperawatan

2. Melibatkan kegiatan intelektual.

cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, totalitas pengertian
atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman

3. Membutuhkan persiapan profesional, bukan hanya sekedar latihan.

Membutuhkan persiapan maksudnya tidak hanya mampu memiliki pengetahuan, secara


materi namun secara praktik pun harus mampu menguasi ,dan sudah memiliki pengalamn
sekurang kurangnya pernah menangani pasien 2 kali

Co/; seorang pasien yang mengalami stress ,seorang perawat yang pernah menangani
kasus seperti stress atau sakit mental sudah tidak akan bingung untuk memberi tindakan
jika memiliki pasien yang memiliki penyakit yang serupa .

4. Membutuhkan latihan secara berkesinambungan.

Latihan secara berkesinambungan adalah bentuk latihan atau praktik yang di lakukan
secara terus menerus atau dalam janga waktu yang cukup lama

5. Mementingkan pelayanan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi.

Mementingkan pelayanan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi adalah tidak


memikirkan kepentingan pribadi atau egois diri kekktika ada pasien atau masalah pada si
pasien

Co/; ketika pasien struk dan pasien kesulitan mengulurkan tangannya untuk mengambil
segelas air pada malam hari ,dan si pasien menekan tombbol darurat yang ada di ruangan
apaun kegiatan perawat wajib banginya untuk memeriksa apa yang terjadi di ruangan
sekalipun pada jam tidur si perawat tersebut.

6. Memiliki organisasi sesuai bidang tersebut.

Mengikuti organisasi dalam bidang keperawatan dapat lebih menumbuhkan rasa peduli
dan pengetahuan di lingkungan organisasi tersebut

Co/; organisasi PMI

7. Menjanjikan karir yang permanen.

Menjanjikan karir yang permanen adalah ketetapan mutlak yang akan di dapatkan
seorang mahasiswa perawat menjadi seorang perawat ketika sudah lulus dan memiliki
STR(surat tanda registrasi ) dan mengikuti standar dengan menempuh kembali profesi
nurse dan barulah seorang mahasisa tersebut bisa di katakan mutlak dapat memiliki karier
atau di akui sebagai perawat yang sah

Ciri-Ciri dari Profesi

1. Memiliki pengetahuan yang khusus tentang suatu bidang/pekerjaan tertentu, keahlian dan
keterampilan melalui pendidikan khusus serta pengalaman yang lama di bidangnya.
2. Didalam profesi juga memiliki aturan bisa kita sebut standarisasi yang tinggi, bisanya
mereka menjalankan kode etik di bidangnya masing-masing.
3. Sangat mementingkan masyarakat, mendahulukan kepentingan orang banyak di
bandingkan kepentingan pribadi diri sendri.
4. Ada semacam izin khusus yang di berikan pada pihak yang berwenang untuk
menjalankan profesi tersebut. Sehingga seseorang tersebut tidak sembarangan
melaksanakan profesinya tersebut.
5. Seseorang yang memiliki profesi biasanya menjadi anggota organisasi di bidangnya.
6. Orang yang memiliki profesi biasanya selalu menjadi anggota organisasi profesi yang
menjadi bidangnya.

Ada karakteristik menurut Ahmad Tafsir :


1. Profesi memiliki keahlian khusus

Contohnya seperti seorang perawat yang telah menempuh segala macam pendidikan seperti
s1,nurse, atau spesialis yang telah memiliki sura tanda registrasi

2. Profesi sebagai panggilan hidup

Panggilan hidup adalah tulus dalam menjalankan profesi dan memiliki komitmen di
dalam hati untuk mengabdi dan menjalankan tugas sesuai profesi

Contoh ketika perang palestin 2018 silam seorang perawat bernama razan ikhlas
menolong sebagai tenaga medis suka rela di tanah palestina karna keinginan hatinya
sendiri walau resikonya mengancam nyawanya

3. Profesi memiliki teori baku secara luas

Banyak membaca atau mengetahui ilmu -ilmu profesi

4. Profesi untuk masyarakat

Contohnya seperti seeorang perawat yang bekerja untuk menolong segala bentuk macam
keluhan penyakit pada diri masyarakat

5. Profesi dilengkapi kecakapan diagnostic, kopetensi aplikatif.


Segla kompetensi yang di miliki perawat cukup banyak atau cukup luas sehingga mampu
mendiagnosa dengan tepat

6. Profesi harus memegang otonomi saat melakukan profesi tersebut

Mengetahui dan mematuhi segala kewenangan yang telah di atur baik oleh pihak
perusahaan (rumah sakit)atau pemerintahan skalipun.

7. Profesi juga memiliki kodeetik

Kodetik adalah aturan yang di tetapkan pada profesi perawat

8. Profesi memiliki klien yang benar-benar jelas

Klien yang benar benar jelas maksudnya adalh yang memang sakit yang dapat di katakan
sebagai sakit medis atau seperti profesi perawat yang sudah pasti memili pasien pasien
yang akan dia tangani

9. Profesi memiliki organnisasi yang berkaitan di dalamnya

Seperti palang merah indonesia yang dappat pula melatih berbagai kesiapan pengetahuan
dan mental juga menambah pengalaman di lingkungsn oraganisasi

10. Profesi memiliki hubungan profesinya degan bidang yang lain juga.

Seperti perawat dan dokter

Contoh Profesi

Berikut contoh dari profesi masa kini.


1) Akuntan

Merupakan ahli dalam bidang akutansi, pengungkapan akutan, pengukuran, prediksi serta
memberi kepastian mengenai informasi, informasi tersebut dapat digunakan untuk
membantu manager, inverstor dll.

2) Aktuaris

Aktuaris sebagai ahli bisnis berkaitan dengan dampak resiko, keuangan yang dapat
nantinya menimbulkan ketidak pastian dalam berbisnis. Aktuaris ialah orang yang
mengaplikasikan ilmu keuangan teori ataupun praktik mengenai statistik bertujuan untuk
menyelesaikan masalah mengenai bisnis aktual.

3) Arsitek
Diartikan orang ahli dalam merancang, mendesain, dan pengawasan konstruksi
bangunan, serta mengurus perizinan untuk praktik. Dalam praktik arsitektur ini
menawarkan/memberikan pelayanan yang sangat berkaitan dengan desain maupun
konstruksi bangunan.

4) Perawat

Perawat diartikan petugas kesehatan profesional yang bekerja dengan tim anggota untuk
membantu pemulihan orang yang sedang sakit.

5) Guru
Guru dapat diartikan sebagai pendidik atau pengajar, yang ahli dalam bidang mengajar.

BAB IV

PENDIDIKAN PROFESI

1. Pengertian pendidikan profesi


Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelar profesi.
Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya
pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran gigi dan lain-lain.Pendidikan
keperawatan merupakan pendidikan profesi dimana polanya harus dikembangkan sesuai dengan
kaidah ilmu dan profesi yang dilandaskan oleh akademik dan keprofesian.
Orientasi pendidikan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatan kualitas tenaga perawat
yang profesional melalui jenjang pendidikan, oleh karna itu maka pendidikan keperawatan
meliputi pendidikan akademik dan profesi.
Sebenarnya pengembangan sistem pendidikan tinggi sangat berperan dalam pengembangan
pelayanan keperawatan secara professional, tekhnologi keperawatan serta pembinaan
keprofesiaan, karena pendidikan keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme
keperawatan.
Selain itu sebagai institusi pendidikan tinggi, keperawatan harus mampu membina dan
menumbuhkan sikap dan tingkah laku professional sesuai dengan tuntutan profesi, memberi
landasan pengetahuan yang kokoh baik kelompok ilmu keperawatan atau ilmu dasar atau
penunjang asuhan keperawatan, membina keterampilan professional yang mencakup
keterampilan intelektual, tekhnikal dan interpersonal serta membina landasan etik keperawatan
sebagai dasar dalam kehidupan keprofesian.
2. Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan
Tujuan pendidikan tinggi keperawatan pada institusi pendidikan tinggi keperawatan diharapkan
mampu melakukan hal-hal antara lain :
1.Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang sesuai dengan tuntunan
profesi keperawatan.
2.Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.
3.Menumbuhkan/membina keterampilan professional.
4.Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan mantap sebagai tuntutan
utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesian.

3. Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia.


Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:


1.Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan
penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat.
2.Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister, doktor.
3.Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi
perawat.

4. Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia.


1).Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Program Pendidikan Diploma III (D-III) Keperawatan ini menghasilkan perawat generalis
sebagai perawat professional pemula/vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan
dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan keprofesian yang kokoh. Lulusannya
diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional dengan berpedoman kepada
standar asuhan keperawatan dan dengan etika keperawatan sebagai tuntunan.
Sebagai perawat vokasional diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional,
akuntabel dalam melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri di bawah
supervise Ners. Lama pendidikan 3 tahun untuk waktu normal. Lulusan D-III Keperawatan juga
diharapkan mampu mengelolah praktik keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan klien serta memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju secara tepat guna.
Tujuan program Diploma III Keperawatan adalah menghasilkan lulusan yang mampu :
1.Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan
dan/atau asuhan keperawatan individu, keluarga dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan.
2.Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan.
3.Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.
4.Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien.
5.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesinya.

2).Program Pendidikan Ners


Program Pendidikan Ners ini menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan
Professional (Ners = “First professional Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan
professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar (sampai
dengan tingkat kerumitan tertentu) secara mandiri.

Sebagai perawat professional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan
melakukan supervise praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional pemula (D-
III Keperawatan). Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan
dasar dan penerapan yang sederhana.
Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dari pada lulusan D-III
Keperawatan serta memiliki landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagai
pendidikan profesi. Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti profesi Ners, adalah
orang yang berkemampuan akademik sebagai serjana keperawatan tetapi tidak memiliki
kewenangan melakukan praktik keperawatan atau melakukan kegiatan pada bidang non
keperawatan. Sedangkan lulusan Sarjana keperawatan + Ners adalah seseorang tenaga
profesional berkemampuan dan berwenang melakukan pekerjaan dibidang pelayanan dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan.
Tujuan pendidikan Ners adalah menciptakan lulusan yang mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap keperawatan profesional yang mampu :
a. .Melaksanakan profesi keperawatan secara akuntabel dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan
dan/atau asuhan keperawatan dasar hingga tingkat kerumitan tertentu secara mandiri kepada
individu, keluarga dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan.
b.Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab dan
menunjukkan sikap kepemimpinan.
c.Mengelola kegiatan penelitian keperawatan dasar dan terapan yang sederhana dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.
d.Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih calon perawat dan tenaga keperawatan,
serta furut berperan dalam berbagai program pendidikan tenaga kesehatan lain.
e.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional.
f.Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika
keperawatan dalam melaksanakan profesinya.
g.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima
perubahan dan berorientasi pada masa depan.
3).Program Pascasarjana Keperawatan
Program magister keperawatan ini menghasilkan perawat ilmuwandengan sikap tingkah laku dan
kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan mempunyai
kemampuan berikut ini :
1)Meningkatkat pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan.
2)Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya.
3)Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengkaitkan
ilmu/profesi serupa.
4)Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran
ilmiah (Keputusan Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).
Tujuan program pascasarjana ini adalah menghasilkan lulusan yangmampu :
a.Mengembangkan.dan menerapkan ilmu dan teknologi keperawatan sesuai bidang spesialisasi
melalui kegiatan penelitian.
b.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional
melalui upaya peningkatan kemampuan lulusan sesuai bidang spesialisasi.
c.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, dan terbuka untuk menerima
perubahan, sehingga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh guna meningkatkan
kesejahteraan kehidupan masyarakat.

ORGANISASI PROFESI

1. Pengertian organisasi profesi


Marqius Bessi L. & Huston J.C. (2000) mendefinisikan organisasi profesi sebagai organisasi
praktisi yang menilai/ mempertimbangkan seseorang memiliki kompetensi profesional dan
ikatan bersama untuk menyelenggarakan fungsi sosial yang mana tidak dapat dilaksanakan
secara terpisah sebagai individu.
Organisasi profesi memiliki dua perhatian utama, yaitu :
Kebutuhan hukum untuk melindungi masyarakat dari perawat yang tidak dipersiapkan dengan
baik.
Kurangnya standar dalam keperawatan.
Organisasi profesi menyediakan kendaraan untuk perawat dalam menghadapi tantangan yang ada
saat ini dan akan datang serta bekerja ke arah positif terhadap perubahan-perubahan profesi
sesuai dengan perubahan sosial.
2. Ciri-ciri organisasi profesi adalah :
1).Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi.
2).Ikatan utama para anggota adalah kebanggaan dan kehormatan.
3).Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.
4).Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan.
5).Memiliki sifat kepemimpinan kolektif.
6).Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan.

3. Peran organisasi profesi adalah :


1).Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas terhadap mutu pendidikan keperawatan.
2).Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas terhadap pelayanan keperawatan.
3).Sebagai pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
4).Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas kehidupan profesi.

4. Fungsi organisasi profesi adalah :


-Bidang pendidikan keperawatan
-Menetapkan standar pendidikan keperawatan.
-Mengembangkan pendidikan keperawatan berjenjang lanjut.
-Bidang pelayanan keperawatan
-Menetapkan standar profesi keperawatan.
-Memberikan ijin praktik.
-Memberikan regsitrasi tenaga keperawatan.
-Menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan.
-Bidang IPTEK
-Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi riset keperawatan.
-Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi perkembangan IPTEK dalam keperawatan.
-Bidang kehidupan profesi
-Membina, mengawasi organisasi profesi.
-Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain dan antar anggota.
-Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis dengan negara lain.
-Membina, mengupayakan dan mengawasi kesejahteraan anggota.

5. Manfaat organisasi profesi adalah :


Menurut Breckon (1989) manfaat organisasi profesi mencakup 4 hal, yaitu :

•Mengembangkan dan memajukan profesi.


•Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi.
•Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi.
•Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif dalam
mengembangkan dan memajukan profesi.
6. Organisasi Profesi Nasional

Di Indonesia organisasi keperawatan tingkat nasional yang digunakan sebagai wadah perawat
untuk menyalurkan aspirasi, bernama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (sering disingkat
dengan PPNI).
1) Sejarah PPNI
PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan gabungan dari berbagai organisasi
keperawatan di masa itu, seperti IPI (Ikatan Perawat Indonesia), PPI (Persatuan Perawat
Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia), IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia).
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sah dapat mendaftarkan
diri sebagai anggota PPNI, dan semua siswa/ mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat
disebut sebagai calon anggota.
2) Tujuan dan Fungsi PPNI
Tujuan PPNI adalah sebagai berikut :
~Membina dan mengembangkan organisasi profesi keperawatan antara lain : persatuan dan
kesatuan, kerjasama dengan pihak lain, dan pembinaan manajemen organisasi.
~Membina, mengembangkan, dan mengawasi mutu pendidikan keperawatan dan pelayanan
keperawatan di Indonesia.
~Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia.
~Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota.

Fungsi PPNI adalah sebagai berikut :

~Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki kesatuan kehendak sesuai dengan posisi
jabatan, profesi, dan lingkungan untuk mencapai tujuan organisasi.
~Mengembangkan dan mengamalkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada program-
program pembangunan manusia secara holistik tanpa membedakan golongan, suku, keturunan,
agama/ kepercayaan terhadap Tuhan YME.
~Menampung, memadukan, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi tenaga keperawatan
serta mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga keperawatan.
3) Struktur Organisasi PPNI
Jenjang organisasi di dalam PPNI adalah sebagai berikut :
1.Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
2.Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I)
3.Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPD II)
Komisariat PPNI (penguruh pada institusi dengan jumlah anggota 25 orang)
Struktur organisasi tingkat pusat adalah sebagai berikut :
1.Ketua umum sebagai puncak tertinggi kepemimpinan. Di bawahnya ada beberapa ketua bidang
seperti :
2.Pembinaan organisasi
3.Pembinaan pendidikan dan latihan
4.Pembinaan pelayanan
5.Pembinaan IPTEK
6.Pembinaan kesejahteraan
7.Sekretaris jenderal sebagai wakil ketua untuk urusan kesekretariatan dan administrasi.
Sekretaris berjumlah 5 orang sesuai dengan beberapa departemen di bawah ini.
8.Departemen organisasi, keanggotaan, dan kaderisasi
9.Departemen pendidikan
10.Departemen pelatihan
11.Departemen pelayanan di rumah sakit
12.Departemen pelayanan di puskesmas
13.Departemen penelitian
14.Departemen hubungan luar negeri
15.Departemen kesejahteraan anggota
16.Departemen pembinaan yayasan

4) Keanggotaan PPNI
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Daerah yang juga diselenggarakan untuk :

1.Menyempurnakan AD/ ART


2.Perumusan program kerja
3.Pemilihan pengurus
Keanggotaan PPNI ada 2, yaitu :
1.nggota biasa
2.WNI, tidak terlibat organisasi terlarang.
3.Lulus bidan pendidikan keperawatan formal dan disahkan oleh pemerintah.
4.Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi.
5.Pernyataan diri untuk menjadi anggota.
6.Anggota kehormatan
Syaratnya sama dengan anggota biasa, yaitu pada butir a, c, d dan bukan berasal dari pendidikan
perawatan tetapi telah berjasa terhadap organisasi PPNI yang ditetapkan oleh DPP (Dewan
Pmpinan Pusat).
Kewajiban anggota PPNI :
1.Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan AD dan ART organisasi.
2.Membayar uang pangkal dan uang iuran kecuali anggota penghormatan.
3.Mentaati dan menjalankan segala keputusan.
4.Menghadiri rapat yang diadakan organisasi.
5.Menyampaikan usul untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja.
6.Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekuen.
7.Setiap anggota baru yang diterima menjadi anggota membayar uang pangkal dan uang iuran.
Hak anggota PPNI :
1.Semua anggota berhak mendapat pembelaan dan perlindungan dari organisasi dalam hal yang
benar dan adil dalam rangka tujuan organisasi.
2.Semua anggota berhak mendapat kesempatan dalam menambah dan mengembangkan ilmu
serta kecakapannya yang diadakan oleh organisasi.
3.Semua anggota berhak menghadiri rapat, memberi usul baik lisan maupun tulisan.
4.Semua anggota kecuali anggota kehormatan yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih
sebagai pengurus atau perwakilan organisasi.

7. Organisasi Profesi Mancanegara


Selain di Indonesia, dunia keperawatan di luar negeri juga terdapat beberapa organisasi profesi
yang mengatur dan menjalankan birokrasi keperawatan secara global. Organisasi-organisasi ini
dibentuk sebagai tempat untuk memperkokoh silaturahmi para perawat di seluruh dunia dan
memberi kesempatan untuk membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan. Berikut
beberapa contoh organisasi yang dibahas.

1) International Council of Nurses (ICN)

International Council of Nurses atau Konsil Keperawatan Internasional (KKI) adalah sebuah
federasi yang beranggotakan asosiasi-asosiasi perawat nasional (NNAs) dari 133 negara di dunia
dan merupakan representasi dari jutaan perawat di seluruh dunia. Didirikan pada tanggal 1 Juli
1899 yang dimotori oleh Mrs. Bedford Fenwick dan mengadakan kongres setiap 4 tahun sekali,
berpusat di Geneva, Switzerland.
ICN tidak memiliki keanggotaan secara perseorangan. Peran perawat yang telah terdaftar dalam
asosiasi perawat nasional dari suatu negara secara otomatis juga terdaftar sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari ICN.
Misi ICN adalah sebagai representasi dari profesi perawat dalam tatanan internasional dan
terlibat secara aktif dalam mempengaruhi kebijakan kesehatan di seluruh dunia. Kode etik
keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat universal.
Keperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit, usia, jenis kelamin,
aliran politik, agama, dan status sosial.
2) American Nurses Association (ANA)
ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800
yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari Negara-negara bagian. ANA berperan dalam
menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk menignkatkan mutu
pelayanan keperawatan serta menampilkan profil keperawatan profesional dengan pemberlakuan
legislasi keperawatan.
3) Canadian Association of Nurses (CAN)

CAN adalah asosiasi perawat nasional di Kanada. Memiliki tujuan yang sama dengan ANA,
yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan peningkatan standar praktek
keperawatan, mendukung peningkatan profesionalisasi keperawatan, dan meningkatkan
kesejahteraan perawat. CAN juga berperan aktif meningkatkan mutu pendidikan keperawatan,
pemberian ijin bagi praktek keperawatan mandiri.
4) Peran Organisasi Profesi Keperawatan
Di era globalisasi ini, organisasi profesi keperawatan sudah sangat berkembang dengan pesat dan
maju. Melalui berbagai macam organisasi profesi keperawatan yang ada di seluruh dunia,
perawat yang dulunya hanya dianggap sebagai pihak yang tidak terlalu penting dalam dunia
kesehatan, sekarang pun sudah menjadi suatu profesi.
Karena hal itu, keberadaan organisasi profesi keperawatan menjadi sangat bermanfaat dan
berperan penting dalam mewujudkan sistem keperawatan yang lebih bermutu. Peran-peran
tersebut diaplikasikan dalam beberapa langkah nyata seperti yang sudah dilakukan oleh
organisasi profesi keperawatan berikut ini.

1.PPNI
Peran dan langkah nyata yang dilakukan oleh PPNI dalam rangka pengembangan profesi
keperawatan di Indonesia adalah :
-Menganjurkan suatu kegiatan sosialisasi profesional.
-Mengusulkan Pola Jenjang Karir tenaga perawat sebagai sistem pengembangan karir.
-Agar sistem pengembangan karir dapat terlaksana, PPNI bertanggung jawab terhadap
terlaksananya Program Pendidikan Berkelanjutan Bagi Perawat (PBP/ CNE).
-Menciptakan komunitas profesional, yaitu komunitas perawatan yang ada di institusi pelayanan
kesehatan dan pendidikan dan melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan profesional,
memiliki sistem nilai dan tanggung jawab yang sama, merupakan bagian dari masyarakat
keperawatan profesional.
-Untuk menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diterima masyarakat, maka PPNI telah
menetapkan sistem legislasi keperawatan diawali dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan
No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.
2. ICN
ICN bekerja dalam banyak area, terutama dalam memberikan panduan dalam Praktik
Keperawatan Profesional, Perumusan Regulasi, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi
pada berbagai negara di dunia, serta berkaitan dengan Standar Keperawatan dan Kebijakan
dalam Keperawatan dan Kesehatan di manca negara. ICN menyediakan publikasi dalam skala
yang luas terkait dengan isu-isu terkini dan kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi bagi
anggotanya secara gratis.
Setiap tahun ICN mempublikasikan dan mendiseminasikan seperangkat media untuk digunakan
dalam peringatan Hari Perawat Sedunia (The International Nurses’ Day Kit), yang dilaksanakan
secara serentak di berbagai belahan dunia setiap tanggal 12 Mei. ICN memiliki proyek penting
dalam bidang Praktik Keperawatan Profesional dan Kesejahteraan Sosial Ekonomi, seperti
Leadership for Change, ICNP®, Negotiation in Leadership yang terus dijalankan di Amerika
Latin, Karibia, Asia Pasifik, dan Afrika.
BAB V

5.1 JENIS PROFESI KEPERAWATAN


Dalam keperawatan terdapat beberapa macam profesi yaitu :
1. Home Care
Jasa perawat home care merupakan layanan perawatan kesehatan menyeluruh sesuai
dengan kebutuhan pasien. Layanan ini dilakukan oleh tenaga medis yang telah dipilih
berdasarkan kategori kebutuhan pasien. Layanan home care menkadi solusi bagi pasien
yang sulit kerumah sakit, sehingga perawatan dapat dilakukan di rumah. Jasa perawat
home care mencangkup perawat lansia, perawat medis, perawat disabilitas, perawat ICU
dan perawat pendamping orang sakit (pasca stroke, pasca oprasi, diabetes,dll)
Jasa layanan perawatan home care meliputi :
 Pemeriksaan kondisi dan diagnose oleh perawat
 Merawat pasien 24 jam (sesuai dengan layanan yang dibutuhkan )
 Laporan secara berkala terhadap pasien

Tujuan Layanan Home Care


 Pasien yang sedang sakit di rumah dan ingin melakukan perawatan home care
 Pasien lansia yang sedang dalam kondisi pemulihan tetapi membutuhkan perawatan
home care karena masih membutuhkan perhatian ekstra
 Pasien yang memerlukan rawat inap, namun ingin di rawat di rumah
 Pasien yang baru selesai menjalani oprasi dan di pilangkan kerumah namun masih
memerlukan perawatan lebih lanjut
2. Perawat Onkologi
Adalah perawat khusus yang merawat pasien kanker. Perawat ini membuthkan sertifikasi
lanjutan dan pengalaman klinis dalam onkologi lebih jauh daripada yang diberikan oleh
program sarjana keperawatan. Keperawatan onkologi dapat di definisikan sebagai
pemenuh berbagai kebutuhan pasien onkologi selama masa penyakit mereka termasuk
skrining yang sesuai dan praktik penjeganhan lainnya, menejemen gejala, keperawatan
untuk mempertahankan, fungsi normal sebanyak mungkin, dan langkah suportif pada
akhir kehidupan.

Peran
Perawat onkologi, seperti perawat terdaftar memiliki beragam pengaturan yang dapat mereka
gunakan. Perawat onkologi dapat bekerja di pengaturan rawat inap seperti rumah sakit, atau di
kantor kedokteran
Jenis-jenis spesialis perawat
 Radiasi
 Pembedahan
 Pediaktrik
 Ginekologis
Perawat onkologi memiliki pengetahuan lebih lanjut dalam menilai status klien dan dari
penilaian ini akan membantu tim medis multi disiplin untuk mengembangkan rencana
keperawatan
3. Perawat Komunitas
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977). Di Indonesia dikenal
dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak
permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan
profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung
terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana
individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab
terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan
kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau
perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat
dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana,
dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.

Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.


Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya
memiliki kesamaan. Elemennya menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam pelaksanaan askep yang
berupa rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga masyarakat mampu secara mandiri
dalam menghadapi masalah kesehatannya. Adanya kesungguhan, kesesuaian, bersiklus,
berfokus pada klien, interaktif dan berorientasi pada komunitas, adalah elemen-elemen
penting dalam asuhan keperawatan komunitas.
Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan
komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut akan
tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan
berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa
data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Melihat cara kerja keperawatan komunitas yang menggabungkan prinsip-prinsip kerja
kesehatan masyarakat dengan prinsip-prinsip keperawatan sebagai sesuatu yang tidak
sederhana, maka Program Profesi Ners STIKes Dharma Husada Bandung dirancang
sebagai media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan keterampilannya
secara langsung di lapangan.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Praktek Keperawatan Komunitas atau
rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi
kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang yang berkaitan agar mampu mencapai
kehidupan sehat sejahtera. Kegiatan ini merupakan aplikasi teori yang diperoleh melalui
kegiatan belajar mengajar di kelas selama proses akademik yang disajikan dalam suatu
tatanan nyata yang merupakan kegiatan lapangan di masyarakat melalui upaya
pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang terpadu dengan program-program yang
dilaksanakan oleh Puskesmas.
Melalui kegiatan-kegiatan Praktek Komunitas ini, mahasiswa sebagai calon perawat
profesional diharapkan mempunyai pengalaman belajar di masyarakat, khususnya dalam
menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat dan di lain pihak
masyarakat juga di harapkan dapat mengambil manfaat dari kegiatan ini dengan belajar
mengembangkan pola hidup sehat dan mengoptimalkan fungsi keluarga.

4. Perawat Meternitas
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa
peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan
adaptasi fisik dan psikososial dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk
memandang kehamilannya sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya
mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari
keluarganya.

Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, dapat


mengakibatkan krisis situasi selama anggota keluarga tidak merupakan satu keluarga
yang utuh. Proses kelahiran merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga
yang sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari
orang tua, bayi dan angggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber
dalam keluarga.. Sikap, nilai dan perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan
social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu serta individu yang dilahirkan akan
dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai
klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi
masalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan
masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan,
pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan
normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju
kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisikondisi yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan
dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan
melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan
masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan
tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan
memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan
masyarakat.

PARADIGMA KEPERAWATAN MATERNITAS


Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan,
sehat dan keperawatan.
a. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan
system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru
lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan
utuh, merupakan mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda secara
individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya. Salah satu tugas
perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan danak yang dapat merupakan
krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu beradaptasi dengan baik.
b. Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan
social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan danpersalinan serta nifas akan
melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan
permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga
pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan
angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.
c. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis dimana
perubahan-perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap
indivisu memeiliki hak untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
d. Keperawatan Ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang ditujukan kepada
wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system
reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir
sampai umur 40 hari, beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan
dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan holistik dengan
selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya
berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.

5. Perawat Medikal Bedah


Definisi Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan pada ilmu
keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk pelayanan
Bio-psiko-sosio-spiritual, peran utama perawat adalah memeberikan asuhan keperawatan
kepada manusia (sebagai objek utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis).
(Nursalam, 2008: hal 14) . Pengertian keperawatan medikal bedah Menurut (Raymond
H. & Simamora, 2009: hal 20) mengandung 3 hal ialah :
1. Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional dalam medikal bedah dengan cara:
a. Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan kegiatan keperawatan.
b. Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan ilmiah.
c. Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada berbagai tatanan
pelayanan keperawatan.
d. Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui kegiatan yang
menunjang.
e. Mengembangkan IPTEK keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan ilmu.
f. Berperan aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu keperawatan medikal
bedah dengan cara:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganlisis, menyintesis informasi
yang relevan dari berbagai sumber dan memerhatikan perspektif lintas budaya.
b. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang keperawatan keperawatan
medikal bedah.
c. Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir secara logis,
kritis, dan mandiri.
3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk
menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan cara:
a. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk membantu
meneyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan keperawatan medikal bedah.
b. Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan dan
mengelola sumber yang tersedia.
2.2 Peran dan fungsi Perawat
Peran dan fungsi perawat khususnya di rumah sakit adalah memberikan pelayanan atau
asuhan keperawatan melalui berbagai proses atau tahapan yang harus dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien. Tahapan yang dilakukan
tentunya berdasarkan standar yang diakui oleh pemerintah maupun profesi perawat
(Sumijatun, 2011: hal 1). Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan di
rumah sakit merupakan komponen terbesar dari sistem pelayanan kesehatan yang
terintegrasi (Kuntoro, 2010: hal 1).
Pelayanan keperawatan merupakan proses kegiatan natural dan berurutan yang dilakukan
oleh perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan diberikan karena
adanya keterbatasan atau kelemahan fisik dan mental. Keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-
hari secara mandiri. Kegiatan keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan upaya pelayanan kesehatan sesuai wewenang, tanggung jawab dan
etika profesi keperawatan sehingga memungkinkan setiap individu mencapai
kemampuan hidup sehat. Tenaga kesehatan yang paling banyak jumlahnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan sering berinteraksi dengan klien
adalah perawat (Asmuji, 2012: hal 1)
2.3 Lingkup Praktek Keperawatan Medikal Bedah
Menurut Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah merupakan bentuk asuhan
keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah
nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh
kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi
sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit:
mengupayakan pemulihan sampai klien dapat mencapai kapasitas produktif tertingginya;
serta membantu klien menghadapi kematian secara bermartabat. Praktek keperawatan
medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen
bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit,
trauma atau kecacatan. (Nur hidayah, 2014: hal 417- 418).
Lingkup keperawatan medikal bedah menurut, (Nursalam, 2008 61-63)
1. Lingkup masalah penelitian pengembangan konsep dan teori keperawatan masalah
penelitian difokuskan pada kajian teori-teori yang sudah ada dalam upaya meyakinkan
masyarakat bahwa keperawatan adalah suatu ilmu yang berbeda dari ilmu profesi
kesehatan lain serta kesesuaian penerapan ilmu tersebut dalam bidang keperawatan.
2. Lingkup masalah penelitian kebutuhan dasar manusia meliputi identifikasi sebab dan
upaya untuk memenuhi kebutuhan.
3. Lingkup masalah penelitian pendidikan keperawatan
4. Lingkup masalah penelitian manajemen keperawatan
a. Model asuhan keperawatan medikal bedah
b. Peran kinerja perawat
c. Model sistem pencatatan dan pelaporan
5. Lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan medikal bedah di fokuskan pada
asuhan keperawtan melalui pendekatan proses keperawatan. Topic masalah didsarkan
pada gangguan sistem tubuh yang umum terjadi pada klien dewasa. Ilmu keperawatan
medikal bedah menurut (Nursalam,2008: hal 67-68) :
a. Sistem kekebalan tubuh
b. Sistem respirasi dan oksigensi
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem persyarafan.
2.4 Komponen keperawatan medikal bedah
Ada 5 objek utama dalam ilmu keperawatan: manusia, individu (yang mendapatkan
asuhan keperawatan) keperawatan, konsep sakit, aplikasi tindakan keperawatan. Menurut
(Nursalam, 2008: hal 16)
1. Manusia
Penerima asuhan keperawatan adalah manusia, individu, kelommpok, komunitas, atau
social. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang holistic
dan terbuka. (Nursalam, 2008: hal 16)
2. Keperawatan
Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan
kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan
social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. (Nursalam, 2008: hal 20)
3. Konsep sehat-sakit
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Webster’s New Collegiate
Dictionary).Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu
kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh,
dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan. (Nursalam, 2008: hal 21)
4. Konsep lingkungan
Lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal, yang
mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan prilaku seseorang dan
kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang
diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman, sedangkan lingkungan
internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul)
yang berasal dari dalam tubuh individu. (Nursalam, 2008: hal 21)
5. Aplikasi pada asuhan keperawatan: Proses keperawatan, menurut (Nursalam, 2008:
hal 21)
a. Pengakajian
b. Perumusan diagnosis keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Pelaksanaan
e. evaluasi
2.5 Tren dan Issu keperawatan medikal bedah
Menurut, (Nursalam,2008: hal 28-32)
1. Tren KMB
a. Peluang riset keperawatan di masa depan
Tentang riset keperawatan yang di laksnakan oleh perawat, khususnya dosen
keperawatan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hampir 90 % perawat di
daerah jawa tidak melaksanakan riset dalam perannya. Merekamenyadari dan menerima
bahwa riset adalah bagian dari perannya tetapi juga ada pertanyaan “whether researche is
a nurse primary responsibility pr not, all nurses should also involve in nursing research?”
b. Lokasi tempat bekerja
Menariknya dari 4 hambatan yang penulis tanyakan (biaya, waktu, keahlian, dan
kebijaksanaan), jawaban responden sangat bervariasi dan adanya suatu korelasi yang
kuat antarvariabel. Misalnya mereka yang bekerja di Jakarta mengatakan bahwa
anggaran untuk riset dapat di peroleh dengan mudah, sebaliknya yang bekerja di luar
Jakarta mengalami kesulitan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan (keahlian) perawat
yang bekerja di Jakarta lebih baik karena mereka rata-rata memiliki pendidikan D3 dan
S1 kesehatan masyarakat, sehingga proposal yang ditulis lebih bias diterima oleh
pemberi dana. Di samping itu juga karena faktor kesempatan dan informasi yang cepat
bagi perawat Jakarta. (Nursalam, 2008: hal 28)
c. Keahlian perawat dalam riset
Perawat yang bekerja di luar Jakarta sebagian besar mereka berbasis pendidikan D3
keperawatan hampir 95% mengalami masalah tentang keterampilan atau keahlian
penulisan proposal/pelaksanaan penelitian. Keadaan ini diperparah dengan tidak adanya
suatu lembaga yang yang menangani riet keperawatan dalam organisasi pelayanan
kesehatan. (Nursalam, 2008: hal 28)
d. Waktu pelaksaan yang terbatas
Perawat pendidik mempunyai tugas yang sangat besar dalam pembelajaran di kelas dan
di klinik serta kegiatan-kegiatan non pembelajaran, misalnya administrasi, oleh karena
itu waktu perawat habis untuk kegiatan tersebut. (Nursalam, 2008: hal 28)
e. Topik riset keperawatan yang tidak sesuai
Berdasarkan hasil kajian penulis, banyak perawat yang belum memahami tentang
lingkup riset keperawatan. Topik-topik yang dipilih lebih bersifat kesehatan secara
umum, sehingga hasil yang di dapatkan kurang memberikan kontribusi yang bermakna
untuk diapliksikan dalam praktik keperawatan. (Nursalam, 2008: hal 29)
Report this ad
2. Issu Keperawatan Medikal Bedah
Issu Keperawatan Medikal Bedah, menurut (Nursalam, 2011: hal 25)
a. Antithetical terhadap perkembangan ilmu keperawatan
Karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakannya pendidikan
keperawatan secara professional, maka perawat lebih cendrung untuk melaksanakan
perannya secara rutin dan menunggu perintah dari dokter. Mereka cendrung untuk
menolak terhadap perubahan ataupun sesuatu yang baru dalam melaksanakan perannya
secara professional.
b. Rendahnya rasa percaya diri /harga diri (Low self-confidenceself)
Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi dari klien.
Perasaan rendah diri/kurang percaya diri tersebut timbul karena rendahnya penguasaan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kurang memadai serta sistem pelayanan
Indonesia yang menempatkan perawat sebagai warga negara kelas dua. Stigma inilah
yang membuat perawat dipandang tidak cukup memiliki kemampuan yang memadai dan
kewenangan dalam pengambilan kepeutusan di bidang pelayanan kesehatan.
c. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, lebih dari 90% perawat tidak
melaksanakan perannya dalam melaksanakan riset. Hal ini lebih disebabkan oleh:
pengetahuan/keterampilan riset yang sangat kurang, keterbatasan waktu, tidak adanya
anggaran karena kebijakan yang kurang mendukung pelaksanaan riset. Baru pada tahun
2000-an, pusdiknakes memberikan kesempatan kepada para perawat untuk
melaksanakan riset, itupun hasilnya memberi masih dipertanyakan karena banyak hasil
yang ada lebih lebih mengarah pada riset kesehatan secara umum. Riset tentang
keperawatan hampir belum tersentuh. Faktor lain yang sebenarnya sangat
memperihatinkan adalah tugas ahir yang diberikan kepada mahasiswa keperawatan
bukan langkah-langkah riset secara ilmiah, tetapi lebih menekankan pada laporan kasus
per kasus.
d. Pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan yang sempit
Pembinaan keperawatan dirasakan kurang memenuhi sasaran dalam memenuhi tuntutan
perkembangan zaman. Pendidikan keperawatan dianggap sebagai suatu objek untuk
kepentingan tertentu dan tidak dikelola secara professional. Kurikulum yang diterapkan
lebih mengarahkan perawat tentang how to work and apply, bukan how to think and do
criticall.
e. Rendahnya standar gaji bagi perawat
Gaji perawat, khususnya yang bekerja di instansi pemerintah dirasakan sangat rendah
bila dibandingkan dengan negara lain, baik Asia ataupun Amerika. Keadaan ini
berdampak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
professional.
f. Sangat minimnya perawat yang menduduki pimpinan di institusi kesehatan
Masalah ini sangat krusial bagi pengembangan profesi keperawatan, karena sistem
sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang baik. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi perkembangan keperawatan di Indonesia, karena dampaknya semua
kebijakan yang ada biasanya kurang berpihak terhadap kebutuhan keperawatan.

6. Perawat Jiwa
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

Sementara ANA (American Nurses Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa


adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya (Stuart, 2007).

Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai
bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan berupaya
sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien (Depkes
RI, 1998).

Penggunaan diri secara terapeutik secara detail sudah dibahas pada mata ajar ilmu dasar
keperawatan pada topik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu cara dalam
berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar bersama dengan pasien untuk
memperbaiki emosi pasien. Walaupun perawat atau tenaga kesehatan lain lebih mengerti tentang
masalah kesehatan, seseorang yang lebih mengerti tentang masalah pasien adalah pasien.

Oleh karenanya, perawat harus menciptakan rasa percaya (trust) agar pasien dapat mempercayai
perawat sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatannya. Perawat mengkaji data
secara verbal dan nonverbal sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan untuk diselesaikan
bersama dengan pasien. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan dirinya sebagai seorang
penolong (helper).

Ada beberapa pertanyaan yang bisa dijawab untuk mengetahui (introspeksi) perawat
adalah orang yang layak membantu atau “penolong”, antara lain sebagai berikut (Stuart dan
Laraia, 2005).

1. Apakah saya dapat dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya, serta dapat dijadikan
pegangan atau konsisten dalam arti yang mendalam?
2. Apakah saya cukup ekspresif?
3. Apakah saya bersikap positif, hangat, perhatian, menyukai, menaruh perhatian, dan
respek?
4. Apakah saya cukup stabil untuk berpisah dengan seseorang?
5. Apakah saya dapat membiarkan diri sepenuhnya “masuk ke dunia” orang lain (perasaan,
makna diri) dan menerima pihak lain apa adanya?
6. Apakah perilaku saya tidak dianggap sebagai ancaman pihak lain?
7. Apakah saya membebaskan pasien dari perasaan terancam oleh kritik/kecaman/ penilaian
eksternal?
8. Apakah saya menerima pasien sebagai “on becoming individu” ataukah terikat oleh
kesan yang lalu?

Beberapa pertanyaan di atas merupakan indikator yang harus dipenuhi apabila perawat ingin
menjadi seorang helper. Selain seorang helper, perawat harus menyadari bahwa kemampuan
terapeutik perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas personal, komunikasi
fasilitatif, dimensi respons, dimensi tindakan, dan hambatan dalam komunikasi.

Kualitas personal, tercermin dari kemampuan perawat untuk melakukan menganalisis diri.
Apabila perawat mampu melakukan analisis diri. Perawat diharapkan dapat menggunakan
dirinya secara terapeutik untuk membantu dan mengembangkan pengalaman bersama pasien
dalam menyelesaikan permasalahan pasien.

Komunikasi fasilitatif merupakan cerminan kemampuan perawat untuk menerapkan prinsip


komunikasi dan berbagai faktor yang memengaruhi. Komunikasi fasilitatif meliputi perilaku
verbal, perilaku nonverbal, kemampuan perawat menganalisis masalah, dan menerapkan teknik
terapeutik.

Dimensi respons merupakan reaksi perawat terhadap komunikasi yang terjadi. Dimensi respons
ini terdiri atas sikap ikhlas, hormat, empati, dan konkret. Setelah dimensi respons, biasanya akan
diikuti oleh dimensi tindakan, seperti konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis,
dan bermain peran.

Gambar Elemen yang Memengaruhi Kemampuan Perawat untuk Terapeutik (Stuart dan Laria,
2005)

Selain semua faktor di atas, masih ada faktor yang memengaruhi komunikasi terapeutik yaitu
hambatan terapeutik atau kebutuhan terapeutik. Hambatan terapeutik ini dapat berasal dari
perawat ataupun pasien. Hambatan terapeutik dari pasien biasanya berupa resistensi dan
transferen. Sementara hambatan terapeutik yang dari perawat dapat berupa konter transferen dan
pelanggaran batasan.

Seorang perawat jiwa harus menggunakan ilmu perilaku untuk membantu menyelesaikan
masalah. Secara umum tidak ada seseorang menangis jika tidak ada sebabnya, tidak ada orang
marah jika tidak ada sebabnya, dan seterusnya. Pelajarilah berbagai teori perilaku 9, teori alasan
bertindak (theory reason action), dan teori perencanaan bertindak (theory plan behavior) 1,
sehingga dapat dikembangkan berbagai falsafah dalam keperawatan kesehatan jiwa.

7. Perawat Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center
care) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga,
sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan
yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care
adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan
mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan
kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami bahwa
semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center care ) dan
mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting
dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga
kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus
mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak
yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah
menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang
tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan
nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan
fisik

5.2 FUNGSI PROFESI KEPERAWATAN


1. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat
mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab
terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam
menjalankan fungsi independen adalah:
1. Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara fisik untuk
menentukan status kesehatan.
2. Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk memelihara atau
memperbaiki kesehatan.
3. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
4. Mendorong untuk berperilaku secara wajar.
2. Fungsi Dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi
wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat,
dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung
jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati
hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.
3. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini
tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya berkolaborasi mengupayakan
kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang
dokter. Sebagai sesama tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai
kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya.
Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi fokus upaya pelayanan kesehatan. Contohnya, untuk
menangani ibu hamil yang menderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi berkolaborasi
membuat rencana untuk menentukan kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu dan
perkembangan janin. Ahli gizi memberikan kontribusi dalam perencanaan makanan dan perawat
mengajarkan pasien memilih makan sehari-hari. Dalam fungsi ini, perawat bertanggung jawab
secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap kegagalan pelayanan kesehatan
terutama untuk bidang keperawatan
BAB VI
PERAN PERAWAT
Peran sebagai tenga kesehatan yang prifesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayan atau asuhan keperawatan yang komperehensif
dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang kholistik. Keperawatan sebagai suatu bentuk
pelyanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsiko- sosio- spiritual yang komperehensif kepada
individu, keliiuarga dan masyarakaat baik sakitbmaupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia (Nursalam,2013)
Pelayanan keperawatan disini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosianal
kepada pasien dan memperlukan pasien sebagai manusia. Perawat sebagai tenaga keperawatan yang
profesianal harus memiliki kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal, pekerja berdasarkan
standar praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral (Wicaksono dan Prawesti,2012)
Karakter keperawatan sebagai profesi menurut Gillies (1996) dalam Nursalam (2013) yaitu
memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistematis dan khusus, mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang tubuh manusia secara konstan melalui penelitian, melaksanakan pendidikan melalui
pendidikan tinggi, menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam pelayanan, berfungsi
secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan pengadilan praktik profesional, memberikan pelayanan
kesejahteraan masyarakat diatas kepentingan proibadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika
profesi secara memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan memdokumentasikan proses
keperawatan.
WEWENANG PERAWAT
Praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakan. Sasaran
praktik adalah perseorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan
keperawatan. Praktik keperawatan harus di dasarkan kepada kode etik, standar pelayanan, standar profesi
dann standar prosedur operasional. Praktik keperawatan diberikan oleh perawat yang memiliki tugas dan
wewenang sesuai area praktiknya.
A. Wewenang perawat
Dalam pelaksanaan tugas, seorang perawat memerlukan wewenang agar dapat melaksanakan
tugas dengan aman dan klien menerima asuhan yang aman
1. Perngertian
Wewenang adalah hak untuk melakukan atau memerintahkan kegiiatan kepada orang lain,
terdapan pada pekerjaan dan diperlukan perawat untik melaksanakan praktik. Tanpa
wewenang perwat tidak dapat berfungsi memenuhi kebutuhan klien. Wewenang memiliki
tingkatan-tingkatan yang diperlakukan dalam pelaksanaan tugas.
Wewenang adalah otoritas yang datanng bersama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh
perawat dalam melakukan kegiatan praktiknya di area keperawatan. Kewengan
menggambarkan kewenangan klinik (Clinical Privilage) yang diberikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan tempat perawat tersebut bekarja dan diakui oleh klien, teman sejawat
oerawat, dokter dan tenaga kesehatan lain serta memperoleh izin secara hukum. Kewenangan
berbeda untuk setiap perawat sesuai kualifikasi dan area praktiknya
2. Deskripsi wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat yang bekerja memelikin kewenangan antara lain :
a. Wewenang sebagai pemberi asuhan keperawatan
Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan untuk
pencapaian derajat kesehatan klien yang optimal.
Dalam melaksanakan tugas penberi asyhan keperawatan di bidang upaya kesehatan
perorang, perawat berwenang :
1.) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
2.) Menepatkan diaknosis keperawatan
3.) Merencanakan tindakan keperawatan
4.) Melaksanankan tindakan keperawatan
5.) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6.) Melakukan rujukan
7.) Memeberikan tindakan pada keadaan gawat darurat
8.) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
9.) Penata laksanaan pemberian obat kepada klien (sesuai resep tenaga/obat
bebas/terbatas)
Dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakar, perawat berwenang :
1.) Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan
kelompok masyarakat
2.) Menepatkan permasalahan kesehatan masyarakat
3.) Memebantu penemuan khasus penyakit
4.) Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
5.) Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
6.) Melakukan rujukan khasus
7.) Mengavaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
8.) Melakukan pemberdayaan masyarakat
9.) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
10.) Menjalin kemutraan dan keperawatan kesehatan masyarakat
11.) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konsenling
12.) Mengelola khasus : dan
13.) Melakukn pelaksanaan keperawatan komplemeter dan alternatif
b. Wewenang sebagai penyuluh dan konselor
Tugas perawat dalam membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat bertujuan untuk meningkat pengetahuan klien, menanamkan kebiasaan
perilaku hidup sehat, membantu mengatasimasalah psikososial klien, serta memberikan
dukungan emosional dan triatual sesuai memiliki klien.

Dalam melaksanakan penyuluh dan konselor, perawat berwenang:


1.) Melakukan pengkajian perawat secara holistikpada individu dan keluarga
sera ditingkat kelompok masyarakat;
2.) Melakukan pemberdayaan masyarakat:
3.) Melaksankan aposaki dalam perawatan kesehatan masyarakat:
4.) Menjalin kementian dalam keperawatan kesehatan masyrakat: dan
5.) Melakukan penyuluhan kesehatan konseling
c. Wewenang sebagai penglolah pelayanan keperawatan
Tugas perawat dalam pengelolahan pelayan keperawatan terdiri dari
pengelolahan langsung klien individu dan atau kelompok, unit ruang rawat dan
pengelolaan di tingkat instiusi pelayanan kesehatan. Adapun perawat sebagai pengelola
pelayanan keperawatan berwenang (rincian daftar wewenang terlampir):
1.) Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan pengelolaan
pekayanan keperawatan
2.) Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan keperawatan
3.) Mengelola kasus
d. Wewenang sebagai peneliti keperawatan
Tugas perawat dalam penelitian keperawatan bertujuan mencari fakta/bukti baru
secara empiris, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
untuk diaplikasikan dalam praktik keperawatan sehingga pelayanan keperawatan dapat
dilaksanakan secara efektif-efisien sesuai pengetahuan dan teknologi terkini.
Dalam menyelenggarkan tugasnya sebagai peneliti keperawatan, perawat
berwenang (rincian daftar wewenang terlampir):
1.) Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika
2.) Menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin
pimpinan
3.) Mengunakan klien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan
ketentuan peraturan perundang-undang
BAB VII

Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Perawat

Tugas dan Job Deskripsi – Pada artikel kali ini kami akan mengulas mengenai posisi kerja
dibidang kesehatan medis. Banyak sekali posisi kerja dibidang kesehatan, diantaranya dokter,
perawat, bidan, penyuluh kesehatan dll. Nah pada kesempatan ini kami akan membahas
mengenai tugas seorang perawat, baik itu perawat Rumah Sakit ataupun perawat profesional
lainnya.

Apa itu Perawat?

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan,
sebagaimana yang tertuang dalam UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Seorang Perawat | via iphnc2013.com

Perawat merupakan fungsi kerja dibidang kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan
keperawatan dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pelayanan bagi penderita yang sakit.

Tugas dan Tanggung Jawab Perawat

Tugas seorang perawat adalah menjalankan perannya sebagai seorang perawat yang
memberikan perawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan. Berikut ini uraian tugas
perawat :

Pelaksana Keperawatan
Seorang perawat bertugas memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks sesuai dengan
diagnosa masalah yang terjadi.

Pengelola (Administrator)

Tugas seorang perawat sebagai administrator yang dimaksud di sini adalah perawat sebagai
tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dengan profesi
lain dalam pelayanan kesehatan yang dapat mengatur, merancanankan, melaksanakan dan
menilai tindakan yang diberikan kepada pasien. Karena perawat sebagai anggota profesional
yang paling lama bertemu dengan pasien, maka perawat harus mengatur ,merencanakan dan
melaksanakan berbagai alternatif penanganan keperawatan yang harus diterima oleh pasien.

Pendidik

Tugas perawat sebagai pendidik, yaitu membantu pasien mempertinggi pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan spesifik yang
dilakukan kepada pasien, keluarga dan team kesehatan lainnya baik secara spontan (saat
interaksi) maupun formal (disiapkan).

Peneliti

Tugas seorang perawat sebagai peneliti disini adalah bahwa seorang perawat bertugas
melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana
efektifitas tindakan yang telah diberikan kepada pasien. Seorang perawat diharapkan dapat
menjadi inovator dalam ilmu keperawatan agar dapat mengembangkan ilmu keperawatan dan
meningkatkan praktek profesi keperawatan.

Dari uraian tugas perawat di atas, dapat kita simpulkan tugas pokok perawat dalam menjalankan
profesinya. Berikut ini tugas pokok perawat :

1. Mengumpulkan, mengalisis dan mengintrepetasi data


2. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
3. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik
4. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan
5. Mencatat data dalam proses keperawatan
6. Menggunakan catatan pasien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan
7. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dibidang keperawatan
8. Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan
9. Merencanakan, membuat dan mengevaluasi penyuluhan kesehatan
10. Ikut serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat

Tugas Asisten Perawat


Seorang perawat juga memiliki asisten yang membantunya dalam menjalan tugas-tugasnya.
Perawat dan asisten perawat saling membantu pasien dalam memberikan perawatan sesuai
dengan tahapan proses keperawatan. Tugas asisten perawat tentu berbeda dengan seorang
perawat, berikut ini tugas asisten perawat :

1. Menjaga Pasien

Seorang asisten perawat bertugas menjaga pasien, seperti menjaga kebersihan pasien dengan
memandikan dan membersihka ruang pasien. Tak jarang juga asisten perawat memasang popok
pasien.

2. Merawat Pasien

Asisten perawat juga membantu merawat pasien dengan baik, seperti membantu pasien makan
baik secara normal maupun menggunakan alat bantu dan menggenakan baju.

3. Memberikan obat

Seorang asisten perawat juga membantu memberikan obat kepada pasien sesuai dengan aturan
minum sesuai kadar dan dosisnya.

4. Menjaga Kesehatan Pasien

Asisten perawat bertugas menjaga kesehatan pasien sesuai dengan tahapan proses keperawatan
seperti memeriksa tanda vital (tensi, suhu tubuh, tekanan darah), mengecek gula darah dan
memasang oksigen ataupun infus.

5. Memberikan Motivasi & Perhatian

Seorang asisten perawat juga harus bisa memberikan motivasi untuk pasien. Hal ini dilakukan
dengan memberikan semangat untuk kesembuhan pasien dan juga menghibur pasien untuk
mengurangi rasa sakit.

Kriteria Seorang Perawat

Nah, kalian sekarang sudah mengetahui tugas-tugas seorang perawat maupun asisten perawat
sebagaimana yang sudah kami uraikan di atas. Selanjutnya kalian perlu tahu kriteria dan syarat
seorang perawat handal dan profesional dalam menjalankan profesinya, berikut ini kriterianya :

1. Seorang perawat harus dapat berkomunikasi secara lengkap, akurat dan cepat
2. Mampu berbicara dan menulis dalam bahasa asing minimal bahasa inggris
3. Dapat bekerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim
medis sebagai mitra kerja dalam memberikan perawatan kepada pasien
4. Dalam melakukan tugasnya seorang perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai
etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan
5. Seorang perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan terus
menambah ilmu melalui melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu
keahlian tertentu.
6. Seorang perawat harus mempunyai dasar pendidikan yang memadai, dengan keahlian dan
dasar pendidikan yang tinggi sebagai indikator jaminan kualitas pelayanan dan
menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal
7. Seorang perawat harus memahami konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya
Manajemen Keperawatan

Apakah Anda tertarik menjadi seorang perawat ? Untuk menjadi perawat yang profesional
memang tidak mudah namun Anda bisa mencoba sebagai pilihan karir Anda. Cukup percaya diri
dan gunakan segenap kemampuan Anda dalam menjalankan tugas-tugas profesi Anda.

Anda mungkin juga menyukai