Buku Tentang Profesi Keperawatan-1
Buku Tentang Profesi Keperawatan-1
Buku Tentang Profesi Keperawatan-1
Disusun Oleh :
1. Anjar Paraswati
2. Ati Wahyuning Kekeh
3. Atika Fadilla
4. Mas’Okta Sidhiq S
5. Putri Ariyola
6. Rahayu Viantara
7. Rapika Yanti
BAB I
Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa
Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu
tugas khusus secara tetap/permanen".
Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah
pada bidang hukum, kesehatan, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.
Seseorang yang berkompeten di suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walau demikian,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan
kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu
profesi.
Pengertian Profesi Keperawatan
Profesi Perawat. Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya,
secara bertahap mulai berkembang. Pengertian perawat dan keperawatan itu sendiri diartikan
oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam berbagai bentuk rumusan, seperti
oleh Florence Nightingale, Goodrich,Imogene King,Virginia Henderson,dan sebagainya.
Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi perawat bila di rumah sakit adalah
'pembantu dokter'. Seorang perawat banyak diartikan serta dipersepsikan sebagai seseorang yang
hanya menuruti kata dokter dan bisa di suruh-suruh seenaknya. Semua itu jelas salah total. Dan
asumsi yang masih banyak di masyarakat ini memang harus dikikis habis. Perawat itu bukan
pembantu dokter melainkan sebuah profesi yang sebenarnya setingkat dengan dokter. Bila dokter
adalah dalam hal medisnya sedangkan perawat dengan profesi perawat tentunya bertugas dan
berperan di bidang keperawatan itu sendiri.
Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan
dan juga profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter,
apoteker, dokter gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka untuk itulah dikatakan bahwa perawat
adalah sebuah profesi. Profesi perawat.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena memiliki beberapa hal.
Beberapa hal yang menjadikan keperawatan sebagai profesi adalah sebagai berikut :
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing). Landasan ilmu
pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah diantaranya cabang ilmu keperawatan
klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu keperawatan komunitas , cabang ilmu
penunjang.
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi salah
satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan pada tiap negara
berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika
keperawatan yang dimilikinya, dan di negara Indonesia memiliki kode etik
keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah nasional dengan nama kode etik
keperawatan Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat sebagai
profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan keperawatan telah dikembangkan
dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai dari jenjang D III
Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi.
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian asuhan keperawatan (askep) dikembangkan sebagai bagian
integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di
setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan / askep yang dikembangkan bersifat
humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman pada standar
asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
5. Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi. Perawat dikatakan sebagai profesi
karena keperawatan memiliki organisasi profesi sendiri yaitu PPNI. Profesi perawat diakui
karena memang keperawatan harus memiliki organisasi profesi yakni yang disebut
dengan PPNI. organisasi profesi ini sangat menentukan keberhasilan dalam upaya
pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya
membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam inovasi
keperawatan di Indonesia.
6. Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan sebagai sebuah
profesi karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat profesional selalu
menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan.
7. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab
untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam memberikan askep dan
menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan
pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk legislasi
keperawatan ( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 ).
Sejarah Profesi Keperawatan Dunia
Pada masyarakat primitif, tugas sebagai perawat sudah diberikan kepada seseorang, sebelum dia
memiliki kemampuan untuk membuat pilihannya sendiri. Seperti yang terjadi pada masyarakat
suku Indian Zuni yang tinggal di gurun new mexico, suku Zuni percaya bahwa bayi yang lahir
dengan plasenta menutupi wajahnya adalah pertanda bayi tersebut ditakdirkan untuk menjadi
seorang perawat. (Henly & Moss, 2007).
Perawat pada masa awal hanya mempelajari keperawatan melalui observasi, melihat cara
pendahulunya merawat orang lain, yang dipraktikkan secara turun temurun, dari generasi ke
generasi, melalui trial & error.
Selama abad pertengahan, perawatan kepada pasien belum memiliki kualitas yang baik. Lebih
dari satu pasien ditempatkan dalam satu tempat tidur, dengan kaki pasien yang satu diatas kepala
pasien yang lain. Pasien-pasien itu juga tidak memiliki diagnosa medis pada saat dirawat,
sehingga semua pasien dicampur menjadi satu, pasien dengan patah kaki mungkin ditempatkan
ditempat tidur yang sama bersama dengan pasien cacar dan TBC (Robinson, 1946).
Profesi keperawatan merupakan profesi “pilihan terakhir” masyarakat eropa pada zaman ini. Di
Inggris, profesi sebagai perawat biasanya dilakukan oleh perempuan dari kelas bawah, atau
perempuan yang terlalu tua untuk menemukan jenis pekerjaan yang lain. Citra perawat sangatlah
buruk, sebuah catatan rumah sakit melaporkan bahwa perawat sering diberikan sanksi karena
berkelahi, menggunakan kata-kata kasar, mencuri dan melakukan pemerasan kepada pasien-
pasiennya (Pavey, 1953).
Charles Dicken, seorang penulis pada zaman Victoria, menggambarkan betapa buruknya citra
profesi keperawatan melalui karakter “Sairey Gamp” dan “Betsey” didalam novelnya yang
berjudul “Martin Chuzzlewit”. Perawat versi Charles Dicken ini sering mabuk-mabukan saat
bertugas, sering melakukan hubungan intim dengan pasien dan terlihat senang bila ada pasiennya
yang meninggal dunia (Dolan, 1968).
Kedatangan Florence Nightingale tidak hanya mereformasi dunia keperawatan pada waktu itu,
tetapi juga meletakkan dasar keperawatan menjadi sebuah profesi yang diakui masyarakat.
Florence Nightingale adalah keluarga bangsawan Inggris, ia diberikan pendidikan yang baik oleh
ayahnya, Florence belajar bahasa Yunani, Latin, Jerman, Prancis dan Italia serta ilmu-ilmu
matematika, sains, literatur kuno dan literatur modern (Nutting & Dock, 1907).
Dengan latar belakang keluarga dan semua pendidikan yang dimilikinya, Florence malah
memilih untuk menjadi seorang perawat, lalu mendedikasikan diri dalam pelayanan
kemanusiaan. Tentu saja orang tua Florence menolak mentah-mentah pilihannya menjadi
perawat karena tidak cocok untuk wanita sekelasnya. Ketika neneknya sedang sakit, Florence
merawat neneknya dengan sangat baik sampai meninggal dunia. Melihat tekad dan kegigihannya
tersebut, maka melunaklah hati kedua orang tuanya dan memberikan izin kepada Florence untuk
menjadi seorang perawat.
Florence berangkat untuk mendapatkan pelatihan menjadi perawat di "Pastor Fliedner's
Deaconess Home and Hospital" Jerman pada Juli 1851 dimana ia belajar informasi dasar
mengenai perawatan pasien. Ketika Florence kembali ke Inggris, ia diangkat menjadi
pengawas "Upper Harley Street Hospital." Selama masa menjabat, Florence sempat melakukan
perjalanan ke Paris untuk melakukan studi banding di "Chatolic Sisters of Charity, Charity," dan
kemudian menjadi perawat sukarelawan di "Middlesex Hospital" ketika wabah kolera menyerang
Prancis.
Pada tahun 1854, Rusia menyatakan perang kepada tentara gabungan Inggirs, Prancis dan Turki.
Perang Krimea pun pecah. Florence Nightingale mendengar kabar angka kematian tentara
inggris mencapai 41 persen. Yang lebih mengejutkannya adalah kabar bahwa Inggris kekurangan
perawat dan lebih banyak tentara Inggris yang mati karena penyakit daripada mati karena cidera
akibat perang.
Florence Nightingale mendokumentasikan hasil dari perawatannya selama perang Krimea dan
menggunakannya sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya (Woodham-Smith, 1951). Melalui
pekerjaannya ini, Florence Nightingale telah meletakkan dasar dari praktik berbasis bukti
modern (modern evidence-based practice). Sekembalinya Florence ke Inggris, dia dielu-elukan
bak pahlawan dan sebagai balasan atas pekerjaannya yang baik, masyarakat Inggris
mengumpulkan dana dan memberikan sejumlah uang kepada Florence yang akhirnya digunakan
untuk membangun Sekolah Keperawatan Nightingale (Nightingale School of Nursing) di RS St,
Thomas, London.
Abad ke-19 ditandai dengan kemajuan yang pesat dalam aktivitas intelektual manusia dan sains
mulai berkembang. Kemajuan ini turut pula mempengaruhi dunia Kedokteran dan perkembangan
profesi keperawatan. Di awal abad ke-20, tanda dan gejala dari banyak penyakit mulai
teridentifikasi. Instrumen-instrumen baru dikembangkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi
tubuh manusia. Antiseptik dan anestesia membuat prosedur pembedahan yang rumit mulai dapat
dilakukan.
Meningkatnya pengetahuan berbasis sains membuat prosedur baru dengan teknologi canggih dan
kompleks semakin banyak. Perawatan bagi pasien dengan metode terbaik dapat diberikan oleh
rumah sakit. Perkembangan dunia medis ini mempengaruhi pula majunya dunia keperawatan,
perawat berpendidikan dan terlatih dalam pemberian perawatan dan pengobatan kepada pasien
semakin dibutuhkan.
Hadirnya Asosiasi Keperawatan di Dunia
Pada bulan Mei-Oktober 1983, World fair dan Eksposisi Kolombia diadakan di Chicago untuk
merayakan 400 tahun Colombus datang ke dunia baru. Berbagai konvensi dan konferensi
dilakukan saat itu, termasuk konferensi amal internasional, konferensi ini dikepalai oleh Isabel
Hampton. Isu yang diangkat Hampton pada saat itu adalah fakta-fakta tentang dunia
keperawatan, dia menyebutkan bahwa hanya sepersepuluh dari perawat di Amerika yang lulus
dari sekolah keperawatan, 90 persen sisanya hanya menerima pelatihan merawat pasien dan tidak
melalui pendidikan formal. Untuk itu dia mengajukan bahwa harus ada badan yang mengatur
izin perawat, dalam rangka melindungi masyarakat, agar masyarakat dapat membedakan mana
perawat terdidik dan mana perawat yang tidak.
Hancurnya pasar saham di Amerika Serikat pada tahun 1929 menyebabkan depresi besar. Setiap
kelompok pekerja hancur oleh runtuhnya perekonomian bangsa. Kebanyakan perawat pada saat
itu hidup dengan melakukan praktik secara mandiri, disewa untuk melakukan perawatan
dirumah-rumah. Namun, karena ekonomi sedang kacau, pasien-pasien tidak sanggup lagi untuk
membayar jasa perawat dirumah yang tergolong mahal, akibatnya banyak perawat yang menjadi
pengangguran.
Masa-masa depresi juga menurunkan tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit, akibatnya omset
rumah sakit menurun dan banyak rumah sakit yang menggunakan siswa sekolah
keperawatannya untuk dipekerjakan sebagai perawat dan melakukan perawatan pada pasien.
Rumah sakit yang tidak memiliki sekolah keperawatan sendiri, memperkerjakan perawat yang
tidak berpendidikan formal dan tidak ter-registerasi.
Diperkirakan rumah sakit yang memiliki sekolah keperawatan sendiri pada saat itu, 73 persen
tidak memiliki perawat yang berpendidikan formal. Beberapa rumah sakit memutuskan untuk
hanya memakai perawat yang tidak terlatih dengan bayaran berupa tempat tinggal, makanan dan
laundry, tetapi tanpa digaji (Kalisch & Kalisch, 1995).
Tindakan untuk memulihkan ekomoni nasional disahkan oleh kongres AS pada tahun 1933,
tindakan ini dilakukan dalam upaya untuk mencarikan pekerjaan kepada warga negara mereka
yang menganggur, tetapi upaya pemerintah tersebut tidak berlaku untuk perawat.
Kemudian American Nurses Asociation (ANA) merespon hukum ini dengan mengeluarkan
pernyataan.
1. Rencana pemulihan ekonomi harus mempertimbangkan ribuan perawat profesional yang
masih menganggur.
2. Dalam semua kasus, jenis pelayanan keperawatan yang paling efektif harus tersedia
untuk pasien.
3. Sedapat mungkin, perawat harus bekerja atas dasar 8 jam sehari atau 48 jam seminggu
4. Gaji perawat harus diatas rata-rata
5. Perawat tidak diharapkan untuk bekerja lebih dari 8 jam sehari
Pada tahun 1933, regulasi 8 jam bekerja untuk perawat rumah sakit di sahkan. Jam ini
diperjuangkan agar dapat perawat yang masih menganggur dapat mendapatkan pekerjaan, karena
jika perawat hanya bekerja sebanyak 8 jam, maka kebutuhan tenaga juga semakin banyak
dibandingkan dengan 12 jam kerja.
Sistem magang dalam pendidikan keperawatan sering dikritik oleh para akademisi dan lembaga
Peninjau karena dipandang sebagai eksploitasi tenaga kerja kepada para siswa. Kemudian di
tahun 1919, Komite Studi Pendidikan Keperawatan yang didanai oleh Yayasan Rockefeller,
didirikan untuk mengkaji pendidikan keperawatan. Komite tersebut mengeluarkan laporan
berjudul Goldmark Report (1923), merekomendasikan bahwa pendidikan keperawatan harus
memiliki standar dan harus lebih terfokus pada pendidikan daripada terfokus pada pasien.
Laporan tersebut juga merekomendasikan bahwa pendidikan keperawatan harus dipindahkan ke
Universitas dan perawat pendidik harus menerima pendidikan lanjut yang dibutuhkan dalam
peran mereka.
Evaluasi ketiga dari pendidikan keperawatan, The Future of Nursing, ditulis oleh Ester Brown
(1948). Seperti halnya kedua evaluasi yang telah dikeluarkan sebelumnya, Brown
merekomendasikan bahwa Sekolah keperawatan harus memiliki otomoni sendiri dan terpisah
dari rumah sakit, rekrutmen pendidik sarjana muda atau sederajat dan mengharapkan sekolah
keperawatan lebih bijak untuk memilih lokasi yang akan digunakan untuk praktek siswa.
Tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencari gelar sarjana. Tren ini
dikarenakan oleh perubahan-perubahan dramatis dalam perawatan kesehatan dan kemajuan
teknologi yang semakin maju dalam bidang kedokteran dan keperawatan (Kalisch & Kalisch,
1995).
Kemajuan dalam Praktik Keperawatan
Pertumbuhan gelar master dalam keperawatan, memberi banyak kemajuan dalam peran perawat,
antara lain peran sebagai perawat spesialis klinik, perawat praktisi, peneliti dan perawat manajer.
Perawat spesialis klinik mempunyai keahlian didalam area klinikal, mereka dididik untuk
memberikan pelayanan kepada pasien yang menderita masalah kesehatan yang kompleks yang
membutuhkan area yang terspesialisasi. Gelar perawat praktisi pertama digunakan di Universitas
Colorado. Kemajuan juga terjadi dalam penelitian keperawatan, para pemimpin-peminpin
keperawatan berjuang untuk membangun keperawatan sebagai sebuah disiplin ilmu yang
terpisah dari kedokteran.
3. Penetapan Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Konggres Ketiga (III) dilaksanakan pada tanggal 15-18 Desember 1984 di Jakarta. Konggres ini
dibuka di Istana Negara oleh Presiden RI Bapak Soeharto, sidang ilmiah dan organisasi
dilaksanakan di Wisma Wiladatika / Panti Usila Cibubur Jakarta Timur.
Hasil Konggres Ketiga adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Drs. Husein, SKM
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Pada Konggres Ketiga ini diadakan penyempurnaan AD / ART ang intinya adalah mengganti
istilah:
1. Konggres Nasional menjadi Musyawarah Nasional
2. Pengurus Besar menjadi Dewan Pimpinan Pusat
3. Pengurus Wilayah menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I
4. Pengurus Cabang menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II
Musyawarah Nasional Keempat (IV) berlangsung pada tanggal 27 Nopember-1 Desember 1989
dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah. Hasil yang disepakati pada Munas IV ini adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Setien Wuntu, MPH
Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
Sekretariat : Pusdiklat Depkes RI Jl. Hangjabat Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Dalam Munas IV ini telah diputuskan “Ikrar Perawat Indonesia”
Musyawarah Nasional Kelima (V) dilaksanakan pada tanggal 5-29 Januari 1995 bertempat di
Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Bapak Tri
Sutrisno. Sidang – sidang ilmiah dan organisasi juga diselenggarakan di Wisma Haji Jakarta.
Hasil Munas Kelima adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Drs. Husein, SKM
Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
1. Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Musyawarah Nasional Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal 16-18 April 2000,
Munas dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Bapak dr. Sujudi, MPH.
Hasil kesepakatan Munas VI antara lain:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Program Kerja PPNI
3. 13 Keputusan dan Rekomendasi diantaranya:
1. Kode Etik Keperawatan Indonesia
2. Legislasi Praktek Keperawatan
3. Dewan Pimpinan Pusat diganti Dewan Pengurus Pusat
4. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I diganti Pengurus Propinsi
5. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II diganti Pengurus Kabupaten / Kota
Pergantian Kepengurusan :
Ketua : Achir Yani S. Hamid, DNSc
Sekretaris : Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep.
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Musyawarah Nasional Ketujuh (VII) dilaksanakan pada tanggal 24-28 Juli 2005 di Menado
Convention Centre (MCC) Jalan Piere Tendean Boulevard Manado.
Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum tahun 1950 : Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan.
2. Tahun 1950 : Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat
(SPR).
3. Tahun 1945-1950 : Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan
Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan
Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.
4. Tahun 1962 : Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
5. Tahun 1955-1974 : Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan
Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat
Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi
Tenaga Keperawatan.
6. Tahun 1974 : Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar
yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat
(SPR).
7. Tahun 1974 : Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
8. Tahun 1876 : Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan
pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.
9. Pada Januari 1983 : Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang
menghasilkan:
a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan;
b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan;
c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas
profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan
pendidikan keperawatan.
10. Tahun 1985 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1-Keperawatan)
yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum
terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
11. Tahun 1999 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).
12. Tahun 2000 : Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri
Kesehatan.
BAB II
Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda
dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan
dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk
mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah
dideskripsikan sebagai etik perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik
merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia
berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Kode Etik Keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan. yang menerapkan nilai etika
terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Kode etik keperawatan adalah kode etik sebagai alat untuk menyusun standar praktik profesional
serta memperbaiki dan memelihara standar tersebut.
Kode etik keperawatan adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional,diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus di terima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional.
Kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa
tanggung jawab dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut perawat harus meyakini bahwa :
· Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang
bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
· Dalam melaksanakan pelayanan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Perawat memegan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktek
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan.
Perawat dapat memprakarsasi pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan
serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi
dimasyarakat.
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek
keperawatan dan pindidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan
pengetahuandalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional.
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association adalah sebagai berikut :
Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau
ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatan.
Perawat melingdungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia.
Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal.
Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.
Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.
Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.
Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik.
Kode etik keperawatan di indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat PPNI melalui
Musyawara Nasional PPNI dijakarta pada tanggal 29 November 1989.
Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang
pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat untuk orang seorang, keluarga
dan masyarakat.
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari orang seorang, keluarga atau penderita, keluarganya dan masyarakat.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disetai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan sesuai dengan
kebutuhan orang seorang atau penderita, keluarga dan masyarakat.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya.
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketermpilan perawatan untuk tujuan yang
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, keagamaan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-perlindungan dan keselamatan penderita
dalam melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan matang mempetimbangkan kemampuan
jika menerima dan mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan perawatan
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan lain
- Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
- Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan dengan menunjukkan
peri/tingka laku dan sifat-sifat pribadi yang tinggi.
Hukum
- Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelanyanan
perawat an serta menerapkanya dalam kegiatan-kegiatan pelayanan danpendidikan
perawatan.
TEORI ETIK
a) Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak
menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b) Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
PRINSIP-PRINSIP ETIK
1) Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
3) Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4) Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5) Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7) Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
8) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawtan Indonesia :
1) Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang
bersumber pada kebutuhan untuk individu,keluarga dan masyarakat.
3) Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang perorangan, keluarga dan masyarakat
senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan.
4) Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan individu, keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesejahteraan umum sebagai
bagian dari tugas, kewajiban bagi kepentingan masyarakat. Sikap etis profesional yang kokoh
dari setiap perawat tercermin dari setiap langkahnya,termasuk penampilan diri serta keputusan
yang diambil dalam merespons situasi yang muncul.
3) Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan perawatan untuk tujuan
yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,warna, kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.
c. Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
1) perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan Dnegan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
1) Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri atau bersama-
sama dengan jalan ilmu pengetahuan,keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan perawatan.
2) Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukan perilaku dan sifat-
sifat pribadi yang luhur
.
3) perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
4) perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi perawatan
sebagai sarana pengabdian.
2) perawat senantiasa berperan aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.
Fungsi etika keperawatan adalah sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam
keperawatan.
kerangka berpikir bagi para perawat untuk mengambil keputusan tanggung jawab kepada
masyarakat,anggota tim kesehatan,dan kepada profesi yang lain. Sarana untuk memperoleh
orientasi kritis berhadapan dengan masalah moralitas, untuk menampilkan keterampilan,untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Fungsi kode etik adalah :
1. Menghindari ketegangan antar manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.
Beranjak dari pandangan tersebut,kode etik merupakan hal yang penting dalam sistem pelayanan
kesehatan dan pelayanan praktik keperawatan (Hypocrates)
TUJUAN KODE ETIK
Tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar para perawat dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dalam menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan etika keperawatan
yaitu menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien, perawat dan
perawat juga antara perawat dan masyarakat.
Tujuan etika keperawatan menurut NLN (Nasional for Nursing) pusat pendidikan tenaga
keperawatan milik himpunan perawat Amerika adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti akan pesan dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
b) Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas yaitu keputusan
tentang baik dan buruk yang dipertanggung jawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.
c) Mengembangkan sikap personal atau pribadi dan sikap profesional.
d) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional.
e) Memberikan kesempatan untuk menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan dalam
praktik dan situasi yang nyata.
Tujuan kode etik keperawatan adalah :
a) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat,klien,teman sebaya, masing-
masing dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun profesi lain.
b) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan untuk praktisi keperawatan
yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam melaksanakan tugas.
c) Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masing masing.
d) Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
e) Memberikan pemahaman kepada masing-masing pengguna genangan keperawatan akan
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.
Tanggung gugat perawat adalah dapat menjawab segala hal yang berhubungan dengan tindakan
seseorang. Agar dapat bertanggung gugat perawat harus bertindak berdasarkan kode etik
profesinya.
1. Mengevaluasi praktisi profesional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
2. Mempertahankan standar keperawatan
3. Memudahkan refleksi pribadi
4. Pemikiran etis
5. pertumbuhan pribadi pada pihak profesional keperawatan , dan
6. Memberikan dasar pengambilan keputusan
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang
yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang merupakan suatu kewajiban dan
tanggung jawab moral. Etika atau Ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat,
kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut kamus webster, Etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika adalah
ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya manusia hidup didalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu baik buruk, kewajiban, dan tanggung jawab. Moral, berasal dari kata latin yang
berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
merupakan “standar prilaku” dan “nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat dimana ia tinggal. Sumber yang lain menyatakan bahwa moral mempunyai
arti tentang perilaku dan keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip
dibelakan keharusan tersebut.
Etiket atau adat merupakan suatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan
didalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.
Etika kesehatan merupkan penerapan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan
kesehatan masyarakat.
Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan
Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika adalah sifat
manusia yang unik.
Advokasi
Arti advokasi menurutu ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatah dan keselamatan praktek tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar
etika yang dilakukan oleh siapapun”. Advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan
yang melibatkan bantuan perawatan secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri. Pada dasarnya peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi
dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Memberi
informasi berarti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien.
Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan non aksi.
Akuntabilitas
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan yang dilakukan
dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut. Akuntabilitas mengandung dua
komponen utama, yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang
dilakukan perawat dilihat dari praktek keperawatan, kode etik dan undang-undang dibenarkan
atau absah.
Loyalitas
Merupakan suatu konsep dengan berbagai segi, meliputi simpati, peduli, dan hubungan timbal-
balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat. Ini berarti ada
pertimbangan tentang nilai dan tujuan orang lain secara nilai dan tujuan sendiri. Hubungan
profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan
masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian kepuasan bersama. Untuk mencapai
kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan pihak yang harmonis, maka
aspek loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik loyalitas kepada pasien, teman
sejawat, rumah sakit maupun profesi. Untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa argumentasi
yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
o Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana bila
informasi dari pasien harus didiskusikan secara profesional
o Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan berbagai persoalan yang
berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit harus didiskusikan dengan umum.
o Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepada teman sejawat. Kegagalan dalam
melakukan hal ini dapat menurunkan penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada tenaga
kesehatan.
o Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota profesi.
Perawat harus menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku secara tepat pada
saat bertugas
Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan etika
keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :
Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang
pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari. Dalam keadaan seperti ini,
perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam menentukan
keputusan secara moral. Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan kuantitas
melawan kuantitas hidup, karena keluaga pasien menanyakan apakah selang-selang yang
dipasang hampir pada semua bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.
Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk
pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat pada
permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan pasien.
² Berkata secara jujur melawan berkata bohong
Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika.
Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia akan mengatakan hal ini
secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia yang dimilikinya bila melaporkan
hal tersebut pada orang lain.
Jual
² Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik, ekonomi
dan ideologi
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat kedokter.
Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan untuk mengatasi
nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun tersebut terdapat
miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan dibagian tubuh
yang sakit.
Hubungan perawat-pasien-dokter
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan selama mereka
masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat
dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tidak terlepas dari
sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang personal dan lain-lain. Berbagai model hubungan
perawat-pasien-dokter telah dikembangkan, diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh
Szasz dan hollander, mereka mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana
model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara perawat dan
dokter Model Yang Dikembangka Szasz dan hollander :
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta hubungan dengan dokter, dikenal
beberapa peran perawat, yaitu :
Peran independen ( Mandiri )
Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri
Peran tergantung merupakan peran perawat dalam melaksanakan program kesehatan dimana
pertanggung jawaban dipegang oleh dokter.
Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work
dengan tim kesehatan lain.
Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat berperan sebagai konselor pada saat
pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Dapat pula berperan sebagai
pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien
dalam mengungkapkan perasaannya.
Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat dan
pasien dalam berinteraksi perawat-pasien, peran yang dimiliki masing-masing membentuk suatu
kesepakatan atau persetujuan dimana pasien mempunyai peran dan hak sebagai pasien dan
perawat mempunyai peran dan hak sebagai perawat. Dan dalam hubungan perawat-pasien maka
setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien
mempunyai peran sebagai pasien dan perawat sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi
parameter bagi perawat dalam memutuskan setiap tindakan etis.
BAB III
Syarat dari profesi
Adapun syarat dari profesi sebagai berikut :
cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, totalitas pengertian
atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman
Co/; seorang pasien yang mengalami stress ,seorang perawat yang pernah menangani
kasus seperti stress atau sakit mental sudah tidak akan bingung untuk memberi tindakan
jika memiliki pasien yang memiliki penyakit yang serupa .
Latihan secara berkesinambungan adalah bentuk latihan atau praktik yang di lakukan
secara terus menerus atau dalam janga waktu yang cukup lama
Co/; ketika pasien struk dan pasien kesulitan mengulurkan tangannya untuk mengambil
segelas air pada malam hari ,dan si pasien menekan tombbol darurat yang ada di ruangan
apaun kegiatan perawat wajib banginya untuk memeriksa apa yang terjadi di ruangan
sekalipun pada jam tidur si perawat tersebut.
Mengikuti organisasi dalam bidang keperawatan dapat lebih menumbuhkan rasa peduli
dan pengetahuan di lingkungan organisasi tersebut
Menjanjikan karir yang permanen adalah ketetapan mutlak yang akan di dapatkan
seorang mahasiswa perawat menjadi seorang perawat ketika sudah lulus dan memiliki
STR(surat tanda registrasi ) dan mengikuti standar dengan menempuh kembali profesi
nurse dan barulah seorang mahasisa tersebut bisa di katakan mutlak dapat memiliki karier
atau di akui sebagai perawat yang sah
1. Memiliki pengetahuan yang khusus tentang suatu bidang/pekerjaan tertentu, keahlian dan
keterampilan melalui pendidikan khusus serta pengalaman yang lama di bidangnya.
2. Didalam profesi juga memiliki aturan bisa kita sebut standarisasi yang tinggi, bisanya
mereka menjalankan kode etik di bidangnya masing-masing.
3. Sangat mementingkan masyarakat, mendahulukan kepentingan orang banyak di
bandingkan kepentingan pribadi diri sendri.
4. Ada semacam izin khusus yang di berikan pada pihak yang berwenang untuk
menjalankan profesi tersebut. Sehingga seseorang tersebut tidak sembarangan
melaksanakan profesinya tersebut.
5. Seseorang yang memiliki profesi biasanya menjadi anggota organisasi di bidangnya.
6. Orang yang memiliki profesi biasanya selalu menjadi anggota organisasi profesi yang
menjadi bidangnya.
Contohnya seperti seorang perawat yang telah menempuh segala macam pendidikan seperti
s1,nurse, atau spesialis yang telah memiliki sura tanda registrasi
Panggilan hidup adalah tulus dalam menjalankan profesi dan memiliki komitmen di
dalam hati untuk mengabdi dan menjalankan tugas sesuai profesi
Contoh ketika perang palestin 2018 silam seorang perawat bernama razan ikhlas
menolong sebagai tenaga medis suka rela di tanah palestina karna keinginan hatinya
sendiri walau resikonya mengancam nyawanya
Contohnya seperti seeorang perawat yang bekerja untuk menolong segala bentuk macam
keluhan penyakit pada diri masyarakat
Mengetahui dan mematuhi segala kewenangan yang telah di atur baik oleh pihak
perusahaan (rumah sakit)atau pemerintahan skalipun.
Klien yang benar benar jelas maksudnya adalh yang memang sakit yang dapat di katakan
sebagai sakit medis atau seperti profesi perawat yang sudah pasti memili pasien pasien
yang akan dia tangani
Seperti palang merah indonesia yang dappat pula melatih berbagai kesiapan pengetahuan
dan mental juga menambah pengalaman di lingkungsn oraganisasi
10. Profesi memiliki hubungan profesinya degan bidang yang lain juga.
Contoh Profesi
Merupakan ahli dalam bidang akutansi, pengungkapan akutan, pengukuran, prediksi serta
memberi kepastian mengenai informasi, informasi tersebut dapat digunakan untuk
membantu manager, inverstor dll.
2) Aktuaris
Aktuaris sebagai ahli bisnis berkaitan dengan dampak resiko, keuangan yang dapat
nantinya menimbulkan ketidak pastian dalam berbisnis. Aktuaris ialah orang yang
mengaplikasikan ilmu keuangan teori ataupun praktik mengenai statistik bertujuan untuk
menyelesaikan masalah mengenai bisnis aktual.
3) Arsitek
Diartikan orang ahli dalam merancang, mendesain, dan pengawasan konstruksi
bangunan, serta mengurus perizinan untuk praktik. Dalam praktik arsitektur ini
menawarkan/memberikan pelayanan yang sangat berkaitan dengan desain maupun
konstruksi bangunan.
4) Perawat
Perawat diartikan petugas kesehatan profesional yang bekerja dengan tim anggota untuk
membantu pemulihan orang yang sedang sakit.
5) Guru
Guru dapat diartikan sebagai pendidik atau pengajar, yang ahli dalam bidang mengajar.
BAB IV
PENDIDIKAN PROFESI
Sebagai perawat professional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan objektif klien dan
melakukan supervise praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional pemula (D-
III Keperawatan). Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan
dasar dan penerapan yang sederhana.
Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dari pada lulusan D-III
Keperawatan serta memiliki landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagai
pendidikan profesi. Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti profesi Ners, adalah
orang yang berkemampuan akademik sebagai serjana keperawatan tetapi tidak memiliki
kewenangan melakukan praktik keperawatan atau melakukan kegiatan pada bidang non
keperawatan. Sedangkan lulusan Sarjana keperawatan + Ners adalah seseorang tenaga
profesional berkemampuan dan berwenang melakukan pekerjaan dibidang pelayanan dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan.
Tujuan pendidikan Ners adalah menciptakan lulusan yang mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap keperawatan profesional yang mampu :
a. .Melaksanakan profesi keperawatan secara akuntabel dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan
dan/atau asuhan keperawatan dasar hingga tingkat kerumitan tertentu secara mandiri kepada
individu, keluarga dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan.
b.Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab dan
menunjukkan sikap kepemimpinan.
c.Mengelola kegiatan penelitian keperawatan dasar dan terapan yang sederhana dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.
d.Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih calon perawat dan tenaga keperawatan,
serta furut berperan dalam berbagai program pendidikan tenaga kesehatan lain.
e.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional.
f.Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika
keperawatan dalam melaksanakan profesinya.
g.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima
perubahan dan berorientasi pada masa depan.
3).Program Pascasarjana Keperawatan
Program magister keperawatan ini menghasilkan perawat ilmuwandengan sikap tingkah laku dan
kemampuan sebagai ilmuwan keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan mempunyai
kemampuan berikut ini :
1)Meningkatkat pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan.
2)Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya.
3)Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengkaitkan
ilmu/profesi serupa.
4)Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran
ilmiah (Keputusan Mendikbud No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).
Tujuan program pascasarjana ini adalah menghasilkan lulusan yangmampu :
a.Mengembangkan.dan menerapkan ilmu dan teknologi keperawatan sesuai bidang spesialisasi
melalui kegiatan penelitian.
b.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional
melalui upaya peningkatan kemampuan lulusan sesuai bidang spesialisasi.
c.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, dan terbuka untuk menerima
perubahan, sehingga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh guna meningkatkan
kesejahteraan kehidupan masyarakat.
ORGANISASI PROFESI
Di Indonesia organisasi keperawatan tingkat nasional yang digunakan sebagai wadah perawat
untuk menyalurkan aspirasi, bernama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (sering disingkat
dengan PPNI).
1) Sejarah PPNI
PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan gabungan dari berbagai organisasi
keperawatan di masa itu, seperti IPI (Ikatan Perawat Indonesia), PPI (Persatuan Perawat
Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia), IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia).
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sah dapat mendaftarkan
diri sebagai anggota PPNI, dan semua siswa/ mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat
disebut sebagai calon anggota.
2) Tujuan dan Fungsi PPNI
Tujuan PPNI adalah sebagai berikut :
~Membina dan mengembangkan organisasi profesi keperawatan antara lain : persatuan dan
kesatuan, kerjasama dengan pihak lain, dan pembinaan manajemen organisasi.
~Membina, mengembangkan, dan mengawasi mutu pendidikan keperawatan dan pelayanan
keperawatan di Indonesia.
~Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia.
~Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota.
~Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki kesatuan kehendak sesuai dengan posisi
jabatan, profesi, dan lingkungan untuk mencapai tujuan organisasi.
~Mengembangkan dan mengamalkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada program-
program pembangunan manusia secara holistik tanpa membedakan golongan, suku, keturunan,
agama/ kepercayaan terhadap Tuhan YME.
~Menampung, memadukan, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi tenaga keperawatan
serta mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga keperawatan.
3) Struktur Organisasi PPNI
Jenjang organisasi di dalam PPNI adalah sebagai berikut :
1.Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
2.Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I)
3.Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPD II)
Komisariat PPNI (penguruh pada institusi dengan jumlah anggota 25 orang)
Struktur organisasi tingkat pusat adalah sebagai berikut :
1.Ketua umum sebagai puncak tertinggi kepemimpinan. Di bawahnya ada beberapa ketua bidang
seperti :
2.Pembinaan organisasi
3.Pembinaan pendidikan dan latihan
4.Pembinaan pelayanan
5.Pembinaan IPTEK
6.Pembinaan kesejahteraan
7.Sekretaris jenderal sebagai wakil ketua untuk urusan kesekretariatan dan administrasi.
Sekretaris berjumlah 5 orang sesuai dengan beberapa departemen di bawah ini.
8.Departemen organisasi, keanggotaan, dan kaderisasi
9.Departemen pendidikan
10.Departemen pelatihan
11.Departemen pelayanan di rumah sakit
12.Departemen pelayanan di puskesmas
13.Departemen penelitian
14.Departemen hubungan luar negeri
15.Departemen kesejahteraan anggota
16.Departemen pembinaan yayasan
4) Keanggotaan PPNI
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Daerah yang juga diselenggarakan untuk :
International Council of Nurses atau Konsil Keperawatan Internasional (KKI) adalah sebuah
federasi yang beranggotakan asosiasi-asosiasi perawat nasional (NNAs) dari 133 negara di dunia
dan merupakan representasi dari jutaan perawat di seluruh dunia. Didirikan pada tanggal 1 Juli
1899 yang dimotori oleh Mrs. Bedford Fenwick dan mengadakan kongres setiap 4 tahun sekali,
berpusat di Geneva, Switzerland.
ICN tidak memiliki keanggotaan secara perseorangan. Peran perawat yang telah terdaftar dalam
asosiasi perawat nasional dari suatu negara secara otomatis juga terdaftar sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari ICN.
Misi ICN adalah sebagai representasi dari profesi perawat dalam tatanan internasional dan
terlibat secara aktif dalam mempengaruhi kebijakan kesehatan di seluruh dunia. Kode etik
keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat universal.
Keperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit, usia, jenis kelamin,
aliran politik, agama, dan status sosial.
2) American Nurses Association (ANA)
ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800
yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari Negara-negara bagian. ANA berperan dalam
menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk menignkatkan mutu
pelayanan keperawatan serta menampilkan profil keperawatan profesional dengan pemberlakuan
legislasi keperawatan.
3) Canadian Association of Nurses (CAN)
CAN adalah asosiasi perawat nasional di Kanada. Memiliki tujuan yang sama dengan ANA,
yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan peningkatan standar praktek
keperawatan, mendukung peningkatan profesionalisasi keperawatan, dan meningkatkan
kesejahteraan perawat. CAN juga berperan aktif meningkatkan mutu pendidikan keperawatan,
pemberian ijin bagi praktek keperawatan mandiri.
4) Peran Organisasi Profesi Keperawatan
Di era globalisasi ini, organisasi profesi keperawatan sudah sangat berkembang dengan pesat dan
maju. Melalui berbagai macam organisasi profesi keperawatan yang ada di seluruh dunia,
perawat yang dulunya hanya dianggap sebagai pihak yang tidak terlalu penting dalam dunia
kesehatan, sekarang pun sudah menjadi suatu profesi.
Karena hal itu, keberadaan organisasi profesi keperawatan menjadi sangat bermanfaat dan
berperan penting dalam mewujudkan sistem keperawatan yang lebih bermutu. Peran-peran
tersebut diaplikasikan dalam beberapa langkah nyata seperti yang sudah dilakukan oleh
organisasi profesi keperawatan berikut ini.
1.PPNI
Peran dan langkah nyata yang dilakukan oleh PPNI dalam rangka pengembangan profesi
keperawatan di Indonesia adalah :
-Menganjurkan suatu kegiatan sosialisasi profesional.
-Mengusulkan Pola Jenjang Karir tenaga perawat sebagai sistem pengembangan karir.
-Agar sistem pengembangan karir dapat terlaksana, PPNI bertanggung jawab terhadap
terlaksananya Program Pendidikan Berkelanjutan Bagi Perawat (PBP/ CNE).
-Menciptakan komunitas profesional, yaitu komunitas perawatan yang ada di institusi pelayanan
kesehatan dan pendidikan dan melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan profesional,
memiliki sistem nilai dan tanggung jawab yang sama, merupakan bagian dari masyarakat
keperawatan profesional.
-Untuk menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diterima masyarakat, maka PPNI telah
menetapkan sistem legislasi keperawatan diawali dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan
No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.
2. ICN
ICN bekerja dalam banyak area, terutama dalam memberikan panduan dalam Praktik
Keperawatan Profesional, Perumusan Regulasi, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi
pada berbagai negara di dunia, serta berkaitan dengan Standar Keperawatan dan Kebijakan
dalam Keperawatan dan Kesehatan di manca negara. ICN menyediakan publikasi dalam skala
yang luas terkait dengan isu-isu terkini dan kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi bagi
anggotanya secara gratis.
Setiap tahun ICN mempublikasikan dan mendiseminasikan seperangkat media untuk digunakan
dalam peringatan Hari Perawat Sedunia (The International Nurses’ Day Kit), yang dilaksanakan
secara serentak di berbagai belahan dunia setiap tanggal 12 Mei. ICN memiliki proyek penting
dalam bidang Praktik Keperawatan Profesional dan Kesejahteraan Sosial Ekonomi, seperti
Leadership for Change, ICNP®, Negotiation in Leadership yang terus dijalankan di Amerika
Latin, Karibia, Asia Pasifik, dan Afrika.
BAB V
Peran
Perawat onkologi, seperti perawat terdaftar memiliki beragam pengaturan yang dapat mereka
gunakan. Perawat onkologi dapat bekerja di pengaturan rawat inap seperti rumah sakit, atau di
kantor kedokteran
Jenis-jenis spesialis perawat
Radiasi
Pembedahan
Pediaktrik
Ginekologis
Perawat onkologi memiliki pengetahuan lebih lanjut dalam menilai status klien dan dari
penilaian ini akan membantu tim medis multi disiplin untuk mengembangkan rencana
keperawatan
3. Perawat Komunitas
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977). Di Indonesia dikenal
dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak
permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan
profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung
terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana
individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab
terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan
kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau
perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat
dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana,
dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
4. Perawat Meternitas
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa
peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan
adaptasi fisik dan psikososial dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk
memandang kehamilannya sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya
mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari
keluarganya.
6. Perawat Jiwa
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai
bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan berupaya
sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien (Depkes
RI, 1998).
Penggunaan diri secara terapeutik secara detail sudah dibahas pada mata ajar ilmu dasar
keperawatan pada topik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu cara dalam
berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar bersama dengan pasien untuk
memperbaiki emosi pasien. Walaupun perawat atau tenaga kesehatan lain lebih mengerti tentang
masalah kesehatan, seseorang yang lebih mengerti tentang masalah pasien adalah pasien.
Oleh karenanya, perawat harus menciptakan rasa percaya (trust) agar pasien dapat mempercayai
perawat sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatannya. Perawat mengkaji data
secara verbal dan nonverbal sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan untuk diselesaikan
bersama dengan pasien. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan dirinya sebagai seorang
penolong (helper).
Ada beberapa pertanyaan yang bisa dijawab untuk mengetahui (introspeksi) perawat
adalah orang yang layak membantu atau “penolong”, antara lain sebagai berikut (Stuart dan
Laraia, 2005).
1. Apakah saya dapat dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya, serta dapat dijadikan
pegangan atau konsisten dalam arti yang mendalam?
2. Apakah saya cukup ekspresif?
3. Apakah saya bersikap positif, hangat, perhatian, menyukai, menaruh perhatian, dan
respek?
4. Apakah saya cukup stabil untuk berpisah dengan seseorang?
5. Apakah saya dapat membiarkan diri sepenuhnya “masuk ke dunia” orang lain (perasaan,
makna diri) dan menerima pihak lain apa adanya?
6. Apakah perilaku saya tidak dianggap sebagai ancaman pihak lain?
7. Apakah saya membebaskan pasien dari perasaan terancam oleh kritik/kecaman/ penilaian
eksternal?
8. Apakah saya menerima pasien sebagai “on becoming individu” ataukah terikat oleh
kesan yang lalu?
Beberapa pertanyaan di atas merupakan indikator yang harus dipenuhi apabila perawat ingin
menjadi seorang helper. Selain seorang helper, perawat harus menyadari bahwa kemampuan
terapeutik perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas personal, komunikasi
fasilitatif, dimensi respons, dimensi tindakan, dan hambatan dalam komunikasi.
Kualitas personal, tercermin dari kemampuan perawat untuk melakukan menganalisis diri.
Apabila perawat mampu melakukan analisis diri. Perawat diharapkan dapat menggunakan
dirinya secara terapeutik untuk membantu dan mengembangkan pengalaman bersama pasien
dalam menyelesaikan permasalahan pasien.
Dimensi respons merupakan reaksi perawat terhadap komunikasi yang terjadi. Dimensi respons
ini terdiri atas sikap ikhlas, hormat, empati, dan konkret. Setelah dimensi respons, biasanya akan
diikuti oleh dimensi tindakan, seperti konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis,
dan bermain peran.
Gambar Elemen yang Memengaruhi Kemampuan Perawat untuk Terapeutik (Stuart dan Laria,
2005)
Selain semua faktor di atas, masih ada faktor yang memengaruhi komunikasi terapeutik yaitu
hambatan terapeutik atau kebutuhan terapeutik. Hambatan terapeutik ini dapat berasal dari
perawat ataupun pasien. Hambatan terapeutik dari pasien biasanya berupa resistensi dan
transferen. Sementara hambatan terapeutik yang dari perawat dapat berupa konter transferen dan
pelanggaran batasan.
Seorang perawat jiwa harus menggunakan ilmu perilaku untuk membantu menyelesaikan
masalah. Secara umum tidak ada seseorang menangis jika tidak ada sebabnya, tidak ada orang
marah jika tidak ada sebabnya, dan seterusnya. Pelajarilah berbagai teori perilaku 9, teori alasan
bertindak (theory reason action), dan teori perencanaan bertindak (theory plan behavior) 1,
sehingga dapat dikembangkan berbagai falsafah dalam keperawatan kesehatan jiwa.
7. Perawat Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center
care) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga,
sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan
yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care
adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan
mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan
kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami bahwa
semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center care ) dan
mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting
dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga
kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus
mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak
yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah
menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang
tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan
nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan
fisik
Tugas dan Job Deskripsi – Pada artikel kali ini kami akan mengulas mengenai posisi kerja
dibidang kesehatan medis. Banyak sekali posisi kerja dibidang kesehatan, diantaranya dokter,
perawat, bidan, penyuluh kesehatan dll. Nah pada kesempatan ini kami akan membahas
mengenai tugas seorang perawat, baik itu perawat Rumah Sakit ataupun perawat profesional
lainnya.
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan,
sebagaimana yang tertuang dalam UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Seorang Perawat | via iphnc2013.com
Perawat merupakan fungsi kerja dibidang kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan
keperawatan dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pelayanan bagi penderita yang sakit.
Tugas seorang perawat adalah menjalankan perannya sebagai seorang perawat yang
memberikan perawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan. Berikut ini uraian tugas
perawat :
Pelaksana Keperawatan
Seorang perawat bertugas memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks sesuai dengan
diagnosa masalah yang terjadi.
Pengelola (Administrator)
Tugas seorang perawat sebagai administrator yang dimaksud di sini adalah perawat sebagai
tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dengan profesi
lain dalam pelayanan kesehatan yang dapat mengatur, merancanankan, melaksanakan dan
menilai tindakan yang diberikan kepada pasien. Karena perawat sebagai anggota profesional
yang paling lama bertemu dengan pasien, maka perawat harus mengatur ,merencanakan dan
melaksanakan berbagai alternatif penanganan keperawatan yang harus diterima oleh pasien.
Pendidik
Tugas perawat sebagai pendidik, yaitu membantu pasien mempertinggi pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan spesifik yang
dilakukan kepada pasien, keluarga dan team kesehatan lainnya baik secara spontan (saat
interaksi) maupun formal (disiapkan).
Peneliti
Tugas seorang perawat sebagai peneliti disini adalah bahwa seorang perawat bertugas
melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana
efektifitas tindakan yang telah diberikan kepada pasien. Seorang perawat diharapkan dapat
menjadi inovator dalam ilmu keperawatan agar dapat mengembangkan ilmu keperawatan dan
meningkatkan praktek profesi keperawatan.
Dari uraian tugas perawat di atas, dapat kita simpulkan tugas pokok perawat dalam menjalankan
profesinya. Berikut ini tugas pokok perawat :
1. Menjaga Pasien
Seorang asisten perawat bertugas menjaga pasien, seperti menjaga kebersihan pasien dengan
memandikan dan membersihka ruang pasien. Tak jarang juga asisten perawat memasang popok
pasien.
2. Merawat Pasien
Asisten perawat juga membantu merawat pasien dengan baik, seperti membantu pasien makan
baik secara normal maupun menggunakan alat bantu dan menggenakan baju.
3. Memberikan obat
Seorang asisten perawat juga membantu memberikan obat kepada pasien sesuai dengan aturan
minum sesuai kadar dan dosisnya.
Asisten perawat bertugas menjaga kesehatan pasien sesuai dengan tahapan proses keperawatan
seperti memeriksa tanda vital (tensi, suhu tubuh, tekanan darah), mengecek gula darah dan
memasang oksigen ataupun infus.
Seorang asisten perawat juga harus bisa memberikan motivasi untuk pasien. Hal ini dilakukan
dengan memberikan semangat untuk kesembuhan pasien dan juga menghibur pasien untuk
mengurangi rasa sakit.
Nah, kalian sekarang sudah mengetahui tugas-tugas seorang perawat maupun asisten perawat
sebagaimana yang sudah kami uraikan di atas. Selanjutnya kalian perlu tahu kriteria dan syarat
seorang perawat handal dan profesional dalam menjalankan profesinya, berikut ini kriterianya :
1. Seorang perawat harus dapat berkomunikasi secara lengkap, akurat dan cepat
2. Mampu berbicara dan menulis dalam bahasa asing minimal bahasa inggris
3. Dapat bekerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim
medis sebagai mitra kerja dalam memberikan perawatan kepada pasien
4. Dalam melakukan tugasnya seorang perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai
etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan
5. Seorang perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan terus
menambah ilmu melalui melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu
keahlian tertentu.
6. Seorang perawat harus mempunyai dasar pendidikan yang memadai, dengan keahlian dan
dasar pendidikan yang tinggi sebagai indikator jaminan kualitas pelayanan dan
menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal
7. Seorang perawat harus memahami konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya
Manajemen Keperawatan
Apakah Anda tertarik menjadi seorang perawat ? Untuk menjadi perawat yang profesional
memang tidak mudah namun Anda bisa mencoba sebagai pilihan karir Anda. Cukup percaya diri
dan gunakan segenap kemampuan Anda dalam menjalankan tugas-tugas profesi Anda.