0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
73 tayangan18 halaman

Makalah B.ind 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 18

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

MENGEKSPLORASI TEKS AKADEMIK DALAM GENRE MAKRO

Disusun Oleh :

Mutia Defitri Khairunnisa (1910070100073)

Aldi Akbar Ripanda (1910070100074)

Khoirunnisa Yoanda Triantma (1910070100075)

Fahri Atha Nasution (1910070100076)

Ikhwanul Heriyandi (1910070100077)

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah “Bahasa Indonesia” ini
tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk “Mampu Mengeksplorasi Teks Akademik dalam


Genre Akademik”. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung kami
dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini .

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami selaku
penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.

Padang, 27 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ i

Daftar Isi......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2

1.3 Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3

2.1 Membangun Konteks Teks Akademik..................................................................3

2.2 Menelusuri dan Menganalisis Model Teks Akademik..........................................3

2.3 Membangun Teks Akademik secara Bersama-sama.............................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan............................................................................................................14

3.2 Saran......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Teks akademik atau karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang membahas
ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa
yang benar. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diartikan sebagai satuan
bahasa yang dimediakan atau cara seseorang untuk mengungkapkan sebuah ide
dalam bentuk tulis dan lisan untuk mengungkapkan makna secara kontekstual
yang bersifat ilmiah.
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis,
misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, laporan
praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan genre makro yang
masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro
seperti deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Genre
makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara
keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang
terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk
menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas
akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi
dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada
mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa
berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar
dalam bidang persoalan yang dipelajari.
Bab ini mengajak Anda untuk mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis teks
akademik berproses di lingkungan akademik dan mengapa Anda memerlukan
teks-teks tersebut untuk mengekspresikan diri. Untuk mencapai hal itu, Anda
diharapkan : (1) membangun konteks teks akademik; (2) menelusuri dan
menganalisis model teks akademik; (3) membangun teks akademik secara
bersama-sama.

1
1. 2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah kami uraikan, maka masalah yang harus dibahas :

1. Bagaimana membangun konteks teks akademik ?


2. Bagimana menelusuri dan menganalisis model teks akademik ?
3. Bagaimana membangun teks akademik secara bersama-sama ?

1. 3 Tujuan

1. Untuk membangun komteks teks akademik,


2. Untuk menelusuri dan menganalisis model teks akademik,
3. Untuk membangun teks akademik secara bersama-sama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Membangun Konteks Teks Akademik


Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis,
misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, laporan
praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan genre makro yang
masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro
seperti deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Genre
makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara
keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang
terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.
Cara mengeksplorasi teks akademik dalam genre mikro, yaitu :
1. Menelusuri kaidah-kaidah dan ciri- ciri teks akademik dalam genre makro
untuk menguak kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai Bahasa ilmu
pengetahuan.
2. Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro.
3. Menggali teks akademik dalam genre makro.
4. Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro.
5. Menyajikan teks akademik dalam genre makro.
6. Membuat rangkuman tentang hakikat dan pentingnya teks akademik dalam
genre makro.
7. Membuat proyek belajar.

2.2 Menelusuri dan Menganalisis Model Teks Akademik

Teks akademik atau yang juga sering disebut teks ilmiah berbeda dengan teks
nonakademik atau teks nonilmiah. Teks akademik dan teks nonakademik ditandai
oleh ciri-ciri tertentu. Untuk membedakan keduanya, Anda harus menelusuri
ciri-ciri tersebut.

3
1. Mengidentifikasi Ciri-ciri Teks Akademik dan Teks Nonakademik
Perbedaan antara teks akademik dan teks non akademik perlu dijelaskan
secara memadai dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. Pendapat
teks akademik yang berkembang selama ini adalah bahwa teks akademik
mempunyai ciri-ciri antara lain sederhana, padat, objektif, dan logis
(sudariyanto,1996). Akan tetapi selama ini belum terdapat bukti-bukti
empiris yang diajukan untuk diberikan penjelasan yang memadai secara
linguistik tentang pengertian dari ciri-ciri tersebut.
Pengeksploraisan ciri-ciri keilmiahan pada teks akademik akan menjadi
semakin karena teks akademik merupakan dimensi tersendiri apabila
diabandingkan dengan jenis-jenis teks yang lain. Perbedaan teks akademik
dan teks non akademik yaitu teks akademik di asosiasikan dengan teks tulis,
dan teks non akademik dan asosiasikan dengan teks lisan .
Tabel 1.1 Perubahan Verba menjadi Nomina untuk Menyatakan Proses
pada Teks Akademik

2. Menganalisis Pentingnya Teks Akademik


Insan yang berada dilingkuangan masyarakat akademik terutama dosen
dan mahasiswa tidak lepas dari teks akademik. Jenis-jenis teks yang sering
dijumpai sebagai teks akademik dilingkungan perguruan tinggi antara lain
buku, ulasan buku, proposal penelitian, proposal kegiatan, laporan pengertian
(tugas akhir, skripsi, tesis), laporan kegiatan, dan artikel ilmiah. Semua itu
termasuk genre mikro yang dipayungi oleh genre makro. Mengapa kita
memerlukan teks akademik dalam berbagai genre makro? Karena pada saat
merancang penilitian atau kegiatan anda memerlukan teks yang disebut
proposal penelitian yang menggunakan genre makro.

4
2.3 Membangun Teks Akademik secara Bersama-sama
Teks-teks akademik yang dipilih untuk pembahasan pada buku ini adalah
ulasan buku, proposal, laporan, dan artikel ilmiah. Pada bagian ini, secara
bersama- sama Anda akan menggali sekaligus mengevaluasi lebih jauh lagi
ciri-ciri itu, serta menyajikan teks akademik dalam berbagai genre makro dan
membangun argumen yang terbentuk di dalam masing-masing genre tersebut.
1. Menggali dan Mengevaluasi Lebih Jauh Ciri-ciri Teks Akademik
Berikut ini adalah perbedaan ciri-ciri teks akademik dan nonakademik :

No Teks akademik (tulis, ilmiah) Teks nonakademik (lisan,nonilmiah)

Sederhana dalam hal struktur


1 Rumit dalam struktur kalimat;
kalimat;

2 Padat informasi; Cenderung tidak padat informasi;

3 Padat akan kata-kata leksikal; Padat akan kata-kata struktural;

Banyak memanfaatkan
Cenderung sedikit memanfaatkan
4 nominalisasi; (banyak
nomi-nalisasi;
memanfaatkan metafora)
Ramatika, dan karenanya banyak Cenderung sedikit memanfaatkan metafora
5 mengandung ungkapan yang gramatika, dan oleh sebab itu tidak banyak
inkongruen; mengandung ungkapan yang inkongruen;
Banyak memanfaatkan istilah Cenderung sedikit memanfaatkan istilah
6
teknis; teknis;

Lebih konkret dan cenderung tidak bersifat


7 Bersifat taksonomik dan abstrak
taksonomik;

Banyak memanfaatkan sistem Tidak menunjukkan pengacuan esfora


8
pengacuan esfora; sebagai ciri penting;
Banyak memanfaatkan proses
relasional identifikatif untuk
9 membuat defenisi atau identifikasi Tidak menonjol pada salah satu jenis proses;
dan proses relasional atributif untuk
membuat deskripsi;
Bersifat monologis, dan untuk itu, Bersifat dialogis, dan untuk itu, lebih banyak
10 lebih banyak mendayagunakan mendayagunakan jenis kalimat yang lebih
jenis kalimat indikatif-deklaratif; bervariasi.
Memanfaatkan bentuk pasif untuk Memberikan tekanan kepada pelaku dalam
11 memberikan tekanan kepada pokok peristiwa dialog, sehingga pelaku peristiwa
persoalan yang dikemukakan, yang menjadi lebih penting tersebut

5
bukan kepada pelaku dan menimbulkan sifat subjektif;
akibatnya, teks akademik menjadi
objektif, bukan subjektif;
Seharusnya tidak mengandung
12 Sering mengandung kalimat minor;
kalimat minor;

Seharusnya tidak mengandung


13 Sering mengandung kalimat takgramatikal;
kalimat takgramatikal;
Biasanya mengambil genre faktual,
seperti deskripsi, prosedur, Mengambil genre yang lebih bervariasi dan
14
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi, dapat faktual atau fiksional.
bukan penceritaan fiktif.

Ciri-ciri yang dapat membedakan teks akademik dan nonakademik


tersebut adalah ciri-ciri leksikogramatika –kata-kata dalam susunan beserta
makna yang dihasilkan—yang ada di tingkat leksis (kata), kalimat, dan
wacana. Ciri-ciri itu terlihat antara lain dari pemilihan leksis, kelompok kata,
kompleksitas kalimat, dan struktur teks.
Sesuai dengan cara pandang LSF pada strata leksikogrmatika, Wiratno
(2012:5) mengurai keempat ciri keilmiahan teks akademik ke dalam empat
belas pilar. Empat di antaranya dijadikan landasan dan acuan dalam teori
penelitian ini. Berikut dijelaskan ciri keilmiahan teks akademik.
a. Teks Akademik Bersifat Sederhana dalam Struktur Kalimat
Kesederhanaan teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang
sederhana melalui penggunaan kalimat simpleks yang lebih banyak
daripada kalimat kompleks secara ideasional menunjukkan logika
kesederhanaan.
Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya mengandung satu aksi
atau peristiwa, sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat yang
mengandung lebih dari sat aksi atau peristiwa dan dapat di nyatakan
dengan paraktik atau hipotaktik. Jadi perbedaan simpleks dengan
kompleks adalah jumlah aksi atau peristiwa yang dikandung.
Adapun tiga unsur secara linier yang menyusun kalimat simpleks,
yaitu unsur subjek (dicetak tebal), unsur predikotor (digaris bawahi), dan
unsusr pelengkap atau keterangan (dicetak miring).
Kenyataan tentang penggunaan kalimat simpleks tersebut
mendukung ciri keilmiahan secara idesional menunjukkan logika

6
kesederhanaan. Hal yang membuat kalimat simpleks kadang-kadang
panjang, sehingga tekesan tidak sederhana adalah pemadatan informasi.
b. Teks Akademik Padat Informasi
Teks akademik yang padat infomasi adalah teks yang padat akan
informasi dan padat akan kata-kata leksikal. Kepadatan informasi pada
teks akademik dapat dijelaskan dari dua sisi. Pertama, informasi
dipadatkan melalui kalimat simpleks. Kedua, informasi dipadatkan
melalui nominalisasi (Wiratno 2014:22).
Pada kalimat simpleks, informasi yang didapatkan dapat berupa
kalimat sematan yang ditandai oleh “[[…]]” atau kelompok adverbial
yang ditandai oleh “[…]”.
Pemadatan informasi pada contoh (1.1) adalah pemadatan campuran,
yaitu pemadatan yang terjadi pada unsur subjek maupun pelengkap.
Pemadatan yang lain hanya terjadi pada unsur subjek ataupun pelengkap.
Contoh (1.2) menunjukakan pemadatan informasi (cetak tebal) yang
berupa kalimat sematan untuk memperluas kelompok namina pada unsur
subjek dan pelengkap begitupun contoh (1.3) menunjukkan pemadatan
informasi (dicetak miring) yang merupakan kelompok adverbial untuk
memperluas kelompok nomina pada unsur subjek dan pelengkap.
Studi ini menguji keterkaitan [antara usia dan kinerja manager].
(Teks Ekonomi Supriyono, 2006)
Jadi gentip klon karet PB 260 ialah AaBB [[yang bersifat tahan
terhadap PGDC]]. (Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004)
Konsep makna akan mengawali uraian [tentang komunikasi lintas
budaya]. (Teks Bahasa, Berata, 2004)
Pada sisi nominalisasi, pemadatan informasi terjadi ditingkat leksis.
Nominalisasi adalah upaya pembendaan dari, misalnya, proses (verba),
kondisi (adjektiva), sirkumstansi (adverbia), dan logika (konjungsi).
Pemadatan informasi memalui nominalisasi seperti itu sering
merupakan pengungkapan lesis secara inkongrumen yang melibatkan
metafora gramatika.
c. Teks Akademik Padat pada Leksikal
Padat kata leksikal pada teks akademik adalah teks akademik lebih
banyak mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba-predikator,

7
adjektiva, dan advebia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata
sandang, preposisi). Halliday dalam Wiratno (2012:8) menyatakan
bahwa semakin ilmiah suatu teks, semakin besar pula kandungan
kata-kata leksikalnya.
Berikut ini contoh (1.4), kata-kata yang dicetak tebal adalah
kata-kata stuktural dan kata-kata yang dicetak tidak tebal adalah
kata-kata leksikal.
Kesimpulan bahwa sifat ketahanan tamanaman karet terhadap
PGDC dikendalikan oleh dua pansang gen utama mematahkan dugaan
sebelumnya yang menyebut behwa sifat tersebut dikendalikan secara
poligenik. (Teks Ekonomi, Hartana & Sinaga, 2004).
Meskipun jumlahnya lebuh kecil, kata structural lebih sering muncul
dari pada leksikal. Apabila kata yang sama dihitung sekali, pada Contoh
(1.4) untuk kata leksikal berjumlah 16 (72,8%) dan kata stuktural
berjumlah 6 (27,2%). Dari kepadatan leksikal teks tersebut mempunyai
ciri keilmiahan. Kepadatan leksikal juga dapat dilihat dari kelompok
nomina yang dibentuk dari rangkaian dua kata leksikal atau lebih tanpa
disisipkan oleh kata stuktural apapun.
d. Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Nominalisasi
Ditemukan bahwa dalam realisasi leksis pada teks-teks akademik
yang dicontohkan nominalisasi digunakan untuk memadatkan informasi.
Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan mengubah
leksis non-benda (antara lain verba, adjektiva, adverbial, konjungsi)
menjadi leksis benda (nomina). Nominalisasi pada teks akademik
digunakan untuk mengungkapkan dengan lebih ringkas dan padat
(Wiratno, dkk, 2014:18-19).
e. Teks Akademik Banyak Manfaat Metafora Gramatika Melalui Ungkapan
Ingkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke leksis
lain atau dari tataran gramatika yang lebih tinggi ketataran gramatika
yang lebih rendah. Teks ini terjadi pada ungakapan ingkongruen, sebagai
kebalikan dari ungkapan yang kongruen. Realisasi secara kongruen
adalah realisasi yang sewajar-wajarnya sesuai dengan realitas. Teks
akademik banyak memanfaatkan metafora gramatika dalam ungkapan

8
yang inkongruen, dari segi tersebut menunjukkan ciri keilmiahan baik
secara idesional maupun tekstual. Secara idesional, melalui metafora
gramatika isinya lebih padat dan secara tekstual.
f. Teks Akademik Banyak Manfaat Istilah Teknis
Teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan menggunakan
nomina yang antara lain dibangun melalui proses nominalisasi. Istilah
teknis merupakan bagian yang esensial pada teks akademik. Contoh,
apabila istilah morfologi digunakan dibidang linguistik, maka
mengandung makna “ilmu yang berkenaan dengan pembentukan kata”.
Tetapi apabila ada istilah yang sama digunakan dibidang
biologi/pertanian/fisika, maka mengandung makna “struktur, susunan,
komposisi, atau tata letak”. Teks ini cenderung lebih sulit dipahami oleh
pembaca kareananya pembaca harus mengecek kamus istilah teknis
dibidang ilmu yang dimaksud.
g. Teks Akademik Bersifat Taksonomik dan Abstrak
Taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi
terhadap sesuatu. Taksonomi menjadi salah satu ciri akademik,
berkonsentrasi pada penelitian terhadap wacana geografi-fisika, ketiga
ilmuan tersebut berkesimpulan bahwa untuk mengubah bahasa
sehari-hari menjadi bahasa ilmiah diperlukan istilah teknis yang disusun
ke dalam taksonomi. Teks akademik dikatakan abstrak karena pokok
persoalan yang dibicarakan didalamnya seringkali merupakan hasil dari
pemformulasian pengalaman nyata menjadi teori, pemformalian
pengalaman merupakan proses abstraksi yang antara lain dicapai dengan
nominalisasi dalam kerangka metafora gramatika. Proses tersebut
digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan realitas.
h. Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora
Pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk
menunjukkan prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut didalam
kelompok nomina tersebut bukan benda yang mengacu kepada
penyebutan sebelumnya. Kenyataan tersebut menunjukkan makna bahwa
benda-benda yang dimaksud pada teks-teks tersebut adalah benda-benda
yang memenuhi konsep generalitas, yaitu benda-benda yang sudah
diabstrakkan untuk menyatakan generalisasi, bukan benda-benda yang

9
secara eksperiensial berada disekitar manusia. Dari jumlah kelompok
nomina sekitar 50% yang mengandung penegas yaitu benda pada
kelompok nomina tersebut diberi penjelasan yang berupa kualifikasi.
Kelompok ini menjadi ciri penting pada teks akademik dan terbukti
bahwa teks-teks yang dicontohkan pada pembahasan menggunakan
pengacuan esfora dengan presentase yang tinggi.
i. Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identifikatif dan
Proses Relasional Atributif
Terdapat dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional
identifikatif dan proses relasional atributif. Proses relasional identifikatif
merupakan alat yang baik untuk membuat definisi atau identifikasi
terhadap sesuatu, sedangkan proses relasional atributif merupakan alat
yang baik untuk membuat deskripsi dengan menampilkan sifat, ciri, atau
keadaan benda yang dideskripsikan tersebut.
j. Teks Akademis Bersifat Monologis dengan Banyak Mendayagunakan
Kalimat Indikatif-Deklaratif
Sifat monologis pada teks akademik mengandung arti bahwa teks
tersebut memberikan informasi kepada pembaca dalam satu arah. Untuk
memenuhi sifat monologis tersebut teks akademik mendayagunakan
kalimat Indikatif-Deklaratif yang berfungsi sebagai Proposisi-Memberi,
berbeda dengan kalimat Indikatif-Interogatif yang berfungsi sebagai
Proposisi-Meminta atau kalimat Imperatif yang berfungsi sebagai
Proposal-Meminta. Pada teks akademik penulis tidak meminta kepada
pembaca untuk melakukan sesuatu (jasa), dan juga tidak meminta
informasi, tetapi memberi informasi.
Sebagai penyedia informasi, penulis teks akademik tidak
menunjukkan posisi yang lebih tinggi daripada pembaca. Hal ini
berkebalikan dengan kalimat imperative yang berfungsi sebagai
Proposal-Meminta yang mencerminkan posisi penulis yang lebih tinggi
dari pada pembaca. Meskipun kalimat Indikatif-Interogatif masih
ditemukan pada teks akademik dalam jumlah yang lain relatif kecil, jenis
kalimat tersebut mengemban fungsi sebagai Proposisi-Meminta. Namun
demikian, perlu digarisbawahi bahwa pertanyaan tersebut tidak selalu
ditujukan kepada pembaca, meskipun potensi ke arah hal itu besar

10
(Hyland, 2005:173-192), tetapi diajukan sebagai pembatas atau alat
untuk mengambil porsi dalam mengajukan pendapat terhadap pokok
masalah yang dibicarakan di dalam teks tersebut (Martin, & White,
2005:97-98).
k. Teks Akademik Memanfaatkan Bentuk Pasif untuk Menekankan Pokok
Persoalan, bukan Pelaku dan Akibatnya, Teks Menjadi Objektif Bukan
Subjektif
Penggunaan bentuk pasif pada teks akademik dimaksudkan untuk
menghilangkan pelaku manusia, sehingga unsur kalimat yang berperan
sebagai subjek dijadikan pokok persoalan yang dibicarakan di dalam teks
tersebut. Dengan menganggap pelaku itu tidak penting, subjek atau
pokok pembicaraan yang bukan pelaku dianggap lebih penting, dan
karenanya ditemakan. Pemilihan tema seperti ini sangat diperlukan,
karena teks akademik tidak membahas para pelaku atau ilmuwan, tetapi
membahas pokok persoalan tertentu yang disajikan di dalamnya. Pokok
persoalan tersebut ditempatkan sebagai tema pada kalimat-kalimat yang
ada; dan penggunaan bentuk pasif dimaksudkan sebagai strategi
pemetaan tema tersebut (Martin, 1993a:193-194). Dengan
menghilangkan pelaku dan lebih mementingkan peristiwa yang terjadi,
teks akademik menunjukkan sifat objektif. Pada konteks ini, bentuk pasif
merupakan sarana untuk menyajikan aksi, kualitas, dan peristiwa dengan
menganggap bahwa aksi, kualitas, dan peristiwa tersebut sebagai objek
(Halliday, 1993a:58). Dengan demikian, pada teks akademik, tidak
terkecuali teks-teks akademik yang dicontohkan, terjadi objektifikasi.
l. Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap. Kalimat minor
berkekurangan salah satu dari unsur pengisi subjek atau finit/predikator.
Akibatnya, kalimat tersebut dapat dianalisis dari sudut pandang
leksikogramatika, serta tidak dapat pula dianalisis menurut jenis dan
fungsinya.
Secara ideasional, karena transitivitas pada kalimat minor tidak
dapat dikenali, makna yang bersifat eksperiensial yang melibatkan
partisipan, proses, dan sirkumstansi pada kalimat tersebut tidak dapat
diungkapkan. Selain itu, karena hubungan interdependensi pada kalimat

11
minor tidak dapat diidentifikasi, makna logikosemantik pada kalimat
tersebut juga tidak dapat diungkapkan. Sedangkan secara interpersonal,
karena kalimat minor tidak dapat digolongkan ke dalam kalimat
indikatif-dekalaratif/interogatif atau imperatif, kalimat tersebut tidak
mengungkapkan fungsinya sebagai proposisi-memberi atau
proposal-meminta. Padahal, informasi pada teks akademik perlu
disampaikan melalui penggunaan kalimat indikatif- deklaratif yang
mengemban fungsi sebagai proposisi-memberi.
m. Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Takgramatikal
Kalimat takgramatikal adalah kalimat yang secara gramatikal
mengandung kekurangan atau kelebihan unsur-unsur tertentu, misalnya
kata-kata leksikal seperti nomina (yang berfungsi sebagai subjek) dan
verba (yang berfungsi sebagai finit/predikator), atau kata-kata struktural,
seperti konjungsi dan preposisi. Teks akademik yang mengandung
kalimat takgramatikal, baik yang berkekurangan maupun yang
berkelebihan unsur tertentu, adalah teks yang menunjukkan ciri bahasa
takbaku. Oleh karena itu, derajat keilmiahan teks tersebut berkurang.
Secara tekstual, ketakgramatikalan pada teks akademik menunjukkan ciri
ketidakilmiahan atau ciri lisan. Selain sulit ditabulasikan ke dalam
stuktur kalimat, ketakgramatikalan juga mengganggu pemahaman
pembaca, yang pada akhirnya juga mengurangi tingkat keterbacaan teks
tersebut.
n. Teks Akademik Tergolong dalam Genre Faktual bukan Genre Fiksional
Teks akademik yang demikian itu tergolong ke dalam genre faktual,
bukan genre fiksional. Teks-teks tersebut dikatakan faktual, karena
teks-teks tersebut ditulis berdasarkan pada kenyataan empiris, bukan
pada rekaan atau khayalan (Martin, 1985b; Martin, 1992:562-563).
Dilihat dari segi genre makro dan genre mikro, teks-teks akademik yang
dijadikan tugas tersebut dapat digolongkan ke dalam genre makro artikel
ilmiah atau artikel jurnal. Sebagai artikel ilmiah, teks-teks tersebut
mengandung beberapa genre mikro sekaligus, antara lain deskripsi,
eksplanasi, prosedur, eksposisi, dan diskusi. Terdapat kecenderungan
bahwa setiap subbab atau setiap tahap dalam struktur teks pada artikel

12
mengandung genre mikro yang berbeda, sesuai dengan karakteristik
subbab-subbab tersebut.
2. Menyajikan Teks Akademik dalam Berbagai Genre Makro
Sebagai pemahaman awal , anda diajak untuk mengidentifikasi
genre mikro yang terdapat di dalam masing masing genre makro tersebut
melalui contoh contoh yang dicuplikan dari genre genre makro. Disini
anda akan diajak untuk mencermati contoh contoh cupilkan dari masing
masing genre itu dengan mengenali struktur teksnya dan genre genre
mikro yang terkandung di dalamnya.
a)Ulasan buku
Buku dapat dikelompokkan menjadi buku ajar dan buku
referensi. Buku referensi adalah buku yang digunakan sebagai
referensi atau bahan rujukan pada saat orang menyusun karya
ilmiah. Ulasan buku yang juga sering disebut timbangan buku
adalah tulisan yang berisi tentang kritik terhadap buku yang
dimaksud ulasan seperti ini anda perlukan pada saat anda
perlukan saat anda menyajikan kajian pustaka dalam proposal
penelitian, laporan penelitian atau artikal ilmiah.
b)Proposal
Proposal merupakan tulisan yang berisi rancangan penelitian
atau rancangan kegiatan. Proposal dapat berupa proposal
penelitian atau kegiatan
c)Laporan
Laporan dikelompokkan mnjadi laporan penelitian dan laporan
kegiatan
d)Artikel ilmiah
Artikel ilmiah dikelompokkan menjadi artikel penelitian dan
artikel konseptual.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis,
misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, laporan
praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan genre makro yang
masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro seperti
deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Genre makro adalah
genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan, dan genre
mikro adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di dalamnya dan
dipayungi oleh genre makro tersebut.

Teks akademik seharusnya tidak mengandung kalimat minor, teks akademik


seharusnya tidak mengandung kalimat takgramatikal, dan teks akademik biasanya
mengambil genre faktual, seperti deskripsi, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan
diskusi, bukan genre fiksional.

3.2 Saran
Dalam teks akademik haruslah lebih memperhatikan struktur kalimat yang sesuai
dengan fakta, karena teks akademik biasanya bersifat ilmiah. Sebagai mahasiswa kita
harus memahami teks akademik karena tanpa disadari teks akademik selalu kita
gunakan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan tinggi. Jakarta : Depdikbud.
Widiastuti. Analisis Ciri Keilmiahan Teks Akademik pada Teks Laporan Hasil
Observasi. Universitas Negeri Makassar.
Abidin, Yunus, dkk. 2014. Kemampuan Menulis Berbicara Akademik. Bandung:
Rizki Press. Achmad & Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta:
Kencana.

15

Anda mungkin juga menyukai