Jurnal 210818-Kepemimpinan-Kepala-Sekolah-Dalam-Upaya
Jurnal 210818-Kepemimpinan-Kepala-Sekolah-Dalam-Upaya
Jurnal 210818-Kepemimpinan-Kepala-Sekolah-Dalam-Upaya
1
2
Untuk jumlah siswa mulai dari kelas I hingga kelas VI adalah sebanyak 215
siswa. Hal yang menarik adalah bahwa lokasi SD Negeri 67 Sungai Raya merupakan
desa pemekaran baru khusus sebagai tempat lokalisasi bekas pengungsi korban
kerusuhan Sambas. Ini berarti, hampir seluruh siswa di SD Negeri 67 Sungai Raya
merupakan siswa dengan latar belakang keluarga mereka adalah bekas pengungsi
korban kerusuhan Sambas yang tentu saja membutuhkan perhatian khusus terutama
dalam pola pendidikannya.
Hasil pengamatan terhadap kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri 67 Sungai
Rayaselama empat semester terakhir, menunjukkan bahwa kepala sekolah cukup baik
melakukan kontrol terhadap kinerja para guru terutama kedisiplinan dan semangat
dalam melaksanakan tugas mengajar. Padahal fasilitas sekolah masih tergolong kurang
dalam menunjang proses pembelajaran dan administrasi sekolah. Beberapa ruang kelas
belum memadai dan memerlukan perbaikan agar layak digunakan sebagai sarana belajar
siswa. Namun dengan kondisi fasilitas yang masih perlu dibenahi, kepala sekolah tetap
semangat untuk memajukan sekolah terutama dalam hal kinerja guru.Kepemimpinan
kepala sekolah saat ini telah menjadikan guru disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
Hal ini terlihat dari prosentase kehadiran guru yang tinggi dalam melaksanakan tugas
mengajar yaitu rata-rata kehadiran sebesar 95%.
Menurut pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena adanya contoh yang
baik dari kepala sekolah. Sikap dan tanggungjawab kepala sekolah dalam melaksanakan
tugasnya ternyata mampu menjadi motivator bagi guru untuk selalu meningkatkan
4
mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) Mempunyai
pengetahuan dan menguasai bidang studi yang diampunya, (3) mempunyai sikap yang
tepat tentang diri sendiri,sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang diampunya, dan
(4) mempunyai keterampilan teknik mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional
adalah yang memilki nilai-nilai kompetensi yang sesuai dengan yang digariskan dalam
kaidah-kaidah dan peraturan yang menyangkut dengan sertifikasi guru tersebut, yaitu:
(1) mampu menguasai substansi matapelajaran secara sistimatis, khususnya materi
pelajaran yang secara khusus diajarkannya, (2) memahami dan dapat menerapkan
psikologi perkembangan sehingga seorang guru dapat memilih materi pelajaran
berdasarkan tingkat kesukaran sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang
diajarkan, dan (3) memiliki kemampuan mengembangkan program-program pendidikan
yang secara khusus disusun sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang
akan diajarnya.
Kinerja merupakan isu aktual dalam organisasi karena apapun organisasinya,
kinerja merupakan pertanyaan kunci terhadap efektivitas atau keberhasilan organisasi.
Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi dengan individu yang di
dalamnya memiliki kinerja yang baik (tinggi). Banyak orang yang mampu bekerja
tetapi tidak mempunyai motivasi untuk melaksanakan sesuatu maka tidak menghasilkan
kinerja, demikian juga bayak orang yang termotivasi tetapi tidak mampu melaksanakan
suatu pekerjaaan, maka juga tidak menghasilkan kinerja apa-apa. Kinerja adalah sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja, dengan kata lain
kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja. Sagala (2010: 180) menyatakan, “Kinerja
adalah manifestasi hasil karya yang dicapai oleh suatu institusi. Ukuran keberhasilan
suatu institusi mencakup seluruh kegiatan setelah melalui uji tuntas terhadap tujuan
usaha yang telah ditetapkan dan dilaksanakan”.
Campbell dan Ricard dalam Sudarmanto (2009:9) menyatakan bahwa “Kinerja
adalah sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi”. Dalam
pengertian ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan
tujuan organisasi. Definisi kinerja (prestasi kerja) menurut Mangkunegara (2010:9)
adalah “Hasil kerja secara kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Kinerja adalah merupakan suatu
kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk
memperoleh hasil kerja yang optimal. Senada dengan pendapat sebelumnya, Fahmi
(2011: 2) mengatakan “Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik
organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan
selama satu periode waktu”.
Kinerja adalah unsur-unsur yang ditampilkan oleh seseorang terkait
pekerjaannya. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Organisasi memiliki
andil dalam implementasi kinerja, yaitu bagaimana organisasi menghargai dan
memperlakukan manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam
menjalankan kinerja. Nuchiyah (2007:2) menyatakan, “Kinerja guru adalah tampilan
perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang tentu
memiliki latar belakang yang relevan dengan tugas yang dihadapi dan hubungannya
interaksi dengan lingkungan”.
8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah unjuk
kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai realisasi konkret kompetensi
berdasarkan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan.
Kinerja mengajar guru merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk
pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan mengajar yang dituntut
untuk dilaksanakan oleh guru dalam kaitan tugas pokoknya. Guru adalah seorang
profesional dan memiliki ilmu pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang
lain, sehingga orang tersebut mempunyai peningkatan dalam kualitas sumber daya
manusianya. Kinerja mengajar guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolalan
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, maka guru harus
mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai
pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus
mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2009:1). Penelitian kualitatif tidak
mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.
Pembicaraan yang sebenarnya, isyarat, dan tindakan sosial lainnya adalah bahan mental
untuk analisis kualitatif (Mulyana, 2006: 150). Penelitian dilakukan melalui
penyelidikan dan pengamatan semua objek yang diteliti dengan berusaha
mengungkapkan semua hasil penyelidikan dan pengamatan tentang
kepemimpinankepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melaksanakan
pembelajaran di SD Negeri 67 Sungai Raya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah desain studi kasus. Mulyana (2006: 201)
menyatakan bahwa studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Ini berarti, peneliti studi kasus
berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk menelaah sebanyak mungkin data mengenai
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melaksanakan pembelajaran di SD
Negeri 67 Sungai Rayayang dihasilkan melalui wawancara mendalam, pengamatan
berperan serta dan data dokumen yang relevan dengan fokus penelitian.
Lokasi penelitian adalah SD Negeri 67 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang
terletak di jalan Bhakti Suci Desa Mekar Sari Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu
Raya Provinsi Kalimantan Barat.Proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi hari
mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 12.00 siang.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah 1 orang kepala sekolah dan 11
orang guru SD Negeri 67 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan sumber data
tambahan yaitu sumber data di luar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis
meliputi struktur organisasi, visi misi, sarana prasarana, keadaan guru dan siswa, serta
data prestasi sekolah.
Analisis data dalam penelitian kasus dilakukan melalui 3 alur kegiatan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2009: 91)
yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Reduksi data, meliputi kegiatan
9
seleksi terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dari hasil penelitian dan disesuaikan
dengan fokus penelitian. Penyajian data dengan cara mendeskripsikan data atau
informasi hasil penelitian sesuai dengan apa adanya. Penarikan kesimpulan dilakukan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) mencatat semua temuan di lapangan baik
melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi dalam bentuk catatan
lapangan, (2) menelaah kembali catatan wawancara, observasi, dan dokumen untuk
memisahkan data yang dianggap relevan dan data yang tidak relevan dengan fokus
penelitian, (3) mendeskripsikan data yang telah diklasifikasikan dengan memperhatikan
fokus dan tujuan penelitian, (4) membuat analisis akhir untuk keperluan penulisan
laporan.
Untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan tiga cara yaitu triangulasi,
member check, dan melakuka uraian rinci.Triangulasi dilakukan dengan cara, sebagai
berikut: (1) membandingkan hasil wawancara antar subjek penelitian, (2)
membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara serta dokumen yang diperoleh.
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data, berarti data tersebut valid sehingga semakin
kredibel.Uraian rinci dilakukan oleh peneliti agar proses pelaporan hasil penelitian lebih
cermat dan memenuhi semua data yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan agar
kepemimpinankepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melaksanakan
pembelajaran di SD Negeri 67 Sungai Raya dapat tergambar lebih jelas.
Data hasil pengamatan di lokasi penelitian pada hari Senin menunjukkan bahwa
kepala sekolah sudah berada di sekolah untuk mengecek kesiapan upacara bendera yang
akan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan upacara bendera, kepala sekolah bertindak
sebagai pembina upacara. Kepala sekolah juga terlihat memeriksa kelengkapan pakaian
siswa sebelum mengikuti upacara bendera.
Data hasil wawancara dengan guru SD Negeri 67 Sungai Raya diperoleh
informasi bahwa kepala sekolah memang biasa datang lebih awal sehingga menjadikan
para guru yang datang terlambat merasa malu. Guru-guru berusaha datang tepat waktu
minimal tidak terlambat karena kepala sekolah biasnaya menegur jika ada guru yang
terlambat datang.Kenyataan ini menunjukkan adanya konsistensi antara kenyataan
dengan pernyataan kepala sekolah ketika diwawancara.
Hasil pengamatan selama dua minggu untuk mengamati kebiasaan dan disiplin
kepala sekolah memperlihatkan perilaku disiplin kepala SD Negeri 67 kecamatan
Sungai Raya. Hal ini menimbulkan citra yang baik dimata guru dan staf yang
dipimpinnya. Para guru pada akhirnya, juga berusaha untuk tidka terlambat. Para siswa
yang memang seharusnya mendapat pelayanan pendidikan yang bermutu, telah
mendapat dukungan perilaku disiplin yang ditunjukkan oleh para pendidiknya.
Hasil wawancara dengan salah seorang guru SD Negeri 67 Sungai Raya
diperoleh informasi bahwa pemahaman para guru terhadap kepemimpinan kepala
sekolah adalah selalu berada di tempat dan transparan dalam mengelola keuangan. Hasil
wawancara dengna guru juga menginformasikan bahwa guru pernah ditegur kepala
sekolah karena terlambat masuk kelas.Menurut para guru yang pernah ditegur oleh
kepala sekolah, cara kepala sekolah memberikan teguran juga tidak sampai
menyinggung perasaan para guru. Kepala sekolah juga tidak pernah menegur guru di
depan siswa. Sifat kekeluargaan nampak jelas diterapkan oleh kepala sekolah.
Pemberian contoh perilaku disiplin kepada peserta didik memang seharusnya
dilakukan sejak dini, agar peserta didik disiplin dan semangat dalam belajar. Hal ini
sangat cocok dengan perilaku disiplin yang terjadi di SD 67 Sungai Raya, para siswa
menjadi terbiasa melihat bahkan untuk selalu disiplin masuk sekolah. Kepala sekolah
sebagai pemimpin telah memberi contoh tauladan yang baik bagipara siswa dan guru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data bahwa pertemuan
internal untuk membahas program sekolah juga dilakukan kepala sekolah bersama guru
dan komite sekolah.Pola musyawarah mufakat ini juga terlihat dalam pembentukan
panitia ujian dan kenaikan kelas. Hasil wawancara dengan kepala skeolah diperoleh data
bahwa melalui pertemuan internal (rapat koordinasi), kepala sekolah berkesempatan
memberikan pembinaan kepada para guru, membangun berkomunikasi dengan para
guru, serta menggerakkan guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di SD
Negeri 67 Sungai Raya. Menurut kepala sekolah SD Negeri 67 Sungai Raya, beliau juga
pernah mengadakan pertemuan yang sifatnya mendadak jika ada hal yang mendesak
atau ada informasi penting yang harus didengar para guru.
Hasil pengamatan yang peneliti lakukan diperoleh data bahwa kepala SD Negeri
67 Sungai Raya telitidalam mengadministrasikan PBM, kesiswaan, sarana, ketenagaan,
surat menyurat, dan keuangan. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
salah guru menunjukkan bahwa kepala sekolah telah sering mengikuti pelatihan tentang
administrasi sekolah. Hasil pengamatan administrasi sekolah yang peneliti lakukan
menunjukkan bahwa berkas-berkas sekolah, berkas guru, dan berkas PBM cukup tertata
11
rapi dan dapat dengan mudah ditemukan jika diperlukan. Hanya saja, sarana prasarana
komputer yang masih minim menjadikan kepala sekolah dan staf kadang-kadang
mengalami sedikit keterlambatan dalam mengumpulkan data yang diminta oleh pihak
Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya.
Mengantar para siswa dan guru menuju sebuah keberhasilan adalah satu peran
penting seorang kepala sekolah. Agar proses pembelajaran berhasil perlu adanya alat
kontrol yang mengukur keberhasilan yang dimaksud. Supervisi merupakan satu bentuk
alat kontrol kualitas pembelajaran.
Hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa kegiatan supervisi
kelas pernah dilaksanakan oleh kepala sekolah untuk melihat langsung proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru. Para guru tidak merasa terbebani karena kepala
sekolah sudah terlebih dulu menginformasikan kegiatan supervisi sebelum pelaksanaan
supervisi sehingga para guru dapat mempersiapkan diri dengan baik ketika disupervisi
oleh kepala sekolah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama di SD Negeri 67
Sungai Raya diperoleh data bahwa prosentase keterlambatan guru datang ke sekolah
sangat rendah.Selain contoh kedisiplinan yang ditunjukkan oleh kepala
sekolah,sebagian besar guru rumahnya juga tidak terlalu jauh dari sekolah. Pengamatan
yang peneliti lakukan terhadap perangkat pembelajaran juga melihat bahwa dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas, sebagian besar guru SD Negeri 67 Sungai
Raya membawa perangkat pembelajaran ketika melaksanakan proses pembelajaran di
kelas. Selain itu, guru juga membawa buku paket atau LKS sebagai bahan ajar.
Namun demikian, pengamatan yang peneliti lakukan juga melihat bahwa ada
guru yang tidak lagi membawa buku paket ke dalam kelas pada saat mengajar.
Informasi terkait yang peneliti peroleh karena guru tersebut telah memiliki pengalaman
mengajar lebih dari 10 tahun sehingga tampaknya telah hafal materi pelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Sehingga guru tersebut merasa tidak perlu lagi
membawa buku paket sebagai sumber belajar.
Hasil wawancara dengna guru SD Negeri 67 Sungai Raya diperoleh informasi
bahwa guru diwajibkan oleh kepala sekolah untuk membuat perangkat pembelajaran
setiap awal tahun pelajaran baru. Menurut guru SD Negeri 67 Sungai Raya, kepala
sekolah memeriksa perangkat pembelajaran yang mereka kumpulkan untuk dikoreksi
sebelum diarsipkan dan diperiksa oleh pengawas pembina dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan hasil awancara dengan guru juga diperoleh informasi bahwa kepala
sekolah pernah memfasilitasi dan menyampaikan pengembangan perangkat
pembelajaran bagi para guru baik secara individual maupun klasikal dalam rapat-rapat
koordinasi. Data ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikumpulkan
oleh guru tidak hanya sebatas pelengkap administrasi saja yang diperlukan ketika pihak
kepala sekolah atau pengawas menanyakan untuk keperluan supervisi atau administrasi
lainnya namun sudah menjadi bagian dari kebutuhan para guru.
Mengenai pemahaman guru terhadap tujuan pembelajaran, peneliti juga melihat
sebagian besar guru telah memahami tujuan pembelajaran. Beberapa orang guru yang
peneliti amati, mengajar berdasarkan tujuan pembelajaran dan berbasis ketuntasan
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa bukan semata-mata materi yang terdapat
dalam bahan ajar, yakni buku dan LKS. Ini berarti, tujuan pembelajaran adalah
12
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan bukan hanya
ketuntasan materi ajar.
Hasil pengamatan terhadap proses remedial yang menjadi hak para siswa
menunjukkan bahwa kepala sekolah mengontrol pelaksanaan remedial yang wajib
diberikan bagi siswa yang belum tuntas dalam belajar. Sebagian besar guru telah
melaksanakan kegiatan remedial bagi peserta didiknya yang belum tuntas.
Data hasil pengamatan di lapangan pada saat guru olahraga sedang mengajar
menunjukkan bahwa peserta didik kelihatan ceria karena mereka diajak belajar sambil
bermain oleh guru. Peneliti memperhatikan ekspresi para peserta didik yang begitu
gembira mengikuti arahan guru.Dalam pembelajaran olahraga tersebut, peneliti melihat
guru berhasil membuat peserta didik belajar dengan santai dan nyaman, dan guru lebur
dengan dunia para peserta didik, menjadi teman bermain.
Kondisi ini juga sama dengan hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas
yang dilaksanakan guru yang lain. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru sedang
mengajar bahasa Indonesia dan lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertindak sesuai kompetensi yang akan dicapai. Peserta didik juga terlihat ikut
terlibat dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Hasil wawancara dengan guru SD Negeri 67 Sungai Raya diperoleh informasi
bahwa evaluasi hasil belajar harian atau ulangan harian, memang dibuat oleh guru
masing-masing. Namun, untuk ulangan semester dibuat oleh tim yang ditunjuk dari
dinas pendidikan. Peneliti mendapatkan dokumen rencana ulangan harian yang dibuat
oleh guru SD Negeri 67 Sungai Raya.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru SD Negeri 67
Sungai Raya diperoleh informasi bahwa pihak Dinas Pendidikan Kabupaten jarang
mengontrol pencapaian kompetensi peserta didik dalam ulangan akhir semester, namun
hanya sebatas membuat soal saja. Menurut guru SD Negeri 67 Sungai Raya, sekolah
juga tidak diberikan SKL atau semacam kisi-kisi soal ulangan akhir semester yang
dibuat oleh Dinas pendidikan Kabupaten Kubu Raya. Hal ini menjadi kendala bagi guru
dalam mempersiapkan peserta didik mengikuti ulangan akhir semester. Padahal kisi-kisi
soal tersebut sangat dibutuhkan guru mengingat kemampuan kognitif peserta didik di
SD Negeri 67 Sungai Raya rata-rata masih rendah.Sampai saat ini, persoalan tersebut
masih menjadi kendala bagi guru-guru di SD Negeri 67 Sungai Raya dalam hal
mempersiapkan peserta didik menghadapi ulangan akhir semester.
Pembahasan
Dalam suatu organisasi pasti terdapat seorang pemimpin yang menjadi
penanggungjawab organisasi dan yang menjadikan maju mundurnya suatu organisasi
tersebut. Jadi seorang pemimpin disini sangat berperan penting terhadap kemajuan
organisasi, seorang pemimpin harus pandai dalam segala bidang misalnya pandai dalam
komunikasi terhadap karyawan, pandai dalam mengatasi konflik, dan lainnya. Namun
demikian, dengan kompetensi disegala bidang masih banyak pemimpin(Kepala
Sekolah) yang kurang berhasil dalam menjalankan organisasi sekolah tidak lain karena
kelalaian dalam mengelola waktu antara melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah
dan tugas akademiknya.
Sebagai seorang guru yang diamanahkan untuk menjadi kepala sekolah, maka
kepala SD Negeri 67 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dipandang cukup baik dalam
13
pengelolaan waktu. Ini dilihat dari temuan penelitian yang menunjukkan adanya
pengelolaan waktu yang efektif dilakukan oleh kepala sekolah seperti pemilihan hari
mengajar pada hari Jum’at dan Sabtu dimana pemilihan hari ini sudah
memperhitungkan bahwa kegiatan di kantor Dinas Pendidikan libur kerja pada hari
Sabtu sehingga hal-hal yang berkaitan dengan tugas kepala sekolah yang berhubungan
dengan Dinas Pendidikan pada hari tersebut tidak ada. Ini berarti waktu kepala sekolah
sepenuhnya berada di sekolah. Selain itu, kepala sekolah juga mengatur waktu
menerima tamu dari luar sekolah yaitu dilayani setelah kegiatan belajar mengajar kepala
sekolah selesai pada pukul 08.45 atau jam 09.00 pagi.
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua
arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2010:101) mengemukakan bahwa
kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup
kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan keahlian-profesional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pengelolaan sekolah, temuan penelitian
menunjukkan bahwa kepala SD Negeri 67 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya telah
memperhatikan keterlibatan guru dalam penyusunan RAPBS. Masukan dan saran yang
positif dari guru dan staf didengar dan dipertimbangkan untuk dialokasikan ke dalam
RAPBS yang disusun bersama. Sikap transparansi dalam hal pengelolaan keuangan
sekolah juga ditunjukkan kepala sekolah sehingga tidak menimbulkan praduga negatif
di kalangan guru dan orang tua peserta didik mengenai keuangan sekolah.
Dalam mengelola tenaga pendidikan, salah satu tugas penting yang guru untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan
dan pelatihan, baik yang dilaksanakan sekolah, seperti: MGMP/MGMPS (tingkat
sekolah), workshop, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan
pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
Temuan penelitian memperlihatkan bahwa kegiatan pengembangan profesi guru yang
dilakukan kepala sekolah masih terbatas di lingkungan sekolah. Pelatihan dan kegiatan
IHT sudah cukup lama belum dilaksanakan lagi. Dalam perspektif peneliti, kepala
sekolah kemungkinan besar terkendala pendanaan sekolah yang minim untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan semacam workshop, IHT dan lainnya di sekolah.
Dalam pengelolaan sekolah, peran kepala sekolah sangat menonjol, bukti bahwa
peran tersebut sangat kuat, keberadaan kepala sekolah yang baik, sangat besar
sumbangannya terhadap sekolah. Mulyasa (2006:25) menyatakan bahwa “kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, dan memberi
nasehat kepada warga sekolah”.
Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan harus bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu kepala sekolah mempunyai peranan penting dan tanggungjawab yang
berat, sehingga memerlukan suatu kecakapan yang tinggi dalam berbagai bidang
terutama pada profesi yang diembannya selaku manajer dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah.
14
Faktor pendukungcukup baiknya kinerja guru adalah fungsi kontrol dari kepala
sekolah terhadap kinerja guru. Mulai dari usaha mengontrol perangkat atau perencanaan
pembelajaran, mengontrol pelaksanaan pembelajaran, dan mengontrol evaluasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu
organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya.
Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen berkaitan yakni keterampilan,
upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal. Kinerja individu merupakan hasil kerja baik
dari segi kualitas dan kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan.Kinerja
individu tercapai jika didukung atribut individu, upaya kerja, dan dukungan organisasi.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, demi perkembangan SD Negeri 67 Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya khususnya terkait peningkatan kinerja guru, peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut: (1) Kepala SD Negeri 67 Sungai Raya sebaiknya
melakukan refleksi kembali terhadap berbagai pelaksanaan tugas yang diembannya.
Evaluasi diri juga perlu dilakukan sebelum mendapat kritik dari orang lain. Kepala
sekolah juga perlu membangun kembali komunikasi kerja agar relasi tetap terjalin kuat.
Relasi yang baik akan membangun kepercayaan yang baik satu sama lain. Selain itu,
kepala sekolah perlu melakukan penilaian kinerja guru serta memberikan penghargaan
bagi guru agar lebih meningkatkan kinerjanya, (2) Berdasarkan hasil penelitian ini
terdapat indikator kinerja mengajar guru yang harus diperhatikan secara mendalam yaitu
mengenai penggunaan media pembelajaran yang dinilai masih kurang dalam
17
DAFTAR RUJUKAN
Adlan, A. 2000. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Siswa. Jakarta:
Matahari Press
Bush, T & Coleman, M. 2012. Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan Panduan
Lengkap Kurikulum Dunia Pendidikan Modern. (Alih Bahasa: Fahrurrozi).
Jogjakarta: IRCiSoD
Cowell, Richard N. (1988). Buku Pegangan para Penulis Paket Belajar. Jakarta:
Depdikbud
Daft, R. L. 2008. The Leadership Experience. Fourth Edition. USA: Thomson South-
Western
Dwivedi, R. K. 1995. Organizational Culture and Performance. New Delhi: MD
Publications
Fahmi, I. 2011. Manajemen Kinerja (Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta
Haryono, D. 2012. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Dan Kinerja Guru Terhadap Mutu
Pembelajaran Di Sekolah: Penelitian Survei Tentang Pengaruh Kompetensi
Pedagogik Dan Kinerja Guru SD Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Tesis. Bandung: UPI
Hersey, P dan Blanchard, H. K. 1992. Terjemahan: Agus Darma. Manajemen Perilaku
Organisasi: Pendayagunaan SDM. Jakarta: Erlangga
Kartono, K. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mangkunegara, A. A. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama
Mulyana, D. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kelima. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nuchiyah, N. 2007. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar
Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume V,
Nomor 7, April 2007
Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung; Refika Aditama
Sagala, S. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Teori, Dimensi
Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sugiyono. 2009. Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Wahab, A. dan Umiarso. 2011. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual.
Jogjakarta: Ar-Ruzz media.
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali Press
18