Buku Pedoman Pemberi Layanan 2018 v060918
Buku Pedoman Pemberi Layanan 2018 v060918
Buku Pedoman Pemberi Layanan 2018 v060918
II
Buku Saku
Oleh :
Editor :
III
Kata Pengantar
Surabaya , 2018
dr. H. Harsono
IV
Kata Pengantar
Surabaya, 2018
Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
V
Daftar Isi
VI
PENDAHULUAN
Pelayanan di rumah sakit merupakan suatu
kegiatan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan
atau kompetensi, namun empati dan rasa
persahabatan yang baik, harus terjalin diantara
pemberi dan penerima pelayanan. Sarana pelayanan
juga harus memenuhi syarat yang aman, nyaman bagi
penerima layanan dan pemberi layanan serta bagi
seluruh yang orang yang ada di rumah sakit tersebut.
Proses pemberian layanan harus mengikuti
standard yang telah terbukti aman dan bermutu,
sehingga hasil layanannya dapat dipertanggung
jawabkan. Standard yang telah diterima di Indonesia
adalah standar akreditasi nasional SNARS dan
Internasional JCI. Kedua standart mengacu pada
proses pemberian pelayanan yang mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien atau pelayanan yang
berfokus pasien (Patient Centre Care). Pada SNARS
terdapat beberapa penekanan tentang program
nasional.
Editor
1
VISI RSUD Dr. SOETOMO
Menjadi rumah sakit tersier yang terpercaya, aman,
bermutu tinggi dan mandiri
MISI
NILAI
MOTO
MISI PELAYANAN :
KAIDAH PELAYANAN :
2
tidak diinginkan dan infeksi yang berkaitan
dengan perawatan serta mikroba resisten.
2. Effective treatment: mengimplementasikan
standard diagnosa dan terapi yang berbasis
bukti ilmiah tertinggi dan peningkatan
kompetensi pemberi layanan.
3. Timeline for accelerated patient flow :
mereduksi seminimal mungkin waktu tunggu
dan penundaan pelayanan yang
mengakibatkan mortalitas atau morbiditas.
4. Efficiency: mereduksi semua proses yang
menghambat pelayanan dan mencegah
pemborosan.
5. Equitable care: mengimplementasikan
pelayanan yang terintegrasi setara dan tidak
membedakan status pasien.
6. Patient centre care: menjadikan pelayanan
sebagai subyek pelayanan dengan
mengimplementasikan pelayanan sesuai
standard akreditasi rumah sakit.
7. Growth and development: mengembangkan
pelayanan berbasis riset dan kemajuan
teknologi.
PARADIGMA BERSIH :
3
I. STANDARD AKREDITASI JCI Edisi 6.
Pelayanan
Manajemen
4
IPSG. I. MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN TEPAT.
6
Komunikasi dengan WA (Whatsapp) harus terjamin
bahwa penerima adalah benar yang dituju dengan
menilpun lebih dulu untuk konfirmasi. Pengirim
adalah benar yang berhak. Penerima dan pengirim
tidak diperkenankan menyebarkan informasi
apapun tentang pasien selain untuk kepentingan
komunikasi ini. Dalam 24 jam setelah komunikasi
informasi dalam WA dilakukan penghapusan.
7
IPSG.4 : MEMASTIKAN KEAMANAN PEMBEDAHAN
8
dan tepat rencana perawatan paska operasi atau
tindakan. Time out didokumentasi dalam rekam
medik, meliputi tanggal dan jam selesai serta tanda
tangan.
9
Langkah Cuci tangan
1. Handrub, 6 langkah:
2. Handwash, 12 langkah :
10
IPSG.6 : MENGURANGI RISIKO CIDERA AKIBAT JATUH
11
Penilaian risiko jatuh pada pasien dengan risiko
rendah atau tidak berisiko akan dikaji ulang
apabila:
12
II. ALUR PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DAN
TUGAS DPJP
Keterangan:
Pasien masuk rumah sakit melalui admisi dengan
membawa surat pengantar masuk RS, yang
terverifikasi DPJD dan harus ada rencana
pelayanan mediknya (Plan of Care). Ketika pasien
masuk rumah sakit harus dilakukan skrening visual
dan penyakit menular airborne, registrasi,
Identifikasi dan general consent.
Di ruangan PPJP melakukan asesmen awal,
termasuk asesmen nyeri, resiko jatuh serta
asesmen khusus sesuai dengan keadaan atau
penyakit pasien, dilakukan edukasi dan rencana
perawatan sesuai plan of care DPJP. DPJP (dapat
melibatkan PPDS, kecuali pasien privat di Graha
Amerta) dalam waktu 24 jam harus melakukan
asesmen awal (termasuk asesmen nyeri) dan
13
membuat rencana pelayanan (plan of care) serta
edukasi yang tercatat dalam Rekam medik (RM).
Selanjutnya seluruh pemberi layanan melakukan
pelayanan dan tercatat dalam Integrated care atau
pelayanan terintegrasi dengan metode S-O-A-P-I.
Bila terjadi perubahan keadaan pasien yang
mengakibatkan rencana layanan awal berubah,
maka DPJP-PPJP harus mencatatnya dalam
lembar RM revised atau reviewed of care. Revise of
care juga dapat berasal dari konsultan atau Chief
de Clinic dan kepala SMF, yang ahli dalam
tatalaksana penyakit atau kondisi pasien.
Keputusan revisi dan yang menentukan tercatat
dalam rekam medik. Catatan pelayanan dan
perawatan selanjutnya kembali ke lembar RM
integrated of care. Pengisian lembar RM lain sesuai
dengan layanan yang diberikan.
Bila perawatan selesai maka dalam waktu 2x24 jam
DPJP harus melengkapi resume medik tanpa ada
singkatan, jelas terbaca, dan terverifikasi
DPJPutama.
14
TUGAS / KEWAJIBAN:
1. Menjalankan profesi sesuai kompetensi
2. Menjalankan profesi sesuai standar profesi
3. Melayani pasien sesuai pedoman prosedur
pelayanan rumah sakit.
4. Melakukan pendidikan dan pembimbingan pada
peserta didik.
5. Mengisi dan memverifikasi rekam medik
dengan jelas, lengkap, benar dan tepat waktu.
HAK :
1 2 3
4 5
15
V. PROSEDUR PELAYANAN RAWAT JALAN.
Seluruh pasien rawat jalan mendapat pelayanan
sebagaimana pada bagan di bawah ini :
Perlindungan :
Keamanan dan keselamatan
Pasien - keluarga dan barangnya, privasi serta rahasia penyakit pasien
Edukasi
General Involved
Consent Decision Making
(Speak Up)
ADMISI KELUAR
KP : Informed
to Consent & KP :
inform Clinical Trial
consent Kp : DNR
Skrening
Registrasi
KP : Tindakan
Identifikasi
medik
( ass pre – time
out- rcn paska
tindakan )
16
VI. PROSEDUR PELAYANAN RAWAT INAP.
Seluruh pasien yang masuk untuk perawatan atau
rawat inap di RSUD dr Soetomo, dilakukan runtutan
prosedur sebagai bagan dibawah :
PROSEDUR PELAYANAN DI RAWAT INAP
( Patient Centre Care )
Perlindungan :
Keamanan dan keselamatan
Pasien - keluarga dan barangnya, privasi serta rahasia penyakit pasien
5
Asesmen awal, Rencana tindak
Dan Plan of Care lanjut
Pelayanan
( medis-keperawatan ) : dan
Pasien
nyeri-risiko jatuh-gizi, Ringkasan pulang
dekubitus, khusus,
Terintegrasi
( Team Approach )
discharged plan, dll
Edukasi Follow Up
General Involved Kondisi
Consent Decision Making Pasien
(Speak Up)
ADMISI KELUAR
KP : Informed
to Consent & KP :
inform Clinical Trial
consent Kp : DNR
Skrening
Registrasi
KP : Tindakan
Identifikasi
medik KP : Assm.
( ass pre – time
out- rcn paska Akhir
tindakan ) Kehidupan
18
2. Alur Pelayanan Deteksi Awal (Early Warning Sign)
Pada pasien Dewasa
Perawat
Khusus pasien dengan PPOK SpO2 (*) diganti dengan SPO2 (**)
Skor 1-4
Skor 0 Skor 1-4 Skor 5-6 Score
(ada RED 1)
Monitoring Monitoring skor Monitoring skor Monitoring skor NEWS tiap Monitoring NEWS sesering
skor NEWS NEWS tiap 4 jam NEWS tiap 1 jam. jam. mungkin atau secara
tiap 8 jam bila skor NEWS Perawat lapor Tim Perawat dan dokter continuos (15 menit)
(RM 07) tetap maka perawat dokter bila ada ruangan menginformasikan Perawat dan dokter jaga
lapor dokter jaga kenaikan skor, serta ke DPJP tentang skor NEWS melapor ke DPJP.
dan dokter mengkaji memutuskan tetap, maka perawat lapor Pasien dengan skor 7
ulang pasien apakah diperlukan dokter kemungkinan di pertimbangkan untuk
(RM 07) peningkatan jenis pindahkan ke perawatan memindahkan ke Ruang
perawatan (RM 07) dengan fasilitas monitoring Intensive Care (ICU)
(RM 07) (RM 07)
19
3. Alur Pelayanan Deteksi Awal ( Early Warning
Sign ) pada pasien Pediatri
Perawat
Parameter / 0 1 2 3
Skor
Respirasi Normal sesuai Takipnea > 10x/ menit Takipnea > 20 x / menit Takipnea 5 x / menit
usia, Tidak ada diatas parameter diatas parameter diatas parameter normal
retraksi normal sesuai usia / normal sesuai usia / sesuai usia dengan
menggunakan ada retraksi dada / Retraksi / merintih /
otot bantu napas menggunakan FiO2 menggunakan FiO2
/ menggunakan lebih dari 40% 50%
FiO2 30% (setara dengan 6L / (setara dengan 8 L /
(setara 3L / menit menit simple mask) menit simple mask)
nasal kanul)
20
4. Pelayanan Deteksi Awal (Early Warning Sign) pada
pasien Neonatus
Perawat / Bidan
Semua observasi pada area Satu observasi pada area Dua observasi pada area Kejang, apnea atau sianosis
HIJAU KUNING KUNING atau satu observasi di yang bermakna
area MERAH
Lanjutkan observasi setiap 4 • Hubungi PPJP/ PPDS/ • Segera hubungi PPJP/
(empat) jam DPJP • Segera hubungi PPJP / PPDS/ DPJP
• Segera lakukan PPDS/ DPJP • Memerlukan tindak lanjut
tatalaksana • Memerlukan tindak lanjut yang lebih lengkap
• Ulangi observasi dalam 30 yang lebih lengkap
menit
21
5. Pelayanan Deteksi Awal (Early Warning Sign) pada
pasien Obgyn (kandungan).
Bidan / Dokter
V.P or
Kesadararan Sadar
U
Abnor
Nyeri Normal
mal
Proteinuria + ++>
Source : Friedman AM, Campbell ML, Kline CR, Wiesner S, D Alton
ME, Shields LE, Implementing Obstetric Early Warning System.
Am J Perin Rep Vol. 8 No. 2 / 2018
22
6. Alur Pelayanan pencegahan Dekubitus.
FAKTOR PENILAIAN
RESIKO
4 3 2 1 SKOR
Reassesmen
Risiko dekubitus
Dekubitus
(ICU / HCU di list observasi, low care di RM 08)
& Evaluasi ada / tidak dekubitus (catat RM 08)
23
7. Alur pelayanan Pemberian Obat.
Obat yang diberikan pasien harus terdapat dalam
RPO (Rencana Pemberian Obat) yang diisi oleh
dokter dan perawat serta farmasi dengan alur
sebagi dibawah. Pengorderan obat dari depo
farmasi melalui resep dokter (contoh R/ dan RPO di
bawah) :
MULAI
DOKTER
1. Mengisi nam a obat/alkes di Form RPO
2. Mengisi rejim en dosis yang meliputi besarnya dosis yang
diberikan, signa, cara pem berian, lama pem berian
3. Mengisi riwayat alergi obat jika ada
4. Menuliskan di kolom inform asi jika sewaktu-waktu terapi di
stop dan memberi paraf serta tanda // pada kolom
pemberian obat
5. Mengisi nam a dan paraf dokter pada kolom yang tersedia
SELESAI
MULAI
PERAW AT
RM 17 RPO
Me ngisi data p asien: na ma, tan gga l la hir,
be ra t d an ting gi bad an (jika dip erlu ka n,
jen is kela min, no mor rekam me dik, na ma
ru an g, pe ra wa ta n, no mor SEP
PERAW AT
RM 17 RPO
Me ngisi ta ng gal p embe ria n ob at
PERAW AT
RM 17 RPO
Me mberikan ob at ke pa da p asien (oral,
pa re nter al) sesua i ja dwal ya ng tela h
diten tukan
PERAW AT
RM 17 RPO
Me ngisi jam pe mbe rian oba t d an n ama
pe tuga s yan g memb erika n pa da kolo m
yang te rsed ia se suai saa t ob at ora l
dimin um d an/ata u oba t in jeksi disu ntika n
PERAW AT
RM 17 RPO
Me la kukan do ub le ch eck un tuk
pe mbe ria n ob at-ob at hig h ale rt de ng an
me ngisi nam a pe rawat kedia ya ng
me la kukan do ub le ch eck
SELESAI
24
Contoh Penulisan Resep :
25
Contoh Penulisan Rekam Pemberian Obat (RPO)
26
Keterangan : Instruksi pemberian obat oleh dokter (
DPJP ) pada saat pasien datang ditulis di RM plan of
care ( RM 5 ) dan RPO. Selanjutnya DPJP memberikan
instruksi pengobatan pada lembar perawatan
terintegrasi (RM 8) pada SOAPI, di poin I ( Instruksi
). Pemberian obat tidak perlu ditulis ulang nama dan
dosis obatnya, cukup ditulis “terapi sesuai pada RPO
tanggal yang sesuai dengan obat yang direncanakan”.
Bila obat berubah baik nama, dosis, cara pemberian
atau tambah obat maka pada SOAPI di poin I dituliskan
obat yang berubah atau tambahan tersebut dan
dilanjutkan penulisannya pada RPO. Apabila dokter
menghentikan pemberian obat, maka harus ditulis
STOP dalam RPO. Demikian juga pada SOAPI di poin
I juga harus tertulis STOP obat yang dimaksud.
Pemberian obat ke pasien dilakukan oleh perawat
dengan bukti memberikan paraf dan nama depan
perawat pemberi obat pada RPO. Setiap ruangan
harus memiliki nama lengkap, paraf perawat, dokter
dan farmasis yang melayani pasien di ruang tersebut.
Hal ini penting untuk pertanggung jawaban dan
dokumentasi. Dokter dan farmasi yang merencanakan
pemberian obat juga harus memberikan paraf dan
nama depan pada kolom RPO yang disediakan.
Pada perawatan pasien di Intensive care dan high care
pemberian obat tercatat dalam lembar observasi
terintegrasi ( RM 7 ak ) tidak perlu diisikan pada RPO.
Ketentuan pemberian, penghentian ( STOP ) dan
perubahan atau penambahan sama dengan di RPO.
Farmasi disamping bertugas menyediakan obat yang
sesuai dengan instruksi dokter, juga harus melakukan
kajian terhadap pemberian obat sesuai dengan kaidah
8 tepat dan monitor efek samping. Hal ini harus bekerja
sama dengan dokter dan perawat pemberi layanan.
Farmasis ( apoteker / farmasi klinis dan tim )
bertanggung jawab terhadap penjagaan kualitas dan
keberadaan obat yang disediakan di ruang pelayanan
tersebut dan kajian penulisan resep serta RPO yang
ada di ruangan yang menjadi tanggung jawabnya,
demikian pula harus melakukan monitoring dan
perbaikan seluruh proses pemberian obat di ruangan
pelayanan tersebut.
27
8. Alur Pelayanan Darah
ALUR PELAYANAN DARAH DI RUANG RAWAT
SOAPI
Lakukan SOAPI pada lembar Perkembangan Terintegrasi Pasien (RM 08) :
Subyektif
Obyektif
Asesmen
Perencanaan transfusi darah
Instruksi ditulis dengan jelas :
1. Jenis darah
2. Jumlah kantong / volume (ml)
3. Kecepatan tetesan / pemberian
4. Waktu / Interval pemberian
EDUKASI TRANSFUSI
Lakukan edukasi pasien catat di lembar Pengkajian Kebutuhan Informasi, Edukasi, Privasi Pasien
dan Keluarga (RM 06), isi dan tanda tangani
1. Pemberian transfusi darah (tujuan / manfaat)
2. Reaksi transfusi
Beri informasi kepada pasien dengan menggunakan leaflet Informasi Untuk Persetujuan Transfusi
Darah isi dengan lengkap dan tanda tangani lembar Pernyataan Pemberian Informasi dan
Persetujuan Transfusi (RM 08g K)
PERMINTAAN DARAH
Tulis permintaan darah di Formulir Permintaan Darah, siapkan sampel darah pasien dan kirim ke
Instalasi Transfusi Darah ( GPDT lantai 5 )
Lakukan identifikasi (double check / dua petugas), catat di lembar Observasi Transfusi Darah (RM
08l K)
Lakukan observasi sebelum, selama dan sesudah transfusi darah (sesuai SPO) catat di lembar
Observasi Transfusi Darah (RM 08l K)
Laporkan transfusi yang telah dilakukan, baik ada atau tidak ada reaksi transfusi menggunakan
Formulir Laporan Transfusi Darah
28
29
9. Alur Pelayanan Restrain
* di lembar Observasi
30
Pelayanan Pasien Restrain dengan kelainan jiwa di IRNA JIWA
* di lembar Observasi
31
PELAYANAN RESTRAINT
32
PENGGUNAAN ALGORITMA RESTRAIN PADA PASIEN NON JIWA
- Hypoxia + / - - Hypotensya
1 . Primary Screening : - Hypoglycemia + / - - Alcohol or other drugs?
- Alcohol or other drugs? - Pemeriksaan fisik lain B1-B6
Pain Assessment LOW SCORE ( 1 – Medium Score (5-6) A HIGH SCORE ( > 7 ) / HIGHER SCORE
(CPOT) NURSE Clinician Skilled em ergency assessment by clinical
team / critical care
Agitation Assesment High dependency area /
Periksa ulang B1 – B6
(RASS) HCU
ICU OT
Delirium Assesment
Tidak Aman Periksa B1 – B6
(CAM – ICU)
Pain Assessment
Emergency surgery
Restraint bila : Lapor DPJP Aman Tidak Aman (CPOT)
CPOT
RASS Score
Agitation Assesment Post OP
CAM ICU ( + ) Tindakan (RASS) Masuk ROI / ICU
Agitasi ( + ) , Delirium ( + ) Lapor DPJP
Definitif
Delirium Assesment
Restrain Tindakan (CAM – ICU)
Konsul Definitif
OT ICU
anestesi
Restraint bila :
Lapor DPJP CPOT
Konsul
OT ICU RASS Score
anestesi
CAM ICU ( + )
DPJP Memberi TX
Konsul
analgesia / sedasi/
anestesi
Transquiter major
33
11. Alur Pelayanan Khemoterapi
Kepastian ( Confirmation)
Pasien periksa di Poliklinik rawat jalan Pasien periksa di Poliklinik rawat jalan
(membawa hasil laboratorium) (membawa hasil laboratorium)
• Melakukan asesmen pasien ( perawat & DPJP ) .RM 05K Petugas Rawat Jalan
• Membuat protocol dan jadwal pemberian premedikasi dan • Konfirmasi Dx Onkologi ( Dx morfologis & stadium / lainnya )
kemoterapi, ( DPJP ) ..RM08nK • Penyakit komorbiditas dan persyaratan lainnya terdeteksi
• Periksa kelengkapan ( perawat ) • Penentuan regimen dan protocol oleh DPJP.
• Information to consent dan informed consent • Penjelasan dan persetujuan pasien
PASIEN
Dilakukan tindakan kemoterapi
34
Contoh Form Monitoring dan efek samping pasien
Kemoterapi
35
VII. PROSEDUR PELAYANAN GAWAT DARURAT
(IGD)
Seluruh pasien yang masuk ke rawat darurat
diberikan pelayanan sebagaimana bagan dibawah
ini :
PROSEDUR PELAYANAN DI GAWAT DARURAT
( Patient Centre Care )
Perlindungan :
Keamanan dan keselamatan
Pasien - keluarga dan barangnya, privasi serta rahasia penyakit pasien
PASIEN
SELESAI
MASUK
KP : Informed KP :
to Consent & Clinical Trial
inform Kp : DNR
consent
Skrening
Registrasi
Identifikasi KP : Tindakan
gawat darurat KP : Assm.
( ass pre – time Akhir
out- rcn paska
tindakan )
Kehidupan
36
VIII. ALUR PELAYANAN PASIEN DI IGD
Pasien Datang
• Rujukan
• Tanpa Rujukan
Skrining :
• Airborne Disease
• Visual
Visual
Airborne Disease Alat Bantu Transportasi
(+) (-)
(+) (-)
Ruang
Isolasi
Triage
1. Observasi
ROI - NICU Ya
2. Ventilator Ruang Observasi MRS Pasien Pulang
Intensif
Tindakan Operasi
3. Operasi
Darurat IGD
4. Gagal / Mati
Forensik Source : Canadian Triage Acuity Scale version 2.5, 2012
Batang Otak
37
Kriteria “Canadian Triage Acuity
Scale (CTAS)” Umum
Triage Level Usual Presentation Sentinel Diagnoses
Level I • Code arrest • Traumatic shock
• Major shock • Pneumothorax
Resuscitatio • Shock states (traumatic or
n • Near-fatal asthma tension)
• Severe respiratory • Facial burns with
Immediate distress airway compromise
• Altered mental • Severe burns > 30%
state (unconscious body surface area
or delirious) • Overdose with
hypotension or
unconsciousness
• AMI with
complications (CHF
or hypotension)
• Status asthmaticus
• Head injury (major
or unconscious)
• Status epilepticus
Level II • Head injury (risk • Head injury
features with or • Trauma involving
Emergent without altered multiple sites
mental state) • Multiple rib fractures
≤ Min • Severe trauma • Neck or spinal cord
• Altered mental injury
state (lethargic, • Anaphylaxis
drowsy, Level III • Alkaline or caustic
agitated) ocular burns
• Signs of serious • AMI, unstable
infection (purpuric angina or CHF
rash, toxic) • Chest pain NOS
• Allergic reaction • Gastroesophageal
(severe) reflux
• Chemical exposure • Unspecified drug or
(eyes) medicinal overdose
• Non traumatic, • Abdominal aortic
• visceral chest pain aneurysm
(with or without • Appendicitis,
associated cholecystitis
symptoms) • GI bleeding with
• Vomiting or hypotension
diarrhea, suspicion • CVA
of dehydration • Severe asthma or
• Overdose (but COPD
conscious) or drug • Croup
withdrawal • Spontaneous
• Abdominal pain abortion
(age > 50 yr) with • Ectopic pregnancy
visceral symptoms or rupture
• Sexual assault • Epiglottitis,
meningitis, sepsis
38
• GI bleeding with • Acute psychotic
abnormal vital episode, agitation or
signs DTs
• CVA with major • Diabetic
deficit ketoacidosis
• Severe asthma • Hypoglycemia,
(peak expiratory hyperglycemia or
flow rate <40%) migraine
• Moderate or • Renal colic
severe dyspnea • Keratitis
• Acute vaginal
bleeding
(pain scale > 5
with or without
• abnormal vital
signs)
• Neonate (age = 7
days) Fever (age =
3 mo), with rectal
temp > 38.0°C
• Acute psychotic
episode or extreme
agitation
• Diabetic
hypoglycemia or
hyperglycemia
• Headache, with
pain scale 8–10/10
• Chemotherapy or
immunocompromis
e
• Pain scale 8–10/10
(abdominal,
costovertebral
angle, back, eye)
Level III • Head injury: alert • Head injury
with vomiting • Anterior shoulder
Urgent • Moderate trauma dislocation
• Abuse, neglect or • Tibia or fibula
≤ 30 Min assault fracture Bimalleolar
• Signs of infection or trimalleolar ankle
• Mild or moderate fracture
asthma (peak • Pyelonephritis or
expiratory flow rate sepsis
= 40%) • Asthma without
• Mild or moderate status or COPD
dyspnea • Bronchiolitis or
• Cheast pain with croup
no visceral • Pneumonia
symptoms (sharp • Unspecified chest
or MSK, no pain
previous heart • NOS (MSK,
disease) GI,respiratory)
• GI bleeding with • Uncomplicated GI
normal vital signs bleeding
39
• Acute vaginal • Spontaneous
bleeding with abortion
normal vital signs • Seizure
• Seizure (alert on • Acute psychosis
arrival) with or without
• Acute psychosis suicidal ideation
with or without • Low back pain,
suicidal ideation strain (disk
• Pain scale 8–10/10 Migraine)
with minor injuries
• Pain scale 4–7/10
with headache,
costovertebral
angle or back pain
• Vomiting and
diarrhea (age = 2
yr) without
dehydration
• Dialysis problems
Level IV • Head injury: alert • Head injury: alert
with no vomiting with no vomiting
Less Urgent • Minor trauma • Colles’ fracture
Acute abdominal • Ankle sprain
≤ h pain • Appendicitis
• Vomiting and • Cholecystitis
diarrhea (age > 2 • URI
yr) without • Otitis media or otitis
dehydration externa
• Headache: not • Chest pain NOS
migraine, not (MSK, GI,
sudden respiratory)
• Earache • Gastroesophageal
• Chest pain, minor reflux
trauma or MSK • Suicidal ideation or
injury: no distress depression
• Suicidal ideation or • Urticaria
depression • Corneal foreign
• Corneal foreign body
body • Low back pain or
• Minor allergic strain
reaction
• Chronic back pain
• URI symptoms
• Pain scale 4–7/10
Level V • Minor trauma: not • Low back pain or
necessarily acute strain
Non Urgent • Sore throat without • URI
respiratory • Gastroenteritis
≤ h symptoms • Vomiting
• Diarrhea alone, • Disorders of
without menstruation
dehydration • Dressing changes
• Vomiting alone, or cast changes
with normal mental • Constipation
status and no
dehydration
40
• Menses • Neurotic, personality
• Minor symptoms and nonpsychotic
Chronic abdominal mental disorders
pain • Unspecified
• Psychiatric superficial
complaints laceration(s)
• Pain scale < 4/10
41
indicator of the
severity of illness.
• The younger
patients can have
serious problems
even though the
signs and
symptoms may be
subtle.
Level III • Child / infant who • Simple burns,
is alert, oriented, fractures,
Urgent well hydrated, • dental injuries,
minor alterations • Pneumonia without
≤ 30 Min in vital signs. distress,
• Interventions • History of seizure,
include • Suicide ideation,
assessment and • Ingestion requiring
simple observation only,
procedures. • Head trauma -alert /
Febrile child > 3 vomiting.
months with a T >
38.5°C
• Mild respiratory
distress Infant < 1
month
Level IV • Patient with
vomiting / diarrhea
Less Urgent and no
dehydration
≤ h age>2.
• Simple lacerations
/ sprain / strains.
• Alert child with
fever and simple
complaints such
as ear pain, sore
throat or nasal
congestion
• Head trauma-no
symptoms.
Level V • Child/infant who is
afebrile, alert
Non Urgent oriented, well
hydrated with
≤ h normal vital signs.
Interventions not
usually required
other than
assessment or
discharge
instruction.
• Vomiting alone or
diarrhea alone
with no suspicion
or signs of
dehydration.
42
Kriteria Canadian Triage Acuity
Scale Obgyn
Triage Level Obstetri Komplikasi Medis
Level I Tanda Inpartu atau Trauma abdomen
pecah ketuban : :
Resuscitation Segera akan partus; Trauma tusuk
Prolaps tali pusat mayor
Immediate Asesmen janin : Tanda infeksi :
Tidak ada gerakan Demam; menggigil;
janin nyeri rahim ( bukan
Gejala hipertensi dan akibat kontraksi )
gangguan saraf : Mual / muntah /
Kejang berulang; diare dengan tanda
perubahan kesadaran dehidrasi sedang
Pernapasan :
Distres napas
hebat
Level II Tanda Inpartu atau Nyeri :
pecah ketuban : Nyeri akut
Emergent UK > 37 mg, kontraksi abdomen / pelvik
uterus < 5 menit sekali; yang hebat; Nyeri
≤ Min UK > 37 mg, ketuban dada
telah pecah; Partus Trauma abdomen
yang tidak :
direncanakan dan tidak Trauma tumpul
ada pendamping mayor
Tanda infeksi :
Perdarahan antenatal Mual / muntah /
: diare yang
Perdarahan aktif berpotensi
Asesmen janin : dehidrasi sedang
Gerak janin menurun; Pernapasan :
Doppler yang abnormal Distres napas
sedang
Gejala hipertensi dan Penggunaan obat
gangguan saraf : / kesehatan jiwa :
Nyeri kepala hebat resiko tinggi ( atau
mendadak; Gangguan tidak diketahui )
visus; Nyeri uluhati; yang beresiko
Gejala mirip CVA terhadap
keselamatan atau
menimbulkan
depresi dan
keinginan untuk
bunuh diri.
Level III Tanda Inpartu atau Nyeri :
pecah ketuban : Nyeri abdomen
Urgent UK > 37 mg, kontraksi ringan / sedang;
setiap 2-4 menit sekali Nyeri punggung;
≤ 30 Min Perdarahan antenatal Nyeri pinggang
: Trauma abdomen
Riwayat adanya :
perdarahan Trauma minor
sebelumnya
43
Gejala hipertensi dan ( mis. MVA minor /
gangguan saraf : jatuh )
Nyeri kepala subakut Tanda infeksi :
ringan / sedang; Mual / muntah /
Edema ( non- diare yang
dependen ) berpotensi
dehidrasi sedang
Pernapasan :
Ditres napas ringan
Penggunaan obat
/ kesehatan jiwa :
Krisis situasional (
fisik, emosional )
sampai timbulnya
efek withdrawal (
cemas, gelisah,
mual, muntah )
hingga timbul
depresi dan ide
untuk bunuh diri
Level IV Tanda Inpartu atau Trauma abdomen
pecah ketuban : :
Less Urgent Kontraksi > 5 menit Jatuh, tanpa
sekali; UK ≥ 37 mg dan trauma langsung
≤ h ketuban telah pecah pada abdomen
Perdarahan antenatal Tanda infeksi :
: Keluhan infeksi
Perdarahan bercak saluran kemih;
Gejala hipertensi dan hematuri; demam;
gangguan saraf : batuk, atau adanya
Follow up hipertensi ( obstruksi
poliklinis ) termasuk Penggunaan obat
pemeriksaan laborat / / kesehatan jiwa :
darah. Adanya depresi
tanpa disertai ide
utk bunuh diri
Level V Tanda Inpartu atau Nyeri :
pecah ketuban : Rasa tidak nyaman
Non Urgent Pematangan serviks; terkait kehamilan
Kunjungan antenatal Tanda infeksi :
≤ h (mis antisipasi Bercak merah pada
perbedaan Rh ) kulit
Asesmen janin :
Pemeriksaan NST
(terdaftar); Versi luar
pada kelainan letak
Gejala hipertensi dan
gangguan saraf :
Nyeri kepala kronis
44
IX. ALUR PELAYANAN TINDAKAN MEDIK.
Perlindungan :
Keamanan dan keselamatan
Pasien - keluarga dan barangnya, privasi serta rahasia penyakit pasien
ADMISI KELUAR
Informed to KP :
Consent & Clinical Trial
inform - Site marking
consent - Transfer –
Identifikasi timbang terima
Registrasi prabedah
45
PROSEDUR TINDAKAN PEMBEDAHAN-INVASIVE.
Sign In
1. Identifikasi pasien
2. Tindakan operasi
3. Lokasi operasi (site marker)
4. Inform consent Ruang
dan informed to consent bedah & anestesi Premedikasi
5. Anaesthesia safety check completed
(Peralatan, obat – obatan, obat emergensi, risiko anestesi)
6. Pulse Oximeter
7. Alergi
8. Airway
9. Risiko Perdarahan
Induksi
Time Out
Kamar
Operasi
Insisi dan Proses OP
Selesai OP
Sign Out
RR
46
X. ALUR PELAYANAN CODE BLUE
47
Keterangan : Jika didapatkan seseorang atau pasien
dalam kondisi cardiac respiratory arrest maka Tim
Code Blue berperan dalam tahap pertolongan, yaitu:
a. First Responder / penemu pertama
1) Melakukan penilaian kesadaran pasien / korban
2) Memastikan lingkungan pasien aman untuk
dilakukan pertolongan
3) Melakukan cek respon dengan memanggil nama
atau menepuk bahu
4) Meminta bantuan pertolongan petugas lain
5) Mengaktifkan sistem code blue dengan
mengaktifkan Panic Button di aplikasi HP (area
umum) atau Call Center (1234) (area umum),
6) dan aktifasi code blue secara langsung di area
khusus sesuai SOP area khusus setempat.
Setelah menghubungi operator Call Center
Code Blue
7) Kegiaatan ini harus dilakukan selambatnya 3
menit paska henti napas atau jantung.
a) Jika lokasi kejadian berada di area ruang
rawat inap ataupun rawat jalan, First
Responder 2 segera membawa troli
emergensi ke lokasi dan membantu First
Responder I yang melakukan resusitasi
sampai dengan Advanced Responder Code
Blue datang ( selambatnya waktu 15 menit
paska henti napas/jantung).
b) Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap
maka informasikan: “Code Blue, Code Blue,
Code Blue, nama ruangan? Nomer kamar?
8) Membebaskan jalan napas
9) Melakukan pijat jantung
10) Memberikan suplementasi oksigen, jika ada
fasilitas AED/ DC Shock, pemberian obat
darurat dalam pengawasan dokter jaga
b. Operator Call Center Code Blue
1) Waktu respon operator Call Center dalam
menerima telepon “ 34 “ adalah harus
secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan
telepon.
2) Menerima dan memberikan respon terhadap
aktivasi code blue dari First Responder di daerah
umum melalui telepon (1234) atau melalui panic
button
48
3) Menghubungi First Responder lain terdekat
untuk membantu resusitasi terutama First
responder yang mempunnyai troli, kotak, ransel
emergensi via telepon
4) Menghubungi petugas terdekat (Advanced
Responder) dari lokasi kejadian via telepon
5) Mematikan/ menonaktifkan code blue apabila
Advance Responder code blue sudah datang ke
lokasi kejadian
6) Merekapitulasi semua kejadian yang telah
tercatat pada form rekam medis Code Blue yang
telah diisi oleh Tim Code Blue
7) Respon kegiatan pertolongan advance mulai
dilakukan selambatnya dalam 15 menit.
c. Advanced Responder
Setelah Tim Advanced Responder Code Blue
menerima informasi tentang aktivasi code blue,
mereka segera menghentikan tugasnya masing-
masing, jika diperlukan mengambil resuscitation kit
dan menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory
arrest. .
d. Tim Code Blue
1) Tim Code Blue melakukan tugasnya sampai
dengan diputuskannya bahwa resusitasi
dihentikan oleh ketua Tim Code Blue.
2) Ketua Tim Code Blue memutuskan tindak lanjut
paska resusitasi, yaitu:
a) Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil
maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi
Perawatan Intensif untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien
setuju.
b) Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan
meminta dirawat di ruang perawatan biasa,
maka keluarga pasien menandatangani surat
penolakan.
c) Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika
Instalasi Perawatan Intensif penuh maka
pasien dirujuk ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas.
d) Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien
meninggal, maka lakukan koordinasi dengan
bagian kerohaniawan, kemudian pasien
dipindahkan ke kamar jenazah.
3) Ketua Tim Code Blue melakukan koordinasi
dengan DPJP
49
4) Ketua Tim Code Blue memberikan informasi dan
edukasi kepada keluarga pasien
5) Perawat ruangan mendokumentasikan semua
kegiatan dalam rekam medis pasien dan
melakukan koordinasi dengan ruangan pasca
resusitasi
Ya
Non Membaik?
Farmakologis/
Farmakologis oleh Membaik? Tidak
DPJP
Tidak
Bukan
Dikonsulkan ke tim
Pasien
manajemen nyeri
Onkologi
Ya
SMF / Instalasi terkait
Membaik?
Dikonsulkan ke Tim
Ya
Paliatif dan Bebas Nyeri Membaik?
Selesai
Tidak
Dikonsulkan ke tim
Ya Manajemen Nyeri
Membaik? Tidak
Terpadu RSUD Dr.
Soetomo RM 05a K
Ya Membaik?
Ya
Tidak
50
b. Alur Pelayanan Nyeri
ALUR LAYANAN NYERI
Pasien Dewasa dan Anak > 3 Tahun, Anak < 3 Tahun, dan Dimensia
(dilakukan Dokter dan Perawat)
Ya Nyeri? Tidak
1. Instruksi evaluasi ulang skala nyeri berdasarkan intensitas nyeri (RM 08)
- Tidak Nyeri (0) dan Nyeri Ringan (1-3) -> setiap 8 jam
- Nyeri Sedang (4-6) -> setiap 1 Jam
- Nyeri Berat (7-10) -> Setiap 30 Menit
2. Observasi skala nyeri ditulis di RM 07
51
c. Alur Pelayanan Nyeri pada pasien kritis
Ya Nyeri? Tidak
1. Instruksi evaluasi ulang skala nyeri berdasarkan intensitas nyeri (RM 07ak atau RM 08)
- Tidak Nyeri (0-2) -> setiap 8 jam
- Nyeri ( 3) -> setiap 1 Jam
2. Observasi skala nyeri ditulis di RM 07ak untuk yang high care dan intensive, low care
RM 07
52
d. Alur pelayanan nyeri pada neonatus
Ya Nyeri? Tidak
53
e. Penilaian Skala Nyeri pada dewasa dan anak >
3th dilakukan dengan Metode Wong Baker
FACES Pain Scale.
54
sering
mengeluh
55
h. Penilaian nyeri pada pasien tak sadar / koma dengan
metode BPS (Behavioral Pain Scale) atau CPOT
(Critical Pain Observational Tools)
56
Interpretasi Skala Nyeri :
nilai 0 = tidak nyeri,
nilai 1-3 = nyeri ringan
nilai 4-6 = nyeri sedang
nilai 7-10 = nyeri berat
Perilaku 0 1 2 Skor
Pernafasan Normal • Sesekali • Bising
/ vokalisasi bernafas bernafas
terengah- • hiperventilasi
engah jangka
• hiperventilasi panjang
jangka pendek • Pernafasan
Cheyne-
Stokes
SKOR TOTAL
57
Intepretasi skala nyeri :
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
58
XII. PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI
59
b. Pasien yang dicurigai Flu Burung (H5N1) dan
SARS, H1N1 serta Mers Co V dirawat di
ruang isolasi khusus bertekanan negatif
dengan tatacara mengikuti prosedur yang
ada di RS Dr. Soetomo sebagai berikut : 1.
Ruangan isolasi tekanan negatif jangan
dibiarkan terbuka dan hanya petugas medis
yang dapat masuk.
2.Keluarga pasien tidak dapat masuk ke
ruang isolasi tekanan negatif hanya dapat
melihat melalui kaca.
3.Semua petugas yang terkait dengan
perawatan pasien dengan penyakit
menular mengikuti semua petunjuk
pengendalian infeksi.
c. Pasien dengan penyakit menular lainnya
dirawat ditempatkan pada kamar atau tempat
tidur yang terpisah dengan pasien lain.
d. Pasien difteri anak dirawat di ruang Bona 1,
kasus morbili dan varicella dirawat di ruang
Bona 2.
e. Pasien yang daya tahannya menurun atau
pasien yang mendapat kemoterapi dengan
jumlah leukosit ≤ 000 dirawat diruang atau
tempat tidur terpisah.
f. Pasien transplant yang dirawat di ICU,
dirawat di ruangan terpisah.
g. Pasien anak dengan imunosupresi dirawat di
ruang bona isolasi
60
6. Pelayanan restrain
Pelayanan restrain dilakukan apabila pasien ada
kecenderungan mencederai diri sendiri atau
membahayakan orang lain, merusak lingkungan
dan peralatan serta gaduh gelisah,atau pasien
tidak sadar. Metode :
a. Mekanik : dengan fiksasi
b. Kimia : dengan obat-obatan
Restrain dilakukan dengan persetujuan keluarga
pasien setelah diberi penjelasan dan dimonitor
ketat.
61
XIII. KRITERIA TRANSFER PASIEN INTRA RUMAH SAKIT
PETUGAS PENDAMPING
NO PASIEN KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN PERALATAN UTAMA
MINIMAL
1 Derajat 0 1. Transporter Transporter & TPP / Perawat : BLS
Brankar, Kursi Roda
2. TPP atau Perawat
2 Derajat 1 1. Transporter Transporter BLS Oksigen,Brankar , Tiang infuse, Pompa infuse ,
2. Perawat atau Dokter Perawat atau Dokter BLS / PPGD Pulse Oksimetri .
3 Derajat 2 1. Transporter Transporter BLS
2. Perawat & Dokter yang Perawat & Dokter : Oksigen, suction, Tiang infuse, Pompa infuse ,
berkompetensi BLS, PPGD Baterai, Pulse Oksimetri serta monitor EKG,
penanganan pasien kritis Harus mengikuti, pelatihan untuk Transfer tensi meter dan Defibrillator, Ambubag
pasien dengan sakit berat /kritis
4 Derajat 3 1. Transporter Dokter: Oksigen, suction, Tiang infuse, Pompa infuse ,
2. Perawat & dokter yang Minimal 6 bulan pengalaman Baterai, Pulse Oksimetri serta monitor EKG,
berkompetensi bekerja Di ICU / ROI atau telah mengikuti: tensi meter dan Defibrillator, Ambubag, Jackson
penanganan pasien kritis Keterampilan BLS & PPGD Rees, scoop stretcher dan long spine board
Keterampilan menangani permasalahan jalan
napas dan pernapasan
Telah mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit
berat / kritis
Perawat :
Keterampilan BLS & ALS
Telah mengikuti pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit berat / kritis
62
XIV.KRITERIA TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT
PETUGAS PENDAMPING
NO PASIEN KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN PERALATAN UTAMA
MINIMAL
1 Derajat 0 1. Petugas Ambulance Petugas ambulance & TPP / Perawat : BLS Kendaraan High Dependency
2. TPP atau Perawat Service (HDS)/ Ambulance
2 Derajat 1 1. Petugas Ambulance Petugas ambulance BLS Kendaraan HDS/Ambulance,
2. TPP atau Perawat Perawat atau Dokter BLS / PPGD Oksigen Suction, Tiang Infus
,Infus Pump denganBaterai, Oksimetri, Ambubag, Obat Emergency
3 Derajat 2 1. Petugas ambulance Petugas ambulance BLS Kendaraan HDS/ambulance Oksigen, Suction, Tiang infuse, Pompa infuse
2. Perawat & Dokter Perawat & Dokter : dengan
yangberkompetensi BLS, PPGD Baterai, Oksimetri Denyut serta Monitor EKG, tensimeter dan
penanganan pasien kritis Harus mengikuti, pelatihan untukTransfer Defibrillator, Ambubag , obat obat emergensi
pasien dengan sakit berat /kritis
4 Derajat 3 1. Petugas Ambulance Dokter: Kendaraan HDS/ambulance Oksigen, Suction, Tiang Infuse, Pompa Infuse
2. Perawat & dokter yang Minimal 6 bulan pengalaman dengan
berkompetensi bekerja Di ICU / ROI atau telah mengikuti Baterai, Oksimetri Denyut serta Monitor EKG, Tensimeter dan
penanganan pasien kritis Keterampilan BLS & PPGD Defibrillator, Ambubag , Obat Obat emergensi, ventilator portable,
Keterampilan menangani permasalahan jalan
napas dan pernapasan
Telah mengikuti pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit berat / kritis
Perawat :
Keterampilan BLS & ALS
Telah mengikuti pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit berat / kritis
63
Kategori Transfer Pasien
a. Kategori 1
Kategori I adalah arah pemindahan pasien dari
derajat kondisi yang lebih tinggi ke kondisi derajat
yang lebih rendah
Intensive Care 3
(derajat 3)
High Care
(derajat 1-2) 1-2
Ward Care
(derajat 0) 0
b. Kategori 2
Intensive Care 3
(derajat 3)
High Care
(derajat 1-2) 1-2
Ward Care
(derajat 0) 0
64
Kategori 2 adalah arah pemindahan pasien dari
derajat kondisi yang lebih rendah ke kondisi
derajat yang lebih tinggi, misalnya dari Ward
Care ke High Care atau dari High Care ke
Intensive Care atau bisa dari Ward Care langsung
ke Intensive Care. Perpindahan perawatan dari
kondisi derajat yang rendah ke perawatan yang
lebih tinggi diperlukan karena mengingat kondisi
pasien dengan Airway, Breathing, Circulation
(ABC) yang tidak stabil sangat membutuhkan
observasi l ketat dan intervensi yang mendalam.
c. Kategori 3
Kategori 3 adalah arah pemindahan pasien
dengan kondisi derajat yang sama
65
XV. KRITERIA MASUK INTENSIVE CARE
NICU LEVEL I
NICU LEVEL II
68
d. Gawat napas yag tidak memerlukan ventilasi
bantuan atau CPAP (Continuous Positive
Airway Pressure), PEEP < 7cm H2O FiO2 <
40%
e. Berat badan lahir rendah (BBLR) > 1200 gram
f. Hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi
sinar
g. Sepsis neonatorum, vital stabil, HR 140-160,
RR 40-60
h. Hipotermia
70
4) Pasien dalam keadaan stabil dengan
resiko yang rendah untuk menjadi
berbahaya
5) Pasien dalam stadium akhir (end stage)
penyakit-penyakit
2. Indikasi Keluar NICU Level III
Setiap pasien yang dirawat di NICU dapat
dikeluarkan setelah memenuhi kriteria dibawah ini:
a. Tidak ada gangguan nafas akut maupun
sirkulasi (seperti kriteria tersebut di atas) > 1 x
24 jam
b. Terapi atau pemantauan intensif tidak
(diharapkan) bermanfaat atau tidak memberi
hasil pada pasien sedangkan pasien pada
waktu itu tidak menggunakan bantuan
mekanis khusus seperti ventilasi mekanis,
misalnya :
1) Kelainan kromosom yang fatal,
kecurigaan sindrom 13 (Patau), sindrom
18 (Edward)
2) Kelainan multiple lebih dari atau sama
dengan 3 organ
3) MODS (Multiple Organ Disfungtion
Syndroma) > 3 organ pada sistem
pernafasan, syaraf, sistem sirkulasi.
c. Orang tua/ keluarga menolak dirawat lebih
lanjut di NICU (keluar paksa)
Pasien hanya memerlukan terapi dan
observasi intensif saja, sedang ada pasien lain
yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan
observasi yang lebih intensif. Pasien seperti ini
hendaknya dipindahkan ke ruang yang
sanggup untuk merawatnya ( seperti ruang
intermediate care atau level 2
71
XVI. INDIKASI MEDIS MASUK DAN KELUAR HCU
Indikasi Masuk
a. Kesadaran GCS 8-12 tanpa trakheostomi,
GCS < 7 dengan trakheostomi
b. Nafas spontan
c. Tidak ada ancaman sumbatan jalan napas
d. Laju respirasi 12-20 kali per menit
e. Saturasi oksigen 80- 90% pada fraksi inspirasi
oksigen < 50%
f. Masih terdapat gangguan irama jantung
g. Laju nadi 40-60 kali / menit atau 120-140 kali /
menit
h. Menggunakan inotropik, vasopressor atau anti
hipertensi intravena
i. Kejang tapi tidak berulang
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan salah satu
dari hal-hal sebagai berikut:
a. Hiperkalemia atau hipokalemia tanpa
perubahan gambaran ECG
b. Hipernatremia atau hiponatremia tanpa
disertai dengan gangguan kesadaran
c. Hipocalcemia atau hipercalcemia tanpa
disertai dengan kejang atau perubahan
gambaran EKG
d. Hipomagnesemia atau hipermagnesemia
tanpa disertai dengan kelemahan otot
pernapasan, perubahan gambaran ECG.
e. Hiperglikemia atau hipoglikemia yang disertai
dengan gangguan kesadaran
Indikasi Keluar :
Tanda Vital
Temperatur < 38.3° C
Tekanan darah Sistolik : 100-180 mmHg
Diastolik : 50-110mmHg
Pulse 50 - 100 kali / menit ( > 45
kali / menit jika pasien
meminum beta blocker)
Respirasi 12-30 kali / menit
Fungsional
72
Diet Dapat mentolerir makanan
dalam 12 jam terakhir
tanpa muntah kecuali
pasien khemotherapi
Kemampuan diri Dapat beraktifltas sendiri
tanpa dibantu
Dapat buang air kecil
sendiri tanpa kesulitan
dalam 12 jam terakhir
Analgetik Kebutuhan analgetik
parenteral tidak melebihi
satu kali dosis pemberian
dalam 3 jam terakhir
kecuali pasien -pasien
yang memang memerlukan
analgetik regular karena
kondisi penyakitnya yang
menetap.
Indikasi masuk
a. Pasien dengan gangguan hemodinamik yang
memerlukan pemantauan ketat
b. Pasien dengan ancaman distress respirasi
c. Pasien yang memerlukan support inotropic,
vasodilator, antihipertensi intravena
d. Pasien yang memerlukan terapi insulin
kontinyu yang kadar gula darahnya dipantau
tiap jam
e. Pasien dengan sepsis berat yang tidak
membutuhkan support ventilator
f. Penanganan Pasien dengan penyakit terminal
dengan nyeri berat
g. Pasien dengan disiungsi satu organ
h. Pasien dengan Early Warning Score > 7
Indikasi keluar
a. Pasien dengan hemodinamik yang sudah
stabil
b. Pasien dengan ketoasidosis yang sudah
dalam perbaikan
73
C. High Care Unit (HCU) Obgyn
Indikasi masuk
a. Pasien pre-eklampsi yang tidak disertai
dengan distress respirasi
b. Pasien peripartum kardiomyopati dengan
hemodinamik stabil
c. Pasien perdarahan peripartum yang
memerlukan transfusi dengan hemodinamik
stabil
Indikasi keluar
a. Pasien dengan hemodinamik yang sudah
stabil
b. Dapat mentolerir makanan dalam 12 jam
terakhir tanpa muntah
c. Dapat beraktifitas sendiri tanpa dibantu
Indikasi masuk
a. Pasien tanpa distress respirasi
b. Luka bakar lebih dari 10% total body surface
area atau lebih dari 5% pada anak-anak.
c. Luka bakar di wajah, tangan, kaki, genital,
perineum atau persendian mayor
d. Luka bakar derajat 3 untuk semua kelompok
umur
e. Luka bakar listrik termasuk luka bakar karena
sambaran petir
f. Luka bakar karena zat kimia
g. Luka bakar inhalasi
h. Luka bakar pada pasien dengan penyakit
medis yang sudah ada sebelumnya yang akan
menyebabkan pemulihan yang lama,
pengelolaan yang kompleks atau kematian
i. Pasien luka bakar dengan trauma penyerta
(misalnya fraktur)
j. Luka bakar pada anak-anak
k. Pasien luka bakar yang memerlukan intervensi
sosial, emosional dan rehabilitasi yang lama.
74
Indikasi keluar
a. Hemodinamik stabil
b. Tidak ada masalah keseimbangan cairan dan
elektrolit
c. Infeksi sudah teratasi
d. Asupan nutrisi enteral sudah optimal
e. Tidak terdapat gangguan irama jantung atau
masalah di sistem kardiovaskuler
Indikasi masuk
a. Sindroma koroner akut resiko rendah
b. Gagal jantung kronis simptomatik
c. Penyakit katup jantung stabil
d. Penyakit pada aorta dan pericardium yang
tidak mengancam jiwa
e. Penyakit jantung bawaan pada orang dewasa
dengan parameter fisiologi terkontrol.
f. Gangguan irama jantung yang memeriukan
monitoring ketat termasuk di dalamnya blok
trifasik dan bradiaritmia
g. Pasien yang sedang mendapatkan terapi
untuk jantungnya yang memeriukan
monitoring hemodinamik kontinyu
h. Post infark miokard yang stabil lebih dari 48
jam
i. Pasien post pemasangan pacemaker
permanen dengan kondisi stabil
Indikasi keluar
a. Hemodinamik stabil
b. Pasien tidak memerlukan monitoring ketat
c. Dosis obat-obat inotropik atau vasopressor
minimal
Indikasi masuk
1. Pasien stroke iskemik:
a. Yang akan dilakukan terapi trombolisis
b. Yang memerlukan monitoring ketat tekanan
darah atau perlu terapi antihipertensi intravena
(TDS > 220 mmHg dan/ atau TDD > 120
mmHg atau TD >185/110 mmHg bila akan
diberikan terapi trombolitik)
75
2. Pasien stroke perdarahan:
a. Yang disertai tanda dan gejala peningkatan
tekanan intrakranial, dan memerlukan
monitoring ketat kesadaran serta tanda-tanda
vital lainnya (GCS ≤ 13).
b. Yang memerlukan monitoring ketat tekanan
darah atau perlu terapi antihipertensi
intravena (TDS > 180 mmHg dan/ atau TDD >
105 mmHg)
3. Pasien status epileptikus yang sudah teratasi
dalam 1 jam tapi masih memerlukan monitoring
adanya kejang, kesadaran dan tanda-tanda vital
4. Pasien tetanus umum grade ≥ 3, dengan spasme
umum yang cukup terkontrol dengan dosis
diazepam 10-12 ampul iv / hari, gangguan otonom
yang ringan (hiperhidrosis tapi nadi dan tekanan
darah masih cukup stabil), sudah terpasang
trakheostomi dan belum memerlukan bantuan
ventilator (RR ≤ 4, saturasi O2 ≥ 9 % dengan O2
nasal atau sungkup sederhana)
5. Pasien polineuropati akut yang defisit
neurologinya masih bertambah berat tapi belum
memerlukan bantuan ventilator (kapasitas vital
paru > ml/ kgBB, RR ≤ 4, saturasi O 2 ≥ 9 %
dengan O2 nasal atau sungkup sederhana)
6. Pasien impending krisis myasthenia gravis
dimana kelumpuhannya bertambah buruk dari
biasanya/ disertai disfagia/ disfoni tapi belum
memerlukan bantuan ventilator (kapasitas vital
paru > ml/ kgBB, RR ≤ 4, saturasi O 2 ≥ 9 %
dengan O2 nasal atau sungkup sederhana)
7. Pasien SOL intrakranial dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial yang jelas yaitu
nyeri kepala, muntah proyektil, penurunan
kesadaran dengan / tanpa disertai Sindroma
Cushing (penurunan kesadaran (GCS ≤ ),
hipertensi dan bradikardi).
8. Pasien infeksi susunan saraf pusat yang
raemerlukan monitoring ketat kesadaran, kejang
dan tanda-tanda vital lainnya.
9. Pasien cedera kepala sedang - berat yang
memerlukan monitoring ketat kesadaran, kejang
dan tanda-tanda vital lainnya.
76
10. Pasien cedera medula spinalis terutama dengan
cedera leher yang berpotensi mengalami
gangguan pernafasan.
11. Pasien neurologi lainnya :
a. Yang mengalami gangguan kesadaran akibat
gangguan metabolik (ensepalopati metabolik)
sehingga perlu monitoring yang ketat
b. Yang mengalami gangguan kardiovaskuler
sehingga perlu dukungan obat-obat
vasopressor atau inotropik
c. Yang memerlukan terapi insulin drip dan perlu
monitoring glukosa darah serial setiap 1 s.d 4
jam
d. Yang mengalami gangguan keseimbangan
cairan sehingga memerlukan monitoring ketat
intake - output, misalnya pasien dengan
komplikasi SIADH/ CSWS/ gangguan ginjal/
gangguan GIT atau kelainan jantung
e. Yang mengalami gangguan keseimbangan
asam basa/ elektrolit dan perlu koreksi
intravena (misalnya: hipo/ hipernatremi; hipo/
hiperkalemi; hipo/ hiperkalsemi, dll)
f. Yang mengalami kelainan jantung seperti
CAD OMI, ACS ringan, arrhytmia cordis,
RHD, gagal jantung dengan hemodinamik
yang masih stabil
g. Yang mengalami komplikasi infeksi
(pnemonia, ISK, dll) yang disertai tanda dan
gejala sepsis, dengan gangguan fungsi ≤ 1
organ
h. Yang mengalami gangguan nutrisi dan perlu
dukungan nutrisi parenteral total/ parsial
Indikasi keluar
1. Pasien stroke iskemik:
a. Yang sudah dilakukan terapi trombolisis
dengan nilai INR yang normal dan kondisi
hemodinamiknya stabil, tidak memerlukan
lagi monitoring tanda-tanda vital (TTV) dan
terapi antihipertensi diberikan peroral/ NGT
b. Tekanan darah stabil dengan antihipertensi
yang diberikan peroral/ NGT (TDS < 220
mmHg dan/ atau TDD < 120 mmHg Atau
MAP sudah turun 20% dari sebelumnya)
77
serta tidak memerlukan monitoring ketat TTV
lainnya.
2. Pasien stroke perdarahan:
a. Tanda dan gejala peningkatan tekanan
intrakranial (kesadaran, nyeri kepala,
muntah) sudah membaik (GCS ≥ 3) dan
tidak memerlukan monitoring ketat TTV
lainnya.
b. Tekanan darah stabil dengan terapi
antihipertensi PO/ NGT (TDS < 180 mmHg
dan/ atau TDD < 105 mmHg)
3. Pasien status epileptikus yang sudah teratasi,
kejang tidak ada/ jarang dengan kesadaran yang
sudah komposmentis dan hasil EEG bukan status
konvulsivus
4. Pasien tetanus umum grade ≥ 3, dengan spasme
umum yang sudah membaik dengan dosis
diazepam < 10 ampul iv / hari, gangguan otonom
membaik dan TTV stabil, dan tidak ada komplikasi
yang berat (RR ≤ 24, saturasi O2 ≥ 9 %)
5. Pasien polineuropati akut yang defisit
neurologinya sudah membaik/ tidak progresif lagi
serta TTV stabil (RR ≤ 24, saturasi O2 ≥ 9 %
dengan O2 nasal atau sungkup sederhana)
6. Pasien impending krisis myasthenia gravis sudah
membaik kekuatan motoriknya dan disfagia/
disfoni perbaikan serta TTV lainnya normal (RR ≤
24, saturasi O2 ≥ 9 % dengan O2 nasal atau
sungkup sederhana)
7. Pasien SOL intrakranial dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala,
muntah proyektil, penurunan kesadaran) sudah
membaik (GCS ≥ ) dengan TTV lainnya stabil.
8. Pasien infeksi susunan saraf pusat yang sudah
membaik kesadarannya (GCS ≥ ) dan tanda-
tanda vital lainnya stabil, didukung juga oleh
perbaikan hasil laboratorium.
9. Pasien cedera kepala sedang - berat yang sudah
membaik kesadarannya (GCS ≥ ) dan tanda-
tanda vital lainnya stabil.
10. Pasien cedera medula spinalis terutama dengan
cedera leher yang sudah stabil TTVnya dan sudah
dilakukan tindakan definitif bila diperlukan
11. Pasien neurologi lainnya :
78
a. Yang mengalami ensefalopati metabolik
sudah membaik kesadarannya (GCS ≥ 4)
dan kelainan metabolik terkoreksi
b. Yang mengalami gangguan kardiovaskuler
sudah tidak perlu obat-obat vasopressor atau
inotropik intravena dengan MAP ≥ 6 mmHg
c. Yang mengalami hiperglikemi dan sudah
terkontrol dengan antidiabet yang diberikan
secara SC/ PO/ NGT (tidak perlu insulin drip)
serta tidak memerlukan monitoring ketat
glukosa darah (target GDS 150-180 mg%)
d. Yang mengalami gangguan keseimbangan
cairan sudah membaik dan tidak perlu
monitoring ketat intake – output
e. Yang mengalami gangguan keseimbangan
asam basa / elektrolit sudah membaik dan
tidak perlu koreksi intravena
f. Yang mengalami kelainan jantung seperti
CAD OMI, ACS ringa, arrhytmia cordis, RHD,
gagal jantung sudah membaik atau tetap
stabil hemodinamiknya
g. Yang mengalami komplikasi infeksi sudah
teratasi infeksinya dan perbaikan gejala
sepsis serta perbaikan pada fungsi organ
yang terganggu
h. Yang mengalami gangguan nutrisi sudah
membaik dan tidak perlu dukungan nutrisi
parentera
79
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN PATOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO
SURABAYA
80
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO
SURABAYA
81
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO
SURABAYA
Positif
mikroorganisme Elektif/
1 Darah
agen infeksi urgent
setelah inkubasi
Positif
mikroorganisme Elektif/
2 Cairan agen infeksi urgent
serebrospinal setelah inkubasi
Positif
Cairan mikroorganisme Elektif/
3
perikardial agen infeksi urgent
setelah inkubasi
Positif
mikroorganisme Elektif/
4
Cairan pleura agen infeksi urgent
setelah inkubasi
Positif
mikroorganisme Elektif/
5 Cairan agen infeksi urgent
peritoneal setelah inkubasi
Positif
mikroorganisme Elektif/
6
Cairan sendi agen infeksi urgent
setelah inkubasi
Positif kultur
aerob bakteri
patogen multi- Elektif/
6 Semua
resisten urgent
spesimen
antibiotic- MDRO
(MRSA, ESBL,
82
VRE, CRE)
setelah inkubasi
Positif
mikroorganisme
batang Gram
positif Elektif/
7 Luka (Clostridium spp) urgent
gangrene dari spesimen
luka gangrene
setelah inkubasi
Ada
Semua jenis mikroorganisme
8 Urgent
spesimen BTA (Batang
tahan asam )
Definisi :
83
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KARDIOVASKULAR
KIINIS :
- Nyeri dada tipikal refrakter atau memberat
- Sesak saat istirahat
- Palpitasi lebih 120 x/menit dengan atau tanpa
pulsasi lemah
- Bradikardia kurang 60 kali/mnt disertai
simtom
- Suara jantung menjauh
- Tekanan darah < 90/60
- Produksi urin kurang dari 0.5 cc/kgBB/jam
- Desaturasi kurang dari 95%
- Akral dingin
- Murmur baru derajat III / VI atau lebih
- Rhonki basah di seluruh lapangan paru
EKG :
- ST elevasi baru
- LBBB atau RBBB onset baru
- Fibrilasi atrial dengan respon ventrikel cepat
(> 100 x/mnt)
- Takikardia supraventrikular
- PVC maligna (bigemini, trigemini,
quadrigemini, kuplet, salvo, R on T)
- Takikardia ventrikel
- Torsa d ‘pointes
- Fibrilasi ventrikel
84
- Bradikardia HR < 40 kali/mnt (sinus arrest,
AV Blok derajat 2 atau lebih, TAVB)
CARDIAC BIOMARKER :
- High sensitivity (hs) Troponin > 14 ng/L.
- CKMB > 25 U/L
- BNP > 400 ng/L
- NT-Pro BNP > 450 ng/L (< 50 tahun)
> 900 ng/L (50-75 tahun)
> 1800 ng/L ( > 75 tahun)
FOTO TORAKS :
- Edema paru (butterfly appearance, hazziness
seluruh lapangan paru)
EKOKARDIOGRAFI :
- Hemodinamik tidak stabil :
- Cardiac output < 4 L/menit.
- Sistemic vascular resistance < 960
dyns/cm atau > 1400 dyns/cm
- Right atrial pressure estimation < 5
mmHg atau > 15 mmHg
- Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun ( EF<
40%)
- Gangguan wall motion regional dengan
ruptur septum ventricular atau ruptur free wall
ventrikel atau regurgitasi mitral berat
- Stenosis aorta berat (aortic jet velocity > 4
ml/s & aortic valve area (AVA) < 1 cm2)
85
- Regurgitasi aorta berat ( EROA > 0.30 cm2 &
regurgitant volume ≥ 60 ml/beat)
- Stenosis mitral berat ( mean gradient > 10
mmHg & mitra valve area (MVA) < 1 cm2)
- Regurgitasi mitral berat ( EROA > 0.40 cm2 &
regurgitant volume ≥ 60 ml/beat)
- Stenosis trikuspid berat (mean pressure
gradient ≥ 5 mmHg & tricuspid valve area by
continuity equation ≤ 1 cm2)
- Regurgitasi triuspid berat (PISA radius > 0.9
cm & systolic reversal)
- Stenosis pulmonal berat (Peak velocity >
4m/s & peak gradient > 64 mmHg)
- Regurgitasi pulmonal berat (Dense jt density
, sleep decceleration , early termination of
diastolic flow)
- Pulmonal hipertensi berat (mPAP > 55
mmHg)
- Efusi pericard masif dengan kolaps atrium
kanan dan atau ventrikel kanan
- Swinging heart
- Diseksi aorta
VASKULAR DOPPLER :
- Acute limb ischemia
- Deep vein thrombosis
CT- KARDIOVASKULAR :
- Diseksi aorta
- Pulmonal emboli
86
XVII. KESELAMATAN, KEAMANAN DAN
KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
Semoga ALLAH SWT Selalu Bersama Kita
103
Tim Akreditasi JCI – SNARS 2018
NO JABATAN DALAM NAMA JABATAN/UNIT KERJA
TIM
4. Ketua I (PCS) 1. Tri Wahyu Martanto, dr., Sp.OT Kepala Bidang Pelayanan
(K) Medik
5. Ketua II (HCOMS) 1. Drg. Florentina Joestandari, MMT Kepala Bagian Tata Usaha
6. Ketua III (AMC) 1. Dr. Cita Rosita Prakoeswa, dr., Kabid Penelitian &
Sp.KK (K) Pengembangan
7. Ketua IV (Prog-Nas- 1. Dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD- Kabid Pendidikan dan
Guideline) K-PTI Pelatihan
8. KOORDINATOR
104
4. Aprilia Devi Fatimah, S.KM Yan. Diagsus.
9. KESEKRETARIATAN
105
2. Ertawati Skep Ns. Irna Anak
2. Access to Care and Continuity (ACC)/ Akses Pelayanan dan Kontinyuitas (ARK)
106
4. Assessment of Patients (AOP)/ Asesmen Pasien (AP)
6. Anesthesia and Surgical Care (ASC)/ Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Koordinator Drs. Ali Syamlan, Apt, SE. MARS. Ka. Instalasi Farmasi
107
Anggota 1. Hamzah, dr., Sp.An – KNA Ka KFT
8. Patient and Family Education (PFE)/ Pendidikan Pasien dan Keluarga (MKE)
108
Anggota 1. Heri Wahyudiono IPCN
S.Kep.Ns
2. Ammar Widitaputra, Instalasi Sterilisasi & Binatu
S.Farm, Apt
3. Dr. Lukas Widyanto, SMF Orthopaedi
Sp.OT
4. Dr. Debby SMF Mikrobiologi
Kusumaningrum, Sp.MK
5. Dra. Dwi Rahayu Rusiani, Instalasi Farmasi
Apt. Sp.FRS
6. Dr. Dwiyanti, Sp.A(K) SMF Anak
109
Anggota 1. Reza Ka.si PPM
Darmayanda,dr.,MQIH
2. Budi Minarno, SST. Ka. Instalasi Pemeliharaan
Sarana Medik
5. Staff Qualifications and Education (SQE)/ Kwalifikasi dan Pendidikan Staf (KKS)
110
1. Medical Professional Education (MPE) / Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam
Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)
Koordinator Dr. Laksmi Wulandari, dr., Sp.P (K), SMF. Pulmonologi &I.
FCCP Kedokteran Resipirasi
1 Sasaran I (PONEK)
111
5. Dr. Agustina Salinding, SMF Anestesi
Sp.An(KIC)
6. dr. Muhammad Yusuf, SMF Obgyn
Sp.OG
2 Sasaran II (HIV / AIDS)
4 Sasaran IV (PRA)
Anggota 1. Prof. Dr. dr. Kuntaman, dr., MS., Smf Mikrobiologi Klinik
Sp.MK(K)
5 Sasaran V (Geriarti)
112
Anggota 1. Merry Ritha, dr. Poli Geriatri
113