KELOMPOK 8 - PPM Selesai
KELOMPOK 8 - PPM Selesai
KELOMPOK 8 - PPM Selesai
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
Suaibah (0801172137)
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Lembaga
Swadaya Masyarakat Menuju Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat yang
Berkelanjutan dan Dilandasi Pendekatan Kemandirian”.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan tentang bagaimana peranan
lembaga swadaya masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
berkelanjutan dan dilandasi pendekatan kemandirian . Tugas ini disajikan sebagai bahan materi
mata kuliah Pengembangan Masyarakat dan Pengorganisasian Masyarakat FKM UIN-Sumatera
Utara.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami,
terutama orang tua kami yang selalu mendukung kami, juga dosen kami yang selalu mendidik
kami. Tanpa bantuan dari kalian kami mungkin tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan kualitas makalah yang akan kami buat
dikemudian hari. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas kesediaan waktu untuk membaca
makalah kami dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.
Medan, 22 Oktober
2019
Penulis
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
1.3 Tujuan iv
BAB II PEMBAHASAN 1
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
utamanya adalah menagih rasa tanggung jawab para penyelenggara Negara dalam
menggambil dan menjalankan keputusan. Sehingga tidak ada lagi kesewenangan dalam
mengambil dan menjalankan keputusan.
Pada awal tahun 1990-an LSM Indonesia mengalami puncak perkembangannya, jumlah
LSM seluruh Indonesia 13.500. Jaringan internasional berfungsi dengan optimal. Para saat
bersamaan jurnalis muda Indonesia yang awalnya adalah aktivis kampus atau aktivis LSM,
bangkit, berkembang biak dengan cepat, dan mulai meraung serta bahu membahu dengan
seluruh aktivis LSM. Gabungan kekuatan ini mengantarkan LSM pada puncak kegiatannya
sebagai kelompok penekan dominasi Negara, serta dominasi kekuatan kapitalisme ekonomi.
1.3 TUJUAN
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Ruang lingkup kerja LSM sangat beraneka ragam karena berbagai LSM
menangani berbagai masalah yang merupakan refleksi dari masalah-masalah yang
ada di masyarakat. Pembahasan disini dibatasi hanya pada kegiatan LSM yang
1
Desak Putu Yuli Kurniati. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat”. Buku Ajar. Hal
50
2
Ibid. Hal 51
1
berkaitan dengan Kesehatan (termasuk didalamnya keluarga berencana,
lingkungan hidup dan kependudukan).
3
Desak Putu Yuli Kurniati. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat”. Buku Ajar. Hal
52
4
Fitria Nadhifa. 2017. “Peranan Lembaga Kemasyarakatan Dalam Pembangunan di Kelurahan Toro Kecamatan
Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone”.
2
2.1.3 Ciri-ciri LSM
Banyak yang belum bisa membedakan Lembaga Swadaya Masyarakat dengan
organisasi-organisasi lain yang ada di Indonesia. Ada beberapa ciriciri yang
sangat lekat dengan LSM :
b) Lembaga Donor
Lembaga yang mengumpulkan dana untuk dapat disalurkan kepada
lembaga dan masyarakat yang membutuhkan. Dalam fungsinya sebagai
lembaga donor, LSM dimungkinkan untuk diberi kepercayaan oleh
5
Fitria Nadhifa. 2017. “Peranan Lembaga Kemasyarakatan Dalam Pembangunan di Kelurahan Toro Kecamatan
Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone”.
6
Emmil Rachmaditia. 2018. “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Mitra Bentala Sebagai Pendamping Dalam
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan di Wilayah Pesisir”.
3
masyarakat mengemban tugas tertentu. Seperti tempat penggalangan dana
untuk korban bencana alam, penggalangan dana dan sembako ketika hari
raya keagamaan dan lain-lain. Dalam fungsi ini mungkin saja LSM
melakukan kesalahan-kesalahan ataupun penyelewengan. Disinilah
dituntut tanggung jawab dan juga transparansi LSM dalam melakukan
tugasnya. Contoh LSM yang berbentuk seperti ini di Indonesia seperti,
Lembaga Pundi Amal, Tali Kasih Indonesia, dan lain-lain.
c) Lembaga Profesional
Lembaga yang bekerja berdasarkan satu isu berkaitan dengan profesi
tertentu, misalnya kesehatan, ekonomi, HAM, kriminalitas, dan lainnya.
Lembaga ini punya andil yang besar dalam mengusut dan juga
menginvestigasi kasus-kasus yang berkaitan tentang suatu permasalahan.
Contohnya, ketika kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, dibentuk
sebuah LSM yang bertugas mencari fakta tentang kasus tersebut. Beberapa
waktu kemudian LSM ini diubah fungsinya oleh Pemerintah sehingga
menjadi sebuah organisasi independent yang biayanya ditanggung
Pemerintah. Contoh lainnya adalah LSM Peduli Rakyat Lapindo (PRL)
yang dengan sukarela membantu korban bencana Lumpur Lapindo di
Sidoarjo, dengan menggalang dana dan menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat Korban bencana.
d) Lembaga Oposisi
Lembaga yang menjadi oposisi pemerintahan dan mengkritik
kebijakan pemerintah dan menjalankan program berdasarkan kritik
tersebut atau alternatif lainnya. LSM semacam bisa kita ambil contoh
seperti ICW (Indonesian Corruption Watch) yang biasa menginvestigasi
dan mengkritik kasus-kasus korupsi yang dilakukan baik oleh birokrat
maupun anggota legislatif (DPR).7
7
Emmil Rachmaditia. 2018. “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Mitra Bentala Sebagai Pendamping Dalam
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan di Wilayah Pesisir”.
4
2.2 Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Menuju Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat yang Berkelanjutan dan Dilandasi Pendekatan Kemandirian
Sebagai organisasi yang mengemban misi sosial, maka lingkup kegiatan LSM adalah
kegiatan sosial kemasyarakatan yang sifatnya non-profit. Tetapi ini tidak berarti bahwa
orientasi non-profit ini diwujudkan dengan pendekatan yang kharitatif (derma, sedekah).
Sebagai sebuah organisasi LSM harus mampu mengembangkan kegiatan yang
berkelanjutan diatas prinsip kemandirian. Oleh karena itulah yang dikembangkan oleh
LSM adalah bukan sekedar "memberikan ikan" tetapi "mengajarkan bagaimana caranya
memancing ikan".
Selain bersifat non-profit, maka sebuah LSM juga harus memiliki wawasan yang
bersifat non-sektarian, non-partisan dan non-diskriminatif. Non-sektarian artinya dalam
kegiatannya, tidak dilakukan pembedaan pelayanan berdasarkan agama. Meskipun ada
LSM berbasiskan agama, tetapi kegiatannya tidak boleh dikhususkan hanya untuk warga
masyarakat yang memiliki kesamaan agama dengan LSM tersebut. Non-partisan artinya
kegiatan LSM tersebut tidak boleh dikaitkan dengan kegiatan partai politik atau
kelompok tertentu. Non-diskriminatif berarti kegiatan yang dilakukan tidak boleh
dilaksanakan secara diskriminatif seperti misalnya berdasarkan etnik tertentu atau kriteria
lain seperti misalnya tidak bersedia memberikan pelayanan kepada mereka yang HIV
positif.
8
Desak Putu Yuli Kurniati. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat”. Buku Ajar. Hal
54
5
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan dikaitkan dengan pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat, maka berbagai LSM yang sudah bergerak dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah.
Pada tingkat yang lebih tinggi (wilayah kota dan propinsi), dinas atau sudin kesehatan
juga perlu memiliki wawasan yang sama tentang bagaimana mendayagunakan potensi
semua pihak untuk terlibat aktif dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Pada
tingkat ini bisa dikembangkan forum komunikasi dimana secara berkala dapat
dipertemukan berbagai pihak yang perduli terhadap masalah kesehatan. Melalui forum-
forum seperti ini selanjutnya dapat dikembangkan kerjasama dan pembagian tugas
dengan berbagai pihak.
9
Desak Putu Yuli Kurniati. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat”. Buku Ajar. Hal
55
6
Dalam mengembangkan kerjasama dengan aparat pemerintah, maka LSM berpotensi
untuk menjangkau kelompok tertentu seperti kelompok yang berperilaku risiko tinggi
dalam hal penularan PMS atau HIV/AIDS. Untuk kelompok marjinal seperti ini,
pendekatan yang dilakukan oleh LSM adalah pendekatan yang bersifat pendampingan
dan pemberdayaan dengan cara terjun langsung dan bekerja bersama-sama dengan
kelompok-kelompok tersebut. Dengan pendekatan seperti ini maka uluran kerjasama dari
LSM biasanya disambut baik oleh kelompok-kelompok tersebut. Melalui kerjasama ini
selanjutnya dilakukan upaya penanggulangan HIV/AIDS. Pada pihak lain, pendekatan
yang dilakukan oleh aparat pemerintah lebih bersifat sebagai sebuah upaya penertiban
(enforcement). Ini terlihat dengan kegiatan-kegiatan razia, penggarukan, penggerebekan
dsb terhadap kelompok-kelompok pekerja seks, waria, anak jalanan dsb. Dengan
pendekatan penertiban ini, maka terbentuklah sikap konfrontasi dan antipati dari
kelompok sasaran. Akibatnya akan sulit bagi aparat pemerintah untuk melakukan upaya
pendampingan atau pemberdayaan pada kelompok ini, karena relasi hubungan sudah
terpola sebagai hubungan anatara petugas dan obyek penertiban.10
YIS (Yayasan Insan Sembada) yang dulu dikenal Yayasan Indonesia Sejahtera adalah
salah satu LSM yang bergerak dalam bidang kesehatan pada awal berdirinya dan tetap
10
Desak Putu Yuli Kurniati. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat”. Buku Ajar. Hal
56
7
berkecimpung dalam bidang kesehatan hingga saat ini berupaya mengembangkan
berbagai program dan gagasan untuk sedikit berperan dalam mengupayakan kesehatan
masyarakat yang tidak memiliki akses di bidang kesehatan. Upaya-upaya ini dilakukan
untuk melengkapi dan memperkuat program pemerintah dengan menekankan pada
kemandirian dan keberlanjutan kesehatan di tingkat masyarakat. Berbagai program yang
telah dilakukan berupa penguatan lembaga lokal yang bergerak di sektor kesehatan
(posyandu) dan kader kesehatan, pengembangan makanan bergizi dari bahan-bahan lokal,
pengembangan dana sehat, pengembangan dan pengadaan sarana sanitasi keluarga yang
dikelola secara dana pinjaman berputar dalam kelompok, peningkatan kualitas kesehatan
ibu dan anak, peningkatan kapasitas masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai upaya
peningkatan kesadaran dan promosi kesehatan, dan pengembangan media komunikasi
kesehatan.
Program ini telah dilakukan di berbagai daerah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
maupun LSM lokal, seperti DKI, Banjarnegara, Surakarta, Boyolali, Karanganyar,
Sragen, Jember, Semarang, Polman, Jayapura, Makassar dan Kupang. Berbagai jenis
program kesehatan telah dilaksanakan di berbagai daerah dan di berbagai level
(desa/kalurahan sampai provinsi). Ada beberapa program yang telah diterapkan di
tingkat nasional, yaitu : pemakaian KMS untuk Balita, Program Oralit, Posyandu dan
Mawas Diri. Sejak berdirinya di tahun 1974 sampai pada tahun sekitar 1985, YIS telah
menjadikan program kesehatan menjadi program intinya, sehingga YIS lebih dikenal
sebagai LSM yang bergerak dan berkonsentrasi pada program kesehatan.
Salah satu kegiatan dari YIS yaitu ketika memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-
49 yang jatuh pada tanggal 12 Nopember 2013 yang lalu; Yayasan Insan Sembada
(YIS) mengadakan kegiatan Kampanye dan Seminar Sehari dengan sub tema : ‘Gerakan
Indonesia Untuk Pemerataan Pelayanan Kesehatan’; yang diambil dari tema Nasional
2013, yaitu "Indonesia Cinta Sehat, Menuju Indonesia Sehat dan JKN yang bermutu”.
Kampanye dan Seminar Sehari ini diselenggarakan di Balai Desa Ngerangan, Kecamatan
Bayat, Kabupaten Klaten pada hari Sabtu, 23 November 2013 yang lalu.
Kegiatan yang diprakarsai oleh Program Kesehatan Masyarakat YIS ini, dihadiri oleh
40 orang Kader Posyandu, 20 orang Kelompok Perempuan Barokah, Bidan Desa dan
8
perwakilan Pemerintah Desa Ngerangan. Posyandu dan kelompok perempuan memang
menjadi sasaran kegiatan ini, sebagai salah satu upaya memanfaatkan potensi dan
sumberdaya yang ada di masyarakat. Harapannya, setelah kegiatan selesai, timbul
kesadaran lebih dari Kader Posyandu untuk turut serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, minimal melalui 5 program prioritas Posyandu, yaitu : (1) kesehatan ibu dan
anak (2) keluarga berencana (3) perbaikan gizi (4) imunisasi (5) penanggulangan diare.
Salah satu pembelajaran yang diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah
dukungan yang luas dari anggota masyarakat di semua level dari beberapa wilayah di
Indonesia dalam bentuk donasi untuk pembelian alat kesehatan bagi beberapa Posyandu
di Desa Ngerangan. Kesadaran bahwa ‘sehat adalah hak semua orang’ nampaknya sudah
mulai menguat di masyarakat. Ini merupakan pertanda baik, masyarakat secara proaktif
mau mengambil bagian dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, meskipun masih
dalam skala yang kecil.
BAB III
PENUTUP
9
3.1 Kesimpulan
Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM adalah suatu organisasi masyarakat yang
berada diluar jalur/struktur formal pemerintah, dan tidak dibentuk oleh atau merupakan
bagiandari birokrasi pemerintah (Ismid Hadad, 1983). Keberadaan LSM merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai unsur lain dalam pembangunan masyarakat.
LSM pada hakekatnya mengembangkan tiga jenis fungsi atau peran. Yang pertama
adalah fungsi yang bersifat komplementer. Disini LSM menggarap permasalahan yang
karena satu dan lain hal tidak atau belum digarap oleh pemerintah. Adapun Bentuk
Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat antara lain : Lembaga Mitra Pemerintah,
Lembaga Donor, Lembaga Profesional dan Lembaga Oposisi.
c. LSM mempunyai pegawai yang semangat kerja dan motivasinya sangat tinggi.
3.2 Saran
Mengingat banyaknya peran dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam
bidang kesehatan disarankan agar LSM yang sudah ada tetap dikembangkan semaksimal
mungkin dan memperbanyak LSM di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
10
Kurniati, Desak Putu Yuli. 2015. “Bahan Ajar Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat”. Buku Ajar.
Rachmaditia, Emmil. 2018. “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Mitra Bentala Sebagai
Pendamping Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan di Wilayah Pesisir”. Skripsi
11