0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan8 halaman

jurnal pemberdayaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 8

ANALISIS PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKATA SOSIAL

PENDAHULUAN
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pembangunan dimana masyarakat
mengambil inisiatif untuk memulai tindakan sosial guna memperbaiki keadaan dan
keadaannya sendiri. Penguatan komunitas hanya mungkin terjadi jika komunitas
berpartisipasi. Penguatan komunitas identik dengan pendidikan. Upaya pemberdayaan
dipandang pada masyarakat sebagai lembaga yang mendukung peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui media pendidikan nonformal. Taman Baca Masyarakat (TBM)
dirancang untuk mendukung penguatan yang dilakukan melalui kegiatan minat baca
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep yang menekankan pada
pembangunan ekonomi dan pada awalnya dikembangkan berdasarkan nilai-nilai masyarakat.
Pemberdayaan dilakukan atas dasar pengalaman dan pengetahuan yang membedakan antara
pemberdayaan dan non-pemberdayaan. Selanjutnya kami akan menjelaskan bagaimana
proses pemberdayaan berjalan dan tindakan apa saja yang dilakukan.
Untuk membeli keuntungan dari kegiatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (disingkat
LSM) adalah organisasi yang didedikasikan untuk individu ataupun sekelompok orang yang
secara sukarela memberi pelayanan kepada masyarakat umum. Di masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat (LSM) atau lembaga/perkumpulan non-pemerintah telah tumbuh dan
menjadi tempat dimana anggota masyarakat sipil Republik Indonesia melakukan kerja
sukarela atau dinyatakan sebagai lembaga swadaya masyarakat.
Istilah “lembaga swadaya masyarakat” pertama kali dikenal dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Penanggulangan Masalah Lingkungan Hidup. Dalam pengembangan LSM, kegiatan
LSM tidak hanya terbatas pada lingkungan hidup, tetapi juga mencakup bidang lain sesuai
kepentingan nya, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mental
dan fisik masyarakat setempat.
Membangun sebuah bangsa dimulai dengan kesadaran rakyat, baik secara individu
maupun kolektif, yang beroperasi berdasarkan landasan dan tujuan yang sama. Impian untuk
mencapai tujuan bersama diwujudkan melalui kegiatan dan kepentingan yang dijalankan
dengan kesadaran berkelompok. Hal ini dipercaya mampu menyelesaikan kepentingan
bersama dalam suatu wadah yang dikenal dengan organisasi kemasyarakatan. Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan dapat dibentuk dari kelompok
masyarakat berdasarkan beberapa kesamaan kegiatan, profesi, dan tujuan fungsional seperti
keagamaan, pendidikan, budaya, ekonomi, dan hukum. Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) atau Organisasi Kemasyarakatan adalah lembaga masyarakat yang melaksanakan
pembangunan untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera.
Sementara itu, ada tiga fungsi utama LSM yang diidentifikasi. Hal ini mencakup: (1)
pemberian layanan (bantuan, pelayanan sosial, keterampilan dasar, dan lain-lain); (2)
memberikan pendidikan (misalnya, pengetahuan dasar dan seringkali analisis kritis terhadap
lingkungan sosial); (3) advokasi kebijakan publik; Rizky (2017) menjelaskan bagaimana
LSM tertentu mendorong pengorganisasian dan “pemberdayaan” komunitas miskin,
khususnya perempuan miskin, melalui kombinasi kredit mikro, peningkatan kesadaran,
pelatihan bagi anggota kelompok, dan layanan sosial lainnya.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan sudah ada di
Indonesia sejak awal abad ini dan memiliki peran strategis dalam proses nasional Indonesia.
Bahkan, beberapa dari organisasi kemasyarakatan ini kemudian berubah menjadi partai
politik dan mempelopori gerakan nasional. Pada masa kolonial, program yang dijalankan
oleh Budi Utomo, yang didirikan pada 20 Mei 1908, meliputi pengembangan modal untuk
kelas menengah, promosi kerajinan nasional (rumah tangga), serta bantuan kepada
masyarakat miskin. Program utama Budi Utomo berfokus pada pendidikan dan kebudayaan
Jawa. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi sosial pada masa Gerakan
adalah inisiatif dari para intelektual yang berlandaskan pada upaya swadaya. Inisiatif ini
menjadi dasar bagi perkembangan keseluruhan organisasi masyarakat non-pemerintah (LSM)
atau organisasi sosial setelah kemerdekaan.
Dalam jangka panjang, tujuan LSM ini adalah untuk mendorong pembangunan
masyarakat yang berkelanjutan melalui kegiatan-kegiatan yang mendorong peningkatan
kapasitas dan kemandirian. Pengembangan kapasitas berkontribusi terhadap pembangunan
masyarakat yang berkelanjutan. LSM seringkali didirikan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat (Susilowati 2016). Selain, LSM dipuji karena mempromosikan kemandirian dan
pemberdayaan masyarakat dengan mendukung kelompok berbasis masyarakat dan
mengandalkan proses partisipatif.
Pembangunan berkelanjutan telah menjadi tujuan utama bagi banyak negara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia (Ferrazzi, 2023; Fitriandari & Winata, 2021; Karjoko et
al., 2022). Ini mencerminkan kesadaran global akan pentingnya mencapai keseimbangan
antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat
untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pentingnya mencapai keseimbangan juga
ditekankan dalam pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia sangat bergantung pada kemampuan negara tersebut dalam memadukan
pertumbuhan ekonomi inklusif, perlindungan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam konteks ini, peran LSM (lembaga swadaya masyarakat) sebagai agen
perubahan dalam mendorong keseimbangan menjadi semakin penting. Pandangan akan
pentingnya kelestarian lingkungan dalam konteks pembangunan juga diperkuat oleh pakar
lingkungan hidup Carson (1962) yang menyatakan bahwa kehidupan di bumi bergantung
pada keseimbangan ekologi yang rapuh. Pembangunan yang berkelanjutan memerlukan
perlindungan lingkungan yang masuk akal untuk memastikan bahwa sumber daya alam
bertahan untuk generasi mendatang.
Di sisi lain, pembangunan berkelanjutan telah menjadi paradigma penting bagi
pembangunan masyarakat selama beberapa dekade terakhir. Namun, seperti yang dicatat oleh
Rahadian (2016), konsep keberlanjutan sebagian besar berakar pada pendekatan lingkungan,
terutama di negara-negara industri. Meskipun demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan
adalah untuk menemukan keseimbangan antara tiga pilar utama masyarakat: sosial, ekonomi,
dan lingkungan.
Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia, termasuk Indonesia,
menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi inklusif, kelestarian lingkungan, dan
pemberdayaan masyarakat merupakan hal terpenting yang perlu diperkuat dan diperdalam.
Salah satu elemen kunci yang berkontribusi untuk mencapai tujuan ini adalah LSM, yang
merupakan elemen kunci dalam ekosistem pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Dari literatur, dapat disimpulkan bahwa LSM berperan penting dalam
mempromosikan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Pembangunan masyarakat
yang berkelanjutan menekankan keseimbangan antara kepedulian terhadap lingkungan dan
tujuan pembangunan, serta memperkuat hubungan sosial lokal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan metode yang disebut
tinjauan sistematik atau tinjauan literatur sistematik. Ini adalah metode sistematis untuk
mengumpulkan, mengkaji secara kritis dan merangkum topik yang ingin diselidiki. Metode
penelitian Systematic Literature Review (SLR) merupakan pendekatan sistematis untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merangkum seluruh temuan yang relevan dari penelitian
yang ada pada topik penelitian tertentu. SLR adalah alat yang ampuh untuk membangun
pemahaman komprehensif tentang topik tertentu dan memberikan landasan yang kuat untuk
pengambilan keputusan berbasis bukti. Penelitian diawali dengan mencari artikel mengenai
topik penelitian yang akan dibahas nantinya. Tinjauan sistematis adalah metode pemeriksaan
masalah melalui identifikasi masalah, evaluasi, seleksi, dan analisis.

PEMBAHASAN
Berbicara tentang istilah “peran” yang umum digunakan dalam dunia teater, seorang
aktor harus memerankan tokoh tertentu dalam teater dan diharapkan berperilaku tertentu
dalam kapasitasnya sebagai tokoh tersebut. Kedudukan seorang aktor dalam teater sama
dengan kedudukan seseorang dalam masyarakat keduanya mempunyai kedudukan yang
serupa. Peran adalah kedudukan seseorang yang memberinya tanggung jawab untuk
memastikan organisasi mencapai tujuannya. Sama hal nya seperti peran LSM dalam
pemberdayaan masyarakat
Peran dalam suatu lembaga mengacu pada tugas dan fungsi, dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam menjalankan kiprah seseorang atau suatu lembaga. Tugas adalah
seperangkat bidang kerja yang harus diselesaikan dan diberikan kepada orang perseorangan
atau lembaga sesuai dengan fungsinya. Fungsi berasal dari kata bahasa Inggris “function” dan
berarti sesuatu yang mencakup kegunaan atau manfaat. Fungsi lembaga atau lembaga formal
adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tanggung jawab yang dimiliki individu dalam
kedudukannya dalam organisasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangannya masing-masing. Lembaga atau lembaga 12 fungsi dikonstruksikan sebagai
pedoman atau pedoman bagi organisasi dalam menalankan aktivitasnya dan dalam mencapai
tujuan organisasi.
Masyarakat dirancang untuk mengembangkan sumber daya, meningkatkan kesadaran,
memotivasi partisipasi dalam proyek, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup warga.
Kaitannya dengan pemberdayaan sering disebut-sebut sebagai salah satu dari Alasan dan
Konsekuensi Pengembangan Kapasitas Masyarakat.
Pemberdayaan didefinisikan pada tingkat pemberdayaan individu (perubahan
keterampilan, pengetahuan, kesadaran, kesadaran akan kemampuan mempengaruhi
perubahan, aspirasi, perilaku, keyakinan) dan perubahan struktur dan proses sosial yang lebih
luas yang menghasilkan peningkatan sumber daya dan sumber daya tersebut akan dieksekusi.
Banyak peneliti percaya bahwa membangun kapasitas masyarakat dan mendorong
pemberdayaan adalah cara yang lebih efektif untuk mencapai pembangunan masyarakat
berkelanjutan dibandingkan dengan program dan metrik keberhasilan yang dipaksakan oleh
para ahli dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa para ahli dari luar biasanya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang terbatas mengenai keadaan, kebutuhan, dan permasalahan
spesifik suatu komunitas. Oleh karena itu, solusi lokal untuk mencapai pembangunan
masyarakat dan ekonomi yang berkelanjutan dianggap sebagai hasil penting dari pendekatan
pengembangan kapasitas (Soleh 2017). Misalnya, meningkatkan partisipasi masyarakat dan
mencapai pembangunan berkelanjutan memerlukan pertimbangan banyak hal, antara lain:
Keterampilan, kepemimpinan, pengetahuan, sumber daya fisik, dan keterwakilan kepentingan
pemangku kepentingan.
Tujuan penting LSM adalah memotivasi dan memobilisasi masyarakat agar mandiri
dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Strategi LSM yang kedua berfokus pada
pengembangan kapasitas masyarakat untuk lebih memenuhi kebutuhan masyarakat melalui
aksi lokal yang independen.
Pada strategi generasi kedua, energi potensial ada dalam masyarakat, namun tetap
terbengkalai karena kelambanan tradisi, isolasi, dan kurangnya pendidikan. Namun,
kelembaman ini dapat diatasi melalui intervensi agen perubahan eksternal (LSM dan aktor
lainnya) yang membantu masyarakat mewujudkan potensi mereka melalui pendidikan,
pengorganisasian, kesadaran, kredit mikro, dan pengenalan teknologi baru yang sederhana.
Fokusnya adalah pada kemandirian lokal, dengan tujuan agar manfaat dari upaya swadaya
lokal dapat dipertahankan melampaui periode dukungan LSM (Rizky 2017). Oleh karena itu,
LSM dapat mendorong pembangunan masyarakat berkelanjutan melalui strategi kemandirian.
LSM merupakan jenis organisasi kemasyarakatan yang berperan penting dalam
pemberdayaan masyarakat di Indonesia. LSM aktif di berbagai bidang termasuk bisnis,
pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan hak asasi manusia. Mereka melakukan berbagai
aktivitas seperti: Nasehat, pelatihan, promosi, advokasi, supervisi, dll. Tujuan dari program
ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, keterampilan dan kemandirian masyarakat,
terutama masyarakat yang berada di daerah terpencil, miskin atau tertinggal. Melalui
beragam inisiatifnya, organisasi kerakyatan dan LSM memainkan peran strategis dalam
mengentaskan permasalahan sosial, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan mencapai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.
Salah satu LSM yang berupaya memberdayakan komunitas adalah Wahana Visi
Indonesia (WVI), afiliasi dari World Vision International, sebuah organisasi kemanusiaan
global (Wahana Visi Indonesia, 2023) WVI memiliki program pemberdayaan masyarakat di
wilayah tertentu, termasuk Area Development Programs (ADPs), program pembangunan
berbasis masyarakat yang berfokus pada anak dan keluarganya (WVI International, 2023).
WVI juga memiliki Child Sponsorship Program (CSP) yang merupakan program dukungan
finansial dan pendampingan bagi anak-anak yang hidup dalam kemiskinan (Wahana Biji
Indonesia, 2023). Save the Children Indonesia adalah LSM yang memberikan pelatihan dan
sumber daya untuk membangun dan memperkuat komunitas tempat anak-anak tinggal. LSM
ini fokus pada pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, dan kesejahteraan sosial.
LSM ini memiliki program seperti pendidikan yang berkualitas, kesehatan ibu dan
anak, perlindungan anak dari kekerasan, dan bantuan darurat bencana (Save the Children,
2023). Forum Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) adalah LSM yang fokus pada
peningkatan lingkungan hidup. LSM ini bekerja di bidang lingkungan hidup, hak asasi
manusia, keadilan sosial dan demokrasi. LSM ini melakukan berbagai kegiatan seperti:
Advokasi, Edukasi, Kampanye, dan Jejaring. LSM ini menjalankan program seperti Gerakan
Rakyat Penyelamatan Lingkungan, Gerakan Anti Tambang, Gerakan Pembangunan PLTA
Anti, dan Gerakan Anti Perkebunan Sawit (WALHI, 2023a). Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) merupakan LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan hukum. LSM ini fokus pada
bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Keadilan dan Anti Korupsi. LSM ini melakukan
berbagai kegiatan seperti bantuan hukum, pendampingan, nasehat dan litigasi. LSM tersebut
melaksanakan program, antara lain bantuan hukum gratis, pendidikan hukum masyarakat,
pemantauan pemilu, dan pemantauan kasus korupsi (LBH, 2023).
Keterlibatan masyarakat merupakan unsur vital untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Keterlibatan
masyarakat dapat diartikan sebagai partisipasi aktif dalam berbagai tahapan proses
pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, hingga
pelestarian hasil pembangunan. Partisipasi ini meningkatkan efektivitas, efisiensi,
akuntabilitas, serta keberlanjutan program pembangunan. Selain itu, keterlibatan masyarakat
juga dapat memperbaiki kualitas hidup, kemandirian, dan pemberdayaan komunitas. LSM
memainkan peran strategis dalam meningkatkan partisipasi ini, serta membantu mencapai
pembangunan berkelanjutan dan SDGs. LSM dapat berfungsi sebagai agen perubahan,
mediator, advokat, sekutu, pengawas, dan mitra kolaboratif dengan pemerintah serta
masyarakat dalam proses pembangunan. Mereka juga berkontribusi dalam bentuk
pengetahuan, sumber daya, jaringan, dan inovasi untuk mendukung tercapainya
pembangunan berkelanjutan dan SDGs.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dan pencapaian SDGs di
Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Partisipasi ini dapat memberikan
berbagai manfaat, seperti meningkatkan kualitas, kuantitas, dan keberlanjutan pembangunan,
serta meningkatkan kesejahteraan, kemandirian, dan pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan
masyarakat bisa diwujudkan melalui berbagai bentuk, mekanisme, dan sektor, sesuai dengan
konteks dan kebutuhan mereka. Selain itu, partisipasi masyarakat memerlukan dukungan dan
kerjasama dari pemerintah, LSM, serta pihak-pihak terkait lainnya dalam upaya mencapai
pembangunan berkelanjutan dan SDGs di Indonesia.
Berdasarkan data dari berbagai sumber, berikut contoh pemantauan dan akuntabilitas
yang dilakukan LSM dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dan SDGS di Indonesia.
LSM membantu masyarakat desa dalam memantau penggunaan dana desa, melaporkan
temuan penyalahgunaan, penipuan atau penggunaan dana desa yang tidak tepat, dan
memantau kinerja pengelolaan dana desa. Memberikan saran dan rekomendasi untuk
perbaikan dan perbaikan. LSM juga mendukung masyarakat desa dengan memantau kualitas
dan dampak program pembangunan desa yang memanfaatkan sumber daya desa serta
memberikan masukan dan evaluasi terhadap pengembangan dan peningkatan program
pembangunan desa.
LSM berperan dalam memantau pelaksanaan program pembangunan yang berdampak
pada lingkungan hidup, seperti infrastruktur, pertambangan, perkebunan, dan industri. LSM
membantu masyarakat mengawasi ketaatan perusahaan dan pemerintah terhadap peraturan
terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, seperti perizinan, analisis dampak
lingkungan, kajian lingkungan hidup strategis, serta rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup. Mereka juga membantu masyarakat mengawasi dampak sosial dan
lingkungan dari program pembangunan, termasuk dampak terhadap hak masyarakat atas
sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
keragaman hayati dan ekosistem, serta perubahan iklim. Selain itu, organisasi masyarakat dan
LSM mendukung masyarakat dalam mengadvokasi dan menuntut tanggung jawab
perusahaan dan pemerintah atas dampak sosial dan lingkungan dari program pembangunan,
serta menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi atau mengurangi dampak tersebut.
Selain itu, LSM juga berperan dalam membantu masyarakat miskin melalui empat
pendekatan utama yang didasarkan pada persepsi mereka terhadap kondisi masyarakat
miskin. Pendekatan pertama adalah pendekatan sosio-karitatif, yang didasarkan pada
anggapan bahwa masyarakat miskin, menderita, dan tidak mampu menolong dirinya sendiri.
Beberapa LSM, terutama yang berlatar belakang keagamaan, menggunakan pendekatan ini
dengan mendirikan panti jompo, rumah yatim piatu, dan program beasiswa. Pendekatan
kedua adalah pendekatan sosio-reformis. Pendekatan ini dilakukan secara insidental dengan
tujuan mengembalikan keadaan menjadi normal. Bentuk kegiatannya meliputi layanan
kesehatan, membantu masalah pribadi seperti ketergantungan narkotika, penanggulangan
bencana alam, dan penanganan kelaparan. Pendekatan ketiga adalah pendekatan sosio-
ekonomis, yang didasarkan pada anggapan bahwa orang miskin memiliki potensi untuk
mengatasi masalah sosial-ekonomi mereka sendiri. Jika potensi ini diperkuat, mereka akan
menjadi mandiri dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Pendekatan ini belakangan
dikenal sebagai pemberdayaan. Pendekatan keempat adalah pendekatan transformasionis
sosial. Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa pengembangan masyarakat pada
dasarnya adalah tentang mengubah sikap, perilaku, pandangan, dan budaya masyarakat.
Berbagai upaya dilakukan untuk memperjuangkan kebijakan pembangunan yang lebih
adil dan partisipatif. Mungkin timbul pertanyaan, "Mana dari keempat pendekatan tersebut
yang terbaik?" Tidak ada cara untuk menentukan pendekatan mana yang terbaik. Semuanya
masuk akal dan diperlukan tergantung pada situasi spesifik, analisis sosial, dan kelompok
yang didukung. Faktanya, banyak LSM yang menggabungkan beberapa pendekatan ini
untuk menciptakan program terpadu.Pendekatan-pendekatan yang berbeda ini sedikit banyak
telah menjela skan peran LSM dalam pembangunan nasional.
Hasil survei menunjukkan LSM berkontribusi dalam implementasi program
pembangunan berkelanjutan dan memantau pencapaian SDGS di Indonesia. dan LSM
memberikan masukan penting dan melaporkan konflik dan permasalahan terkait penggunaan
dana publik, kualitas layanan publik, kepatuhan terhadap peraturan, dan dampak sosial dan
lingkungan dari program pembangunan. LSM juga memastikan akuntabilitas pemerintah dan
perusahaan terhadap masyarakat lokal, terutama kelompok yang terkena dampak dan mereka
yang terlibat dalam program pembangunan.
Peran pengawasan dan akuntabilitas lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam
pembangunan berkelanjutan dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di
Indonesia sangatlah penting dan strategis. Dengan adanya pengawasan dan akuntabilitas ini,
kualitas, kuantitas, dan keberlanjutan pembangunan dapat ditingkatkan, serta kesejahteraan,
kemandirian, dan pemberdayaan masyarakat dapat lebih dioptimalkan. Berbagai bentuk,
mekanisme, dan sektor dapat digunakan untuk melaksanakan pengawasan dan akuntabilitas
LSM, tergantung pada konteks dan kebutuhan masyarakat setempat.
Tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh LSM juga perlu mendapat perhatian
serius. Dalam menjalankan peran mereka dalam pembangunan berkelanjutan, LSM sering
kali menghadapi keterbatasan sumber daya, baik finansial maupun sumber daya manusia.
Masalah hukum juga bisa menjadi kendala, terutama jika regulasi yang ada tidak sesuai
dengan tujuan mereka. Selain itu, terkadang LSM memiliki pandangan atau kebijakan yang
berbeda dengan pemerintah, yang dapat memicu konflik atau hambatan dalam kerjasama.
Namun, meskipun tantangan ini ada, penelitian ini menegaskan bahwa manfaat yang
dihasilkan oleh LSM jauh lebih besar daripada tantangan yang dihadapi. Kontribusi mereka
dalam pemberdayaan masyarakat, pelestarian lingkungan, dan advokasi untuk kepentingan
publik telah memberikan dampak positif yang signifikan dalam upaya mencapai
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena itu, mengatasi tantangan ini melalui
kerjasama antara LSM dan pemerintah serta dukungan dari masyarakat menjadi kunci untuk
memaksimalkan peran penting mereka dalam memajukan agenda pembangunan
berkelanjutan di Indonesia.

KESIMPULAN
LSM memainkan peran strategis dalam pemberdayaan masyarakat di Indonesia
melalui berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Walaupun mereka menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan
masalah hukum, manfaat yang diberikan oleh LSM sangat signifikan. Kontribusi mereka
dalam memberdayakan masyarakat, melestarikan lingkungan, dan melakukan advokasi untuk
kepentingan publik telah memberikan dampak positif yang besar terhadap pembangunan
berkelanjutan di Indonesia.
Partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dan SDGs. LSM berperan sebagai agen perubahan, mediator, advokat,
pengawas, dan mitra pemerintah dalam proses pembangunan. Kolaborasi antara LSM,
pemerintah, dan masyarakat serta dukungan dari berbagai pihak adalah kunci untuk
mengoptimalkan peran LSM dalam mendorong agenda pembangunan berkelanjutan di
Indonesia.
Dengan demikian, mengatasi tantangan yang dihadapi oleh LSM melalui kerjasama
dan dukungan yang kuat akan memperkuat peran penting mereka dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T. (2016). Tren, Tantangan dan Strategi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
dan Regenerasi Kepemimpinan LSM di Indoensia.
Boediningsi, W., & Rusmaya, E. (2021). Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (lsm) dalam
Masyarakat Sosial. Journal Transformation of Mandalika, 2(4), 282-291.
Hardianto, A. D., & Martono, B. A. (2022). Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam
Mendorong Pemberdayaan Untuk Pembangunan Masyarakat yang Berkelanjutan.
Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(9), 12785-12976.
Ngalu, R., Jamun, Y. M., & Wejang, H. E. A. (2019). Peran dan Strategi Lembaga Swadaya
Masyarakat dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di
Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur). Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial,
18(3), 279-288.
Nur Achya, F. (2020). PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT GERAKAN
MASYARAKAT PURBAYASA PURBALINGGA DALAM MEWUJUDKAN
KESEJAHTERAAN UMUM PERSPEKTIF SIYASAH MALIYAH (Doctoral
dissertation, IAIN Purwokerto).
Rahman, A., Wasistiono, S., Riyani, O., & Tahir, I. (2023). Peran Organisasi Masyarakat
(Ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarat (LSM) dalam Pembangunan Berkelanjutan
di Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 7(2), 1461-1471.
Ronasifah, F., Ati, N. U., & Hayat, H. (2019). PERAN LEMBAGA SWADAYA
MASYARAKAT (LSM) CAKRAWALA KEADILAN DALAM
PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN (Studi Tentang Gerakan Peduli Sampah Di
Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan). Respon Publik, 13(3), 53-
61.

Anda mungkin juga menyukai