Laporan Kapsul Bismillah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“KAPSUL CANGKANG LUNAK
UNTUK ORAL SUPLEMEN MAKANAN”

OLEH :

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : A-S1 FARMASI 2018
ASISTEN : GABRILIA GEABY RORING

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Lembar Pengesahan

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“KAPSUL CANGKANG LUNAK
UNTUK ORAL SUPLEMEN MAKANAN”

OLEH :
KELOMPOK IV (EMPAT)
KELAS A-S1 FARMASI 2018
1. DWI AYUDITA NADJAMUDIN (821418015)
2. KARSUM MUNIYATI IGIRISA (821418033)
3. MIMI FAUZIAH TAHIR (821418026)
4. SAVIRA HASMEILAN JAUPAN (821418003)
5. SRI NURAIN IBRAHIM (821418009)
6. SRI NURHAYATI BOTUTIHE (821418020)
7. FAHMI AS. RADJAK (821418079)

Gorontalo, Maret 2020 NILAI


Mengetahui
Asisten

GABRILIA GEABY RORING


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarkatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Padat
Percobaan Kapsul dengan tema “Cangkang Lunak untuk Oral Suplemen
Makanan” ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Ucapan terimakasih kepada dosen penanggung jawab Ibu Nur Ain
Thomas, M.Si., Apt., Ibu Multiani S Latif, M.Farm., Apt., dan Bapak Mohamad
Aprianto Paneo, M.Farm., Apt., kepada asisten penanggung jawab percobaan
Kapsul Kak Intan Daud, kepada asisten kelompok IV kak Gabrilia Geaby Roring,
serta kepada seluruh asisten Praktikum Teknologi Sediaan Padat 2020 yang telah
membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari kakak asisten, agar
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2020

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3
2.1 Dasar Teori......................................................................................3
2.1.1 Pengertian Kapsul............................................................................3
2.1.2 Macam-Macam Kapsul....................................................................3
2.1.3 Cara Pembuatan Kapsul...................................................................4
2.1.4 Cangkang Kapsul.............................................................................5
2.1.5 Cara Penyimpanan Kapsul...............................................................5
2.1.6 Keuntungan dan Kerugian Kapsul...................................................6
2.2 Studi Preformulasi Zat Aktif...........................................................6
2.3 Analisis Permasalahan.....................................................................7
BAB III PENDEKATAN FORMULA........................................................8
3.1 Uraian Bahan...................................................................................8
3.1.1 Alkohol............................................................................................8
3.1.2 Aquadest..........................................................................................8
3.1.3 BHT.................................................................................................9
3.1.4 Metylparaben...................................................................................9
3.1.5 Propylparaben................................................................................10
3.1.6 Oleum Arachidis............................................................................10
BAB IV FORMULASI DAN PERHITUNGAN.......................................12
4.1 Formulasi.......................................................................................12
4.1.1 Formulasi Utama...........................................................................12
4.1.2 Formulasi Alternatif.......................................................................12
4.1.3 Formulasi yang Disetujui...............................................................12
4.2 Perhitungan....................................................................................13

ii
BAB V CARA KERJA DAN EVALUASI..............................................14
5.1 Cara Kerja.....................................................................................14
5.2 Evaluasi.........................................................................................14
BAB VI PEMBAHASAN..........................................................................17
6.1 Hasil..............................................................................................17
6.2 Pembahasan..................................................................................17
BAB VII PENUTUP...................................................................................20
7.1 Kesimpulan...................................................................................20
7.2 Saran.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat membutuhkan obat yang
digunakan sebagai suatu penanganan tenaga kesehatan terhadap suatu penyakit.
Salah satu yang mempelajari tentang suatu sediaan obat yaitu tenaga farmasi.
Salah satu contoh sediaan farmasi yaitu kapsul dengan cangkang lunak. Dimana
kapsul cangkang lunak ini berbentuk bulat, silindris, bulat telur, dan oval. Kapsul
Cangkang lunak ini terbuat dari gelatin. Sediaan ini dibuat untuk mengemas
racikan obat yang terdiri dari beberapa macam bahan dengan dosis yang sesuai.
Dibuatnya sediaan kapsul cangkang lunak ini, karena terdapat masalah
dengan rasa dan bau obat yang tidak enak, khusunya herbal sehingga dibuatkan
dalam kapsul cangkang lunak, contohnya pada anak-anak yang tidak menyukai
sediaan tablet karena rasa pahit dan bau yang tidak sedap. Sediaan dalam kapsul
cangkang lunak ini sangat menguntungkan, karena dapat menutupi rasa, bau yang
tidak mengenakkan, dapat tertutupi dan dibuat dengan menggunakan kapsul
cangkang lunak, sehingga semakin mudah untuk ditelan atau dikonsumsi.
Disamping bentuknya yang menarik dan praktis, kita dapat
mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda sesuai
kebutuhan pasien. Pada kapsul cangkang lunak mengandung lebih banyak uap air,
sehingga pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur. Penggunaan kapsul yang hampir tidak bisa dipisahkan dari
dunia farmasi ini tidak terlepas dari kelebihan kapsul sebagai obat. Salah satu
kelebihan tersebut karena kepraktisannya untuk kenyamanan konsumen obat.
Umumnya obat memiliki rasa tidak enak seperti pahit, anyir, manis dan bau.
Salah satu contoh sediaan kapsul cangkang lunak yang digunakan yaitu,
suplemen makanan vitamin D3, dimana vitamin ini menangani penyakit yang
berhubungan dengan metabolisme kalsium tulang. Sumber utama dari vitamin d3
yaitu paparan sinar matahari yang paling efektif UVB (90%) dan makanan (10%).
Faktor penentu utama yang mempengaruhi status vitamin D3 adalah gaya hidup,
perilaku paparan sinar matahari dan asupan makanan rendah vitamin D3.

1
Perlu diketahui bahwa penyakit tulang sangat sering sekali terkena
terutama pada lansia,vitamin D3 ini dapat dimasukkan ke dalam cangkang kapsul
lunak dengan menambahkan zat tambahan yang sesuai. Kelebihan dari cangkang
kapsul lunak yaitu, agar konsumen yang tidak menyukai rasa pahit, dapat dibuat
dengan kapsul lunak sehingga rasa pahit dapat tertutupi, kapsul cangkang lunak
berbentuk tabung kecil ini dapat melindungi konsumen dari obat-obat yang terasa
pahit dan aroma yang tidak sedap. Kapsul juga melindungi konsumen dari obat
yang terlalu asam.
Berdasarkan uraian diatas, kami melakukan praktikum tentang sediaan
kapsul lunak sebagai oral suplemen makanan dengan menggunakan zat aktif D 3
dari minyak ikan.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara preformulasi suatu
sediaan kapsul cangkang lunak untuk oral suplemen makanan dengan zat
aktif vitamin D3.
2. Agar mahasiwa dapat mengetahui dan memahami proses formulasi sediaan
kapsul csngksng lunsk untuk oral suplemen makanan dengan zat aktif
vitamin D3.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami evaluasi sediaan kapsul
cangkang lunak dengan zat aktif vitamin D3.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul
dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau
lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau
wadah kecil yang dapat larut dalam air.
2.1.2  Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1.   Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula,
dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna
adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya,
kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no. 000; 00;
0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap,
terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
2.    Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-
macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin
keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula
dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer
digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau
polihidris alkohol lain.
3.    Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul.
Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul
cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu
teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan

3
kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran
dengan dosis tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibelitas ini
merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan
tablet atau kapsul cangkang lunak.
2.1.3  Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.   Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.
2.    Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan
yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul.
Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1.  Buka bagian-bagian kapsul
2.  Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak
bergerak/ tetap.
3.  Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
4.  Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5.  Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat
yang bergerak
3.   Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka,
mengisi sampai menutup kapsul.

4
2.1.4  Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien
( Dirjen POM, 1995).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004):
No. Ukuran Asetosal (gr) Natrium bikarbonat (gr) NBB (gr)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0.6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12
2.1.5  Cara penyimpanan kapsul
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan
dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada
pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur
dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan dengan
kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh
cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan
kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV
dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di tempat yang
lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar
dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya,
jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya
sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).

5
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul
sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika
gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
2.1.6  Keuntungan dan kerugian kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat
cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi
2.2 Studi Preformulasi Zat Aktif
Zat aktif : Vitamin D3
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam minyak lemak (Dirjen Pom,1995).
pKA : 6,35 (Rowe et al,2009).
Ph : Antara 4,95 dan 6,10 (Rowe et al,2009).
Ukuran partikel : 95% min (Rowe et al,2009).

6
Inkompatibilitas : Asam folat, thiamin dihidroksida dan piridoksin (Rowe
et al,2009).
Stabilitas : Sangat sensitif terhadap oksigen dan cahaya. Stabil pada
kondisi tanpa cahaya dan suhu rendah (Rowe et al,2009).
Keofisien partisi : Log P = 7,13 (Rowe et al,2009).
Efek farmakologi : Pengaturan metabolisme kalsium yang meyehatkan
tulang sebagai imunomodulator pada sistem imun ilmiah
maupun adaptif, pencegahan maupun pengobatan
penyakit yang berhubungan dengan respiratori, seperti
tuberkolisis, infeksi respiratori akut dan asma.
2.3 Analisis Permasalahan
1. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin,
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen
POM, 1995).
2. Dalam formulasi digunakan vitamin d3. Vitamin ini nutrisi yang
bermanfaat untuk pembentukan tulang juga diperlukan tubuh untuk
menjaga kesehatan jantung, otak dan otot (Pubchem,2005).
3. Ditinjau dari stabilitas, zat aktif tidak stabil pada cahaya matahari, suhu
yang ekstrim, sehingga digunakan zat tambahan yaitu BHT. Karena
memiliki kegunaan sebagai antioksidan dalam kosmetik, makanan dan
obat-obatan (Pubchem,2005).
4. Ditinjau dari pemenuhan bobot kapsul, maka selain zat aktif, zat
antioksidan, dan pengawet, diperlukan penambahan zat pengisi berupa
minyak jagung yang memiliki kegunaan sebagai pembawa
(Pubchem,2005).
5. Dalam formulasi sediaan kapsul lunak untuk oral, diperlukan penambahan
zat pengawet dan metil paraben dan propil paraben yang memilki
kegunaan sebagai antimikroba (Pubchem,2005).

7
BAB III
PENDEKATAN FORMULA (URAIAN BAHAN)
3.1. Uraian Bahan
3.1.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala api biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P, dan
dalam eter P.
Khasiat : Sebagai antiseptik dan disinfektan
Kegunaan : Sebagai antiseptik untuk menghilangkan
mikrorganisme pada alat yang digunakan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
3.1.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau; tidak


mempunyai rasa.

8
Kegunaan : Zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3.1.5 BHT (Rowe,2009)
Nama Resmi     : BUTYLATED HYDROXYTOLUENE
Nama Lain       : Advastab-401, Annulex BHT, topanol, vianol.
Rumus Molekul : C15H24O
Rumus struktur :

Pemerian : Kristal padat atau serbuk berwarna putih atau kuning


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, propilenglikol, alkali, dan
asam mineral encer. Mudah larut dalam aseton,
benzene, etanol 95%, eter.
Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidator kuat dan perdoksida dan
permanganat
Kosentrasi : 0,02%
Kegunaan : Sebagai antioksidan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3.1.6 Metylparaben (Rowe,2009)
Nama Lain    : METHYLIS-PARABENNUM
Rumus Molekul : C8H8O3
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna sampai putih, dan tidak


berbau
Kelarutan : Larut dalm 500 bagian air, dalm 20 bagian air
mendidih, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan
dalm 40 bagian minyak nabati tetap jernih

9
Inkompatibiltas : Tidak kompatibel dengan zat lain sperti sorbitol, talk,
benzonit, minyak asensial
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Kosentrasi : 0,12%
Kegunaan : Sebagai bahan pengawet
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3.1.7 Propilparaben (Rowe,2009)
Nama Lain    : PROPYLIS PARABENNUM
Rumus Molekul : C10H12O3
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berbusa


Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%) dalm 3 bagian aseton p dalam bagian
minyak lemak, mugah larut dalam alkil hidroksida.
Inkopatibiltas : Aktivitas menurun dengan adanya sufaktan, non ionik,
magnesium, iron oxiel
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udaradari luar
Kosentasi : 0,02%
Kegunaan : Sebagai bahan pengawet
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3.1.8 Oleum Arachidis (Rowe,2009)
Nama Lain    : Minyak kacang
Pemerian : Cairan berwarna pucat, bau khas lemah, rasa tawar
Kelarutan : Terlarut heksan, dan petrolum eter, tidak larut dalam air
dan etanol 95%
Stabilitas : Tidak stabil terhadap panas dan cahaya
Kosentrasi : 0,05%

10
Kegunaan : sebagai zat pengisi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh

11
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
4.1.1 Formulasi Utama
R/
Vitamin D3 30 mg (Zat Aktif)
BHT 0,02% (Zat Antioksidan)
Metil Paraben 0,18% (Zat Pengawet)
Propil Paraben0,02% (Zat Pengawet)
Minyak jagung add 6 mL (Pengisi)
4.1.2 Formulasi Alternatif
R/
Vitamin D3 30 mg (Zat Aktif)
BHT 0,02% (Zat Antioksidan)
Metil Paraben 0,18% (Zat Pengawet)
Propil Paraben0,02% (Zat Pengawet)
Minyak Kacang add 6 mL (Pengisi)
4.1.3 Formulasi yang Disetujui
R/
Vitamin D3 30 mg (Zat Aktif)
BHT 0,02% (Zat Antioksidan)
Metil Paraben 0,18% (Zat Pengawet)
Propil Paraben0,02% (Zat Pengawet)
Minyak Kacang add 6 mL (Pengisi)

4.2 Perhitungan
a. Perhitungan Dosis
Pemakaian Sekali
30 mg
% DM sekali= x 100 %
300mg
= 10%

12
Pemakaian Sehari 1 kali
30 mg
% DM sehari= x 100 %
300 mg
= 10%
b. Perhitungan Bahan
Bobot satu kapsul = 150 mg
Bobot 6 kapsul = 6 x 150 mg = 900 mg = 0,9 gram
Vitamin D3 = 6 x 30 mg = 180 mg = 0,18 gram
= 30 mg x 0,0009 mL = 0,27 mL x 6 = 1,62 mL
0,02
BHT = x 1,5 mL = 0,0003 x 6 = 0,0018 mL
100
0,18
Metil Paraben = x 1,5 mL = 0,0027 x 6 = 0,0162 mL
100

0,02
Propil Paraben = x 1,5 mL = 0,0003 x 6 = 0,0018 mL
100
Minyak Jagung = 1,5 mL – (0,27 mL + 0,0003 mL + 0,0027 +
0,0003mL) = 1,077 mL x 6 = 6,462 mL

13
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
5.1 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan alkohol 70%
3. Dilarutkan masing-masing eksipien menggunakan minyak jagung dalam
masing-masing cawan porselin
4. Disatukan dalam satu wadah semua bahan yang telah larut
5. Ditambahkan vitamin D3 sebagai zat aktif dan diaduk hingga homogen
6. Didispo bahan yang telah jadi sebanyak 1,5 ml
7. Dimasukkan kedalam cangkang lunak yang telah disediakan sebanyak 6
cangkang
8. Dimasukkan sediaan vitamin D3 cangkang lunak kedalam botol coklat yang
telah diberi etiket dan dimasukkan kedalam dos dan tambahkan brosur
9. Disimpan sediaan suplemen makanan vitamin D3 pada suhu ruangan
5.2 Evaluasi
No Jenis Prinsip Syarat Hasil
Evaluasi
1. Uji waktu Dimasukkan kapsul <15 menit Kapsul
hancur cangkang lunak hancur pada
kedalam gelas menit ke
beaker berisi air 14.38
dengan suhu 37℃. (memenuhi
Lihat pada menit syarat)
keberapa kapsul
hancur sempurna
2 Uji Uji keseragaman Ditimbang 1 -
keseragam bobot ini dilakukan kapsul,
an bobot untuk mengetahui keluarkan isi
kesesuaian kapsul,

14
keseragaman bobot timbang
sediaan kapsul bagian
yang dihasilkan cangkangnya.
dengan persyaratan Hitung bobot
keseragaman bobot isi kapsul,
dari kandungan ulangi
(Dirjen Pom, 1995) penetapan 5
kapsul(Menk
es, 1994)
3 Uji Uji disolusi Dalam waktu -
Disolusi dimaksudkan untuk 30 menit
mengetahui harus larut
seberapa banyak tidak kurang
presentase bahan dari 85% dari
aktif daam sediaan jumlah yang
kapsul yang tertera pada
terabsorbsi dan etiket (Dirjen
masuk kedalam Pom, 1995)
peredaran darah
untuk memberikan
efek terapi (Dirjen
Pom, 1995)
4 Uji Kadar Uji kadar air Kadar air -
Air bertujuan untuk yang
mengetahui terkandung
kandungan air yang dalam sediian
berlebihan pada kapsul tidak
bahan obat akan lebih dari
mempercepat 10% (Dirjen
pertumbuhan Pom, 1995)
mikroba, dan juga

15
dapat
mempermudah
terjadinya hidrolisa
terhadap
kandungan kimia
sehingga dapat
mengakibatkan
penurunan mutu
dari suatu sediaan
(Dirjen POM,
1995)

BAB VI
PEMBAHASAN

16
6.1 Hasil

Calferol
Suplemen makanan

6.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakkan zat aktif Vitamin D3 (kalsiferol).
Bahan pengisi yang ditambahkan yaitu minyak jagung .Bahan pengisi adalah
suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan ke dalam suatu formulasi
yang bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran sesuai dengan yang
dipersyaratkan membantu kemudahan dalam pembuatan kapsul cangkang lunak,
dan meningkatkan mutu sediaan kapsul cangkang lunak (Siregar, 2010).
Langkah selanjutnya dilarutkan masing-masing exipient menggunakan
minyak jagung dalam masing-masing capor Menurut Simon (2007), Eksipien
adalah bahan yang tidak aktif yang dibuat bersamaan dengan bahan aktif dari
suatu obat-obatan yang bertujuan untuk meningkatkan volume (bulking up)
bahan aktif tersebut, exipient juga berfumgsi untuk melarutkan bahan aktif obat
yang sukar larut sehingga mempermudah penyerapan didalam tubuh. kemudian
disatukan dalam satu wadah semua bahan yang telah larut, ditambahkan vitamin
D3 sebagai zat aktif dan diaduk hingga homogen kemudian di ambil bahan yang
sudah jadi menggunakan dispo sebanyak 1,5 ml dan dimasukan kedalam
cangkang lunak sebanyak enam cangkang tujuan menggunakkan alat dispo ini
akan didapatkan kapsul yang lebih baik dan pengerjaannya dapat lebih cepat dan
mendapatkan hasil yang baik. Kemudian, dimasukkan ke dalam botol berwarna
coklat .Diberi etiket, brosur, dan kemasan.Dilakukan evaluasi.Diperoleh pada
analisa hasil pertama, untuk uji organoleptis warnanya diperoleh warnabening
kekuningan, berbau khas minyak kacang. Menurut Ansel (1998) prinsip

17
organoleptis yaitu mengamati sediaan kapsul cangkang lunak dari bentuk, warna,
dan bau.
Selanjutnya kapsul cangkang lunak yang telah dibuat dilakukan uji
evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan pada sediaan kapsul cangkang lunak
antaranya adalah uji waktu hancur, uji disolusi, uji keseragaman bobot dan uji
penetapan kadar.
Uji waktu hancur dilakukan dengan cara dimasukkan kapsul cangkang
lunak kedalam beaker berisi air suhu 37oC (Suhu tubuh) lihat pada menit keberapa
kapsul hancur sempurna Menurut Dirjen POM (1995) tujuan uji waktu hancur
adalah untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan lain.
Syarat uji waktu hancur yang baik pada sediaan kapsul cangkang lunak
yaitu dibawah 15 menit Menurut Dirjen POM (1979) kapsul dapat memberikan
efek terapi jika terlebih dahulu hancur menjadi partikel yang lebih kecil, agar isi
kapsul dapat terabsorbsi pada saluran cerna dan syarat uji waktu hancur dibawah
15 menit. Hasil dari evaluasi uji waktu hancur yaitu 1 kapsul dalam 14,38 menit
waktu pelepasan zat aktif, hasil ini menujukan bahwa formula memenuhi syarat
uji waktu hancur kapsul.
Selanjutnya uji disolusi Menurut (Lachman, 1994) uji disolusi merupakan
uji in vitro yang dapat menggambarkan farmakokinetika obat didalam tubuh. Uji
disolusi sangat penting dan bermanfaat untuk mekarakterisasi kinerja produk obat,
untuk mendeteksi adanya variasi dari batch ke batch didalam formulasi suatu
sediaan
Tujuan uji disolusi Menurut (Dirjen POM, 1995) uji ini digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak presentase bahan aktif dalam sediaan kapsul yang
terabsorbsi dari masuk kedalam peredaran darah untuk meberikan efek terapi dan
menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-
masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan
lain.
Syarat uji disolusi Menurut (Dirjen POM, 1995) dalam waktu 30 menit
harus larut tidak kurang dari jumlah yang tertera pada etiket dan adapun

18
persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali dinyatakan
dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan
bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi tidak
secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara
pengujian lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
Selanjutnya evaluasi uji keseragaman bobot Menurut (Dirjen POM, 1979)
uji keseragaman bobot bahwa kapsul dengan bobot rata-rata tidak boleh memiliki
perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul. Tujuan evaluasi uji keseragaman
bobot Menurut (Dirjen POM, 1995) uji keseragaman bobot ini dilakukan untuk
mengetahui kesesuian keseragaman bobot sediaan kapsul yang dihasilkan dengan
persyaratan keseragaman bobot dari kandungan. Syarat uji keseragaman bobot
Menurut ( Menkes, 1994) ditimbang 1 kapsul keluarkan isi kapsul timbang bagian
cangkangnya hitung bobot isi kapsul, ulangi penetapan 5 kapsul.
Terakhir evaluasi uji Kadar air Menurut (Dirjen POM, 1995) uji kadar air
untuk mengetahui kandungan air yang berlebihan pada bahan obat dan akan
mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya
hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan
mutu dari suatu sediaan.Syarat uji kadar air Menurut (Dirjen POM, 1995) kadar
air yang terkandung dalam sediaan kapul tidal lebih dari 10%.
Evaluasi yang dilakukan pada praktikum kali ini hanyalah uji organoleptis
dan uji waktu hancur , Hal ini dikarenakan kurangnya alat dan waktu.

BAB VII
PENUTUP

19
7.1 Kesimpulan
1. Dari hasil praktikum yang dilakukan pada sediaan kapsul dengan zat aktif
vitamin D3 dapat disimpulkan bahwa, zat aktif vitamin d3 dari minyak ikan
dapat diindikasikan sebagai suplemen makanan untuk penyakit gangguan
metabolit kalsium tulang.
2. Cara pembutan sediaan kapsul cangkang lunak dilakukan dengan metode
pengisian kapsul dengan menggunakan metode tangan.
3. Evaluasi kapsul yang dilakukan berupa uji keseragaman bobot,
keseragaman ukuran, waktu hancur, uji penentapan kadar, dan uji disolusi.
7.2 Saran
1. Jurusan
Dalam kegiatan praktikum diharapkan agar jurusan lebih
memfasilitasi kami berupa alat praktikum dalam melakukan praktikum
dengan baik.
2. Laboratorium
Diharapkan adanya sarana dan prasarana laboratorium agar lebih
lengkap sehingga jalannya praktikum dapat terlaksana dengan baik
3. Asisten
Diharapkan adanya kerja sama antara asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi pengetahuan mengenai hal yang
akan dilakukan saat praktikum.
4. Praktikan
Diharapkan untuk lebih mengetahui cara kerja pada percobaan yang
akan dilakukan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta : UI Press

Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi III. Jakarta : UI Press

Ansel. 1998. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI Press

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonenisia Edisi III. Jakarta : Depkes RI

Dirjen PON. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Lachman. 1994.Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi ke-II. Jakarta : UI Press

Menkes. 1994. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pendidikan


Kesehatan. Jakarta

Pubchem Compound NCBI. 2005. Beta – Curcumene. Compound Summary.

Rowe. Et. Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.london : The
Pharmaceutical

Simon. 2007. Uji anti Oksidan. Bandung : PT. Refika Aditama

Siregar. 2010.Tekhnologi Farmasi Sediaan Kapsul Dasar-dasar Praktis. Jakarta :


EGC

Syamsuni. 2006. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Alat dan Bahan
1. Alat

Batang Pengaduk Cawan Porselin Dispo

Gelas Beaker Gelas Ukur Kemasan

Neraca Analitik Penangas Pipet Tetes


Spatula Termometer

2. Bahan

Alkohol 70 % Aluminium Foil Aquadest

BHT Cangkang Lunak Kertas Perkamen

Minyak Kacang
Metil Paraben Propil Paraben
Tisu Vitamin D3
Lampiran 2
Cara Kerja
1. Cara Kerja Pembuatan Sediaan Kapsul

Vitamin D3

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


- Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
- Dilarutkan masing-masing exipien menggunakan
minyak jagung, dalam masing-masing cawan porselin.
- Disatukan dalam satu wadah semua bahan yang telah
larut.
- Ditambahkan Vitamin D3 sebagai zat aktif dan diaduk
hingga homogen.
- Didispo bahan yang telah jadi sebanyak 1,5 ml
- Dimasukan kedalam cangkang lunak yang telah
disediakan sebanyak 6 cangkang.
- Dimasukan sediaan Vitamin D3 cangkang lunak
kedalam botol coklat yang telah diberi etiket dan
dimasukan kedalam dos dan tambahkan brosur.
- Disimpan sediaan suplemen makanan Vitamin D3
pada suhu ruangan.

Sediaan Kapsul Vitamin D3


Lampiran 3
Skema Kerja
1. Cara pembuatan sediaan kapsul cangkang lunak suplemen makanan

Disiapkan alat dan Dibersihkan alat Dilarutkan masing-


bahan yang akan menggunakan masing exipien
digunakan alkohol 70% dengan minyak
jagung

Didispo bahan yang Ditambahkan Disatukan dalam


telah jadi sebanyak vitamin D3 sebagi satu wadah semua
1,5 ml zat aktif dan diaduk bahan yang telah
hingga homogen larut
Dimasukan Dimasukan sediaan Disimpan sediaan
kedalam cangkang vitamin D3 kedalam suplemen vitamin
lunak. botol coklat D3 pada suhu
ruangan.

Anda mungkin juga menyukai