Kurnia Arini S (SC119002)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

Bab 2

KLASIFIKASI VIRUS
Pendahuluan

D
alam modul ini kita akan membahas topik tentang klasifikasi virus, yang mana kita telah
mempelajari dasar-dasar virologi pada modul 1. Berbagai jenis virus dikelompokkan dan
diklasifikasi berdasarkan sifat-sifat dan ciri khas virus. Misalnya morfologi, sifat-sifat fisika dan
biokimia virus, jenis hospes atau tuan rumah / inang
tempat menumpang hidup, tempat hidup (habitat) virus di dalam organ tubuh hospes, berdasar
atas jaringan tubuh yang diinfeksi oleh virus atau berdasar pada jenis kerusakan yang ditimbulkan
oleh virus. Kali ini kita bertemu kembali dalam pembahasan tentang klasifikasi virus untuk virus
DNA dan virus RNA. Oleh sebab itu kita perlu mempelajari tentang klasifikasi virus, virus DNA,
tingkat klasifikasi virus, dasar klasifikasi secara taksonomi, struktur virus, virus RNA, tingkat
klasifikasi virus, dasar klasifikasi secara taksonomi, dan struktur virus. Setelah mempelajari mata
kuliah ini anda diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan tentang klasifikasi virus
2. Menjelaskan tentang virus DNA dan RNA
3. Menjelaskan tentang tingkat klasifikasi virus DNA dan RNA
4. Menjelaskan tentang dasar klasifikasi secara taksonomi
5. Menjelaskan tentang struktur virus
Pada modul 2 ini kita akan mempelajari tentang klasifikasi virus yang akan kita sajikan dalam 2
topik, yaitu virus DNA (tingkat klasifikasi virus, dasar klasifikasi secara taksonomi, dan struktur
virus) dan virus RNA (tingkat klasifikasi virus, dasar klasifikasi secara taksonomi, struktur virus).
Kita masih ingat bahwa pada topik yang lalu sebagai patokan dasar penting yang digunakan untuk
melakukan klasifikasi virus adalah ciri morfologi dan sifat-sifat biokimiawi. Sedangkan ciri-ciri
khusus, yaitu jenis asam nukleatnya, RNA atau DNA, ukuran dan bentuk virus, berat molekul asam
nukleat, susunan simetri nukleokapsid, ada tidaknya selubung (amplop) pembungkus nukleo
kapsid, jumlah kapsomer kapsid, ukuran virion, adanya enzim spesifik, lokasi tempat terbentuknya
virus dalam sel, daya tahan virus terhadap bahan kimia, misalnya eter, pengaruh perubahan fisika
terhadap virus, sifat imunologik, cara penularan secara alami, hospes atau inang, jaringan, dan sel
yang sering diserang virus, sifat patologik virusterhadap sel atau jaringan hospes, gejala klinis yang
ditimbulkan virus terhadap hospes. (Soedarto,2010).
Jumlah informasi yang tersedia untuk masing-masing kategori tidak sama untuk semua virus. Cara
mengkarakterisasi virus senantiasa berubah dengan cepat. Penentuan sekuens genom saat ini
sering dilakukan secara dini untuk mengidentifikasi virus (Jawet, 2014). Untuk saat ini, klasifikasi
virus yang penting hanya dari tingkat famili ke bawah. Semua famili virus memiliki akhiran viridae,
misal : Poxviridae, Herpesviridae, Parvoviridae, dan Retroviridae.
Anggota-anggota famili Picornaviridae umumnya ditularkan melalui jalur fekal/oral dan melalui
udara. Genus memiliki nama dengan akhiran virus. Misalnya : famili Picornaviridae terdiri dari 5
genus.
Definisi “spesies” merupakan hal yang paling penting, tetapi sulit dilakukan untuk virus. Penentuan
spesies virus mengandung unsur subyektif. Misalnya genus Lentivirus terdiri dari banyak spesies
yang berbeda (Kuswiyanto,2016).
Topik 1 Virus DNA
Virus DNA adalah virus yang memiliki DNA sebagai materi genetic dan bergantung pada DNA untuk
mereplika diri, menggunakan DNA polymerase sebagai DNA- dependent. Asamnukleat yang dimiliki
biasanya DNA beruntai ganda (dsDNA
atau double stranted-DNA) tetapi bisa juga DNA beruntai tunggal (ssDNA atau single stranted-
DNA).
Virus DNA memiliki Kelompok I atau Kelompok II dari system klasifikasi Baltimore untuk virus.
Virus DNA beruntai tunggal bias anya berkembang menjadi rantai ganda saat terdampar di sel
yang terinfeksi. Meskipun virus Grup VII seperti hepatitis B mengandung genom DNA, mereka
tidak dianggap virus DNA sesuai dengan klasifikasi Baltimore, melainkan sebaliknya virus
mereplika diri karena mereka meniru melalui perantara RNA. Kelompok I : virus dsDNA (virus DNA
beruntai ganda)
1. Ordo Caudovirales
Famili Myoviridae (termasuk fag T4 Enterobacteria),Famili Podoviridae, Famili
Siphoviridae(termasuk fag λ Enterobacteria)
2. Ordo Herpesvirales
Famili Alloherpesviridae, Famili Herpesviridae (termasuk virus herpes manusia), virus Varicella
Zoster, Famili Malacoherpesviridae
3. Famili yang belum ditandai
Famili Ascoviridae, Famili Adenoviridae (termasuk virus yang menyebabkan infeksi adenovirus
manusia), Famili Asfarviridae (termasuk virus demam babi Afrika),Famili Baculoviridae, Famili
Coccolithoviridae, Famili Corticoviridae, Famili Fuselloviridae, Famili Guttaviridae, Famili
Iridoviridae, Famili Lipothrixviridae, Famili Mimiviridae, Famili Nimaviridae, Famili Papillomaviridae,
Famili Phycodnaviridae, Famili Plasmaviridae, Famili Polyomaviridae (termasuk Simian virus 40,
virus JC), Famili Poxviridae (termasuk cacar sapi virus, cacar),Famili Rudiviridae, Famili Tectiviridae
4. Genera yang belum bertanda
Ampullavirus, Nudivirus, Salterprovirus, Sputnik virophage, Rhizidiovirus

Kelompok II: virus ssDNA (virus DNAberuntai tunggal)


1. Famili bakteriofage yang belum bertanda
Famili Inoviridae, Famili Microviridae
2. Famili yang belum bertanda
Famili Anelloviridae, Famili Circoviridae, Famili Geminiviridae, Famili Nanoviridae, Famili
Parvoviridae (termasuk Parvovirus B19)
Sesuai dengan namanya, virus DNA hanya memiliki asam deoksiribonukleat. Famili- famili yang
termasuk dalam golongan virus DNA ini adalah Parvoviridae, Papovaviridae, Adenoviridae,
Herpetoviridae, Iridoviridae, Poxviridae, dan Hepadnaviridae (Soedarto, 2010).

A. TINGKAT KLASIFIKASI VIRUS


Famili Virus DNA
1. Famili : Poxviridae (Poxvirus)
a. Subfamili : Chordopoxvirinae(virus cacar vertebrata)
Genus :
 Orthopoxvirus (subkelompok virusvaccinia) :Virus cacar yang menyerang
padasapi, unta, mencit, kelinci, dan kera.
 Parapoxvirus (subkelompok virus orf) : Virus dermatitis, cacar semu, dan
stomatitis papula sapi.
 Avipoxvirus (subkelompok virus cacar unggas): Virus cacar yang khusus pada
unggas.
 Capripoxvirus (subkelompok virus cacar domba) : Virus penyebab cacar pada
domba, kambing, dan penyakit kulit bebenjol pada sapi.
 Leporipoxvirus (subkelompok virus myxoma) : Virus myxoma dan fibroma
pada kelinci.
 Suipoxvirus (subkelompok virus cacar babi).
 Moluscipoxvirus (subkelompok virus molusca).
 Yabapoxvirus (subkelompok virus cacar yaba/ tana dan monyet).
b. Subfamili : Entomopoxvirinae (virus cacar serangga).
2. Famili : Iridoviridae(Icosahedral Cytoplasmic Deoxyvirus)
Genus :
 Ranavirus (virus kodok)
 Lymphocystivirus (virus limfosistis ikan)
 Virus African Swine Fever (belum jelas masuk famili mana)
3. Famili : Herpesviridae (Herpesviruses)
a. Subfamili : Alphaherpevirinae (virus serupa-herpes simplex)
Genus :
 Simplexvirus(virus serupa-herpes simplex)
 Varicellovirus (virus serupa-varicella)
b. Subfamili : Bethaherpesvirinae (cytomegaloviruses)
Genus :
 Cytomegalovirus (cytomegalovirus manusia)
 Roseolovirus (virus herpes manusia)
c. Subfamili : Gammaherpevirinae (virus lymphoproliferative)
Genus :
 Lymphocryptovirus (virus Epstein-barr)
 Rhadinovirus (herpesvirus ateline)
4. Famili : Hepadnaviridae (Hepatitis B-like viruses)
Genus :
 Orthohepadnavirus (virus serupa-hepatitis B mamalia)
 Avihepadnavirus (virus serupa-hepatitis B unggas)
5. Famili : Parvoviridae (Parvoviruses)
Genus :
 Parvovirus (parvovirus dari mamalia dan unggas)
 Dependovirus (virus terkait adeno)
6. Famili : Circoviridae (Ciroviruses)

B. DASAR KLASIFIKASI SECARA TAKSONOMI


Sifat-sifat berikut yang disusun berdasarkan kepentingan telah digunakan sebagai dasar untuk
klasifikasi virus menurut (Soedarto, 2010) yaitu :
1. Jenis asam nukleat DNA, beruntai tunggal atau berutai ganda.
2. Ukuran dan morfologi, termasuk jenis simetri, jumlah kapsomer dan ada atau
tidaknya selaput.
3. Kerentanan terhadap pengaruh fisik dan kimia, terutama eter.
4. Adanya enzim khusus, terutama polimerase DNA yang berhubungan dengan
replikasi genom dan neuraminidase yang diperlukan untuk pelepasan patikel-
partikel virus tertentu (influenza) dari sel tempat virus dibentuk.
5. Sifat-sifat imunologik.
6. Metode penularan alami.
7. Inang, jaringan dan tropisme sel.
8. Sifat patologik virus terhadap sel atau jaringan hospes
9. Gejala klinik yang ditimbulkan virus terhadap hospes

C. STRUKTUR VIRUS DNA


Virus memiliki sifat makhluk hidup namun dapat dikristalkan (dimatikan sementara), sedangkan tak
ada satu sel hidup pun yang dapat dikristalkan tanpa mengalami kerusakan. Virus berukuran lebih
kecil dari semua jenis sel yang ada di bumi ini namun dapat memberikan dampak yang besar bagi
kehidupan. Nah, pada kesempatan kali ini kami akan mencoba mengurai materi tentang struktur
virus.
Virus merupakan mikroorganisme yang harus selalu hidup dalam sel (obligatory intracellulair),
tersusun atas satu jenis asam nukleat DNA, dan dibungkus oleh suatu selubung protein (kapsul).
Berdasar atas hospes atau tuan rumah tempatnya menumpang hidupvirus dibedakan atas virus
hewani (pada hewan dan manusia), virus tanaman, dan virus bakterial. Pada virus tipe DNA
memiliki basa nitrogen timin, adenin sitosin, guanin. Selain itu tipe DNA memiliki struktur double
helix (Kuswiyanto,2014).
1. Parvoviridae
Parvovirus, anggota famili ini adalah virus yang berukuran sangat kecil dengan virion yang
berdiameter antara 18 nm dan 25 nm, mengandung single stranded DNA yang memiliki kapsid
ikosahedral simetri kubikal dengan 32 kapsomer dan tidak memiliki selubung. Di dalam famili
Parvoviridae terdapat dua subgrup, yaitu subgrup A dan sub grup B. Infeksi pada manusia yang
disebabkan Parvovirus B-19 menimbulkan erythema infectiosum yang menghambat produksi
eritrosit di dalam sumsum tulang (Soedarto, 2010).
Contoh Penyakit
Krisis Aplastik Transien
Parvovirus B19 adalah penyebab krisis aplastik transien yang dapat memperburuk anemia
hemolitik kronis, misalnya pada pasien dengan penyakit sel sabit, talasemia, dan anemia hemolotik
didapat pada orang dewasa. Krisis aplastik transien dapat juga terjadi setelah transplantasi
sumsum tulang. Sindrom tersebut merupakan penghentian tiba- tiba sintesa sel darah merah pada
sumsum tulang dan ditunjukkan dengan tidak adanya prekursor erritroid pada sumsum
tulangkemudian diikuti oleh pemburukan anemia yang cepat. Infeksi ini menurunkan produksi
eritrosit sehingga penurunan kadar hemoglobin darah tepi. Terhentinya produksi sel darah merah
yang sementara menjadi jelas tampak hanya pada pasien dengan anemi hemolitik kronis karena
umur eritrositnya yang pendek.
Epidemiologi
Virus B19 ini tersebar luas dan infeksinya dapat terjadi sepanjang tahun pada semua kelompok
usia.Infeksi paling sering terlihat sebagai wabah di sekolah yang nampaknya ditularkan melalui
saluran nafas. Parvovirus yang menginfeksi banyak terjadi pada masa anak-anak karena antibodi
masih berkembang antara usia 5 sampai 19 tahun.
Diagnosis Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan sarana yang paling sensitif untuk mendeteksi DNA virus.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dan merupakan pemeriksaan paling sensitif adalah PCR
(Polymerase chainreaction). DNA B19 telah terdeteksi pada serum, sel-sel darah, sampel jaringan,
dan sekret pernapasan. Selama infeksi akut, muatan virus di darah dapat mencapai sekitar 10
pangkat 11 salinan genom/ml.
Pemeriksaan deteksi antigen dapat mengidentifikasi virus B19 dengan titer tinggi pada sampel
klinis. Immunohistokimiawi telah digunakan untuk mendeteksi antigen B19 di jaringan janin dan
sumsum tulang. B19 manusia sulit ditumbuhkan dan isolasi virus tidak digunakan untuk
mendeteksi infeksi.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan penerapan hiegiene yang baik, seperti mencuci tangan dan
tidak berbagi minum. Karena ini dapat membantu mencegah penyebaran B19 melalui sekret
saluran pernapasan, aerosol dan materi pembawa infeksi. Tindakan pengendalian infeksi standar
harus diikuti untuk mencegah penularan B19 pada pekerja kesehatan dan pasien penderita krisis
aplastik dan dari pasien imunodefisiensi penderita
infeksi B19. Sampai saat ini masih belum ada vaksin untuk Parvovirus pada manusia(Jawet,2014).
2. Papovaviridae
Papovavirus yang termasuk dalam famili Papovaviridae ini mempunyai kapsid ikosahedral yang
tidak berselubung, berukuran kecil dengan garis tengah antara 40 nm dan 60 nm, tahan panas, dan
resisten terhadap eter.Virus ini mengandung double stranded DNA yang menunjukkan simetri
kubikal dan memiliki 72 kapsomer. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh virus ini pada
manusia adalah papiloma, sedangkan virus yang dapat menginfeksi hewan adalah papilomavirus,
polyomavirus, dan vacuolating virus. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah onkogenik
pada tikus, onkogenik pada sel manusia, dan rodent (Soedarto, 2010).
Contoh Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah:
Human Papiloma Virus
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan tumbuhnya kutildi
berbagai bagian tubuh. Virus ini hidup pada sel-sel kulit dan memiliki lebih dari 100 jenis. Ada
sekitar 60 jenis HPV penyebab kutil yang biasanya menginfeksi bagian-bagian tubuh seperti kaki
dan tangan, sementara 40 lainnnya memicu munculnya kutil kelamin.Tidak semua HPV dapat
menyebabkan kanker namun ada beberapa jenis yang berbahaya, seperti HPV 16 dan HPV 18,
berpotensi besar memicu terjadinya kanker serviks.WHO (World Health Organisation)
memperkirakan sekitar 70% kanker serviks disebabkan oleh kedua jenis HPV tersebut.
Saat ini, terdapat dua jenis vaksin HPV yang telah terdistribusi di seluruh penjuru dunia, termasuk
Indonesia. Vaksin jenis bivalen dan kuadrivalen ini terbukti efektif untuk mencegah infeksi HPV,
termasuk mencegah kejadian kanker serviks. Maka dari itu, vaksinasi HPV ini sangat disarankan
untuk kelompok wanita usia remaja, terutama usia 9-14 tahun.

Gambar 2.1 Struktur Virus HPV


Sumber : https://nursbio.wordpress.com/2017/06/13/karakteristik-virus-yang-unik/
Penularan HPV
Sebagian besar penularan HPV terjadi akibat adanya sentuhan langsung kulit ke kulit dengan
pengidap demikian pula dengan benda yang terkontaminasi virus HPV.Hubungan seksual juga
termasuk salah satu sarana penularan virus ini pada kelamin, misalnya melaluikontak langsung
dengan kulit kelamin, membran mukosa, pertukaran cairan tubuh, serta seks oral atau anal.
Gejala dan Jenis Kutil Akibat HPV
HPV cenderung tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) sehingga jarang disadari oleh
pengidap.Sistem kekebalan tubuh kita juga biasanya akan memberantas infeksi HPV sebelum virus
ini menyebabkan gejala sehingga tidak membutuhkan penanganan. Namun apabila tubuh kita tidak
berhasil memberantasnya, infeksi HPV dengan jenis tertentu berpotensi menyebabkan kanker
serviks. Karena itu, para wanita dianjurkan untuk selalu memeriksakan kesehatannya serta
menjalani vaksin pencegah HPV.
Jika infeksi HPV sampai pada tahap menimbulkan gejala, indikasi utama adalah tumbuhnya kutil.
Jenis kutil terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu:
a. Kutil biasa yang umumnya berupa benjolan bulat yang kasar.
b. Kutil plantar atau mata ikan. Kutil ini berbentuk rata dengan lubang di tengahnya
yang terkadang disertai titik-titik hitam.
c. Kutil datar (flat wart)dengan bentuk seperti bekas cakar di kulit. Warnanya juga
beragam, bisa cokelat, kekuning-kuningan, atau merah muda.
d. Kutil filiform yang biasanya berupa bintil daging tumbuh dengan warna yang sama
seperti kulit.
e. Kutil periungual jenis kutil yang biasa tumbuh di kaki dan tangan ini berbentukpecah-
pecah seperti kembang kol serta menebal di lempeng kuku.
Sementara kutil kelamin umumnya dapat berupa lesi datar serta bentol dengan permukaan pecah-
pecah yang mirip kembang kol. Kutil ini akan menyebabkan rasa gatal, tapi jarang terasa sakit.

Gambar 2.2 Infeksi HPV Pada Mukosa Mulut


Sumber : https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2698969/tanda-tanda-penyakit- menular-
seksual-dalam-rongga-mulut
Gambar 2.3 Infeksi HPV Pada Jari Tangan
Sumber : https://www.sintesahealth.co.id/info/kalangan_umum/
penyakit_kulit_dan_kelamin/infeksi_hpv

Diagnosis Laboratorium Pap


Smear
Pemeriksaan pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker leher rahim. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cepat, tidak sakit, dengan biayanya yang relatif terjangkau, dan hasilnya akurat.
Pemeriksaan papsmear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada masa haid atau sesuai petunjuk
dokter. WHO merekombinasikan semua wanita yang telah menikah atau telah melakukan
hubungan seksual untuk menjalani pemeriksaan pap smear minimal setahun sekali hingga usia 70
tahun.
Thin Prep
ThinPrep Pap Test adalah tes pap smear dengan metode terkini LBC (liquid-based cytology atau
sitologi berbasis cairan) yang memberikan hasil lebih komprehensif dan akurat, hingga 60-80 %.
Menurut American Cancer Society, sepanjang tahun 1997-2007 sejak metode Thin Prep Pap Test
digunakan angka perkiraan kasus kanker serviks di Amerika dapat ditekan hingga 33%. Hal ini
berdampak positif menurunkan angka penderita kanker serviks serta tingkat kematian akibat
kanker pada wanita.
HPV DNA Paptest
Merupakan pemeriksaan molekuler yang secara langsung bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya Human Papilloma Virus (HPV) pada sel-sel yang diambil dari leher rahim. Dapat
mendeteksi adanya infeksi HPV bahkan sebelum terjadi perubahan sel leher rahim dan mempunyai
sensitivitas yang tinggi hingga 95%.
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi secara langsung adanya kelainan leher rahim dengan cara
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%, bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada
perubahan warna pada permukaan leher rahim, yaitu tampak bercak putihmaka kemungkinan
besar ada kelainan tahap pra kanker pada leher rahim.
Pencegahan Infeksi HPV
Tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HPV. Orang yang tidak
menunjukkan tanda atau gejala infeksi HPV pun tetap dapat menularkan infeksinya (sebagai
karier).
Beberapa cara pencegahannya dapat dilakukan dengan meningkatkanhiegine sanitasi
baiklingkungan maupun diri pribadi, setia pada pasangan, tidak bergantian pemakaian handuk,
baju dsb (Jawet, 2014).

3. Adenoviridae
Virion Adenovirus terdiri dari sebuah inti dan satu lapis kapsid. Kapsid virus tidak berselubung,
bulat dan simetri ikosahedral. Kapsid isometrik mempunyai diameter antara 70 nm dan 90 nm,
mengandung double stranded DNA yang menunjukkan simetri kubikal dan mempunyai 252
kapsomer. Terdapat 47 serotipe Adenovirus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
terutama menyerang membran mukosa dan sebagian kecil menetap di dalam jaringan limfoid,
menimbulkan gangguan saluran pernapasan, faringitis dan konjungtifitis. Adenovirus tipe 40 dan 41
bersifat enteropatogen dapat menyebabkan gastroenteritis pada anak berumur dibawah 4 tahun.
Beberapa jenis Adenovirus yang menginfeksi manusia dapat merangsang terbentuknya tumor pada
anak hamster yang baru dilahirkan. Banyak serotipe virus ini ternyata juga dapat menimbulkan
penyakit pada hewan (zoonotik).
Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah Infeksi mata dan saluran pernafasan,
gastrointestinal(Soedarto,2010).

Contoh Penyakit Penyakit


Pernapasan
Gejala khas berupa batuk, hidung tersumbat, demam dan nyeri tenggorokan. Sindrom ini paling
sering pada bayi dan anak-anak , serta biasanya melibatkan virus grup C. Kasus ini sulit dibedakan
dengan infeksi pernafasan karena virus yang ringan lainnya yang dapat menunjukkan gejala serupa.
Adenovirus terutama tipe 3, 7, dan 21 dianggap menyebabkan sekitar 10-20% menyebabkan
pneumonia pada anak-anak. Pneumonia adenovirus telah dilaporkan mempunyai angka kematian
8-10% pada anak yang sangat muda.
Sebuah wabah penyakit pernafasan berat, beberapa fatal, terjadi pada tahun 2007 disebabkan oleh
varian baru Adenovirus 14. Pasien yang berasal dari semua usia, termasuk dewasa muda yang
sehat.
Diagnosis Laboratorium
Deteksi, Isolasi, dan Identifikasi Virus
Sampel sebaiknya diambil dari bagian tubuh yang sakit pada awal penyakit untuk mengoptimalkan
isolasi virus. Tergantung pada penyakit klinis virus dapat ditemukan pada feses atau urinatau dari
apusan tenggorok, konjungtiva atau rektum. Lamanya ekskresi
adenovirus bervariasi pada penyakit yang berbeda. Misalnya : 1-3 hari pada tenggorokan orang
dewasa dengan selesma; 3-5 hari di tenggorokan,feses, dan mata pasien dengan demam
faringokonjungtivitis; 3-6 minggu di tenggorokan dan feses anak dengan penyakit pernapasan.
Isolasi virus pada biakan sel memerlukan sel manusia dan isolat dapat diidentifikasi
sebagaiadenovirus dengan pemeriksaan imunofluoresensi menggunakan antibodi antihekson pada
sel yang terinfeksi.
Deteksi adenovirus yang infeksius dapat dilakukan secara cepat menggunakan shell fial technique.
Caranya spesimen virus disentrifugasi langsung kedalam sel kultur jaringan, kultur diinkubasi
selama 1-2 hari, kemudian diperiksa dengan antibodi monoklonal terhadap epitop reaktif grup
pada antigen hekson.
Pemeriksaan PCR dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi adenovirus pada sampel jaringan
atau cairan tubuh.
Serologi
Infeksi pada manusia oleh semua tipe adenovirus merangsang peningkatan antibodi fiksasi
komplemen terhadap antigen grup adenovirus yang dimiliki oleh semua tipe.
Uji CF adalah metode yang mudah diaplikasikan untuk mendeteksi adanya infeksi oleh semua tipe
adenovirus, walaupun uji ini memiliki sensitifitas yang rendah. Bila titer antibodi fiksasi komplemen
meningkat empat kali lipat atau lebih pada serum antara fase konvalesens hal tersebut
mengidentifikasikan adanya infeksi yang sedang terjadi oleh suatu adenovirus, tetapi tidak
memberikan petunjuk tipe spesifiknya.
Pada sebagian besar kasus, titer antibodi netralisasi pasien yang terinfeksi menunjukkan
peningkatan empat kali lipat atau lebih terhadap titer adenovirus yang diambil dari pasien.
Epidemiologi
Adenovirus terdapat disemua belahan dunia dan terdapat sepanjang tahun, biasanya tidak
menyebabkan wabah penyakit. Serotipe yang paling sering ditemukan pada sampel klinis adalah
tipe pernapasan yang bernomor rendah (1,2,3,5,7) dan tipe gastroenteritis (40,41). Adenovirus
tersebar melalui kontak langsung,rute fecal-oral, droplet pernapasan, atau peralatan yang
terkontaminasi. Sebagian besar penyakit yang terkait Adenovirus tidak patognomonis secara klinis
dan banyak infeksi bersifat subklinis.
Pencegahan dan Pengendalian
Mencuci tangan dengan benar adalah cara termudah untuk mencegah infeksi, sedangkan untuk
permukaan area sekitar dapat didesinfeksi dengan natrium hipoklorit.
Di tempat umum tissu kertas lebih disarankan karena handuk yang kotor dapat menjadi sumber
infeksi ketika wabah. Resiko wabah konjungtifitis yang ditularkan melalui air dapat diminimalkan
dengan melakukan klorinasi kolam renang dan mengurasnya(Jawet, 2014).

Herpetoviridae
Virus berukuran sedang yang mengandung untai ganda,nukleokapsidnya berdiameter
100 nm, mempunyai simetri kubik dengan 162 kapsomer. Nukleokapsid dikelilingi oleh
selubung yang mengandung lemak (berdiameter 150-200 nm). Infeksi laten dapat berlangsung
selama masa hidup inang, biasanya dalam sel hidup ganglia atau limfoblastoid. Herpes manusia
antara lain herpes simplek jenis 1 dan 2 (lesi oral dan genital), virus Varicella zoster (herpes zoster
dan cacar air), sitomegalovirus, dan virus Epstein-Barr(mononukleosis infeksiosa) dan berkaitan
dengan neoplasma pada manusia(Kuswiyanto,2014).
Penyakit yang ditimbulkan antara lain adalah :
Herpes Simplex
Herpes genital adalah infeksi pada alat kelamin yang bisa terjadi pada pria dan wanita. Penyakit ini
termasuk salah satu infeksi menular seksual (IMS) karena umumnya ditularkan melalui hubungan
seksual (vagina, anal, dan oral). Herpes genital bisa dikenali dengan kemunculan luka melepuh
berwarna kemerahan dan terasa sakit di sekitar area kelamin. Luka ini bisa pecah dan menjadi luka
terbuka.
Infeksi yang terjadi pada kasus herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sering
disebut sebagai HSV. HSV dapat menular dan masuk ke dalam tubuh melalui berbagai membran
mukosa dalam tubuh, seperti mulut, kulit, dan kelamin. Virus ini seringkali menetap di tubuh
manusia dan suatu saat bisa aktif lagi. Saat virus ini aktif, gejala- gejala herpes genital akan kembali
muncul. Virus ini bisa kambuh antara empat sampai lima kali pada dua tahun pertama sejak
terinfeksi.

Gambar 2.4 Struktur HSV


Sumber : http://www.materisma.com/2014/10/virus-yang-menguntungkan-dan-
merugikan.html
Gambar 2.5 Infeksi HSV
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+infeksi+herpes+simplex&dcr

Infeksinya berlangsung dalam 3 tahap :


a. Infeksi primer
HSV ditularkan melalui kontak pada orang yang mudah terkena dengan individu mengekskresi
virus. Virus harus menemukan permukaan mukosa atau kulit yang rusak untuk memulai infeksi
(kulit yang bersifat resisten tidak rusak). Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring dan virus
disebarkan melalui droplet pernafasan dan melalui kontak langsung air liur yang terinfeksi.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui jalan genital. Replikasi virus pertama terjadi pada tempat
infeksikemudian menginfeksi ujung syaraf lokal dan dibawa melalui saluran akson retrogad,
menuju gangglion radiks posterior dimana setelah replikasi lebih lanjut terjadi keadaan laten. HSV-
2 genital menyebabkan infeksi laten pada gangglion sakral.
Infeksi HSV primer biasanya ringan; kebanyakan asimptomatis. Jarang yang menjadi penyakit
sistemik. Terjangkitnya organ secara luas dapat terjadi ketika inang yang bersifat
immunokompromis tidak mampu membatasi replikasi virus dan terjadi viremia.
b. Infeksi laten
Virus berdiam dalam ganglion yang mengalami infeksi laten dalam keadaan tidak bereplikasi dan
sangat sedikit gen-gen yang diekspresi. Persistensi virus dalam ganglion yang mengalami infeksi
laten bertahan seumur hidup inang.
Reaktivasi spontan terjadi sekalipun ada imunitas seluler dan imunitas humoral spesifik HSV tetapi
imunitas ini membatasi replikasi virus lokal, sehingga infeksi rekuren tidak begitu meluas dan tidak
begitu parah. Banyak kejadian rekurensi bersifat asimtomatis dan hanya tercermin dari adanya
virus dalam sekresi.
c. Infeksi rekuren
Virus yang beristirahat pada fase laten tersebut suatu saat dapat aktif kembali. Faktor- faktor atau
kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut antara lain :
1. Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain, penyakit HIV/AIDS, hubungan
seksual, kurang istirahat, menstruasi, dan sebagainya
2. Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.
3. Penggunaan obat-obatan, seperi kortikosteroid, immunosupresif, obat-obatan terapi
kanker.
Gejala Klinis
Terkadang virus HSV tidak menyebabkan gejala. Bagi yang baru pertama kali terinfeksi
herpesmungkin tidak akan menyadari adanya gejala-gejala tertentu. Akibatnya, mereka tidak tahu
bahwa dirinya telah terinfeksi virus herpes. Gejala-gejala herpes genital bisa berupa:
 Luka yang terbuka dan terlihat merah tanpa disertai rasa sakit, gatal, atau geli.
 Sensasi rasa sakit, gatal, atau geli di sekitar daerah genital atau daerah anal.
 Luka melepuh yang kemudian pecah dan terbuka di sekitar genital, rektum, paha,
dan bokong.
 Merasakan sakit saat membuang air kecil.
 Sakit punggung bawah.
 Mengalami gejala-gejala flu seperti demam, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan.
 Luka terbuka atau melepuh pada leher rahim.
 Adanya cairan yang keluar dari vagina.
Virus HSV bisa menjadi laten atau tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa waktu namun virus
ini bisa kembali aktif dan memicu timbulnya gejala herpes genital. Dengan kata lain, setelah gejala
dari infeksi pertama menghilang bukan berarti virus juga menghilang dari tubuh kita. Virus itu
kemungkinan masih mengendap di dalam tubuh.
Ketika pertama kali terinfeksi, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. Hal itu
membuat tubuh bisa mengenali virus dan menyusun kekuatan yang dibutuhkan untuk melawan
HSV secara lebih efektif. Maka dari itu, infeksi atau gejala kambuhan yang terjadi tidak akan
separah infeksi pertama. Frekuensinya akan berkurang dan gejalanya akan lebih cepat hilang
(Handoko,2010).
Diagnostik Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis laboratorium untuk penyakit herpes terdiri dari empat macam pemeriksaan yaitu:
1. Pemeriksaan langsung secara mikroskopis
Herpes simplex virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.Pada keadaan tidak
ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV.Dengan pewarnaangiemsa dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear (Handoko, 2010).
Tes ini dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.Caranya dengan membuka vesikel
dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian
biarkan mengering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan
(5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak
emersi dan tutupi dengan gelas penutup.Jika positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang
multinuklear dan berukuran besar berwarna biru (Frankel, 2006).
2. Pemeriksaan serologik
Antibodi timbul dalam waktu 4-7 hari setelah infeksi mencapai puncaknya dalam 2-4 minggu.
Mereka bertahan dengan fluktuasi kecil untuk kehidupan inang.
Nilai diagnostik pengujian serologi terbatas oleh banyaknya antigen yang sama pada HSV-1 dan
HSV-2. Bisa juga terdapat responheterotipikanamnestik dengan virus varicella zoster pada orang
yang terkena infeksi HSV dan begitu pula sebaliknya.
3. Isolasi dan identifikasi virus
Isolasi virusdapat dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu dengan telur berembrio, teknik invitro
(biakan sel jaringan), dan teknik in vivo (binatang laboratorium).
Identifikasi virusdengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry, 2006). Tes serologi
menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan
siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi
.
Pengujian PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus tetapi isolasi virus tetap sebagai
pendekatan diagnosis pasti. Virus dapat diisolasi dari lesi herpetik dan mungkin juga didapat pada
basuhan tenggorokan, cairan cerebrospinal dan feses baik selama infeksi primer maupun selama
periode asimtomatik. Karena itu, isolasi HSV saja bukan bukti yang cukup sebagai indikator bahwa
virus sebagai agen penyebab penyakit yang sedang diselidiki.
Inoklusi kultur jaringan dipakai untuk isolasi virus. Agen kemudian diidentifikasi melaluipengecatan
imunofluorensendengan antibodi spesifik. Penentuan tipe isolate HSV bisa dilakukan dengan
menggunakan antibodi monoclonal.
Pencegahan
Untuk menghindari Penyakit Menular Seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks, yang
paling mudah adalah tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi
PMS. Namun hal ini tentunya tidak mudah dilakukan. Upaya pencegahan antara lain sebagai
berikut :
a. Selalu menjaga higienitas (kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat kelamin
pria dan wanita secara teratur).
b. Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.
c. Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS
d. Mintalah jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang menggunakan
jarum suntik.
4. Iridoviridae
Dalam famili ini virus-virus anggotanya mempunyai DNA yang tidak beraturan bentuknya dengan
partikelberukuran antara 180 nm dan 200 nm. Virion tidak berselubung dan mempunyai garis
tengah dengan ukuran sekitar 130 nm.Swine-fever virus penting dalam bidang kesehatan veteriner
karena dapat menimbulkan penyakit pada babi yang menyebabkan gejala demam dan diare
berat.Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah African swine fever (Soedarto, 2010).

5. Poxviridae
Famili virus Poxviridae yang mempunyai struktur rumit ini memiliki anggota kelompok yangbesar
jumlahnya. Sesuai dengan jenis-jenis hewan yang menjadi hospesnya, famili Poxviridae
dikelompokkanmenjadi grup A, B, C, D, E. Variola virus yang menjadi penyebab
penyakit cacar yang menyerang manusia termasuk salah satu anggota Poxviridae grup A (Soedarto,
2010).Contoh penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia antara lain adalah Vaccinia dan
Variola
Infeksi Poxvirus pada manusia :
Vaccinia dan Variola
Virus vaccinia adalah virus vaksin yang digunakan untuk memberantas variola (cacar) merupakan
hasil rekayasa genetika menjadi vaksin rekombinan (beberapa masih dalam tarafuji klinik) dengan
risiko terendah terjadi penularan terhadap kontak non imun. “Immunization Practices Advisory
Committee” (ACIP) merekomendasikan vaksinasi cacar untuk semuapetugas laboratorium yang
mempunyai risiko tinggi terkena infeksi yaitu mereka yang secara langsung menangani bahan atau
binatang yangdiinfeksi dengan virus vaccinia atau orthopoxvirus lainnya yang dapat menginfeksi
manusia. Vaksinasi juga perlu dipertimbangkan terhadap petugaskesehatan lain walaupun berisiko
rendah terinfeksi virus seperti dokter dan perawat.Vaksinasi merupakan kontra indikasi bagi
seseorang yang menderita defisiensi sistem imun; contoh: penderita AIDS dankanker, mereka
yang menerima transplantasi, dan wanita hamil. Di ASVaccine immune globulin dapat diperoleh
untuk petugas laboratorium denganmenghubungi CDC Drug Service, 1600 Clifton Road (Mailstop
D09), Atlanta GA 30333, Vaksin yang diberikan sudah dilengkapi dengan instruksi yang jelas (cara
vaksinasi, kontraindikasi, reaksi, komplikasi) yang harus diikuti dengan tepat. Vaksin harus diulang
kecuali muncul reaksi (salah satu reaksi adalah muncul indurasi eritematosa 7 hari setelah
vaksinasi). Booster diberikan dalam waktu 10 tahun kepada mereka yang
masukkategoriharusdivaksinasi. WHO selalu menyimpan dan menyediakan vaccine seedlot
(virusvaccine strain ListerElstree) dipakai untuk keadaan darurat. Vaksin tersebut ada di Pusat
kerjasamaWHO (WHOCollaborating Center) untuk vaksin cacar di National Institute of Public and
Environment Protection di Bilthoven, The Netherlands (Jawet,
2014).

6. Hepadnaviridae
Anggota famili Hepadnaviridae ini berukuran kecil sekitar 42 nm, mengandung molekul DNA
sirkuler yang doeble-stranded partial, dengan virion yang juga mengandung polimerase DNA. Virus
mempunyai core nukleokapsid dengan selubung yang mengandung lipid. Hepadnavirus merupakan
penyebab penyakit hepatitis yang akut maupun kronis dan apabila infeksinya menetap dapat
mengakibatkan terjadinya resiko kanker hati.
Contoh penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia :
Hepatitis
Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi dihati.
Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi
lain. Beberapa penyebab selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun,
serta zat racun atau obat-obatan tertentu.
Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan dengan metabolisme
karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam metabolisme tubuh.
NoHepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang mengalami hepatitis
akut dapat memberikan beragam manifestasi dan perjalanan penyakit mulai dari tidak bergejala,
bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang
menjadi gagal hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis dan
kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan. Pengobatan hepatitis sendiri
bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.

Gambar 2.6 Infeksi Virus Hepatitis


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+infeksi+virus+hepatitis&dcr

Gambar 2.7 . Tahapan kerusakan hati


Sumber : http://www.gunardi.info/2015/07/tahapan-kerusakan-hati-akibat-tidur.html
Gambaran klinis secara umum
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok,
kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu:
a. Stadium prodormal
Disebut juga periode pra-ikteruskarena ikterus belum muncul. Dimulai setelah periode masa tunas
virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit.Antibodi terhadap virus
biasanya belum dijumpai, stadium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh malese umum,
anoreksia, sakit kepala, malas, ISPA, dan nyeri otot.
b. Stadium ikterus.
Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagian besar orang stadium ini ditandai oleh
timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah memburuknya semua gejala yang ada pada stadium
prodromal, pembesaran dan nyeri hati, splenomegali, pruritus.
c. Stadium pemulihan.
Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode inigejala-gejala mereda termasuk ikterus, nafsu
makan pulih, apabila terdapatsplenomegaliakan segera mengecil.
Penyebab Hepatitis
Hepatitis A.Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan
melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita yang mengandung virus
hepatitis A.
Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis Bdapat ditularkan
melalui cairan tubuh yang terinfeksi. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B
adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, memakai jarum suntik bergantian dan
berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang
tertular penyakit ini.
Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan
melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit
yang jarang terjadi namun bersifat serius. Virus ini tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh
manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis Dditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada
lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik akibat kontaminasi virus ini pada sumber air.

Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada hati oleh senyawa
kimia terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen
dan dapat berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis
atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh. Pada hepatitis yang
disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan
tubuh sendiri. Dalam hal ini adalah sel-sel hati sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan
yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering
terjadi pada wanita dibanding pria.
Gejala Umum Hepatitis
Sebelum menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini akan melewati masa
inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu
inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis antara lain adalahmengalami
gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas, feses berwarna pucat, mata dan
kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice), nyeri perut, berat badan turun, urin menjadi gelap
seperti teh, kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik seperti hepatitis B dan C
mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan
oleh virus berefek terhadap fungsi hati, sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.
Faktor Risiko Hepatitis
Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena hepatitis tergantung
dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat menular lewat makanan atau minuman
seperti hepatitis A dan hepatitis E lebih berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan
limbah. Sementara hepatitis non infeksi lebih berisiko pada seseorang yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih berisiko
pada petugas medis, pengguna NAPZA dengan jarum suntik, berganti-ganti pasangan seksual,
orang yang sering menerima transfusi darah.Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular
hepatitis melalui transfusi darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati
pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.
Diagnosis Hepatitis
Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat timbulnya gejala dan
mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda
atau kelainan fisik yang muncul pada pasien seperti dengan menekan perut untuk mencari
pembesaran hati sebagai tanda hepatitis dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan
warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
Tes fungsi hati. Dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk mengecek kinerja
hati. Pada tes fungsi hati enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT
dan ALT/SGPT) akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua
enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua
enzim tersebut akan tersebar dalam darah sehingga kadarnya naik. Meski demikian perlu diingat
bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab hepatitis.
Tes antibodi virus hepatitis. Berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk
virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk
antibodi spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat terbentuk
beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi
pada penderita hepatitis akut antara lain adalahantibodi terhadap hepatitis A (anti HAV), antibodi
terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc), antibodi terhadap material permukaan dari
virus hepatitis B (anti HBs), antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe), dan
antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).
Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita hepatitis kronis antibodi dan sistem imun
tubuh tidak dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke
dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen spesifik dan
material genetik virus, antara lainantigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg), antigen
material genetik virus hepatitis B (HBeAg), DNA virus hepatitis B (HBV DNA), RNA virus hepatitis C
(HCV RNA).
USG perut.Dengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan pada organ
hati dan sekitarnya seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu,
melalui USG perut dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada
kandung empedu.
Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian diamati
menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati dokter dapat menentukan penyebab kerusakan yang
terjadi di dalam hati.

Pencegahan Hepatitis
Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Misalnya
denganmenjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis,mencuci bahan
makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan, tidak
berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain, tidak menyentuh
tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung, melakukan hubungan seksual yang aman,
misalnya dengan menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan, dan kurangi konsumsi
alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah secara efektif
melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih dalam tahap
pengembangan. Namun di beberapa negara vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut :
Jelaskan tentang :
1. Famili-Famili yang termasuk dalam golongan virus DNA.
2. Pelajari pula tentang tingkat klsifikasi virus RNA.
3. Berikan contoh dari virus RNA beserta penyakit yang ditimbulkan.
4. Berilah contoh minimal 3 (tiga) dari famili virus, virus dan penyakit yang ditimbulkan
oleh virus tersebut (jelaskan dari masing-masing penyakitnya).

Agar saudara dapat mengerjakan soal di atas dengan baik, cermati kembali bab 2 topik 1dan
diskusikan jawaban saudara dengan teman-teman sejawat. Setelah itu, rumuskan jawaban yang
paling tepat.

Ringkasan
Virus DNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk rantai ganda
berpilin. Di dalam sel inangnya, DNA pada virus akan mengalami replikasi menjadi beberapa DNA
dan juga akan mengalami transkripsi menjadi mRNA.mRNA akan mengalami translasi untuk
menghasilkan protein selubung virus. Masih didalam sel inang, DNA dan protein virus
mengkonstruksikan diri menjadi virus-virus baru. mRNA juga akan membentuk enzim penghancur
(Lisozim) sehingga sel inang lisis (hancur) dan virus-virus keluar untuk menginfeksi sel inang
lainnya.
Famili-famili yang termasuk virus-virus DNA adalah Parvoviridae, Papovaviridae,
Adenoviridae, Herpetoviridae, Iridoviridae, Poxviridae, Hepadnaviridae. Banyak penyakit penting
yang ditimbulkan oleh virus DNA, seperti :
a. Papovaviridae : Papillomavirus adalah penyebab dari Warts, sedangkan SV40 virus
mempunyai sifat onkogenikpada sel manusia dan rodent.
b. Adenoviridae : Adenovirus penyebab inveksi mata dan saluran pernafasan.
c. Herpetoviridae : dengan virus-virus Herpes simplex virus dan Varicella zoster virus selain
menjadi penyebab herpes simplex dan varicella, juga berperan pada kelainan cervical
cancer.
d. Poxviridae : penyebab penyakit variola, komplikasi pasca vaksinasi dan penyebab
terjadinya benign skin nodule dan contagious pustular dermatitis.
e. Hepadnaviridae : penyebab penting terjadinya hepatitis akut maupun hepatitis kronis.
Famili dan virus DNA
Famili: Papovaviridae, Virus :Papillomavirus, Polyomavirus, SV40 virus Famili :
Parvoviridae, Virus : Adeno-associated virus, Virus H1 dan H3
Famili : Adenoviridae, Virus : Adenovirus
Famili : Hepetoviridae, Virus : Herpes-simplex virus, Varicella-zooster virus
Famili : Iridoviridae, Virus : African swine fever virus
Famili : Poxviridae, Virus : Variola virus, Vaccinia virus, Molloscum contagiosum virus, Orf virus
Famili : Hepadnaviridae, Virus : Hepadnavirus

Tes 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Manakah berikut ini yang paling baik menggambarkan sifat-sifat fisikokimiawi parvovirus
...
A. Partikel virus berselubung
B. Genom DNA untai tunggal
C. Infeksifitas diinaktifasi oleh terapi eter
D. Virion menunjukkan simetri helix
E. Ukuran virionnya kira-kira samadengan herpes virus
Sumber: https://kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/06/replikasi-dna-untai-
tunggal/
2. Seorang bayi erusia 6 bulan mengalami diare cairdan demam selama 10 hari, adenovirus
tipe 40 dan 41 dicurigai sebagai penyebabnya. Spesimen apa yang paling tepat untuk
mendeteksi infeksi adenovirus pada pasien ini adalah ...
A. Darah
B. Urin
C. Apusan konjungtiva
D. Feses
E. Apusan tenggorokan
Sumber: materi diangnolisis laboraturium
3. Mana dari penyakit pada manusia berikut ini yang tidak berhubungan dengan
adenovirus ...
A. Kanker
B. Selesma
C. Penyakit pernapasan akut
D. Keratokonjungtivitis
E. Gastroenteritis
Sumber: https://www.alodokter.com/daftar-nama-penyakit-yang-disebabkan-
oleh-virus
4. Pengelompokan virus antara ribovirus dan deoksiribovirus, didasarkan atas ...
A. Daur hidupnya
B. Cara replikasinya
C.Kandungan asam nukleatnya
D.Inang yang diinfeksinya
E. Penyakit yang disebabkannya
Sumber: https://brainly.co.id/tugas/12254512

5. Hepatitis B adalah virus yang ...


A. menyebar paling sering melalui darah dan transmisi seksua
B. tidak pernah menjadi kronis
C. tidak pernah ditemukan di Asia
D. tidak berada dalam saliva pasien
E. berukuan antara 20-40 nm
sumber: https://www.alodokter.com/hepatitis-
6. Penyakit Variola disebabkan oleh virus dari famili ...
A. Papovaviridae
B. Parvoviridae
C. Poxviridae
D. Adenoviridae
E. Hepadnaviridae
Sumber: materi hal 15
7. Manakah dari pejanan berikut ini yang mengandung resiko infeksi hepatitis ...
A. Perawat yang mengalami luka tusuk jarum bekas pakai ketika mengambil bat untuk
pasien HIV.
B. Ketika membersihkan kamar mandi, kulit yang utuh seorang pramuwisma berkontak
dengan feses.
C. Seorang teknisi kamar operasi dengan tangan yang terkelupas melihat ada darah
dibalik sarung tangannya setelah membantu operasi oasien HCV.
D. Seorang anak minum dari gelas yang sama dengan ibunya yang menderita HAV.
E. Seorang pembeli makan roti isi yang dibuat oleh pekerja yang menderita HAV.
Sumber: materi hal 18

8. Manakah orang-orang berikut ini yang tidak dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis
B karena mereka memiliki faktor resiko infeksi HBV ...
A. Orang yang aktif secara seksual dan tidak berada dalam hubungan monogami jangka
panjang yang saling menguntungkan.
B. Pengguna obat suntik
C. Wanita hamil.
D. Orang yang tinggal serumah dengan orang yang positif HbsAg.
E. Orang yang mencari terapi untuk penyakit seksual menular.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_B
9. Kelompok individu manakah berikut ini yang beresiko paling rendah terkena penyakit
Adenovirus
A. Dewasa sehat
B. Anak-anak kecil
C. Resipien transplan sumsum tulang
D. Calon anggota militer
E. Pasien AIDS
Sumber: https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/penyakit-ispa-adalah/
10. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus ini paling sering
ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama dan alkoholik.
Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual.hal tersebut Merupakan jenis virus
hepatitis apa?
A. VHD
B. VHC
C. VHE
D. VHG
E. Semua benar
Sumber: https://www.scribd.com/doc/132231669/Pengertian-Hepatitis-Dan-
Jenis-Hepatitis
11. Protein Adenovirus yang terdiri sebagian besar kapsomer penyusun kapsid virus adalah
...
A. Serat
B. Hekson
C. Penton
D. Protein terminal
E. Protein regio E1
Sumber: https://blog.ruangguru.com/struktur-virus
12. Panas, muncul gejala mirip flu sindrom, ikterik, sakit kepala, warna urin merah gelap,
warna feses pucat, hal tersebut merupakan tanda dan gejala penyakit ....
A. Hepatitis
B. HIV/AIDS
C. Infeksi traktus urinarius
D. CMV (citomegalo virus)
E. Toxoplasmosis
Sumber: materi hal 18
13. Virus hepatitis yang termasuk dalam kelompok penyakit hepatitis akut, yaitu…
A. Virus hepatitis A
B. Virus hepatitis B dan C
C. Virus hepatitis E
D. Virus hepatitis A dan E
E. Semuanya salah
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis
14. Seorang anak berusia 3 tahun mengalami penyakit virus klasik pada anak, manakah
infeksi virus primer pada anak berikut ini yang biasanya simtomatik ...
A. Sitomegalovirus
B. Toxoplasmosis
C. Virus hepatitis B
D. Virus varicella-zooster
E. Parvovirus B-19
Sumber: https://www.alodokter.com/herpes-zoster
15. Siapakah kelompok berikut ini yang beresiko tinggi menderita herpes-zooster...
A. Orang lanjut usia
B. Pasien autoimun
C. Wanita hamil
D. Orang yang telah divaksin dengan vaksin varicella
E. Bayi dengan infeksi congenital

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/koran/leasure/14/07/15/n8qlw819-gatal dan-nyeri-


akibat-herpes-zoster
Topik 2 Virus RNA
NA (asam ribonukleat) juga merupakan asam nukleat (polinukleotida yang terdiri dari unit-unit
mononukleotida). Hanya saja berbeda dengan DNA yang unit-unit pembangunnya dioksinukleotida

R
sehingga disebut untai ganda, RNA merupakan
asam nukleat untai tunggal yang terdiri dari unit-unit pembangun berupa mononukleotida. Setiap
nukleotida terdiri atas satu gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu gugus basa Nitrogen (N).
RNA merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga kedudukan RNA ialah sebagai
polimer dan jauh lebih pendek dibanding DNA. Tidak seperti DNA yang biasanya dijumpai di dalam
inti sel, RNA kebanyakan berada di dalam sitoplasma, khusunya di ribosom.
Golongan virus RNA hanya memiliki asam ribonukleat (ribonukleat acid). Dalam kelompok virus
RNA banyak dijumpai virus-virus yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Famili-famili
yang termasuk virus-virus RNA adalah : Picornaviridae, Reoviridae, Togaviridae, Arenaviridae,
Coronaviridae, Retroviridae, Bunyaviridae, Orthomyxoviridae, Paramyxoviridae, Rhabdoviridae.

Gambar 2.8 Famili Virus RNA


Sumber : http://biologipedia.blogspot.co.id/2010/10/klasifikasi-virus-berdasar-jenis- asam.html

1. Picornaviridae
Picornavirusadalah virus dari famili Picornaviridaeyang berukuran kecil antara 20-40 nm, yang
tahan terhadap eter, mengandung single stranded RNA dan menunjukkan struktur simetri kubikal.
Virus ini nukleokapsidnya tidak berselubung, ikosahedral dengan asam nukleat RNA positif dengan
berat molekul antara 2-3 juta dalton. Lima genus Picornaviridae
yang menginfeksi manusia adalahRhinovirus (penyebab demam, bersifat labil dalam suasana
asam), Enterovirus (meliputi Poliovirus, Coxsackie virus, Echovirus) Hepatovirus, Parechovirus
(penyebab infeksi gastrointestinal dan infeksi jalan napas), Kobuvirus (penyebab gastroenteritis)
(Sudarto,2014).
Contoh penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah :
a. Poliomielitis
Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan kelumpuhan
karena kerusakan sel-sel syaraf baik dalam sumsum tulang, tulang punggung maupun
otak.Penyakit ini disebabkan oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat infeksius, yang terutama
mempengaruhi anak-anak muda dan disebarkan melalui kontak langsung orang ke orang, dengan
lendir, dahak, feces, yang terinfeksi atau oleh kontak dengan makanan dan air ang terkontaminasi
oleh feces dari individu lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam sistim pencernaan dimana ia
dapat juga menyerang sistim syaraf, menyebabkan kerusakan syaraf yang permanen pada
beberapa individu-individu.
Penyakit ini disebut juga Hiene-Meidin berdasarkan 2 orang ahli yang menemukan penyakit ini
dengan menyuntikkan tinja dari seorang penderita lumpuh secara intra cerebral dan intra nasal
pada kera,2 minggu kemudian kera menjadi lumpuh.
Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada luas infeksi. Tanda-tanda dan
gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio yang melumpuhkan (paralytic) dan polio yang tidak
melumpuhkan (non-paralytic).
Pada polio non-paralytic : asymptomatic atau mengembangkan hanyagejala-gejala seperti flu yang
ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala,sakit tenggorokan, dan muntah,nyeri
ekstremitas bawah.
Polio Paralytic : terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang terinfeksi dengan virus polio dan
merupakan penyakit yang jauh lebih serius. Gejala-gejala terjadi sebagai akibat dari sistim syaraf
dan infeksi peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord).
Pasien yang telah sembuh dari polio kadang-kadang mengembangkan sindrom postpoliomyelitis,
kelelahan yang diamati dan yang biasanya melibatkan kelompok otot yang awalnya terpengaruh.
Sindrom ini dapat berkembang postpolio 20-40 tahun setelah terinfeksi virus polio.
Penyebab
Penyakit polio disebabkan oleh polio virus yang umumnya masuk melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus tersebut. Sama halnya seperti cacar,
polio hanya menjangkiti manusia. Dalam tubuh manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan
usus. Selain melalui kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat
penderitanya batuk atau bersin. Dalam beberapa kondisi, infeksi virus ini dapat menyebar ke aliran
darah dan menyerang sistem saraf.
Imunisasi atau pemberian vaksin polio dapat meminimalisasi terjangkitnya virus polio. Anak-anak,
wanita hamil dan orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah sangat rentan
terkena virus polio jika di daerah mereka tidak mengikuti program imunisasi atau tidak memiliki
sistem sanitasi yang bersih dan baik.
Orang-orang yang belum divaksinasi akan memiliki tingkat risiko terjangkit polio yang tinggi jika
melakukan atau mengalami hal-hal seperti berikut ini:
Tinggal serumah dengan penderita polio, sistem kekebalan tubuh yang menurun, bepergian ke
daerah di mana polio masih kerap terjadi, dan atau telah melakukan operasi pengangkatan
amandel.
Kira-kira 5-10% dari pasien yang mengalami polio dengan kelumpuhan seringkali meninggal
karenakegagalan pernapasan karena mereka tidak mampu untuk bernapas sendiri. Itulah sebabya
mengapa sangat mendesak bahwa pasien-pasien menerima evaluasi dan perawatan medis yang
tepat. Sebelum era vaksinasi dan penggunaan dari ventilator modern pasien akan ditempatkan
dalam “iron lung” (ventilator bertekanan negatif yang digunakan untuk mendukung pernapasan
pada pasien-pasien yang menderita polio yang melumpuhkan) (World Health Organization, 2017).

Gambar 2.9 penderita infeksi polio


Sumber : http://www.jejamo.com/ini-bahayanya-penyakit-polio.html

Diagnosis
Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh
yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis kemungkinan akan terjadi pemulihan
total.Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang
mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).
Diagnosis dari polio adalah secara klinik. Riwayatdari paparan dengan tidak ada sejarah vaksinasi
sebelumnya adalah petunjuk awal. Sering, penyadapan tulang belakang untuk cairan CSF dilakukan
untuk membantu membedakan polio dari penyakit-penyakit lain yang awalnya mempunyai gejala-
gejala yang serupa (contohnya, meningitis). Setelah itu pembiakan virus (diambil dari tenggorokan,
feces, atau cairan CSF) dan pengukuran dari antibodi-antibodi polio untuk mendukung diagnosis.
Pencegahan
Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak.
Terdapat 2 jenis vaksin polio:
Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif dan Vaksin Sabin, merupakan vaksin
virus polio hidup. Yang memberikan kekebalan lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih
disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem
kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio.Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada
penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita
gangguan sistem kekebalan karena virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja. Orang dewasa yang
belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah yang
masih sering terjadi polio sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu. Dewasa yang belum
pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah yang masih
sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.
2. Reoviridae
Reovirus merupakan virus yang berukuran antara 60-80 nm, mengandung double- stranded RNA
dengan struktur simetri kubikal, terdiri dari 10-12 segmen. Virus yang ikosahedral ini mempunyai
kapsid dengan banyak lapisan serta tahan terhadap eter. Rotavirus yang mempunyai bentuk
seperti roda dapat menimbulkan penyakit gastroenteritis pada manusia, sedangkan Orbivirus yang
merupakan subgrup kelompok virus ini dapat menyebabkan penyakit Colorado Tick Fever pada
manusia dan penyakit lidah biru pada sapi dan biri-biri.
3. Togaviridae
Togavirus merupakan suatu kelompok virus dengan genom yang single stranded mempunyai
selubung dari lipid yang sensitif terhadap eter. Virion virus mempunyai selubung dan berukuran
garis tengah antara 50-70 nm. Partikel Togavirus mengadakan pematangan dengan cara
membentuk tunas dan membran sel plasma hospes. Secara serologik Togavirus. Dikelompokkan
menjadi 3 genus yaitu Alphavirus, Flavivirus, Rubivirus.
4. Arenaviridae
Arenavirus adalah virus RNA dengan genom negative-sense, single stranded, berselubung dan
mempunyai virionberbentuk bulat, lonjong atau pleomorfik (mempunyai banyak bentuk).
Nukleokapsid berfilamen, simetri helikal. Virus ini mempunyai ukuran garis tengah antara 50-350
nm. Semua Arenavirus yang patogen bagi manusia merupakan virus zoonosis yang dapat ditularkan
dari hewan ke manusia. Sebagai contoh adalah penyakit Lassa fever virus yang merupakan
penyebab infeksi kronis pada roden dapat menimbulkan
Lassa Fever suatu penyakit demam berdarahdisertai gangguan fungsi hati dan ginjal pada manusia
di Afrika Barat.

5. Coronaviridae
Coronavirus adalah virus dengan virion berselubung yang berbentuk pleomorfik atau sferis dengan
diameter 70-160 nm mengandung genom single stranded RNA yang positif dan tidak bersegmen.
Nukleokapsid virus ini berbentuk helikal, mempunyai ukuran garis tengah antara 11-13
nm.Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu : protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Morfologi virusnya
mirip Orthomyxovirus. Infeksi pada manusia disebabkan oleh Human Coronavirus (HcoV) dan
Human Enteric Corona Virus (HECV). Virus ini dapat diisolasi dari saluran napas bagian atas dari
penderita yang mengalami demam. Coronavirus diduga sebagai penyebab penyakit SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome), selain itu pada manusia dapat pula menyebabkan gangguan pada
sistem pencernaan dan sistem saraf pusat. Contoh penyakitnya adalah:

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)


Sindrom pernafasan akut yang parah/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti flu (demam, sakit kepala,
menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas, yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut
bisa jadi fatal.
SARS pertama kali dideteksi di Guangdong propinsi Cina pada akhir 2002. Menjangkiti seluruh
dunia hingga menghasilkan hampir 8.500 kasus di 29 negara termasuk Kanada dan Amerika Serikat,
menjelang pertengahan 2003. Perjangkitan tersebut menyebar ke beberapa negara disebabkan
perjalanan internasional. Setelah perjangkitan pertama kali, beberapa kasus terjadi di Asia
(terutama Cina) pada akhir 2006 dan awal 2004. Pertengahan 2006, tidak terdapat kasus yang
dilaporkan dunia sejak 2004. Secara keseluruhan, sekitar 10% orang penderita SARS meninggal
meskipun resiko kematian bervariasi sesuai usia orang dan akses ke perawatan medis tingkat
lanjut. Orang yang berusia di atas 60 tahun lebih beresiko untuk meninggal.
Gambar 2.9. bentuk virus SARS
Sumber : https://ririnstyani.wordpress.com/2011/04/09/air-borne-disease-sars/
Penyebab
SARS tampaknya disebabkan oleh jenis baru dari coronavirus sedangkan coronavirus lainnya
menyebabkan flu biasa atau menulari berbagai binatang. SARS menyebar dari hubungan tatap
muka, kemungkinan dengan menghirup tetesan bersin atau batuk orang yang tertular. Hal tersebut
bisa juga menyebar dengan terkena ludah orang yang tertular dan kemudian memegang hidung,
mulut, atau mata. Kebanyakan yang tertular adalah orang yang berhubungan dekat dengan orang
yang tertular seperti perawat kesehatan, anggota keluarga, atau orang yang berada di sekitar
penderita ketika duduk di pesawat atau tempat tidur di rumah sakit. Meskipun begitu beberapa
orang yang menderita SARS bisa belum pernah berhubungan dekat dengan orang yang tertular,
dan banyak orang yang berhubungan dekat dengan orang yang tertular tidak terkena. Virus juga
terdapat di tinja, dan beberapa orang tampak telah tertular setelah terkena langsung dengan
persediaan air yang tercemari oleh kotoran.
Gejala
Gejala-gejala dimulai sekitar 2 sampai 10 hari setelah terkena virus. Gejala awal menyerupai lebih
dari infeksi umum dan termasuk demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot, hidung basah, dan
luka kerongkongan tidak biasa. Sekitar 3 sampai 7 hari kemudian, batuk kering dan kesulitan
bernafas bisa muncul. Kebanyakan orang sembuh dalam 1 sampai
2 minggu. Meskipun begitu, sekitar 10 sampai 20% muncul kesulitan bernafas akut, mengakibatkan
tidak tercukupinya oksigen di dalam darah. Sekitar 10% orang yang tertular meninggal. Kematian
disebabkan kesulitan bernafas.
Diagnosa
SARS dicurigai hanya jika orang yang sudah terpapar dengan orang yang tertular mengalami
demam disertai batuk atau kesulitan bernafas. Orang bisa terkena jika dalam 10 hari ke
belakangmereka melakukan perjalanan ke daerah dimana SARS akhir-akhir ini dilaporkan atau
telah berhubungan tatap muka dengan orang yang menderita SARS.
Jika seorang dokter mencurigai SARS, sinar X pada dada biasanya dilakukan. Dokter mengambil
ludah dari hidung dan tenggorokan orang tersebut untuk berusaha mengenali virus tersebut.
Contoh dahak bisa jadi diteliti. Darah dites untuk infeksi SARS ketika infeksi pertama kali dikenali
dan dilakukan lagi setelah 3 minggu kemudian. Jika orang tersebut mengalami kesulitan bernafas,
tes darah lainnya kemungkinan diperlukan. Karena SARS adalah penyakit menular yang baru
dikenali.
Pencegahan
Pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi ke wilayah yang sudah terjangkit
SARS, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Apabila tidak memungkinkan, sebisa mungkin
hindari berdekatan dengan penderita atau penderita bergejala sama, dan gunakan selalu masker
penutup hidung dan mulut serta sarung tangan. Pemakaian masker dan sarung tangan ditujukan
untuk menghindari penularan melalui cairan dan udara (debu).
Jika Anda baru pulang dari luar negara yang terkena wabah SARS, setidaknya dalam 10 hari
pertama harus waspada terhadap gejala SARS dan segera berobat jika gejala-gejalanya muncul.
Selain itu perkuat daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, dan
berolahraga teratur. Dan tentu saja, jaga kebersihan tubuh, misalnya segera mencuci tangan
setelah berada ditempat umum.
Jika dokter menduga seseorang menderita SARS, orang tersebut diisolasi di sebuah ruangan
dengan sistem ventilasi yang membatasi penyebaran mikroorganisme di udara. Jika setelah 72 jam
isolasi gejala tidak meningkat menunjukkan SARS, orang tersebut biasanya bebas melanjutkan
aktifitas biasa. Ketika pekerja pemerhati kesehatan memperhatikan seseorang yang menderita
SARS mereka menggunakan masker, kacamata, jubah, dan sarung tangan (WHO,2004).
6. Retroviridae
Retrovirus adalah virus berselubung yang mempunyai garis tengah antara 90-120 nm, mempunyai
genom single-stranded RNA dengan virion yang mengandung reverse transcriptase.Didalam
kelompok Retrovirus termasuk virus-virus penyebab leukemia dan sarkoma yang menyerang
manusiamaupun hewan.
7. Bunyaviridae
Famili Bunyaviridae mempunyai anggota lebih dari 350 jenis virus Arbovirusyang ditularkan oleh
serangga. Sifat famili virus ini meliputi jenis virus yang berselubung, mempunyai bentuk
pleiomorfik, dengan nukleokapsid helikal, memiliki partikel virion berbentuk sferis/pleomorfik
denganukuran garis tengah antara 80-120 nm. Virus-virus famili ini memperbanyak diri di dalam
sitoplasma dan membentuk selubung dengan cara membentuk tunas kearah bagian dalam golgi
aparatus. Genom terbentuk dari negative single stranded RNA yang bersegmen tiga.
Terdapat 5 genus virus dalam famili ini, yaitu Bunyavirus, Phlebovirus, Nairovirus, Hantavirus,
Topsovirus. Bunyavirus termasuk dalam kelompok Arbovirus yang hampir semuanya ditularkan
oleh nyamuk sedangkan berbagai jenis vertebrata dapat bertindak sebagai hospes.
8. Orthomyxoviridae
Orthomyxovirus mempunyai selubung dengan partikel berbentuk bulat atau berfilamen, berukuran
80-120 nm, mengandung genom single stranded RNAdan menunjukkan gambaran simetri helikal.
Pada permukaan virus terdapat tonjolan yang mempunyai hemaglutinin (HA) dan neuraminidase
(NA). Nukleokapsid helikal berukuran antara 9-15nm dengan RNA plus protein N, sebanyak 8
segmen dengan polimerase terdiri dari 3 jenis protein. Membran lipid terdiri dari 2 lapis.
Pematangan virus terjadi pada membran sel dengan cara budding. Semua jenis Orthomyxovirus
merupakan virus penyebab influenza yang dapat menyerang hewan maupun manusia. (Soedarto,
2010)
Contoh penyakit yang ditimbulkan adalah :
Influenza
Penyakit flu atau yang terkadang disebut sebagai penyakit influenza pasti sudah tidak asing bagi
kita semua. Penyakit flu ini termasuk jenis penyakit yang sering menyerang masyarakat terlebih
pada saat musim hujan dan musim pancaroba(pergantian musim), penyakit flu merupakan
penyakit musiman di Indonesia. Flu merupakan penyakit infeksi salurannafas yang menyerang
manusia tanpa mengenal umur, jenis kelamin, dll. Umumnya penyakit flu bisa sembuh dengan
sendirinya dengan masa inkubasi rata- rata selama 2-4 hari. Definisi
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan
disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh
demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non
produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang disebabkan
oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.
Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat.
Walaupun ringan, penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang
dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan
penyakit ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang
dikenal tidak berbahaya ini.
Resiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas
65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu.Di Indonesia telah
ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia merupakan negara ke-lima
di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia.
Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan
dengan complement fixasion test.
- Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik.
- Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-
kadang saja sampai mengakibatkan epidemi.
- Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya
menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan
suatu orthomixovirus golongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus
ini mempunyai afinitas untuk myxovirus.
Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda berupa tonjolan protein
pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin
dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam
protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari
kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus influenza tipe A.
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan pejamu
alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai avian influenza atau flu burung.
Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering
dinamai dengan hewan yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu
anjing. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2
dan disebut human influenza.
Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza dimana penyebabnya
adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini digolongkan dalam Highly
Pathogenic Avian Influenza (HPAI).
Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus
respiratorius.Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut
masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50% orang-orang yang
terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan
bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah
mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat
permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza
dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman gram-
negatif. Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada
orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga
lima hari setelah mulainya penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih
dari sepuluh hari dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam
hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini. Para penderita imunocompromise dapat
menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.
Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat tertanam pada
membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari
ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk
kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam
waktu 10 singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4
hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-
sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan
kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia
selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada
membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi
secara efisien pada manusia.
Pencegahan
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan virusinfluenza
akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan
akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin
diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini.
Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak berbahaya dan
diberikan dengan cara 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah tejadinya
mixing dengan virus yang sangat pathogen seperti H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian
influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) dapat juga
digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu
diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenza namun kekebalan yang diperoleh melalui
vaksinasi sekitar 70%. Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya
pencegahan lebih dini adalah mencuci tangan sesering mungkin, jangan menutup mulut dengan
tangan jika bersin, jangan menyentuh muka, minum banyak air, menghirup udara segar, olah raga
secara teratur, konsumsimakanan bergizi tinggi, dan relaksasi.

1. Paramyxoviridae
Paramyxovirus anggota famili ini morfologinya mirip Orthomyxovirus, mempunyai virion dengan
ukuran diameter antara 150-300 nm dan panjang antara 1000-10.000 nm. Nukleokapsid helikal
berukuran 18 nm, dan single- stranded RNA dengan Nukleokapsid protein (NP) yang tidak
bersegmen. Terdapat 2 tonjolan duri yaitu yang terbentuk dariglikoprotein HN (hemagglutinin-
neuraminidase) / H (hemaglutinin)/ Glycoprotein (GP) dan gliikoprotein F (Fusion glycoprotein).
Nukleokapsid dan hemaglutinin virus ini terbentuk di dalam sitoplasma. Virus-virus anggota
Paramyxoviridae yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia adalah virus penyebab parotitis
epidemica (mumpsvirus), parainfluenza dan virus respiratory syncytial. Berbeda dengan virus
influenza, Paramyxovirus secara genetik umumnya lebih stabil.

Contoh penyakit yang ditimbulkan:


Mumpsvirus (Parotitis Epidemika)
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana seseorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) diantara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau
epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang anak-
anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar),
sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko
besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
Penularan
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebarannya dapat ditularkan melalui kontak
langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin
dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Penyakit
gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut
karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang
pernah menderita penyakit gondongan maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar
30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka
sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut.
Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunasadalah
pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40
derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang
saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu
sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.Pembengkakan biasanya
berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.Kadang terjadi pembengkakan pada
kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil
balik adakalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran
darah.

Gambar 2. 10 penderita infeksi mumps


Sumber : http://klinik24.net/penyakit/gondongan-mumps/
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeriksaan fisis,
termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis)
2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air
kencing (urin) dan darah.
PemeriksaanLaboratorium
Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relatif, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan
serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali
dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan
gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnose, maka dokter akan
menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurangnya
ada 3 uji serum (serologis) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation
antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Pencegahan
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak,
yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan.
Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita
Gondong. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapatmengurangi
resiko terkena serangan penyakit gondongan( Jawet, 2010).

2. Rhabdoviridae
Rhabdovirus yang menjadi anggota famili ini memiliki virion yang berbentuk seperti peluru dengan
ukuran sekitar 75x150 nm. Selubung virus mempunyai tonjolan-tonjolan berukuran panjang 10 nm.
Genom yang single-stranded RNA negative-sense tidak mempunyai segmen. Partikel virus
terbentuk secara budding yang menonjol dari membran sel. Rabies virus termasuk anggota dari
Rhabdovirus ( Soedarto,2014). Contoh penyakit yang dapat ditimbulkan:
Rabies
Rabies atau umumnya dikenal sebagai penyakit anjing gila adalah penyakit serius yang menyerang
otak dan sistem saraf. Penyakit ini digolongkan sebagai penyakit mematikan yang harus ditangani
dengan cepat. Virus yang mematikan ini menyebar ke manusia dari air liur hewan yang terinfeksi
dan biasanya ditularkan melalui gigitan.
Gejala
Waktu yang dibutuhkan virus rabies untuk inkubasi sangat bervariasi, namun biasanya antara dua
minggu sampai tiga bulan. Pada kasus yang jarang terjadiinkubasi virus terjadi hanya dalam waktu
empat hari. Masa inkubasi adalah jarak waktu ketika virus pertama kali masuk ke tubuh sampai
gejala muncul.
Setelah tergigit hewan berpenyakit rabies, virus akan berkembang biak di dalam tubuh inang.
Selanjutnya virus-virus tersebut akan menuju ujung saraf dan berlanjut menuju saraf tulang
belakang serta otak yang mana perkembangbiakan terjadi dengan sangat cepat. Setelah itu virus
rabies menyebar ke paru-paru, kelenjar air liur, hati, ginjal, dan organ-organ lainnya.
Gejala-gejala penyakit rabies pada manusia antara lain demamtinggi, rasa gatal di bagian yang
terinfeksi, perubahan perilaku menjadi agresif, dan takut terhadap air atau hidrofobia. Sedangkan
pada hewan, gejala hampir serupa dengan manusia, namun tanpa hidrofobia. Ketika gejalapenyakit
rabies memasuki fase akhir, baik manusia atau hewan yang mengalaminya bisa mengalami
kematian.
Penyebab
Virus rabies berasal dari kelompok lyssaviruses dan menyerang mamalia. Semua hewan mamalia
sebenarnya bisa membawa atau menularkan virus ini (termasuk mamalia ternak seperti kambing,
sapi, dan kuda). Namun yang paling umum adalahanjing, kucing, monyet, kelelawar, luwak, dan
rubah. Di negara-negara berkembang terutama di Afrika dan Asia (termasuk Indonesia), sebagian
besar kasus rabies disebabkan oleh gigitan anjing.
Virus rabies yang menginfeksi hewan-hewan tersebut dapat menular pada manusia melalui gigitan,
cakaran, jilatan, atau bahkan semburan air liur yang mengenai mata dan bekas luka pada kulit
manusia. Terkait kasus penularan rabies dari manusia ke manusia, sejauh ini biasanya disebabkan
oleh transplantasi atau pencangkokan organ. Namun kasus- kasus seperti itu jarang terjadi di
Indonesia.
Setelah masuk ke tubuh, virus rabies akan memperbanyak diri sebelum menyebar ke ujung saraf.
Selanjutnya virus akan menuju saraf tulang belakang dan otak. Dari sistem saraf pusat inilah virus
rabies kemudian menyebar ke paru-paru, ginjal, kelenjar ludah, serta organ lainnya.
Seseorang yang tinggal di wilayah rawan rabies atau bepergian ke wilayah tersebut berisiko tinggi
terjangkit rabies. Selain itu, orang yang sering berinteraksi dengan mamalia, seperti pengurus
kebun binatang atau dokter hewan, orang yang suka mengeksplorasi alam liar (salah satunya
adalah gua), dan ilmuwan yang meneliti virus rabies di laboratorium juga berpotensi tinggi
terjangkit penyakit ini.

Gambar 2.11 gigitan anjing rabies


Sumber : https://www.kompasiana.com/sarajevo/siswa-smtk-asal-mamasa-meninggal- digigit-
anjing-gila_58d89a57af92739933877943

Diagnosis Rabies
Anamnesis
Diagnosis rabies dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis
perlu diidentifikasi adanya dugaan paparan virus rabies berupariwayat interaksi dengan hewan
(berupa gigitan), perilaku hewan di lingkungan sekitar yang aneh (misalnya, hewan nokturnal
keluar pada siang hari) dan status vaksinasi rabies pada hewan (Gompf,2015).
Pemeriksaan Fisik
a. Periode Neurologis
b. Hidrofobia dan aerofobia adalah patognomonis untuk rabies dan terjadi pada 50%
pasien. dengan gejala yang meliputi:
c. Demam, takhikardia, hipertensi, hiperventilasi, palsy wajah, lakrimasi
d. Pupil anisokor, dilatasi pupil menetap, neuritis optik
e. Air liur berlebihan, berkeringat, hipotensi
Pada pasien dengan rabies paralisis, demam dan kaku kuduk dapat terjadi. Kelumpuhan simetris
dan mungkin umum atau bertahap dapat disalahtafsirkan sebagai sindrom Guillain-Barré.
Penting untuk menentukan kematian otak dengan biopsi otak atau tidak adanya aliran arteri
serebral sebab kematian otak dapat salah terduga bila hanya berdasarkan tanda-tanda
neurologis (Gompf, 2015)

Pemeriksaan Penunjang Rabies


a. Kultur virus dan Polymerase Chain Reaction (PCR) Assay
b. Saliva: hasil kultur saliva untuk virus rabies positif dengan kadar yang rendah dalam
waktu 2 minggu dari onset penyakit, Cairan serebrospinal, hematologi
c. Jaringan otak, Analisis Gas Darah, Cairan serebrospinal
d. Urinalisis, radiologi, elektroensefalografi, monitoring jantung
e. Nucleic Acid Sequence-Based Amplification (NASBA)
f. Serologi, biopsi kulit, temuan histopatologis
Pencegahan
Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan, mengawasi hewan peliharaan saat berada di luar
ruangan, mengurangi populasi hewan liar yang ada di lingkungan, tidak memegang hewan liar,
dan berhati-hatilah saat bepergian ke luar negeri.

A. Tingkat Klasifikasi Virus RNA


Virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus RNA, dapat beruntai
tunggal (picornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau beruntai ganda (misalnya:
Reovirus penyebab diare). Virus RNA terdiri atas tiga jenis utama yaitu virus
RNAyang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel inang dan bertindak sebagai cetakan untuk
intermediat RNA unting minus (-). Virus RNA berunting negatif (-) tidak dapat secara langsung
bertidak sebaga mRNA tetapi sebagai cetakan untuk sintesis mRNA melalui virion transcriptase.
Sedangkan retrovirus yang berunting (+) yang dapat bertindak sebagai mRNA, tetapi pada waktu
infeksi segera bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting ganda (segera berintegrasi
kedalam kromosom inang) melalui suatu transkriptase balik yang tersandi. Setiap virus
imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari subkelompok lentivirus dari kelompok
retrovirus RNA. Virus ini menyebabkan penyakit AIDS pada manusia, menginfeksi setiap sel yang
mengekspresikan tanda permukaan sel CD4, seperti pembentuk T-sel yang matang.
a. Dasar Klasifikasi Secara Taksonomi
Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) merupakan komite yang memberikan kewenangan
dan mengatur klasifikasi taksonomi virus. Mereka telah mengembangkan skema taksonomi
universal untuk virus dan bertujuan untuk menggambarkan semua virus dari organisme hidup.
Menurut sistem ICTV (International Committee on Taxonomy of Viruses), terdapat tiga tingkatan
takson dalam klasifikasi virus yaitu famili, genus, dan spesies. Pemberian nama pada famili
menggunakan akhiran –viridae, nama genus dengan akhiran –virus, dan nama spesies
menggunakan bahasa inggris dan diakhiri dengan –virus. Nama genus dan spesies dicetak miring.
Contoh klasifikasi virus :
Famili : Picornaviridae Genus :
Enterovirus
Spesies : Poliovirus (penyebab polio)
b. Klasifikasi Virus Berdasarkan Asam Nukleatnya
Virus RNA
Contoh:Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Picornaviruses, Togaviruses,
Reoviruses, Retroviruses.
c. Klasifikasi Virus Berdasarkan Bentuk Dasar
Virus bentuk Ikosahedral, bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi, dengan sumbu
rotasi ganda (Contoh : virus polio dan adenovirus).
Virus bentuk Heliks, menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan suatu struktur yang
tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk heliks, memiliki
satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer (Contoh : virus influenza
dan TMV).
d. Klasifikasi Virus Berdasarkan Ada Tidaknya Selubung Yang Melapisi Nukleokapsid
Virus berselubung, mempunyai selubung yang tersusun atas lipoprotein atau glikoprotein. Contoh:
Poxvirus, Herpesviruses, Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses,
Togaviruses, Retroviruses.
e. Klasifikasi Virus Berdasarkan Jumlah Kapsomer
Virus dengan 60 kapsomer. Contohnya picornavirus.
f. Klasifikasi Virus Berdasarkan Sel Inangnya
Virus yang menyerang manusia (contohnya HIV) dan virus yang menyerang
hewan (Contohnya rabies).
g. Klasifikasi Virus Berdasarkan Tempat Hidupnya
Virus hewan, Virus yang parasit pada sel hewan.Contoh : virus Poliomylitis, virus Vaccina, dan
virus Influenza.
Virus diklasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini
disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:
 Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
 Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
 Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
 Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
 Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

B. STRUKTUR VIRUS RNA


RNA yang merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA. Dengan kata lain, DNA berperan
penting dalam tahapan pembentukan RNA dengan membawa informasi genetik berupa kode-kode
sandi atau genetik pada untai ganda DNA untuk dicetak membentuk RNA. Adapun proses
pembentukan RNA terdiri dari dua tahapan dengan bantuan enzim RNA polymerase (RNAp). Enzim
ini mempercepat proses pembentukan RNA. Tahapan pembentukan RNA meliputi:
1. Transkripsi : menggunakan DNA sebagai cetakan disistesis RNA messenger. Proses ini
terdiri atas 3 tahap, yaitu:
a. Inisiasi : enzim RNA polymerase menyalin gen, sehingga terjadi pengikatan RNAp
dengan promoter (tempat pertemuan antara gen/DNA dengan RNAp) yang akan
memberikan inisiasi transkripsi. Selanjutnya, RNAp akan membuka double heliks
DNA (untai ganda) yang berfungsi sebagai cetakan yakni rantai sense.
b. Elongasi : RNAp akan bergerak sepanjang untai ganda DNA, membuka double heliksdan
merangkai ribonukleotida ke ujung 3’ ribonukleotida yang sedang tumbuh, sehingga
dihasilkan rantai RNA yang di dalamnya mengandung urutan basa nitrogen pertama
sebagai hasil perekaman. Jika hasil perekaman sudah mencapai 30 buah, suatu senyawa
kimia yang berperan sebagai penutup untuk memberikan sinyal inisiasi tahap translasi,
dan mencegah terjadinya degradasi RNA akan berikatan dengan ujung 5’ RNA.
c. Terminasi : Proses terminasi ialah terhentinya proses perekaman dan molekul DNA baru
terpisah dari DNA template. Tahap ini ditandai dengan terdiasosiasinya enzim RNAp dari
DNA dan RNA dilepaskan sehingga dihasilkan produk transkripsi yang lengkap disebut
messenger RNA (mRNA).
2. Translasi : merupakan tahap penerjemahan beberapa triplet/kodon dari mRNA menjadi
asam amino yang akhirnya membentuk protein. Setiap triplet terdiri dari urutan basa
nitrogen yang berbeda sehingga akan diterjemahkan menjadi asam amino yang berbeda
pula. Asam amino tersebut akan menghasilkan rantai polipeptida spesifik hingga terbentuk protein
spesifik pula. Proses translasi dapat berupa:
a. Inisiasi : Tahap ini diawali dengan pengenalan kodon AUG yang terdapat pada bagian
akhir mRNA yang disebut juga kodon Start. Kodon AUG akan mengkode pembentukan
metionin. Selanjutnya, metionin dibawa oleh tRNA untuk bergabung melalui
pembentukan ikatan pada subunit besar ribosom sehingga terbentuklah ribosom yang
lengkap. Molekul tRNA pertama yang terikat pada ribosom akan menempati tempat
khusus, yaitu sisi P (Polipeptida) yang akan terbentuk rantai yang dikenal dengan istilah
polipeptida. Sedangkan tRNA berikutnya akan berikatan dengan kodon kedua dan akan
menempati ribosom pada sisi A (asam amino)
b. Elongasi : Tahap ini ditandai dengan pengaktifan asam amino oleh tRNA pada tiap kodon
ke kodon sehingga akan dihasilkan asam amino baru satu per satu.Proses engolasi ini
membuat rantai polipeptida tumbuh semakin panjang akibat asam amino yang terus
bertambah.
c. Terminasi : Proses ini ditandai dengan pertemuan antara antikodon yang dibawa oleh
tRNA dengan UAA, UAG, atau UGA sehingga menyebabkan berhentinya proses translasi.
Akibanya, terlepaslah rantai polipeptida yang dibentuk dari ribosom dan diolah
membentuk protein fungsional.

Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan berikut!

Jelaskan tentang :
1. Famili-Famili yang termasuk dalam golongan virus RNA
2. Berikan beberapa contoh penyakit yang dapat ditimbulkan dari virus RNA
3. Pelajari pula tentang tingkat klsifikasi virus RNA
4. Penyakit dari golongan virus famili Orthomyxoviridae, serta berikan contohnya
5. Jelaskan virus RNA yang bersifat zoonosis

Petunjuk jawaban latihan


Pelajari kembali materi tentang macam-macam virus RNA beserta contoh-contoh penyakit yang
ditimbulkannya, diskusikan dengan kelompok saudara agar saudara dapat mengerjakan soal
latihan ini dengan baik,

Ringkasan

Virus RNA (asam ribonukleat) juga merupakan asam nukleat (polinukleotida yang terdiri dari unit-
unit mononukleotida). RNA merupakan asam nukleat untai tunggal yang
terdiri dari unit-unit pembangun berupa mononukleotida. Setiap nukleotida terdiri atas satu gugus
fosfat, satu gugus pentosa, dan satu gugus basa Nitrogen (N). RNA merupakan hasil transkripsi dari
suatu fragmen DNA, sehingga kedudukan RNA ialah sebagai polimer dan jauh lebih pendek
dibanding DNA.
Famili yang termasuk virus-virus RNA adalah Picornaviridae, Reoviridae, Togaviridae,
Arenaviridae, Coronaviridae, Retroviridae, Bunyaviridae, Orthomyxoviridae, Paramyxoviridae,
Rhabdovirus. Berbagai famili virus RNA dapat menimbulkan penyakit- penyakit zoonosis yang dapat
ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya dari manusia ke hewan. Poliovirus yang
termasuk Enterovirus dari famili Picornaviridae. Coxsackie virus yang juga termasuk Enterovirus
dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan pada manusia, antara lain : aseptic
meningitis, hepatitis A virus. Enterovirus yang juga anggota Enterovirus pada manusia dapat
menimbulkan aseptic meningitis.Famili Reoviridae yang dapat juga menyebabkan penyakit pada
manusia antara lain Reovirus menimbulkan diare. Paramyxovirus dari famili Paramyxoviridae
adalah penyebab penyakit rabies. Coronaviridae diduga merupakan penyebab infeksi saluran
pernapasan pada manusia, misalnya SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom). Famili Retroviridae,
pengaruhya pada manusia masih belum jelas, tetapi pada hewan dapat menyebabkan leukemia.

Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Termasuk Enterovirus dari famili Picornaviridae dimasa lalu sering menjadi epidemi
diberbagai daerah di seluruh dunia.Penyakit yang dapat ditimbulkan adalah
A. Rabies
B. Sars
C. Influenza
D. Mumps
E. Poliomielitis
Sumber:materi hal 43
2. Vaksin Picornavirus tidak digunakan selama beberapa dekade sebagai pencegahan
munculnya penyakit pada manusia. Mana dari pernyataan berikut ini yang benar
A. Vaksin Polio hidup yang dilemahkan menyebabkan resistensi saluran cerna
B. Tersedia vaksin virus mati yang efektif terhadap tiga tipe utama rhinovirus
C. Vaksin Poliovirus hidup yang dilemahkan memicu imunitas yang melindungi terhadap
infeksi virus coxcasackie B
D. Tidak ada vaksin echovirus yang tersedia boleh diberikan kepada pasien luluh-imun
E. Hanya vaksin poliovirus hidup yang yang dilemahkan saja yang saat ini dianjurkan
untuk dipergunakan di Amerika Serikat

Sumber: materi hal 28


3. Penggunaan vaksin polio oral hidup telah diganti dengan vaksin polio tidak aktif di
berbagai negara. Alasan terjadinya hal ini karena
A. Lebihefektif dari segi biaya untuk menggunakan vaksin tidak aktif
B. Di daerah yang sudah mengalami erdikasi poliovirus, resiko penyakit akibat vaksin
jauh lebih besar darpada penyakit akibat virus liar
C. Hanya diperlukan satu dosis vaksin tidak aktif dibandingkan dengan vaksin oral yang
perlu diberikan berkali-kali
D. Galur poliovirus dalam sirkulasi telah berubah sehingga vaksin hidup tidak lagi efektif
E. Pemberian vaksin ini hanya diperlukan sekali dalam seumur hidup
Sumber: materi hal 28
4. Virus rabies cepat dihancurkan oleh
A. Radiasi ultraviolet
B. Pemanasan suhu 56 derajat selsius selama 1 jam
C. Eter
D. Tripsin
E. Semua diatas
Sumber: materi dasar dasar virologi
5. Adanya badan inklusi sitoplasma eosinofilik dalam neuron disebut badan negri,
merupakan ciri khas infeksi sistem saraf pusat. Berikut yang benar
A. Penyakit Borna
B. Rabies
C. Hepatitis
D. Mumps
E. Ensefalitis pasca vaksinasi
Sumber: https://www.alodokter.com/rabies
6. Seorang anak laki-laki menderita penyakit demam akut. Diagnosa dokter adalah
gondongan, organ yang paling sering menunjukkan tanda dari gondongan adalah
A. Paru
B. Ovarium
C. Kelenjar parotis
D. Kulit
E. Testis
Sumber: materi hal 35
7. Mana dari paramyxovirus berikut yang memiliki glikoprotein permukaan HN yang tidak
mempunyai aktifitas hemaglutinin
A. Virus campak
B. Virus gondongan
C. Virus parainfluenza tipe 1
D. Respiratory syncytial virus
E. Virus rubella

Sumber: hal 34
8. Yang merupakan penyebab rabies adalah
A. Lyssa virus
B. Leukosis virus
C. LCM virus
D. Lassa fever virus
E. Alphavirus
Sumber: hal 37
9. Epidemi SARS coronavirus pada tahun 2002-2003 menyebabkan banyak kasus dan
kematian. Apa jalur utama transmisi coronavirus manusia
A. Fekal-oral
B. Respirasi
C. Darah
D. Perinatal dari ibu ke bayi
E. Aktifitas seksual
Sumber: hal 30
10. Wabah SARS ditandai dengan pneumonia dan gagal napas progresif, pencegahan atau
terapi penyakit ini dapat dilakukan dengan
A. Vaksin subunit
B. Vaksin hidup yang dilemahkan dan diadaptasikan dengan dingin
C. Obat antivirus amantadine
D. Standart pengendaliann infeksi ,termasuk isolasi dan pemakaian alat pelindung diri
E. Obat antivirus asiklovir
Sumber: hal 31
11. Virus HIV sangat berbahaya karena menyerang
A. System pertahanan tubuh manusia
B. Hati
C. Otot
D. Seldarah
E. Otak
sumber: https://wolipop.detik.com/parenting/d-1417635/fakta-penting-tentang-
hivaids
12. Virus flu burung banyak sekali tipenya, tetapi yang paling berbahaya adalah tipe
A. H1N5
B. H5N1
C. H5N5
D. H1N1
E. H4N5
Sumber: hal 34 & 33
13. Campak disebabkan oleh virus
A. Paramyxovirus
B. Orthomyxovirus
C. Avian influinza
D. Adenovirus
E. Retrovirus
Sumber: https://www.alodokter.com/campak
14. Virus yang menyebabkan penyakit leukimia adalah
A. Arenavirus
B. Papillomavirus
C. Retrovirus
D. Lyssavirus
E. Orthopoxvirus
Sumber: hal 31
15. Virus rabies dapat dihancurkan dengan cepat oleh
A. Radiasi ultraviolet
B. Pemanasan suhu 56 derajat celcius selama 1 jam
C. Eter
D. Tripsin
E. Semua diatas
Sumber: https: dasar dasar virologi
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1. B 6. C 11. B
2. D 7. A 12. A
3. A 8. C 13. D
4. D 9. A 14. D
5. A 10. C 15. A

Test Formatif 2
1. E 6. C 11. A
2. A 7. D 12. B
3. B 8. A 13. A
4. E 9. B 14. C
5. B 10. D 15. E
Glosarium
Aerofobia : kegelisahan yang hebat bergantian dengan sikap tenang dan
berdiam diri, puncak dari kkegelisahan akan meningkat
menjadi ketakutan yang mencekam dan halusinasi pada
penderita rabies.
Akson : jalur transmisi utama sistem saraf dan mereka membantu
membuat saraf. Aksonmerupakan individual berukuran
sekitar satu mikro
Anemia hemolotik : kondisi di mana hancurnya sel darah merah (eritrosit) lebih
cepat dibandingkan pembentukannya. Kondisi tersebut
menyebabkan sel darah merah tidakmemiliki masa hidup
seperti sel normal
Asimtomatik : tanpa gejala
Badan inklusi : merupakan protein-protein yang dihasilkan dari virus
Budding : keluarnya virus complete dari sel inang
Endemik : suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada
dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi
tertentu
Epidemik : mewabahnya penyakit dalam komunitas / daerah tertentu
dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang
biasa
Hidrofobia : ketakutan yang berlebih-lebihan dan tidak normal pada air
Imunofluoresensi : sebuah teknik untuk mendeteksi molekul menggunakan
antibodi label dengan pewarna neon. Antibodi neon terikat
dapat dideteksi dengan mikroskop atau dengan sitometri
aliran arus tergantung pada aplikasi yang digunakan
Onset : penampilan pertama dari tanda-tanda atau gejala suatu
penyakit
Sindrom Guillain- : sebuah gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang
Barré saraf. Lemah dan kesemutan pada kaki, biasanya menjadi
gejala yang paling awal. Sensasi ini dapat dengan cepat
menyebar, yang akhirnya dapat melumpuhkan seluruh
tubuh orang tersebut
Splenomegali : pembesaran limpa, keadaaan ini biasanya terjadi akibat
proliferasi limfosit dalam limpa karena infeksi di tempat lain
tubuh
Talasemia : sebuah penyakit kelainan yang terjadi pada sel darah
manusia
Vaksin kwadrivalen : merupakan salah satu jenis vaksin HPV
Virion : partikel virus yang utuhsecara struktural dan menular
Virus Onkogenik : virus yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang
mempengaruhi proses onkogenesis. Onkogenesis adalah hasil
akumulasi berbagai perubahan genetik yang mengubah
ekspresi atau fungsi protein yang penting dalam
pengendalian pertumbuhan dan pembelahan sel.
Daftar Pustaka
Centers for Disease Control and Prevention CDC. 2017. Human Papillomavirus
(HPV). Genital HPV Infection - Fact Sheet.Atlanta : Departementof Healt & Human
Services

Davis, CP. Medicine Net. 2016. Hepatitis (Viral Hepatitis A,B,C,E,G),America :


American Board of Internal Medicine

Gompf, S. G. 2015. Rabies. Medscape:


http://emedicine.medscape.com/article/220967- overview. Diunduh 2
Februari 2018.

Jawet, Melnick, and Adelberg. 2014. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25.


Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Kuswiyanto. 2016. Buku Ajar Virologi Untuk Analis Kesehatan. Jakarta : Buku
kedokteran EGC

Kate Rittenhouse, Olson and Ernesto De Nardin. 2017. Immunologi dan


Serologi Klinis Modern. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Soedarto. 2010. Virologi Klinik. Surabaya: Sagung Seto

WHO. 2017. Immunization and Biological Human papillomavirus (HPV).


Geneva : World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai