Kel 2
Kel 2
Kel 2
TRAUMA THORAX
ENDAH ARISA
DESRI MELIA
NURUL IZATI
RATNA DESI
DOSENPEMBIMBING :
Ns.TIURMAIDA SIMANDALAHI,M.Kep
PADANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “trauma thorax“dan dengan harapan semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehinga lebih mengenai perasaan manusia.
Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi Para, Pelajar, Umum Khususnya pada kami sekolompok
dan semua yang membaca makalah ini semoga bisa dipergunakan dengan manfaat.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A. Definisi thoraks............................................................................................................................2
B. Klasifikasi trama dada..................................................................................................................3
C. TRAUMA DADA YANG POTENSIAL MENGANCAM NYAWA........................................................11
D. TRAUMA DADA TIDAK MENGANCAM NYAWA..........................................................................16
BAB III........................................................................................................................................................21
PENUTUP...................................................................................................................................................21
A. Kesimpulan............................................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma
thorax diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus.Trauma tumpul merupakan luka atau cedera
yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang berhubungan dengan
trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50% kematian yang berhubungan dengan trauma
yang mencakup cedera sistem multiple. Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau
tembus (penetrasi).Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul
kesulitan dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum dan
rancu.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan trauma thorax?
b. Apa etiologi dari trauma thorax?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari trauma thorax?
d. Bagaimana patofisiologitrauma thorax?
e. Bagaimana penatalaksanaan kegawardaruratan trauma thorax?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat trauma thorax?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi thoraks
Trauma dada, baik itu tumpul atau penetrasi, merupakan sumber mobiditas dan
mortalitas yang signifikan.Karena dad terdiri dari banyak organ yang bertanggungjawab
untuk ventilasi, oksigenesi, dan sirkulasi, cedera traumatic pada dada dapat menyebabkan
kerusakan fungsi vital paling banyak.Trauma dad dapat berpengaruh terhadap salah satu
atau seluruh komponen dinding dada dan kavum thorax.Trauma langsung pada struktur
tulang mengganggu mekanisme ventilasi, dan merusak perenkim paru-paru mengganggu
pertukaran gas atau oksigenasi. Berdampak buruk pada cardiacoutput yang disebabkan
oleh kerusakan cardiac primer atau disfungsi, perubahan tekanan intrathorakal dan
penueunan venous return, atau gangguan pada pembuluh mayor dan kehilangan darah
massif.
Penyebab trauma dada yang paling banyak adalah tabrakan sepeda motor (motor
vehicle crass/MVCs). Penganiayaan, jatuh, ledakan, trauma dada dapat dikategorikan
dalam kriteria mengancam nyawa.
1. Tension pneumothorax
Tension pneumothorax terjadi ketika udara masuk ruang pleural sepanjang inspirasi
dan tidak dapat keluar selama ekspirasi. Udara berkumpul pada kavum thorax
menyebabkan ancaman hemodinamik yang mengancam nyawa. Peningkatan tekanan
intrathorakal menyebakan sisi paru-paru yang berlawanan kolaps dan mediastinum
bergeser, m,enekan jantung dan pembuluh vena besar. Venous return, dan kemudian
cardiac output, mengalami penurunan.Kondisi ini memerlukan intervensi segera.
Tension pneumothorax disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi, atau
komplikasi dari ventilasi mekanik.Pasien dengan pneumothorax kecil dapat berkembang
menjadi tension pneumothorax dengan cepat setelah ventilasi tekanan positif, dengan bag-
mask atau ventilator mekanik, dapat diketahui sejak awal.
2
a. Tanda dan gejala
Respitory distress berat: dyspnea, gelisah, dan takipnea.
Tanda penurunan curah jantung : takikardi, hipotensi, perfusi perifer yang tidak
baik, sianosis, dan gelisah.
Distensi vena jugularis karena mediastinum bergeser dan pembuluh darah vena
besar.
Deviasi trakea, menjauh dari sisi yang terkena (mengarah pada paru-paru “yang
baik”) dan memungkinkan deviasi mediastinum.
Hasil perkusi hipersonor pada dinding dada sisi yang terkena.
Bunyi jantung menjauh.
Gejala seperti distensi vena jugularis, pergeseran trakea dan sianosis akan
meningkatkan saat kondisi memburuk, dan pasien mungkin menunjukkan tanda
perburukan hipoksia seperti penurunan tingkat kesadaran.
b. Prosedur diagnostic
Temuan klinis mungkin mengindikasikan perlu untuk dekompresi jarum pada
paru-paru yang terkena sebelum melakukan prosedur diagnostic khusu, seperti
radiografi dad.
Radiografi dada: deviasi trakea dan pergeseran mediastinal mungkin ditemukan.
c. Intervensi Terapeutik
Dukung airway, breathing dan circulation pasien:berikan suplementasi oksigen.
3
Tamnade cordis
Pnemthrax terbuka
Hemathorax massif
Flalil chest
2. Trauma dada yang berptensi mengancam jiwa
Disrupsi aorta
Trauma kardiak tumpul ( kontusio cardiak )
Kontusio pulmonal
Disrupsi tracheobronchial
Robekan diafrgma
Disrupsi esophagus
3. Trauma dada yang tidak mengancam jiwa
Simple peunomothorax
Fraktur iga
Fraktur sternum
Fraktur klavikua
Fraktur scapula
Gunakan kateter jaru ukuran 14 atau 16 gauge atau lebih, panajang 3-6cm
(ukuran 18atau 20 gauge pada pasien pediatric/ anak-anak)
Tusukan jarm diatas cost eke tiga pada ruang intercista (ICS) kedua, garis
midklavikula, pada sisi yang terkena.
Udara di bawah tekanan akan keluar, keluarkan stylet jarum, tinggalkan kateter
pada tempatnya sampai tube dada dapat dimasukkan.
Hemlich flutter valve jika tidak dapat dengan cepat memasukan tube.
4
2. Tamponade cordis
Tamponade cordis merupakan pengmpulan darah atau bekuan darah pada rongga
pericardial. Akumulasi darah tersebut menekan jantung, membatasi pengisian ventrikel
dan menurukan curah jantung. Penurunan fungsi jantung langsung berhubungan dengan
kecepatan dan luasnya akumulasi cairan.jika akumulasi berlangsung cepat, sebanyak 100-
150 mL darah di rongga pericardial dapat berpengaruh buruk terhadap curah jantung
pemeyebab utaa temponade kordis adalah trauma dada penetrasi (80-90%) seperti luka
tembak.
5
CT scan jika hemo dinamik pasen stabil
c. Intervensi terapeutik
Dukung airway,breathing, and circulation, berikan oksigen tambahan.
Infus cairan intravena dengan cepat untuk meningkatkan tekanan pengisian
cardiac
Pada pasien yang hemodinamik tidak stabil, pericardioccntesis jantung mungkin
diperlukan untuk mengurangi tekanan jantung sementara,memperpanjang waktu
untuk memindahkan pasien ke ruang operasi atau pusat penanganan khusus
Intervensi pembedahan secara umum diperlukan
3. Pneumothorax Terbuka
Jika luka penetrasi berhubungan langsung dengan ruang pleura, maka udara
memasuki thorax dan tekanan negatif intrathorakal hilang. Seperti pada
pneumothorax tertutup. Paru-paru oada sisi yang terkena akan kolaps, udara berlanjut
masuk dan keluar rongga dada melalui luka tersebut melalui luka tersebut
selamapasien inspirasi, membuat suara menghisap. Jika luka pada dinding dada
mendekati dua pertiga diameter trakea, pada waktu inspirasi udara akan memilih
masuk ruang pleura dari pada melalui jalan nafas atas pasien. Situasi ini mengsailkan
hipoksia berat.
Balutan tertutup tiga sisi menciptakan ketup yang bisa membuka dan bisa menutup
sehingga berpengaruh terhadap pneumothorax terbuka. Saat pasien bernafas, balutan
akan mencegah udara masuk ke ruang pleura; saat ekspirasi, udara akan mengikuti
katup sisi balutan yang terbuka sehingga mencegah terjadinya tension pneumothorax.
4. Hemothorax
7
b. Prosedur Diagnostik
Lakukan hitung darah lengkap serial; mungkin menunjukan penurunan
hemoglobin dan hematokrit.
Lakukan radiografi dada; mungkin menunjukan trauma tumpul pada sisi
kostofrenikus pada posisi tegak.
c. Intervensi Terapeutik
Dukungan airway, dan breathing, berikan oksigen tambahan
Perbaiki volume darah yang bersirkulasi dengan kristaloid dan produk darah
intravena.
Bantu penempatan tube dada :
Tube ukuran besar (37-38 french) dimasukan pada ICS keempat dan
kelima pada linea midaksilaris.
Hubungkan tube dengan suction.
Jaga unit drainase lebih rendah dari dada untuk membantu aliran drainase
Jaga unit menghadap ke atas untuk mencegah hilangnya sistem water seal
Kaji dan dokumentasikan fluktuasi drainase pada selang, termasuk
output, warna drainase, ada atau tidaknya kebocoran udara, juga lakukan
pengkajian sesuai dengan pengkajian FOCA.
Pertimbangkan autotransfusi.
Siapkan pembedahan darurat jika drainase awal lebih dari 1500 mL atau
drainase awal 1000 mL yang diikuti 200 mL drainase tiap 2 sampai 4
jam.
5. Flail chest
Flail chest terjadi ketika dua atau lebih costa yang berurutan mengalami fraktur
pada satu atau lebih tempat atau ketika sternum lepas. Segmen yang patah kehilangan
kontinuitas dengan dinding dada dan mengakibatkan perubahan tekanan intrathorakal
melalui gerakan paradoksal. Gerakan paradoksal dapat diartikan sebagai pergerakan
segmen flail berlawanan dengan
8
Keuntungan :
Kerugian :
Dinding dada yang utuh. Pada waktu inspirasi, segmen yang patah akan bergerak
ke dalam, walaupun normalnya bergerak ke luar, saat ekspirasi segmen yang patah akan
terdorong ke luar. Seringkali segmen yang patah tidak terlihat pada awalnya, ditemukan
ketika pasien kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan. Kerja pulmonal terganggu
akibat flail chest akan tetapi gangguan akibat cedera pulmonal di bawahnya lebih
signifikan.
9
Nyeri dada dan krepitasi tulang
Distres respirasi, dispnea, takipnea, dan kegagalan respirasi mungkin terjadi
Hemothorax dan pneumothorax
Pergerakan dinding dada asimetri atau pergerakan paradoksal
Kemungkinan emfisema subkutan
b. Prosedur Diagnostik
Radiografi dada dan CT Scan menunjukkan fraktur costa atau sternal
Analisa Gas Darah (AGD) untuk menentukan status ventilasi
c. Intervensi Terapeutik
Lakukan manajemen dengan narkotik sistemik, blok syaraf interkosta, atau blok
epidural
Berikan oksigen tambahan untuk mempertahankan Po2 80-100 mmHg, monitor
oksimetri nadi secara kontinue
Intubasi endoktrakheal dengan menggunakan ventilasi mekanik dan positive end
expiratory pressure (PEEP)
Koreksi hipovolemia, berikan kristaloid intravena secara bijaksama karena
kemungkinan kontusio pulmonal di bawahnya
Pertimbangkan penempatan kateter arterial untuk pemeriksaan AGD frekuen
Persiapkan untuk rawat inap atau pindahan di fasilitas penanganan khusus
Antisipasi kemungkinan pembedahan untuk fiksasi internal segmen yang patah
Jangan lakukan stabilisasi pada segmen yang patah dengan menggunakan
sandbags, tetapi gunakan splinting dengan gulungan handuk yang dapat
memberikan keuntungan jika hal tersebut meningkatkan volume tidal pasien.
a. Ruptur Miokardium
10
perdarahan mungkin tertampung sementara, pindahkan pasien yang survive
secepatnya ke depertemen gawat darurat.
1. Injuri Aorta
Injuri pada aorta dapat terjadi dari lubang sobekan kecil (transeksi persial) sampai
ruptur aorta komplet yang menghasilkan perdarahan masif dan tingkat mortalitas awal
11
sebesar 60%-90%. Jika transeksi yang terjadi persial, pasien mungkin bertahan sampai
dipindahkan ke rumah sakit, akan tetapi hampir semua pasien mempunyai injuri serius.
Sisi yang paling umum mengalami injuri aorta adalah bagian distal arteri subclavikula
kiri (isthmus aorta) dan akar aorta.
b. Prosedur Diagnostik
Radiografi dada
- Mediastinum melebar
- Gambaran aortic knob tampak kabur atau tidak terlihat
- Hemothorax
- Elevasi bronkus kanan
CT dada apabila hemodinamik pasien stabil
Pemeriksaan FAST pada dada, TEE atau TTE
Aortagrafi merupakan standar emas untuk mendeteksi injuri, aorta, sehingga
mendapatkan visualisasi aorta dan setiap tetesan ataupun aklusi/sumbatan.
c. Intervensi Terapeutik
12
Dukung airway dan breathing, berikan oksigenasi tambahan
Kontrol perdarahan apapun sumbernya (hemopneumothorax, fraktur tulang panjang
atau pelvis tidak stabil, perdarahan intrakranial)
Resusitasi cairan dengan kriotaloid atau produk darah
Jika transeksi parsial, berikan short-acting beta-blockeri (labetalol, esmolol) untuk
menurunkan heart rate dan menurunkan MAP mendekati 60 mmHg. Terapi ini
memungkinkan pasien untuk dipindahkan ke pusat perawatan khusus
Penempatan stent endovascular pada sisi yang mengalami transeksi parsial apabila
memungkinkan
Pembedahan terbuka dengan bypass cardiopulmonal mungkin diperlukan.
Cidera tumpul jantung/Blunt Cardiac Injury (BCI) terjadi lebih sering dari pada
yang terdiagnosa, hal tersebut tidak terlihat karena adanya cedera yang lebih parah.
Cidera tumpul jantung/BCI harus dipertimbangkan ketika mekanisme cedera adalah
tabrakan kendaraan bermotor dengan cedera akselerasi-deselerasi (khususnya ketika dada
menghantamroda setir), crust injury, atau jatuh dari ketinggian. Cidera tumpul
jantung/BCI dapat disebabkan oleh kompresi dada selama resusitasi jantung paru (RJP).
13
b. Prosedur Diagnostik
Kecurigaan yang tinggi pada mekanisme injuri
Monitoring jantung terus menerus mungkin menunjukkan sinus takikardi, ventrikuler
prematur atau kontraksi atrium, fibrilasi atrium
EKG 12 lead mumgkin menunjukkan ST elevasi di segmen V1, V2, V3 dan pola right
bundle branch
Echocardiogram transesophageal atau transthorasic untuk mengidentifikasi pergerakan
dinding ventrikel kiri abnormal
CKMB dan troponin mungkin meningkat tetapi temuan tersebut bukan merupakan
prediktor yang akurat
c. Intervensi Terapeutik
Penanganan sama pada pasien dengan infark miokard akut, dengan pengecualian
terapi fibrinolitik
Berikan oksigen tambahan
Tempatkan pasien semo fowler dan bed rest
Berikan analgesik untuk nyeri dada
Pindahkan pasien ke unit intensif untuk monitoring jantung dan hemodinamik
Jika terdapat tanda kegagalan jantung, gunakan vasopressor untuk menjaga tekanan
darah 90 mmHg dan inotropik untuk meningkatkan kontraktilitas.
3. Ruptur diafragma
Ruptur diafragma dapat terjadi akibat trauma penetrasi seperti luka tembak atau
luka tusuk atau trauma tumpul yang disebabkan karena tabrakan kendaraandengan
kecepatan tinggi.Ruptur paling banyak terjadi pada diafragma kiri dikarenakan diafragma
kanan mempunyai struktur yang lebih kuat dan sebagian terlindungi oleh hati. Ruptur
atau sobekan pada diafragma memungkinkan terjadinya herniasi organ abdomen ke
kavum dada. Hal ini menyebabkan gangguan pada respirasi dan ventilasi.Injuri pada
14
thorak bagian bawah atau abdomen bagian atas meningkatkan kewaspadaan terhadap
cidera.
c. Intervensi terapeutik
Pertahankan airway, breathing dan circulation
Selang orogastic atau nasogastrikuntuk dekompresi perut
Jika pesien stabil, dapat dilakukan pemeriksaan gastrointestinal atas, esophagoscopy
atau gastrocopy
Bedside endoskopi
Dukung jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, intubasi endotrakeal bisa dilakukan
Berikan akses intervena dan mulai berikan cairan
Antisipasi pembedahan darurat atau pasien dipindahkan kefasilitas khusus untuk
perbaikan.
15
D. TRAUMA DADA TIDAK MENGANCAM NYAWA
1. Pneumothorak sederhana
2. Fraktur Iga
16
Fraktur iga merupakan cidera thorak yang sering ditemukan.Fraktur sering
dihasilkan dari hantaman pada dada secara langsung tetapi juga dapat disebabkan oleh
penetrasi objek seperti tonggak pagar atau peluru.Fraktur dada iatrogenik terjadi akibat
dari kompresi dada atau abdominal trust.
Fraktur iga terjadi pada umum nya dibagian lengkungan, yang merupakan bagian
yang paling lemah.Fraktur paling sering terjadi pada iga ke-4 sampai ke-9. Fraktur pada
sternum atau iga pertama atau kedua mengindikasikan bahwa energi yang
memperngaruhi tubuh
Prosedur diasnitik
Intervensi terapeutik
17
- Sediakan manajemen nyeri dengan analgetik oral,anastesi epidural ubrtuk membantu
ventilasi dan ekspansi dada adekuat
- Batasi aktivitas
- Berikan terapi dingin untuk 2 jam pertama,berikutnya terapi panas
- Pasien lansia dengan penyakit yang menyertai mengalami penurunan pengembangan
paru-paru dan mungkiin membutuhkan hospitalisasi.
- Monitir status respirasi deengan ketat untuk mendeteksi adanya perburukan lebuh awal.
- Intruksikan pasien penggunanaan spirometer secara tepat tulang iga pada anak kecil
terutama tersusun dari kartilago dan secara umum lebih lentur dan tidak mudah
patah,peertimbangan adanya maltreatment pad kondisi fraktur yang tidak dapat dijelaskan
- Sabuk atau pengikat dada dapat membatasi pergerakan dada,menyebabkan atelaktasis,dan
merupakan kontraindikasi.
3. FRAKTUR STERNUM
Fraktur pada sternum memerlukan tenaga yang sangat kuat,kondisi ini jarang
merupakan cedera yang berdiri sendiri sis yang paling banyak mengalami fraktur
adalah bagian juction .sternum yang terlepas total dipertimbangkan sebagai fisik
segemen yang sangat memerlukan penangann.
Prosedur diagnostik
18
-Biomasker jantung untuk memetikantidak adanya traumaa tumpul jantung yang
menyertai .
-Pengkajian ulang secara trekuen untuk mendeteksi kemungkinan konfusuio pulmonal
atau trauma tumpul jantung.
-Kontrol nyeeri untuk mendukung ventilasi adekuat
-Pembedahan yang memungkinankan untuk fiksasi sternum
4. FRAKTUR KLAVIKULA
Klavikula merupakan bagian yang sering dan mudah mengalami fraktur.fkratur
klavikula paling sering diaibatkan oleh energi tumpul dan secra khas ditemukkan pad
cedea atlet akibat hantaman lateral atau jatuh dengan tangan menyangga.fraktur ini secara
umum banyak pada anak-anak dan umum naya tidak dianggab serius.fraktur klavikula
biasanya patahan:distal (15%).fraktur medial (dekat dengan sternum) dapat berhubungan
dengan cedera lain,seperti fraktur costac pertama pertama,faktrur sternum dan cedera
pembuluh vena besar.
Prosedur diagnostik
Intervensi terapeutuik
19
- Imobilisasi dengan sling
- Secara hati-hati kaji pulpasi pada lengan sisi yang yang mengalami cedera vena
subklavikula atau cedera lainya .
- Secara hati-hati kaji pulsasi pada lengan yang mengalami cedera untuk
mengidentifikasi kemungkianan kerusakan kerusakan pada plexus brachialis
- Antisipasi reduksi tertutup pada fraktur pada fraktur pergeseran atau pembedahan
untuk ada kekuatan reduksi terbuka.
5. FRAKTUR SKAPULA
Harus dan energi yang besar untuk mematahkan skapula .cedera yang
jarang,fraktur skapula biasanya merupakanhasil dari kecelakaan kendaraan bermotor
kecepatan tinggi atau jatuh dari ketinggian dan biasanya berhubungan dengan cedera
signifikan pada dad dan paru-paru.
Prosedur diagnostik
Intervensi teraupeutik
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul
maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada
rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi
atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga
dapat terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax,
Tamponade Jantung, dan sebagainya.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan sistem pernafasan
trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran keadaan pasien dan rencana
asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih.
21
DAFTAR PUSTAKA
Emergency Nurses Association.(2007). Trauma nursing core course provider manual (6 thed). Des
Plaines, Il: Author.
22