Pengkajian Formularium
Pengkajian Formularium
Pengkajian Formularium
A. LATAR BELAKANG
Perawatan penderita di rumah sakit dan dalam memfasilitasi perawatan kesehatan
lain sering sekali tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Saat ini, biaya
pengobatan di sarana pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit semakin mahal.
Salah satu penyebab mahalnya biaya pengobatan adalah penggunaan obat yang tidak
rasional. Ketidakrasionalan dalam pengobatan dapat disebabkan karena kesalahan
pemilihan obat. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan obat yang kurang sesuai
dengan keadaan pasien sehingga pengobatan menjadi tidak efektif dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk penyembuhan pasien. Semakin lama
pasien dirawat di rumah sakit maka semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan. Selain itu, banyak pula pasien yang mendapat pengobatan yang tidak
perlu atau penderita mendapat obat nama dagang yang sangat mahal padahal ada
obat generik yang mempunyai komposisi dan khasiat yang sama dengan nama obat
dagang tersebut.
Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkannya suatu
program penggunaan obat baik di rumah sakit, guna memastikan bahwa pendertita
menerima perawatan yang terbaik. Ketepatan pemilihan obat dalam kelas terapi
memerlukan penguasaan farmakologi, farmakodinamik, farmakoekonomi,
sedangkan mengobati secara rasional memerlukan standar profesi yang tinggi dalam
bidang terapetik maupun diagnostik. Untuk kepentingan perawatan penderita yang
lebih baik, rumah sakit harus mempunyai suatu program evaluasi pemilihan dan
penggunaan obat yang objektif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi
obat yang tepat dan ekonomis. Salah satu implementasi program tersebut adalah
adanya sistem formularium yang dibentuk oleh suatu komite khsusus dalam pada
rumah sakit yang dinamakan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) atau Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT).
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari
suatu rumah sakit yang bekerja melalui PFT, mengevaluasi, menilai, dan memilih
dari berbagai zat aktif obat dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam
1
perawatan pasien. Sementara itu, formularium merupakan suatu dokumen yang
secara terus menerus direvisi, memuat sediaan obat dan informasi penting lainnya
yang merefleksikan keputusan klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit.
Formularium memuat ringkasan informasi obat yang mudah dipahami oleh
profesional kesehatan di rumah sakit. Pada umumnya, iniformasi itu mencakup
nama generik, indikasi, penggunaan, kekuatan, bentuk sediaan, posologi,
toksikologi, jadwal pemberian, kontraindikasi, efek samping, dosis regimen yang
direkomendasikan di dispensing dan informasi penting yang harus diberikan pada
pasien. Keberadaan formularium yang baik sangat bermanfaat bagi rumah sakit
karena rumah sakit hanya akan menyediakan jenis dan jumlah obat sesuai kebutuhan
pasien. Kegunaan pengelolaan sistem formularium secara terus menerus adalah
mengoptimalkan pelayanan penderita melalui seleksi dan penggunaan yang rasional
zat aktif dan sediaan obat dalam rumah sakit. Apoteker memiliki peran utama dalam
keamanan dan kemanfaatan relatif sediaan farmasi yang diusulkan untuk
penambahan atau penghapusan dari formularium. Selain itu apoteker juga menjadi
kunci dalam penerimaan resep dengan menjelaskan dan mendukung sasaran serta
proses dari pengelolaan sistem formularium.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan tidak hanya melaksanakan upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif,
tetapi seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta sosial
budaya diperlukan juga pelayanan preventif dan promotif. Pelayanan rumah sakit
diharapkan lebih efisien dan efektif dalam pengelolaan dan mutu pelayanannya
dengan memperhatikan fungsi sosialnya. Pelayanan obat yang rasional di rumah
sakit dengan menggunakan obat esensial dan obat generik yang terjangkau akan
meningkatkan derajat kesembuhan dan kepuasan pasien. Penggunaan obat yang
rasional adalah pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dengan
aturan pakai yang tepat dan dengan harga yang terjangkau oleh pasien. Penggunaan
obat rasional terjadi apabila pasien mendapatkan obat yang tepat, dalam dosis yang
sesuai dengan keperluannya, untuk waktu yang memadai, dan dengan harga
terendah untuknya dan komunitasnya. Sementara penggunaan obat yang irasional
ialah ketika salah satu atau lebih kondisi tersebut tidak terpenuhi. Pengobatan yang
rasional diawali dengan penulisan resep obat oleh dokter secara rasional. Dokter
sebagai penulis resep obat untuk pasien merupakan tenaga kesehatan yang sangat
berperan dan otonom. Kepatuhan dokter menulis resep dipengaruhi oleh perilaku,
2
dimana faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku adalah individu atau faktor
internal, dan faktor lingkungan atau faktor eksternal. Aturan formularium obat di RS
Umum Pekerja merupakan pedoman penggunaan obat secara rasional yang
diresepkan kepada pasien. Obat akan diresepkan bila memang diperlukan dan dalam
setiap kasus pemberian obat harus dipertimbangkan berdasarkan rasio manfaat-
resikonya (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan pasien, memiliki izin edar
dan indikasi yang disetujui oleh Badan POM. Selain itu dipertimbangkan pula rasio
manfaat-biaya (benefit-cost ratio) sehingga mudah dijangkau oleh pasien.
B. TUJUAN
1. Pengkajian Formularium dilakukan agar dapat mengevaluasi terhadap Formularium
RS Umum Pekerja.
2. Pengkajian Formularium dilakukan untuk mengetahui kepatuhan dokter terhadap
penggunaan formularium di RS Umum Pekerja
3. Pengkajian Formularium dilakukan untuk dapat mengevaluasi penggunaan obat
sesuai formularium di RS Umum Pekerja
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. EVALUASI FORMULARIUM
Berdasarkan Panduan Penyusunan Formularium Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh
Ditjen Binfar Kementrian Kesehatan RI Tahun 2010, formularium memuat ringkasan
informasi obat yang mudah dipahami oleh profesional kesehatan di rumah sakit. Pada
umumnya, informasi itu mencakup nama generik, indikasi penggunaan, kekuatan, bentuk
sediaan, posologi, jadwal pemberian, kontraindikasi, efek samping, dosis regimen yang
direkomendasikan di dispensing dan informasi penting yang harus diberikan pada pasien.
Selain informasi obat, format formularium sangat penting karena menentukan kepraktisan
penggunaan sehar-hari dan efisiensi biaya penerbitan. Formularium dengan ukuran buku
saku, mudah dibawa oleh profesional kesehatan dan dapat meningkatkan penggunaan obat
formularium.
Secara umum, formularium berisi tiga bagian utama yaitu Informasi kebijakan dan
prosedur rumah sakit tentang obat, Daftar Obat, dan Informasi Khusus.
4
Tabel 1. Hasil Kajian Kelengkapan Formularium RS Umum Pekerja
No. Kelengkapan Ada/Tidak Keterangan
1. Sampul Luar Ada Terdapat judul formularium, nama rumah
sakit, dan tahun
2. Daftar Isi Ada -
3. Sambutan Ada Sambutan Dirut RS Umum Pekerja
4. Kata Pengantar Ada -
5. SK PFT, SK Pemberlakuan Ada -
Formularium
6. Petunjuk Penggunaan Ada -
Formularium
6
penyakit, populasi pasien, gejala dan penyebabnya untuk menentukan kelas terapi dengan
tahapan pengkajian sebagai berikut:
1. Tahap pertama, pengkajian pola penyakit dann populasi pasien dalam satu tahun terakhir
berturut-turut dari data morbiditas yang berasal dari rekam medik rumah sakit, lalu dibuat
tabel berisi kelompok penyakit, sub kelompok penyakit, jumlah dan persentase pasien tiap
tahun. Pengelompokkan penyakit berdasarkan “Interantional Statistical Classification of
Disease and Related Health Problem (ICD-10)”.
2. Farmakologi obat dan bahan pendukung yang diperlukan untuk tiap penyakit.
3. Tahap berikutnya, penetapan nama obat yang diperlukan dalam tiap golongan
farmakologi. Dibuat tabel memmgandung golongan farmakologi, sub golongan
farmakologi, nama obat, dan bahan pendukung yang diperlukan untuk tiap penyakit.
% 0% 0% 0,29%
7
Grafik Presentase Kepatuhan Januari - Maret 2019
Formularium merupakan daftar obat yang digunakan sebagai pegangan dan panduan dalam
pemilihan obat saat pelayanan kepada pasien. Target kepatuhan penggunaan formularium oleh
dokter yaitu 100%.
Pada TW I 2019 jumlah peresepan diluar formularium sebanyak 1 item obat dari 506 item obat
yang termasuk kedalam formularium dengan presentase 1.58%. Pada bulan januari dan februari
tidak ada peresepan diluar formularium, kemudian pada bulan maret jumlah peresepan obat diluar
formularium sebanyak 1 resep . Bila diakumulasi maka presentase kepatuhan dokter terhadap
formularium pada TW 1 adalah 98.6%.
Angka pencapaian ini belum memenuhi target, dimana target kepatuhan penggunaan
formularium oleh dokter yaitu 100%.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dokter dalam peresepan obat terhadap
formularium yaitu mensosialisasikan kembali kepada dokter-dokter terkait formularium rumah
sakit serta terus melakukan evaluasi obat-obat yang tercantum diformularium dengan
perkembangan kesehatan yang ada.
400
jumlah seluruh obat
8
200
1 0.2 4 0.79 4 0.79 % obat diluar
0 formularium
April Mei Juni
Gambar Grafik Presentase Kepatuhan April-Juni 2019
Formularium merupakan daftar obat yang digunakan sebagai pegangan dan panduan dalam
pemilihan obat saat pelayanan kepada pasien. Target kepatuhan penggunaan formularium oleh
dokter yaitu 100%.
Pada TW II 2019 jumlah peresepan diluar formularium sebanyak 4 item obat dari 506 item obat
yang termasuk kedalam formularium dengan presentase 1.78%. Pada bulan april peresepan diluar
formularium sebanyak 1 item obat dengan presentase 0.20%, sementara pada bulan mei sebanyak 1
item obat dengan presentase 0.79%, dan pada bulan maret sebanyak 2 item obat dengan presentase
0.79%. Angka Pencapaian Kepatuhan dokter terhadap Formularium pada TW II ini mengalami
penurunan bila dibandingkan pada TW 1. Dimana pada TW 1 angka pencapaian kepatuhan dokter
dalam peresepan obat sesuai dengan formularium sebesar 98.6%, sedangkan angka pencapaian
kepatuhan dokter terhadap formularium pada TW II ini sebesar 98.2%.
Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan obat-obat baru dengan efektivitas kerja lebih
baik. Sehingga dokter meresepkan obat tersebut sebagai pilihan terapi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dokter dalam peresepan obat
terhadap formularium yaitu dengan mengevaluasi peresepan obat sesuai formularium dengan
pengurangan dan penambahan obat baru dalam daftar formularium serta melakukan monitoring
berkelanjut terkait efek samping obat baru.
9
pemilihan obat saat pelayanan kepada pasien. Target kepatuhan penggunaan formularium oleh
dokter yaitu 100%.
Pada TW II 2019 jumlah peresepan diluar formularium sebanyak 4 item obat dari 506 item obat
yang termasuk kedalam formularium dengan presentase 1.78%. Pada bulan april peresepan diluar
formularium sebanyak 1 item obat dengan presentase 0.20%, sementara pada bulan mei sebanyak 1
item obat dengan presentase 0.79%, dan pada bulan maret sebanyak 2 item obat dengan presentase
0.79%. Angka Pencapaian Kepatuhan dokter terhadap Formularium pada TW II ini mengalami
penurunan bila dibandingkan pada TW 1. Dimana pada TW 1 angka pencapaian kepatuhan dokter
dalam peresepan obat sesuai dengan formularium sebesar 98.6%, sedangkan angka pencapaian
kepatuhan dokter terhadap formularium pada TW II ini sebesar 98.2%.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dokter dalam peresepan obat
terhadap formularium yaitu dengan mengevaluasi peresepan obat sesuai formularium dengan
pengurangan dan penambahan obat baru dalam daftar formularium serta melakukan monitoring
berkelanjut terkait efek samping obat baru.
Dokter mempunyai pengetahuan yang cukup disebabkan dokter mengetahui bahwa rumah
sakit wajib menyediakan obat generik untuk kebutuhan pasien, Instalasi Farmasi wajib menyediakan
obat esensial dengan nama generik untuk kebutuhan pelayanan pasien, dokter wajib menulis resep
obat generik bagi semua pasien, pemberian obat harus dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan
resikonya.
Ada tiga faktor yang terkait dengan ketidaksesuaian penulisan resep dengan formularium,
yaitu faktor dokter, pasien dan obat. Keputusan dokter untuk menuliskan resep dipengaruhi
pendidikan, informasi yang diterima dari sejawat, lingkungan tempat kerja dan industri farmasi, serta
interaksi dengan pasien. Pasien mempunyai keluhan dan keinginan, serta sebagai pihak yang
membayar dapat mempengaruhi penulisan resep dokter. Obat merupakan produk industri farmasi,
dimana pihak industri farmasi berperan mengiklankan produknya kepada dokter agar dokter mau
menggunakannya. Faktor internal yang berhubungan dengan kepatuhan adalah pendidikan,
pengetahuan, sikap dan motivasi, sedangkan faktor eksternal yang berhubungan dengan kepatuhan
adalah kepemimpinan, dan peran komite medik.
Hasil laporan tahunan formularium RS Umum Pekerja, menunjukkan bahwa kinerja rumah
sakit berdasarkan aspek layanan dan aspek mutu dan manfaat bagi masyarakat. Penggunaan obat
10
berdasarkan formularium 2019 merupakan indikator kinerja efisiensi pelayanan dalam aspek
pelayanan dengan persentase dari 35%. Pencapaian nilai penggunaan obat berdasarkan formularium
tahun 2019 sebesar 1,50. Jadi dapat disimpulkan bahwa pencapaian nilai penggunaan obat
berdasarkan formularium di RS Umum Pekerja tahun 2019 sebesar 1,50 tidak mencapai bobot yang
ditetapkan yaitu 2,00. 7
Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan obat-obat baru dengan efektivitas kerja lebih
baik. Sehingga dokter meresepkan obat tersebut sebagai pilihan terapi. Obat-obat baru yang
diresepkan diluar formularium dilakukan pemantauan evaluasi dan monitoring. Jika obat tersebut
efektivitas kerja lebih baik dan tidak menimbulkan efek samping, obat tersebut dapat dimasukkan ke
dalam formularium. Sebelum dimasukkan ke dalam formularium obat tersebut akan disediakan secara
konsinyasi berdasarkan resep yang ditulis dokter praktek. Akan dilakukan evaluasi pemakaian obat
yang diajukan oleh dokter sebagai berikut:
a. Untuk kategori sering akan dilakukan evaluasi pemakaian dalam jangka waktu 1 bulan
b. Untuk kategori sedang akan dilakukan evaluasi pemakaian dalam jangka waktu 3 bulan
c. Untuk kategori jarang akan dilakukan evaluasi pemakaian dalam jangkan waktu 6 bulan
d. Untuk kategori sekali-sekali akan dilakukan evaluasi pemakaian dalam jangka waktu 1
tahun
e. Untuk kategori emergensi atau live saving akan disediakan
f. Untuk konsinyasi akan dievaluasi dalam jangka waktu 1 bulan
Apabila dalam jangka waktu evaluasi yang telah ditentukan tersebut pemakaiannya tidak memadai
atau tidak ada penggunaan, maka obat yang diajukan tidak akan disediakan di Instalasi Farmasi dan
tidak dimasukkan dalam formularium.
11
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian terhadap formularium rumah sakit, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Formularium RS Umum Pekerja edisi tahun 2019, penyusunannya sudah disesuaikan dengan
aturan penyusunan formularium.
2. Kepatuhan dokter meresepkan obat terhadap formularium RS Angka pencapaian belum
memenuhi target 100 %
3. Penggunaan obat terhadap formularium Angka pencapaian ini belum memenuhi target 100%
12