0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
73 tayangan23 halaman

FIX Makalah KGD Retensio Urine

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 23

MAKALAH KEGAWATDARURATAN

“Kegawatdaruratan Perkemihan: Retensio Urine ”

Dosen Pengajar :

Ns. Mardiani, S.Kep., MM

Di susun Oleh :

Oktavia P0 5120317 028


Reka Oktadiana P0 5120317 029
Ricky Ardiansyah P0 5120317 030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis uacapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunianyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Kegawatdaruratan Perkemihan: Retensio Urine” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan


dan kesalahan dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh karena itu,
penulis sangat berharap masukan berupa kritik dan saran dari dosen pembimbing
agar makalah ini menjadi lebih baik.

Semoga dengan adanya makalah ini akan dapat memberikan manfa’at


yang besar bagi penulis khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Bengkulu, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................
C. Sistematika Penulisan ........................................................................................
BAB II KONSEP KEGAWATDARURATAN ..............................................................

A. Airwar...................................................................................................................
B. Breathing..............................................................................................................
C. Circulation............................................................................................................
D. Disability...............................................................................................................
E. Exposure ..............................................................................................................
BAB III KONSEP KGD PERKEMIHAN: RETENSIO URINE..................................
A. Konsep Teori Pada Retensio Urine...................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Retensio Urine........................................
C. Algoritma..............................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan yang masih termasuk dalam variasi
normal dalam standar yang diterima untuk kriteria tertentu berdasarkan
jenis kelamin, kelompok penduduk dan wilayah (WHO, 1957). Dalam
era globalisasi segala upaya ditujukan untuk dapat meningkatkan kualitas
manusia Indonesia. Peningkatan kesehatan masyarakat harus dimulai dari
peningkatan kesehatan keluarga. Hal ini tidak mungkin dapat terwujud
tanpa perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia, maka
dibutuhkan petugas kesehatan yang memiliki keterampilan ketelitian dan
kecakapan dalam merawat klien dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang
bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah
kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan
penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat
pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering
dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan
bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang
menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan
perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam
kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan
praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh
perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan
yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual
yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko tinggi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat
darurat, yaitu : kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik
kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat,
keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan
yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di ruang
gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering
dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus
cepat dan dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009).
Dalam kesempatan ini, penulis membahas tentang perawatan pasien
dengan retensio urine,karena pasien dengan retensio urine merupakan hal
penting yang harus ditangani dan dibutuhkan keterampilan, ketelitian
serta kecakapan dalam merespon keluhan-keluhan yang dialami oleh
pasien.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan konsep asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada kasus kegawatdaruratan perkemihan: retensio
urine.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep keperawatan gawat
darurat pada kasus kegwatadaruratan perkemihan: retensio urine.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep teori pada kasus
retensio urine.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
pada kasus kegwatadaruratan perkemihan: retensio urine.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami algoritma.
C. Sistematika Penulisan
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan

BAB II KONSEP KEGAWATDARURATAN

A. Airway
B. Breathing
C. Circulation
D. Disabillity
E. Eksposure

BAB III KONSEP KEGAWATDARURATAN RETENSIO URINE

A. Konsep Teori
B. Konsep Asuhan Keperawatan
C. Algoritma

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KONSEP KEGAWATDARUTAN

A. Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan
ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat
berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).
Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada
kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara
lain:
1. Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas
dengan bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan :
a. Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
b. Suction
c. Guedel airway / nasopharyngeal airway
d. Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi
netral.

B. Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada
pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan
adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax,
closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner,
2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien
antara lain :
1. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
a. Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada
tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
b. Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
c. Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
2. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
3. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
4. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
a. Pemberian terapi oksigen
b. Bag-Valve Masker
c. Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan.

C. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah
jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai
maka lakukan :
1. Cek nadi
2. Cek capillary reffil
3. Cek tekanan darah
4. Hentikan perdarahan eksternal, kontrol perdarahan yang dapat
mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.
5. Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
6. Berikan infus cairan.
D. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU :
 A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan.
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bisa dimengerti.
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon.
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus
nyeri maupun stimulus verbal.

E. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan.
BAB III
KONSEP KEGAWATDARURATAN PERKEMIHAN:
RETENSIO URINE

A. Konsep Teori
1. Definisi
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di
kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah kesulitan
miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta
Kedokteran). Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam
kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI
Pusdiknakes 1995).
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi
kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine.
(Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical
Nursing 12th Edition. Hal 1370 ).

2. Etiologi
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai
berikut:
a. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla
spinallis S2 S4 setinggi T12 L1. Kerusakan saraf simpatis dan
parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada
operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis,
misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang
ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
b. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang
besar.
c. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika,
striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis.
d. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan
patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi
neurogenik kandung kemih.
e. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik
(atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat
antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat
penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi
(hidralasin).

3. Patofiologi
Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan
sumber penyebabnya antara lain :
a. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik
dan sensorik. Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang
mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi.
b. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung
kemih, obat antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung
kemih yang rendah) menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.\
c. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,
prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus
uretra, tumor penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra,
sklerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis).
4. WOC

Testis Usia lanjut

Pada fase awal prostat hyperplasia

Pola dan kualitas miksi berubah

Kontraksi muskulus destrussor

Tidak adekuat (lemah)

Retensio urine total Residual urine

(Fase dekompensasi)

Nyeri oleh tekanan Inkontinensia Kompensasi


intra vesika urinaria paradoksa overflow meningkatkan
(tekanan vaskuler tekanan intra
Nyeri Akut urinaria daripada abdominal
tekanan sfingter
bersifat kronis Hernia
haemoroid

Refluks vesika uretra Retensi urin

Dilatasi ureter (hydro ureter)

Palvio kaliks ginjal (hydronefrotik)

Kerusakan ginjal

Gagal ginjal

Ansietas
5. Manifestasi Klinis
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung
kemih yang penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada
retensi kronik ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih
(frkuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
a. Di awali dengan urin mengalir lambat
b. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.

6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada
retensio urine adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan specimen urine.
b. Pengambilan: steril, random, midstream
c. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton
dan Nitrit.
d. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )
e. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.

7. Komplikasi
a. Urolitiasis atau nefrolitiasis
b. Pielonefritis
c. Hydronefrosis
d. Pendarahan
e. Ekstravasasi urine
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut:
a. Kateterisasi urethra.
b. Pungsi Suprapubic
c. Sistostomy (open cystostomi/troichat)
d. Dilatasi urethra dengan boudy.
e. Drainage suprapubik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Primery
a. Airway (jalan nafas)
Tidak ada obstruksi jalan nafas
b. Breathing
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, ekspansi paru kanan dan kiri sama
2) Palpasi
Vocal premitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat
krepitasi
3) Perkusi
Tidak terdapat pembesaran paru, kedua paru sonor, tidak
ada trauma dada
4) Auskultasi
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
c. Circulation
1) Vital sign
Tekanan darah meningkat, nadi cepat, suhu baik dan
respirasi meningkat
2) Akral
teraba dingin
3) Kelembapan
Kulit lembab
4) Turgor kulit
Turgor kulit normal
5) Perdarahan
Tidak terdapat perdarahan
d. Disability
1) GCS
E: 4, M: 6, V:5
2) Pupil
Pupil isokor, reflek terhadap cahaya baik
3) Motorik
Klien mengurangi pergerakan terutama pada ekstremitas
bagian bawah karena klien kesakitan dengan sering
memegangi perut bagian bawah.
4) Sensorik
Klien dengan retensi urine tidak mengalami gangguan
sensorik.
e. Eksposure
Adanya pembengkakan pada area abdomen.
2. Pengkajian secondary
a. Identitas klien.
Identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,
bangsa, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal MRS,No
RM.
b. Keluhan utama
Biasanya klien merasakan rasa tidak nyaman pada uretra kemudian
di ikuti nyeri ketika berkemih atau nyeri saat kencing
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa
nyeri, dareah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur
skala nyeri dan kapan keluhan dirasakan
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah
sebelumnya
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien
f. Riwayat penyalahgunaan alkohol
Kaji apakah klien biasanya minum alkohol
g. Riwayat merokok
1) Kaji apakah klien merupakan perokok apa bukan.
2) Klien merokok sejak usia berapa?
3) setiap hari mengkonsumsi berapa batang rokok?
4) Baru bisa berhenti merokok kapan?
h. Aktivitas/istirahat
Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul
i. Eliminasi
Penurunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal
berkemih, kandung kemih terasa penuh, tidak dapat berkemih
kecuali dengan cara mengejan, urin keluar sedikit-sedikit
j. Seksualitas
Penurunan kemampuan dalam melakukan seksualitas
k. Nyeri/kenyamanan
Klien mengeluh nyeri saat berkemih
l. Data fisik
1) Seluruh tubuh dan daerah genital Palpasi
2) Pada daerah abdomen Auskultasi : kuadran atas abdomen
dilakukan untuk mendeteksi.
3) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien compos mentis
4) Tanda-tanda Vital
Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi
pada klien
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSE
NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL ( NOC ) KEPERAWATAN (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan NIC : Manajemen Nyeri
berhubungan dengan Keperawatan selama…….. x …… 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui nyeri yang
agen pencedera jam, diharapkan pasien mampu komprehensif yang meliputi dirasakan pasien, batasan
fisiologis menunjukkan : lokasi, karakteristik, nyeri dan skala nyeri pasien.
NOC : Tngkat Nyeri onset/durasi, frekuensi, 2. Monitor pemberian obat
 Dipertahankan pada level 2 kualitas, intensitas atau berupa analgesic pada pasien
 Ditingkatkan ke level 3 beratnya nyeri dan faktor 3. Untuk menentukan faktor
1 = Berat pencetus. yang mempengaruhi nyeri
2 = Cukup Berat 2. Pastikan perawatan pasien
3 = Sedang analgesik bagi pasien 4. Untuk mengetahui apakah
4 = Ringan dilakukan dengan terjadi pengurangan rasa nyeri
5 = Tidak Ada pemantauan yang ketat atau nyeri yang dirasakan
Dengan Kriteria Hasil : 3. Gali bersama pasien faktor- klien bertambah.
 Mengerang dan menangis faktor yang dapat 5. Untuk menghilangkan nyeri
 Ekspresi nyeri wajah menurunkan atau berat dan memberikan
 Panjangnya episode nyeri memperberat nyeri. relaksasi mental dan fisik
 Mengernyit 4. Berikan informasi mengenai
 Nyeri yang dilporkan nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
yang dirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyamanan akibat
prosedur.
5. Kolaborasi dalam pemberian
obat antianalgetik sesuai
indikasi, contoh eperidin.

2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan NIC : Peningkatan Koping 1. Dapat meningkatkan rasa
dengan ancaman Keperawatan selama…….. x …… percaya diri pasien dan
1. berikan penilaian
terhadap konsep diri jam, diharapkan pasien mampu mengurangi kecemasan pasien
(kemampuan) penyesuaian
menunjukkan : terhadap adanya perubahan
pasien terhadap
NOC : Tingkat Kecemasan 2. Dukung pasien dalam
perubahan-perubahan
 Dipertahankan pada level 2 pemahamannya terhadap
dalam citra tubuh, sesuai
 Ditingkatkan ke level 4 proses penyakit
dengan indikasi.
1 = Berat 3. Agar klien tidak merasa stress
2. Berikan penilaian
2 = Cukup Berat dan dapat menerima keadaan
mengenai pemahaman
3 = Sedang 4. Peningkatan pengetahuan
pasien terhadap proses
4 = Ringan dapat membangun mekanisme
5 = Tidak Ada penyakit koping klien terhadap
Dengan Kriteria Hasil : 3. Berikan suasana kecemasannya
 Distress penerimaan 5. Agar pasien dapat membuat
 Perasaan gelisah 4. Sediakan informasi aktual keputusannya sendiri
 Wajah tegang mengenai diagnosis, 6. Mungkin merupakan
 Rasa takut disampaikan secara penanganan dan prognosis ketakutan yang tidak
lisan 5. Evaluasi kemampuan dibicarakan
 Rasa cemas disampaikan pasien dalam membuat 7. Peningkatan tiba-tiba pada
secara lisan keputusan aliran urine dapat
 Gangguan tidur 6. Berikan informasi bahwa menyebabkan distensi
 Pusing kondisi tidak ditularkan kandung kemih dan
secara seksual kehilangan tonus kandung
7. Anjurkan menghindari kemih, mengakibatkan episode
makanan berbumbu, kopi, retensi urinaria akut.
dan minuman
mengandung alkohol
C. Algoritma

ALGORITMA KEGAWATDARURATAN
PERKEMIHAN: RETENSIO URIEN

PRIMARY SURVEY SECONDARY


SURVEY

 Airway: Tidak ada


sumbatan jalan nafas. Pengkajian persistem Pemeriksaan fisik
 Breating: sesak nafas,  B1 (breathing): sesak nafas,  Wajah: tampak pucat,
takipea akibat nyeri takipnea akibat nyeri yang konjungtiva anamis.
yang dirasakan dialami.  Kulit: akral hangat, bsah dan
 Circulation: TD  B2 (blood): TD meningkat, merah.
meningkat, denyut keringat dingin.  Perut: ada distensi abdomen
nadi meningkat, CRT  B3 (brain): pada retensi urine (area suprapublis).
˂2 detik, akral teraba yang disebabkan neurologis dapat  Alat genitalia: lembab karena
hangat. ditemukan kelemahan otot rembesan urin yang tidak
 Disability: kesadaran detrusor, kesadaran CM namun terkontrol.
CM hingga apatis tampak bingung dan gelisah
 B4 (bladder): nyeri tekan pada
daerah suprapublis.
 B5 (bowel): konstipasi
 B6 (bone): -

Penatalaksanaan Retensi Urin Pemeriksaan Diagnostik


 Retensi urin akut membutuhkan kateterisasi 1. foto polos abdomen: diperlukan
segera. Volume urin yang keluar pada 10-15 sebelum melakukan pemeriksaaan
menit pertama harus didokumentasikan dengan penunjang saluran kemih.
akurat untuk membedakan antara retensi urin 2. ureum dan elektrolit: untuk
akut dan retensi urin akut ke kronis. menentukan indeks fungsi ginjal.
 Kateter suprapubik (sistostomi) 3. Sistografi: untuk memeriksa katup
Jika kateterisasi uretra tidak berhasil, pasien uretra striktur.
harus segera dirujuk ke tekhnik kateterisasi 4. IVU (Inravenous Urography)
yang lebih canggih yaitu kateterisasi 5. Klirens kreatinin: prosedur ini
suprapublis.
menilai kecepatan ginjal untuk
 Farmakologi mengambil kreatinin dari plasma
Obat utama yang diberikan pada kasus ini
adalah alfa bloker dan 5 alfa reductase
inhibitors.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi
meskioun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau
tertahannya urine di dalam kandung kemih. Onsetnya bisa tiba-tiba atau
bertahap. Saat serangan mendadak, gejalanya meliputi ketidakmampuan
untuk buang air kecil dan menurunkan sakit perut. Saat onset bertahap,
gejalanya meliputi, hilangnya kontrol kandung kemih, nyeri perut bagian
bawah ringan, dan aliran urin lemah. Mereka yang memiliki masalah
jangka panjang berisiko infeksi saluran kemih.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui lebih dalam tentang retensi urine, dan para mahasiswa dapat
membuat askep pengkajian mengenai penyakit retensi urine dengan
sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.


Arif. M dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius
Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Gangguan dan Penyakit Urogenital. Jakarta: Depkes RI
Doenges. M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai