FIX Makalah KGD Retensio Urine
FIX Makalah KGD Retensio Urine
FIX Makalah KGD Retensio Urine
Dosen Pengajar :
Di susun Oleh :
Puji syukur penulis uacapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunianyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Kegawatdaruratan Perkemihan: Retensio Urine” tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................
C. Sistematika Penulisan ........................................................................................
BAB II KONSEP KEGAWATDARURATAN ..............................................................
A. Airwar...................................................................................................................
B. Breathing..............................................................................................................
C. Circulation............................................................................................................
D. Disability...............................................................................................................
E. Exposure ..............................................................................................................
BAB III KONSEP KGD PERKEMIHAN: RETENSIO URINE..................................
A. Konsep Teori Pada Retensio Urine...................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Retensio Urine........................................
C. Algoritma..............................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan yang masih termasuk dalam variasi
normal dalam standar yang diterima untuk kriteria tertentu berdasarkan
jenis kelamin, kelompok penduduk dan wilayah (WHO, 1957). Dalam
era globalisasi segala upaya ditujukan untuk dapat meningkatkan kualitas
manusia Indonesia. Peningkatan kesehatan masyarakat harus dimulai dari
peningkatan kesehatan keluarga. Hal ini tidak mungkin dapat terwujud
tanpa perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia, maka
dibutuhkan petugas kesehatan yang memiliki keterampilan ketelitian dan
kecakapan dalam merawat klien dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang
bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah
kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan
penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat
pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering
dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan
bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang
menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan
perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam
kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan
praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh
perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan
yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual
yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko tinggi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat
darurat, yaitu : kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik
kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat,
keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan
yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di ruang
gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering
dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus
cepat dan dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009).
Dalam kesempatan ini, penulis membahas tentang perawatan pasien
dengan retensio urine,karena pasien dengan retensio urine merupakan hal
penting yang harus ditangani dan dibutuhkan keterampilan, ketelitian
serta kecakapan dalam merespon keluhan-keluhan yang dialami oleh
pasien.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan konsep asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada kasus kegawatdaruratan perkemihan: retensio
urine.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep keperawatan gawat
darurat pada kasus kegwatadaruratan perkemihan: retensio urine.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep teori pada kasus
retensio urine.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
pada kasus kegwatadaruratan perkemihan: retensio urine.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami algoritma.
C. Sistematika Penulisan
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
A. Airway
B. Breathing
C. Circulation
D. Disabillity
E. Eksposure
A. Konsep Teori
B. Konsep Asuhan Keperawatan
C. Algoritma
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KONSEP KEGAWATDARUTAN
A. Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan
ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat
berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).
Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada
kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara
lain:
1. Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas
dengan bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan :
a. Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
b. Suction
c. Guedel airway / nasopharyngeal airway
d. Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
B. Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada
pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan
adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax,
closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner,
2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien
antara lain :
1. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
a. Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada
tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
b. Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
c. Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
2. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
3. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
4. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
a. Pemberian terapi oksigen
b. Bag-Valve Masker
c. Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan.
C. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah
jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai
maka lakukan :
1. Cek nadi
2. Cek capillary reffil
3. Cek tekanan darah
4. Hentikan perdarahan eksternal, kontrol perdarahan yang dapat
mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.
5. Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
6. Berikan infus cairan.
D. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan.
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bisa dimengerti.
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon.
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus
nyeri maupun stimulus verbal.
E. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan.
BAB III
KONSEP KEGAWATDARURATAN PERKEMIHAN:
RETENSIO URINE
A. Konsep Teori
1. Definisi
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di
kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah kesulitan
miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta
Kedokteran). Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam
kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI
Pusdiknakes 1995).
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi
kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine.
(Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical
Nursing 12th Edition. Hal 1370 ).
2. Etiologi
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai
berikut:
a. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla
spinallis S2 S4 setinggi T12 L1. Kerusakan saraf simpatis dan
parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada
operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis,
misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang
ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
b. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang
besar.
c. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika,
striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis.
d. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan
patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi
neurogenik kandung kemih.
e. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik
(atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat
antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat
penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi
(hidralasin).
3. Patofiologi
Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan
sumber penyebabnya antara lain :
a. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik
dan sensorik. Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang
mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi.
b. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung
kemih, obat antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung
kemih yang rendah) menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.\
c. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,
prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus
uretra, tumor penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra,
sklerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis).
4. WOC
(Fase dekompensasi)
Kerusakan ginjal
Gagal ginjal
Ansietas
5. Manifestasi Klinis
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung
kemih yang penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada
retensi kronik ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih
(frkuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
a. Di awali dengan urin mengalir lambat
b. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada
retensio urine adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan specimen urine.
b. Pengambilan: steril, random, midstream
c. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton
dan Nitrit.
d. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )
e. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.
7. Komplikasi
a. Urolitiasis atau nefrolitiasis
b. Pielonefritis
c. Hydronefrosis
d. Pendarahan
e. Ekstravasasi urine
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut:
a. Kateterisasi urethra.
b. Pungsi Suprapubic
c. Sistostomy (open cystostomi/troichat)
d. Dilatasi urethra dengan boudy.
e. Drainage suprapubik.
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan NIC : Peningkatan Koping 1. Dapat meningkatkan rasa
dengan ancaman Keperawatan selama…….. x …… percaya diri pasien dan
1. berikan penilaian
terhadap konsep diri jam, diharapkan pasien mampu mengurangi kecemasan pasien
(kemampuan) penyesuaian
menunjukkan : terhadap adanya perubahan
pasien terhadap
NOC : Tingkat Kecemasan 2. Dukung pasien dalam
perubahan-perubahan
Dipertahankan pada level 2 pemahamannya terhadap
dalam citra tubuh, sesuai
Ditingkatkan ke level 4 proses penyakit
dengan indikasi.
1 = Berat 3. Agar klien tidak merasa stress
2. Berikan penilaian
2 = Cukup Berat dan dapat menerima keadaan
mengenai pemahaman
3 = Sedang 4. Peningkatan pengetahuan
pasien terhadap proses
4 = Ringan dapat membangun mekanisme
5 = Tidak Ada penyakit koping klien terhadap
Dengan Kriteria Hasil : 3. Berikan suasana kecemasannya
Distress penerimaan 5. Agar pasien dapat membuat
Perasaan gelisah 4. Sediakan informasi aktual keputusannya sendiri
Wajah tegang mengenai diagnosis, 6. Mungkin merupakan
Rasa takut disampaikan secara penanganan dan prognosis ketakutan yang tidak
lisan 5. Evaluasi kemampuan dibicarakan
Rasa cemas disampaikan pasien dalam membuat 7. Peningkatan tiba-tiba pada
secara lisan keputusan aliran urine dapat
Gangguan tidur 6. Berikan informasi bahwa menyebabkan distensi
Pusing kondisi tidak ditularkan kandung kemih dan
secara seksual kehilangan tonus kandung
7. Anjurkan menghindari kemih, mengakibatkan episode
makanan berbumbu, kopi, retensi urinaria akut.
dan minuman
mengandung alkohol
C. Algoritma
ALGORITMA KEGAWATDARURATAN
PERKEMIHAN: RETENSIO URIEN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi
meskioun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau
tertahannya urine di dalam kandung kemih. Onsetnya bisa tiba-tiba atau
bertahap. Saat serangan mendadak, gejalanya meliputi ketidakmampuan
untuk buang air kecil dan menurunkan sakit perut. Saat onset bertahap,
gejalanya meliputi, hilangnya kontrol kandung kemih, nyeri perut bagian
bawah ringan, dan aliran urin lemah. Mereka yang memiliki masalah
jangka panjang berisiko infeksi saluran kemih.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui lebih dalam tentang retensi urine, dan para mahasiswa dapat
membuat askep pengkajian mengenai penyakit retensi urine dengan
sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA