Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat 2021 Ok
Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat 2021 Ok
Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat 2021 Ok
Penyusun
Ns. Andalia Roza, S.Kep, M.Kes
Ainil Fitri, S.Kep, Ns, M.Kep
Ns. Saniya, M.Kep
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Dekan FFIK Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Abdurrab Universitas Abdurrab
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan Buku
Panduan Praktikum “Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
meninggalkan pedoman hidup bagi kita yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.
Buku Panduan Praktikum ini merupakan salah satu panduan bagi mahasiswa
keperawatan dalam melaksanakan praktikum di laboratorium Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Abdurrab. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penyusunan buku panduan ini.
Penyusun
iii
VISI & MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
VISI
“Menjadi Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Yang profesional berlandaskan nilai-
nilai Rabbani, Amanah dan Beradab (RAB) dengan Keunggulan Keperawatan Gawat Darurat
dan Tanggap Bencana Di Sumatera Pada Tahun 2035”
MISI
iv
Daftar Isi
v
1 AIRWAY MANAGEMENT
Merupakan prosedur medis yang bertujuan menjaga kepatenan jalan udara pada
pasien dengan tingkat kesadaran rendah.
A. PENGKAJIAN AIRWAY
a. Definisi
Pengkajian airway adalah pengkajian yang dilakukan untuk menilai jalan nafas
pasien.
b. Hal-hal yang dilakukan dalam pengkajian airway
Penilaian jalan nafas dilakukan dengan tiga cara :
a. Look : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
b. Listen : Dengarkan ada atau tidak suara nafas tambahan yang keluar
c. Feel : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui mulut atau
hidung
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
CHIN LIFT
1. Tindakan mengangkat dagu
2. Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke
depan
MANUVER HELMICH
1. Posisi berdiri
a. Penolong berdiri dibelakang korban
b. Lingkarkan kedua tangan ke pinggang korban
c. Kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol
tangan kepalan pada perut korban, sedikit diatas
pusar dan dibawah sternum
d. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lain
e. Tekankan kepalan keperut dengan hentakan yang
cepat kearah atas
f. Setiap hentakan harus terpisah dengan gerakan yang
jelas
PENYAPUAN JARI
Indikasi : pasien tidak sadar
a. Pasang handscoon
b. Atur posisi korban, muka menghadap keatas
c. Buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang
di antara ibu jari dan jari-jari
d. Angkat rahang bawah
e. Masukkan jari telunjuk, tangan lain menelusuri bagian
dalam pipi, jauh kedalam kerongkongan di bagian dasar
lidah
f. Lakukan gerakan mengait untuk melepaskan benda
asing serta menggerahkan benda asing tersebut ke
dalam mulut sehingga mudah diambil
d. Tahap terminasi
2. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
3. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
4. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(…………………………….)
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
11
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum askep gawat darurat sistem
pernapasan, diharapkan Anda mampu untuk melakukan asuhan keperawatan gawat
darurat pada sistem pernafasan.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum, diharapkan Anda mampu untuk
melakukan :
1. Pengkajian Keperawatan pada sistem pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan pada sistem pernafasan
3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan pada sistem pernafasan
4. Evaluasi Keperawatan pada sistem pernafasan
: Jejas : ya tidak
b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga
c. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Verifikasi kembali instruksi dokter
3. Atur posisi semi fowler (jika bisa)
4. Jelaskan tujuan terapi O2 & keselamatan
5. Sambungkan tabung O2 dengan humidifier
dan selang O2
6. Cek gelembung O2 di humidifier.
7. Pasang selang O2 ke hidung, selang
melingkar di telinga dan dirapatkan di bagian
dagu
8. Atur flow rate sesuai kebutuhan (1-6 lt)
9. Anjurkan pasien untuk menarik nafas
10. Nilai jumlah pernafasan, sesak pasien
11. Rapikan pasien dan alat
12. Perawat cuci tangan
13. Dokumentasi respon dan prosedur 14
14. Nilai aliran udara tiap 4 jam
15. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(. .................................................. )
15
b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga
c. Tahap Kerja
1. Cuci Tangan
2. Verifikasi kembali instruksi dokter
3. Atur posisi semi fowler (jika bisa)
4. Jelaskan tujuan terapi O2 & keselamatan
5. Sambungkan tabung O2 dengan
humidifier dan selang O2.
6. Cek gelembung O2 di humidifier.
7. Pasang selang masker O2 ke hidung,
pengikat diikatkan ke belakang kepala.
8. Atur flow rate sesuai kebutuhan (5-8 lt)
9. Anjurkan pasien untuk menarik nafas
10. Nilai jumlah pernafasan, sesak pasien
11. Rapikan pasien dan alat
12. Perawat cuci tangan
13. Dokumentasi respon dan prosedur
14. Nilai aliran udara tiap 4 jam
15. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik
16
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
17
c. Tahap Kerja
1. Cuci Tangan
2. Verifikasi kembali instruksi dokter
3. Atur posisi pasien
4. Jelaskan tujuan pemasangan
5. Memilih lokasi pemasangan sensor (jari
tangan, jari kaki, telinga dan hidung)
6. Bersihkan lokasi pemasangan sensor
dengan alcohol
7. Memasang sensor, pastikan sensor
terpasang dengan sempurna
8. Menghubungkan kabel sensor ke
oksimeter, nyalakan oksimeter
9. Membaca hasil pemeriksaan, dan laporkan
ke dokter hasil pemeriksaan abnormal
10. Rapikan pasien dan alat
11. Perawat cuci tangan
12. Dokumentasi respon dan prosedur
13. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik
18
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
19
b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga
20
d. Tahap Terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan
objektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan
keperawatan secara lengkap (tanggal,
jam, nama perawat yang melakukan 21
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan,
dan hasil dari tindakan)
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(...................................................)
22
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum askep gawat darurat sistem kardiovaskuler,
diharapkan Anda mampu untuk melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada
sistem kardiovaskuler.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum, diharapkan Anda mampu untuk melakukan :
1. Pengkajian Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
2. Diagnosa Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
4. Evaluasi Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
C. PENGERTIAN
Manajemen Sirkulasi adalah manajemen gawat darurat yang dilakukan untuk mengontrol
pendarahan dan mengembalikan sirkulasi darah. Tujuan manajemen sirkulation adalah
a. Melihat adanya perdarahan eksternal/internal
b. Menghentikan perdarahan eksternal dengan rest, ice, compress, elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
c. Mengurangi tanda-tanda syok/gangguan sirkulasi seperti: capillary refill time, nadi,
sianosis, pulsus arteri distal
23
CRT : detik
Suhu kulit :
hangat
dingin
Diaphoresis : ya tidak
Pengkajian airway adalah pengkajian yang dilakukan untuk menilai pendarahan yang
terjadi pada pasien gawat darurat. Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengkajian
sirkulation :
a. Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri
karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga
melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2
detik.
b. Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung
mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan
segera.
c. Henti jantung ditandai dengan :
a. Hilang kesadaran
b. Apneu atau gasping
c. Sianosis dan pucat
d. Tidak ada pulse (pada karotis atau femoralis)
e. Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit
24
25
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
27
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
29
Macam-Macam Korban
1. Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan
bencana
2. Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal
Prinsip-Prinsip Triage
“ Time saving is live saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The right patient,
to the right place at the right time serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak”
dengan seleksi korban berdasarkan :
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal
Prioritas
Penentuan nama yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
1. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk kondisi berat dan warna biru untuk
kondisi sangat berat
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat
segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi. Contohnya:
30
sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada
tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.
LANGKAH-LANGKAH TRIAGE
Persiapan
Sebelum Anda melakukan triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah
sakit, Anda harus menyiapkan alatalat yang diperlukan dan menggunakan alat
proteksi diri (APD) untuk menjaga keamanan baik Anda maupun pasien,
seperti cuci tangan, menggunakan sarung tangan, celemek dan sebagainnya
sesuai kebutuhan. Adapun alat alat yang perlu disiapkan adalah seperti berikut
ini.
31
Format asuhan
keperawatan
32
Langkah-langkah cuci tangan bisa Anda lihat pada gambar 1.2 : Pertama, Anda basahi
kedua telapak tangan dan ratakan sabun dengan menggosokkan kedua telapak tangan; Kedua,
Anda gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan Anda; Ketiga,
gosok kedua telapak tangan Anda dan sela-sela jari; Keempat, posisikan kedua tangan Anda
mengunci kemudian gosok punggung jari kedua tangan; Kelima, bersihkan ibu jari tangan
Anda dengan cara menggosok ibu jari tangan kiri dengan diputar dalam gengaman tangan
33
kanan, kemudian lakukan juga pada ibu jari kanan dengan cara sebaliknya; Keenam,
bersihkan kedua ujung jari tangan Anda dengan cara menggosokkan ujung jari tangan kiri
2. Pelaksanaan Triage
Adapun langkah- langkah dalam melakukan triage adalah :
a.Data Subyektif.
Data subyektif yang ditanyakan kepada pasien atau keluarga/pengantar apabila pasien tidak sadar,
meliputi :
1) Tanyakan identitas pasien
2) Identitas pasien meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.
Anda bisa bertanya langsung pada pasien apabila pasien sadar atau pada keluarga
apabila pasien bayi atau tidak sadar.
3) Tanyakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien saat ini.
4) Tanyakan riwayat penyakit/keluhan yang sekarang dirasakan atau yang
berhubungan dengan sakit yang diderita sekarang.
5) Usaha pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.
34
b.Data obyektif meliputi :
6) Anda perhatikan/amati keadaan umum pasien.
b. Analisa Data
Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul maka Anda melakukan analisa untuk
merumuskan masalah keperawatan.
Analisislah masalah keperawatan yang dihadapi oleh pasien. Anda harus melakukan
dengan cepat dan tepat, analisis Anda lakukan setelah melakukan pengkajian.
36
B. Subyektif
1. Keluhan utama ……………………………………..……………………………………………..
2. Riwayat penyakit masa lalu …………………..……………………………………………..
3. Bila trauma , kaji mekanisme trauma ……..…………………………………………….
C. Obyektif
1. Keadaan umum : …………………………………………………………………………………..
2. Tanda vital :
▪ Jumlah pernafasan ………….……………………………………………………………
▪ Nadi ……………….…………………………………………………………………………….
▪ Tekanan darah ……………………………………………………………………………..
▪ Suhu………………..……………………………………………………………………………
3. Cek airway (jalan nafas)
▪ Adakah snoring (lidah jatuh) ……….………………………………………………
▪ Adakah gurgling (secret)..……..…………………………………………………….
▪ Adakah stridor ( edema jalan nafas) ..……..……………………………………
4. Cek breathing
▪ Retraksi intercostalis…………..……………………………………………………….
▪ Adakah jejas………………………………………………………………………………..
5. Cek sirkulasi
▪ Adakah perdarahan eksternal ? …..………………………………………………
▪ Capilarry refill time ?………….………………………………………………………..
▪ Akral ?………………………………………………………………………………………….
D. Asses
1. Nyeri
2. Sesak
3. Perdarahan dsb
E. Planning
1. Tentukan prioritas (Prioritas 1, prioritas 2, prioritas 3 dan prioritas 4)
2. Tentukan rencana tindakan
37
Ringkasan
Triage merupakan suatu proses menentukan prioritas berdasarkan ancaman nyawa yang
sangat penting untuk mencegah kematian. Dalam melakukan triage diperlukan penanganan
cepat dan tepat sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian label berdasarkan prioritas, warna
merah dalam keadaan emergensi, warna kuning dalam keadaaan gawat, warna hijau dalam
keadaan tidak gawat dan warna hitam dalam keadaan meninggal.
Tes 1
Seorang laki laki umur 40 tahun datang ke IGD rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Hasil
pengkajian lebih lanjut, nafas korban cepat, bunyi nafas stridor. Menurut orangtuanya, ketika
korban naik sepeda motor kemudian mengalami tabrakan dengan angkot. Anda sebagai
perawat IGD, coba lakukan triage pada korban tersebut sesuai dengan langkah langkah SOAP.
38
Pembimbing
( ……………………………. )
39
a. Pengertian
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau dikenal juga dengan Cardio Pulmoner
Resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas tetapi masih
hidup. Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan Kembali” tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
b. Klasifikasi
Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni:
1. Bantuan hidup dasar (BHD) adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas
(airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat
bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau
henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Usaha BHD ini
bertujuan dengan cepat mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung, dan alat-alat
vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa
resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan “henti jantung” yang
disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di
sekitar korban.
2. Bantuan hidup lanjut (BHL) adalah usaha yang dilakukan setelah dilakukan usaha hidup
dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien.
3. Tunjangan hidup terus menerus.
c. Indikasi
1. Henti nafas (Respiratory Arrest)
Henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena
40
gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel).
Kontra indikasi
1. Fraktur kosta, trauma thorax
2. Pneumothorax, Emphysema berat
3. Cardiac tamponade
4. Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
5. Keadaan terminal penyakit yang tidak dapat disembuhkan, misalnya Gagal Ginjal Kronis
d. Penghentian RJP
1. Jika penderita sudah tidak memberikan respon yang stabil
2. Pupil dilatasi maksimal
3. Tidak ada respon spontan setelah RJP selama 15-30 menit
4. Gambaran EKG sudah flat
41
42
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
46
Pengertian
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau manahan bagian tubuh tertentu agar
tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
Tujuan
1. Menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dll agar tidak bergeser
dari tempatnya
2. Menahan pembengkakan (menghentikan perdarahan: pembalut tekanan)
3. Menopang bagian tubuh yang cidera
4. Menjaga agar bagian yang cidera tidak bergerak
5. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
Macam-macam pembalut
1. Mitella (pembalut segitiga)
• Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm.
• Pembalut ini biasanya dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
• Dapat dilipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut dasi.
47
(Mitella)
49
• Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotik. Digunakan untuk
menutup luka-luka kecil.
6. Kassa steril
• Kassa steril ialah potongan-potongan pembalut kassa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.
• Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didesinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutup sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester
50
2. Cara membalut luka orga disekitar kepala seperti di hidung dan dagu, telinga dan
dagu, dan luka di daerah mata dengan kain mitella yang dibentuk dasi (dilipat – lipat)
51
52
53
Pengertian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami
cedera dengan menggunakan suatu alat.
Tujuan
1. Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
2. Mempertahankan posisi yang nyaman
3. Mempermudah transportasi korban
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera
5. Mempercepat penyembuhan
Indikasi
1. Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan:
a. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
b. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
c. Dislokasi persendian
2. Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan:
a. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi “krek”
b. Ekstermitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi
abnormal
c. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstermitas yang cedera
d. Posisi ekstermitas yang abnormal
e. Memar
f. Bengkak
g. Perubahan bentuk
h. Nyeri gerak aktif dan pasif 54
i. Nyeri sumbu
Jenis pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
a. Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit
b. Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
c. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih
berat
d. Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar
pembidaian
2. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
a. Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik/rumah sakit)
b. Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/ dislokasi
c. Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips,dll)
d. Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih
Macam-macam pembidaian
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, aluminium, karton, palstik, atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi
55
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh:
bidai traksi tulang paha.
56
6. Lengan bawah
• Imobilisasi lengan yang mengalami cedera
• Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan
• Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
• Fleksikan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat
sudut 90 terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan
hati-hati.
• Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar
berada dalam posisi fungsional.
• Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara
siku sampai ujung jari. 58
• Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi.
59
62
b. Tahap orientasi
1. Berikan salam dan cek identitas pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien /keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum dilakukan
tindakan
c. Tahapan kerja
1. Pastikan perhiasan dan benda yang ada pada tubuh
pasien sudah terlepas
2. Dekatkan alat-alat dan atur posisi pasien
3. Perawat cuci tangan
4. Pasang handscoon
5. Memulai tindakan dengan cara yang baik
6. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibidai
7. Memilih dan mempersiapkan bidai 63
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
64
Pengertian
Teknik evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke
tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk ditindak lanjuti dengan kondisinya
guna kelangsungan hidupnya.
Tujuan
1. Menyelamatkan nyawa pasien/korban yang masih hidup
2. Memindahkan pasien/korban yang sudah tidak bernyawa
Prinsip
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan kondisi sesuai dengan cara yang benar
Jenis pemindahan
Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongkan
menjadi dua bagian:
1. Pemindahan darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan
penolong.
2. Pemindahan biasa
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun
penolong.
65
b. Menggendong/front candle
Indikasi:
1. Korban anak-anak
2. Korban tidak terlalu berat
Cara:
1. Jongkok disamping korban
2. Selipkan lengan disekitar tubuh korban, diatas
pergelangan tangan
3. Selipkan lengan yang satunya dibawah paha korban
4. Badannya dipeluk kearah penolong dan angkat
67
d. Menarik
Cara:
1. Letakkan tangan korban menyilang pada dadanya
2. Jongkok di belakang korban, pegang melalui ketiak
dan tarik
3. Jika korban bisa duduk, silangkan lengannya pada
dada
4. Pegang pergelangan tangan melalui ketiak dan
angkat 68
5. Jika korban memakai jeket, lepaskan kancingnya,
dan tarik jaket ke bawah kepalanya. Pegang jaket
e. Angkatan pemadam/menyeret
Indikasi:
1. Mengusung korban yang tidak sadar melalui lintasan
yang sempit (misalnya terowongan atau dilorong
kapal)
2. Korban lebih berat dari penolong
Cara:
1. Penolong merangkak diatas korban
2. Tempatkan korban dibawah penolong
3. Tangan korban diikat atau digantungkan di leher
penolong
69
b. Kursi pengangkut
Indikasi:
1. Pasien sadar/tidak sadar
2. Tidak ada dugaan cedera servical
70
Cara:
1. Mengusung korban dengan menggunakan kursi
sebagai tandu
74
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
75
Pengetian
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas.
Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan
menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap keluar
dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi
kedalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus
dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah dibawah kanul harus diganti untuk menghindari
timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah
insisi.
Indikasi Trakeostomi
1. Sumbatan jalan nafas
2. Ventilasi mekanik jangka panjang
3. Kebutuhan hygiene pulmoner yang intensif
Tipe ini dapat sementara dan permanen, dilakuka di dalam ruang operasi. Insisi dibuat
diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai resiko
aspirasi.
Komplikasi
Komplikasi dini yang sering terjadi:
1. Perdarahan
2. Pneumothoraks terutama pada anak-anak
3. Aspirasi
4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
5. Paralisis saraf rekuren
Komplikasi lanjut:
1. Perdarahan lanjut pada arteri inominata
2. Infeksi 78
3. Fistula trakeoesofagus
4. Stenosis trakea
81
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
82
Pengertian
Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
korban cedera yang memerlukan penanganan medis dasar.
Agar dapat memberikan pertolongan dengan tepat dan aman dalam situasi darurat, kita harus
bekerja dengan tertib dan terencana. Hal pertama yang harus kita lakukan jika ingin memberi
pertolongan pertama dalam kejadian ini adalah mempertimbangkan keselamatan diri, orang
lain, serta korban. Tindakan untuk menguasai keadaan saat memberikan pertolongan pertama:
1. Cari tau
• Apa yang telah terjadi?
• Apakah ada yang terluka?
• Adakah korba yang tersembunyi dari pandangan atau tergeletak di suatu
tempat?
2. Ciptakan keadaan aman
• Sebelum menolong korban, hindarkan atau kurangi segala macam bahaya
yang dapat terjadi pada penolong
• Tergantung keadaan, mungkin anda perlu meminta bantuan orang disekitar
kejadian atau menghubungi unit pelayanan pelayanan darurat, ambulance,
polisi, atau pemadam kebakaran
• Jika tidak mungkin untuk mengamankan lokasi, pindahkan korban ketempat
yang lebih aman
3. Berikan pertolongan pertama
• Pastikan tindakan apa yang akan anda lakukan
• Berikan pertolongan pada korban
4. Cari bantuan
• Lebih cepat lebih baik
• Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari kendaraan
jika dibutuhkan
5. Setelah kejadian
• Bersihkan tempat kejadian kecelakaan
83
• Lengkapi kembali peralatan P3K jika ada
Beberapa kondisi yang membutuhkan pertolongan pertama yang sering terjadi disekitar kita:
1. Tersedak
tersedak bisa terjadi karena masuknya makanan atau suatu benda kedalam
tenggorokan hingga menghambat saluran pernafasan dan menyebabkan kejang otot,
hingga bisa mengakibatkan kematian. Pada balita biasanya tersedak bisa diakibatkan
oleh kebiasaan memasukkan segala sesuatu kedalam mulut. Tersedak ini bisa terjadi
sebagian atau seluruhnya.
Gejala dan tanda tersedak
Tersedak Sebagian Tersedak Seluruhnya
• Korban seolah mencekik leher • Penderita seolah mencekik
• Berusaha batuk, namun sukar lehernya sendiri
• Ada suara nafas tambahan • Sulit bernafas atau berbicara
• Terlihat gelisah • Tidak bisa batuk
• Menunjuk kemulut dan
kerongkongannya
• Warna keunguan atau kemerahan
di wajah dan leher
• Bibir membiru
• Kehilangan kesadaran
6) Apabila lima kali tepukan tidak berhasil, dan benda belum keluar maka lanjutkan
dengan hentakan perut sebanyak lima kali. Lakukan diantara ulu hati dengan pusar
7) Jika gangguan tidak berhasil dikeluarkan, lakukan langkan 5 dan 6 secara berulang
8) Bila korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP
9) Bawa kefasilitas kesehatan
6) Jika belum berhasil, balik posisi bayi dan lanjutkan dengan hentakan dada lima kali
menggunakan dua jari anda
7) Jika gangguan belum keluar, ulangi langkah 5 dan 6 sebanyak tiga kali sampai
berhasil
8) Bila korban tidak sadar lakukan RJP
2. Luka
Luka adalah segala kerusakan atau terputusnya keutuhan jaringan baik di dalam
maupun di permukaan kulit.
Luka dibagi 2 yaitu:
1. Luka terbuka
Contohnya: memar
Gejala dan tanda:
• Terlihat warna merah kebiruan pada permukaan kulit
• Tidak tampak darah yang keluar
• Nyeri di daerah memar
Pertolongan pertama pada luka tertutup
I → ice atau es
C → compres atau kompres
E → elevasi atau tinggikan (posisi luka lebih tinggi dari jantung)
2. Luka tertutup
86
Contohnya: tergores, tersayat, robek, atau tertusuk
Gejala dan tanda:
• Tampak luka terbuka
• Darah megalir keluar dari luka
3. Perdarahan
Perdarahan dibagi 2 yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam. Gejala dan tanda
perdarahan luar:
• Darah mengalir keluar dari luka
• Nyeri didaerah terbuka
• Bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani
Pertolongan pertama pada perdarahan:
1) Sama seperti menangani luka terbuka, tekan langsung pada luka untuk mengontrol
perdarahan, kemudian balut (gambar pembalutan)
2) Tinggika bagian yang luka lebih tinggi dari jantung
3) Bila perdarahan belum berhenti dan terjadi pada alat gerak atas atau bawah,
lakukan penekanan pada titik tekan di daerah cedera
4) Jika terjadi penurunan kesadaran periksa ABC
5) Selimuti korban dan tinggikan tungkai
6) Bawa ke fasilitas kesehatan
4. Mimisan
Faktor penyebab mimisan antara lain: cedera, kepanasan, demam dan lainnya.
Gejala dan tanda:
• Keluar darah dari hidung
• Bisa disertai pusing atau tidak
Pertolongan pertama:
1) Istirahatkan korban
2) Pencet cuping hidung selama 10 menit
3) Tundukkan korban, tubuh condong kedepan, minta korban untuk bernafas melalui
mulut
4) Katakan pada korban untuk tidak berbicara, batuk, menelan, atau mendengus
karena hal tersebut dapat mengganggu proses pembekuan darah. Usahakan untuk
menyediakan kertas tissue untuk menyeka setiap tetesan 87
5) Setelah 10 menit, buka tekanan pada cuping hidung secara perlahan, bila belum
berhenti lanjutkan sampai 30 menit
5. Keseleo
Keseleo adalah cedera yang terjadi pada sendi karena pemutakan atau peregangan
yang melebihi batas normal. Mungkin agak sulit untuk membedakan antara keseleo
dengan patah tulang
Gejala dan tanda:
• Peregangan sendi yang berlebihan
• Nyeri pada sendi
• Bengkak pada daerah cedera
• Warna kulit merah kebiruan
• Tidak dapat digerakkan
6. Luka bakar
Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi permukaan kulit paling atas
sampai mengenai lapisan dalam, akibat paparan suhu yang tinggi. Penyebabnya: api,
uap panas, benda panas, bahan kimia, listrik, kilat, serta radiasi.
Pertolongan pertama:
1) Lakukan penilaian ABC
2) Hentikan proses luka bakar
3) Siram dengan air mengalir selama 10 menit atau lebih
4) Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang ada di daerah yang
mengalami luka bakar
5) Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6) Bawa kefasilitas kesehatan
7. Pingsan
Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang
dengan pengetahuan pengetahuan pertolongan pertama. Hal ini terjadi ketika otak,
untuk jangka waktu singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup
Disebabkan karena berdiri untuk waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu
cepat, lingkungan panas dll. Pingsan mungkin juga terjadi diawal kehamilan.
89
90
Pekanbaru,...........................................
Penguji
(....................................................)
91
LUKA TERTUTUP
1) Lihat lokasi dan tanggapan si korban
2) Paparkan bagian yang luka
3) Bersihkan daerah luka
4) Pasang penutup luka dan balut
5) Bawa kefasilitas kesehatan bila perlu
6) Bila ternyata mengalami perdarahan besar, amka atasi
sesuai cara menangani perdarahan
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna Nilai batas lulus 75%
Pekanbaru,........................................... 92
Penguji
(. .................................................. )
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
Pekanbaru,...........................................
Penguji
93
(....................................................)
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna Nilai batas lulus 75%
(....................................................)
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurn Nilai batas lulus 75%
(....................................................)
95
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurnA Nilai batas lulus 75%
(....................................................)
96
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurnA Nilai batas lulus 75%
(....................................................)
97
Hermayudi & Ariani, Ayu Putri. (2017). Kegawatdaruratan Medik Untuk Mahasiswa Kesehatan dan
Umum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kartikawati, Dewi. (2011). Buku Ajar Dasar – Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Salemba
Medika.
Krisanty, Paula dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV Trans Info Media.
Marlena, Ida. (2018). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ulya, Ikhda. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus Trauma. Jakarta: Salemba
Medika.
98