Anggaran Rumah Tangga Ipai
Anggaran Rumah Tangga Ipai
Anggaran Rumah Tangga Ipai
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Kreteria Anggota
Pasal 2
1
5. tidak pernah dipidana karena melakukan tindakan pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
6. berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai
integritas yang tinggi;dan
7. membuat surat pernyataan persetujuan terhadap anggaran dasar,
anggaran rumah tangga dan kode etik profesi IPAI.
Pasal 3
(2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan/atau keluarga.
2
(13) Mengemukakan pendapat (hak bicara).
Pasal 4
Pasal 5
3
(2) Dengan mempertimbangkan atas berat atau ringannya sifaf pelanggarannya
dapat dikenakan sanksi:
a. peringatan biasa bilamana sifat pelanggarannya tidak berat;;
b. peringatan keras bilamana sifat pelanggarannya berat atau karena
mengulangi kembali perbuatan yang melanggar ketentuan peraturan
yang berlaku atau tidak mengindahkan sanksi peringatan yang pernah
diberikan;
c. pemberhentian sementara untuk waktu tertentu bilamana sifat
pelanggarannya berat, tidak mengindahkan dan tidak menghormati
ketentuan peraturan organisasi atau bilamana setelah mendapat sanksi
berupa peringatan keras masih mengulangi melakukan pelanggaran;
d. pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi bilamana dilakukan
pelanggaran peraturan organisasi dengan maksud dan tujuan merusak
citra serta martabat kehormatan profesi IPAI yang wajib dijunjung tinggi
sebagai profesi yang otonom dan mandiri.
(4) Terhadap mereka yang dijatuhi sanksi pemberhentian sementara untuk waktu
tertentu dan/atau pemecatan dari keanggotaan organisasi IPAI disampaikan
kepada Kementerian Kesehatan untuk diketahui.
Pasal 6
(2) Setiap anggota yang wafat dibebaskan dari segala kewajibannya sebagai
anggota yang mungkin masih terhutang sebelum wafat.
(3) Tidak terdaftar sebagai anggota aktif Ikatan Penata Anesetesi Indonesia.
(4) Atas permintaan sendiri secra tertulis yang disampaikan kepada Pengurus
DPD IPAI dan diteruskan kepada Pengurus DPP IPAI.
(5) Terkena disiplin organisasi dengan mencemarkan nama baik organisasi IPAI.
4
Pasal 7
Pasal 8
Tatacara Pembelaan
(2) Anggota yang diusulkan oleh pengurus daerah untuk diberhentikan, dapat
mengajukan pembelaan secara tertulis atau dengan meminta bantuan kepada
badan pembinaan dan pembelaan anggota pusat. Pembelaan ini akan
menjadi bahan pertimbangan apakah usulan pemecatan tersebut diterima
atau di tolak.
5
(3) Anggota yang diberhentikan oleh pengurus pusat, masih diberi kesempatan
untuk mengajukan pembelaan pada musyawarah nasional.
Pasal 9
(1) Anggota biasa Ikatan Penata Anestesi Indonesia tidak dapat merangkap
dengan keanggotaan organisasi terlarang yang bertentangan dengan asas,
sifat dan tujuan IPAI.
(2) Anggota biasa atau pengurus IPAI tidak merangkap sebagai pengurus partai
politik atau atau menjadi anggota legislative partai politik tertentu.
(3) Perangkapan keanggotaan dan jabatan yang dimaksud pada Pasal 9 ayat (1)
dan ayat (2) diatas dikenakan sanksi pemberhentian keanggotaan.
BAB II
MUSYAWARAH NASIONAL
Pasal 10
Ketentuan Umum
(4) Penyelengara Musyawarah Nasional adalah panitia yang terdiri dari panitia
pengarah yang disusun oleh Dewan Pengurus Pusat, dan panitia pelaksana
yang disusun dan diusulkan oleh Dwan Pengurus Daerah setempat dan
ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat.
6
panitia pelaksana.
(7) Perubahan waktu dan tempat penyelengaraan yang sudah ditetapkan hanya
bisa ditetapkan melaui rapat pleno khusus oleh Dewan Pengurus Pusat
dengan Dewan Pertimbagan dan Pengawas serta Dewan Pengurus Daerah.
Pasal 11
Sidang Organisasi
7
pendahuluan;
2. menetapkan/merubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga;
3. menilai dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban
kepemimpinan pusat periode lewat;
4. menetapkan garis besar program kerja kepemimpinan pusat
periode mendatang;
5. memilih dan menetapkan Ketua Umum DPP IPAI, mengukuhkan
Dewan Pertimbangan dan Pengawas, Ketua Kolegium, Ketua
Majelis Kode Etik Profesi periode mendatang;dan
6. menetapkan keputusan lain yang dipandang perlu, termasuk tempat
Musyawarah Nasional dan Pertemuan Ilmiah Nasional mendatang.
d. pada akhir tugasnya, pimpinan sidang pleno, dengan atau tanpa dibantu
tim perumus, merumuskan hasil sidang yang dipimpinnya, dalam surat
ketetapan/keputusan yang rancangannya telah disiapkan oleh panitia
pengarah;dan
Pasal 12
Pemilihan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia,
Ketua Majelis Komite Etik Penata Anestesi dilaksanakan pada sidang organisasi,
dengan ketentuan:
1. Ketua Umum DPP IPAI, Ketua Majelis Komite Etik Penata Anestesi, dipilih
dan ditetapkan pada sidang pleno;
8
2. pemilihan dilakukan melalui pentahapan, yaitu tahap pencalonan dan tahap
pemungutan suara. Pencalonan dilakukan secara tertutup, diusulkan oleh
daerah, pemungutan suara secara langsung, bebas, dan rahasia;
3. yang berhak dicalonkan sebagai:
a. Ketua Umum DPP IPAI adalah anggota biasa, berpengalaman dalam
organisasi, harus bersedia dan dicalonkan oleh sekurang-kurangnya
oleh 5 (lima) DPD;dan
b. Ketua Majelis Komite Etik Penata Anestesi adalah setiap anggota biasa
yang dinilai memiliki integritas moral tinggi.
4. pemungutan suara:
a. yang berhak memberikan suara adalah peserta sidang masing-masing;
b. tujuan pemungutan suara adalah menentukan satu calon yang
memperoleh dukungan mayoritas (mendapatkan suara lebih dari
setengah);dan
c. mekanisme pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) apabila calon 2 (dua) orang, dan pada penghitungan suara ternyata
hasilnya sama, maka pemungutan suara diulang, dan apabila
hasilnya tetap sama, maka dilakukan undian;dan
2) apabila calon lebih dari 2 (dua)orang, dan pada penghitungan suara
belum ada calon yang mendapatkan suara lebih dari ½ (setengah),
maka diambil 2 (dua) calon dengan suara terbanyak, untuk
selanjutnya dilakukan pemungutan suara seperti pada huruf (1).
Pasal 13
Kegiatan Ilmiah
(2) Kegiatan Ilmiah Musyawarah Nasional dapat berupa sidang ilmiah, kursus,
pelatihan dan lain-lain.
(4) Bagi anggota yang tidak mendapat kesempatan menyajikan karya ilmiahnya
melalui sidang ilmiah, diberi kesempatan untuk menyajikan dalam bentuk
poster.
9
(5) Kursus dan pelatihan dapat diadakan sebelum, selama atau setelah
Musyawarah Nasional.
(6) Kegiatan ilmiah lain diadakan tergantung kebutuhan dan kemamupan panitia.
Pasal 14
Kegiatan Sosial
Pasal 15
BAB III
Pasal 16
(1) Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah kepemimpinan tertinggi Ikatan yang
mengurus dan melaksanankan kebijakan bersekala nasional yang
diamanatkan Musyawarah Nasional, dengan masa jabatan 5 (lima) tahun.
(2) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat ditetapkan oleh Musyawarah Nasional
dengan tugas awal:
a. menetapkan susunan dan personalia Dewan Pengurus Pusat lengkap
dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sesudah Musyawarah
Nasional;dan
b. mengadakan serah terima dengan pengurus lama paling lama 1 (satu)
bulan sesudah pengurus baru terbentuk.
10
atau panitia, sesuai kebutuhan.
(5) Seluruh personalia pengurus pusat berasal dari anggota biasa, sedangkan
anggota panitia dapat berasal dari anggota biasa.
(10) Sebagai pedoman kegiatan yang akan ditetapkan, Dewan Pengurus Pusat di
awal kepengurusan wajib membuat program kerja sebagai penjabaran garis
besar program kerja yang diamanatkan MUNAS, dengan senantiasa
mengacu pada:
a. isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPAI;
b. segala ketetapan MUNAS maupun IPAI;
c. program dan kebijakan pemerintah;
d. program kerja pengurus lama;dan
e. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi profesi.
Program kerja sedapat mungkin disahkan pada rapat pleno dan
disosialisasikan kepada seluruh perangkat organisasi.
11
Pasal 17
(2) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat membentuk Kolegium Penata Anestesi
Indonesia apabila telah dapat memenuhi syarat bagi dibentuknya kolegium
sesuai peraturan perundangan-undangan.
(3) Susunan personalia, keanggotaan dan tujuan pokok dan fungsinya diatur dan
ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat.
BAB V
Pasal 18
(3) Ketua Dewan Pengurus Derah dipilih dari dan oleh anggota biasa dalam
Musyawarah Daerah (MUSDA) / Musyawarah Daerah Luar Biasa
(MUSDALUB). Personalia lain dalam kepengurusan daerah adalah anggota
biasa yang ditunjuk oleh Ketua terpilih.
(5) Ketua Dewan Pengurus Derah dipilih dalam MUSDA yang dilaksanakan
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah MUNAS Ketua terpilih melengkapi
dan melaporkan kepengurusan lengkap ke pengurus pusat selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah terpilih; pengurus pusat melantik pengurus
daerah bersangkutan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima
laporan. Pelantikan bisa sendiri atau bersama-sama beberapa daerah.
12
pusat;
b. mengatur dengan memberikan bimbingan/arahan, pengawasan dan
peringatan bila perlu, kepada anggota, kaitannya dengan
tugas/kewajibannya sebagai anggota organisasi maupun dalam
menjalankan profesinya;
c. menyusun dan melaksanakan program kerja/kegiatan kepengurusan,
baik dalam bidang organisasi, ilmiah maupun social/kemasyarakatan;
d. menyelenggarakan rapat pimpinan daerah, rapat pengurus lengkap,
rapat harian, dan rapat yang dipandang perlu;
e. mengangkat badan, komisi atau panitia sesuai kebutuhan;dan
f. menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir kepengurusan.
(7) Dewan Pengurus Derah bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah dan
melaporkan hasilnya kepada Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat.
(8) Ketua Dewan Pengurus Derah dapat dijabat secara berturut-turut oleh orang
yang sama paling banyak 2 (dua) kali.
Pasal 19
Pembentukan DPD
(2) Apabila anggota biasa kurang dari 15 (lima belas) orang, DPP dapat
mempertanggungjawabkan untuk terbentuknya DPD.
BAB VI
Pasal 20
(1) Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) adalah rapat yang dihadiri oleh
segenap perangkat organisasi DPP dengan DPD dan Badan Lain.
(2) MUKERNAS dapat diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan
periode Kepengurusan.
13
Pasal 21
Pasal 22
Penanggung Jawab
(3) Siding-sidang MUKERNAS terdiri dari siding pleno dan bila diperlukan dapat
dilakukan siding Komisi.
(4) Siding pleno MUKERNAS dipimpin oleh Ketua Umum Dewan Pengurus
Pusat.
BAB VII
Pasal 23
(2) Hasil investasi yang diperoleh melalui Kegiatan Ilmiah sebgai rangkaian
bersama MUNAS, MUKERNAS dan Kegiatan Ilmiah Lainnya yang
dilaksanakan bersama oleh DPP dan DPD IPAI dibagi secara proporsional
oleh Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah.
14
Pasal 24
(2) Kegiatan Ilmiah Nasional IPAI di luar MUNAS dan MUKERNAS terdiri dari
Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN).
(3) Pertemuan Ilmiah Nasional merupakan pertemuan ilmiah yang diikuti oleh
semua anggota IPAI.
BAB VIII
HARTA KEKAYAAN
Pasal 25
Pengelolaan Kekayaan
(1) Kekayaan IPAI terdiri dari barang, baik berupa benda bergerak maupun tidak
bergerak, surat berharga, dan uang tunai maupun tabungan / simpanan /
deposito.
(2) Kekayaan IPAI, langsung atau tidak langsung menjadai tanggung jawab
pengurus, yang pada pengelolaaannya senantiasa menggunakan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas.
BAB IX
PENDAPATAN
Ppasal 26
15
(2) Besaran uang pangkal dan iuran ditetapkan dalam MUNAS;
a. uang pangkal Rp. 100.000,-
b. iuran anggota Rp. 35.000,-
(3) Penyerahan uang pangkal dan iuran anggota, disertai laporan tertulis, dari
Dewan Pengurus Daerah kepada Dewan Pengurus Pusat, dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali.
(4) Untuk kepentingan DPD, pengurus DPD dapat menetapkan iuran tambahan
atas persetujuan MUSDA.
(5) Besarnya iuran anggota sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dibagi
sebagai berikut;
a. DPP Rp. 15.000,-
b. DPD Rp. 20.000,-
Pasal 27
(1) Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah berhak dan
berkewajiban mencari dana penunjang kegiatan organisasi melalui
permintaan sumbangan/bantuan yang sah dan tidak mengikat.
(2) Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah berhak mendirikan
badan usaha untuk kepentingan organisasi maupun kesejahteraan anggota,
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan/ketentuan yang berlaku.
(3) Segala bentuk usaha penggalian dana, baik berupa permintaan sumbangan
maupun pendirian badan usaha, dilaporkan kepada MUNAS atau MUSDA
sesuai tingkatannya.
BAB X
SEKRETARIAT ORGANISASI
Pasal 28
Pasal 29
(2) Donator.
16
(3) Hasil usaha organisasi.
(4) Bantuan yang legal, sah, ikhlas, dan tidak mengikat baik.
Pasal 30
Pasal 31
Kesekretariatan
Pasal 32
(2) Surat yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pengurus Pusat;
a. surat undangan;
nomor : 0001/……../X/2016
b. surat biasa;dan
nomor : 0001/……../X/2016
c. surat kepanitian.
nomor : 0001/……../X/2016
17
c. surat tugas;
nomor : 0001/……../X/2016
(4) Surat yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pengurus
Daerah;
a. surat undangan;
nomor : 0001/……../X/2016
b. surat biasa;dan
nomor : 0001/……../X/2016
c. surat kepanitian.
nomor : 0001/……../X/2016
(5) Kode penomeran surat yang dimaksud pada Pasal 32 ayat (1), ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4) adalah sebagai berikut;
a. 0001 : nomor surat keluar:
b. ……………. : kode jenis surat;
c. X : bulan pengeluaran surat;dan
d. 2016 : tahun pengeluaran surat.
BAB X
Pasal 33
Lambing Organisasi
(1) Lambang IPAI berupa gambar Persegi Lima berada di dalam lingkaran
bertuliskan kewaspadaan indera menuju keselamatan.
(2) Bentuk dan warna lambang beserta penjelasannya terdapat pada lampiran
Anggaran Rumah Tangga ini, dengan perubahan pencantuman.
(3) Lambang dicantumkan pada kepala surat, piagam, spanduk, kartu anggota,
panji, dan lain-lain.
Pasal 34
Panji
(1) Panji IPAI berupa bendera dengan warna dasar biru tua, tulisan Ikatan Penata
Anestesi Indonesia.
18
Pasal 35
Lagu
(1) Lagu resmi terdiri dari hymned an mars yang ditetapkan pada MUNAS VI
tahun 2014 di Surakarta.
(2) Partitur, lirik hymned an mars IPAI terdapat dalam lampiran Anggaran Rumah
Tangga ini.
Pasal 36
Seragam Almamater
(1) Seragam Almamater IPAI berupa Jas dan Celana bagi Pria serta Jas
dan/atau Celana/Rok bagi wanita, dengan warna dasar biru tua, dengan
lambing dan tulisan Ikatan Penata Anestesi Indonesia.
Pasal 37
BAB XI
Pasal 38
Alas an Perubahan
AD dan ART yang tidak sesuai dengan perkembangan yang terjadi harus segera
diadakan perubahan dalam rangka penyesuaian yang dilakukan dalam MUNAS
BIASA atau MUNASLUB
Pasal 39
Tatacara Perubahan
(1) Usulan perubahan AD dan ART dapat diajukan kepada Ketua Umum Dewan
19
Pengurus Pusat oleh setiap anggota secara tertulis, disertai alasannya.
(2) Melalui rapat pleno usulan tersebut akan diterima atau ditolak oleh Ketua
Umum Dewan Pengurus Pusat.
(3) Apabila usulan tersebut diterima, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat akan
membentuk tim yang personalianya diangkat dari anggota biasa, untuk
membuat rancangan perubahan AD dan ART.
(4) Rancangan perubahan AD dan ART yang telah dibuat oleh tim dilaporkan
kepada Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat untuk mendapat persetujuan di
Rapat Pleno.
(5) Rancangan AD dan ART baru yang telah disetujui Rapat Pleno dilaporkan
oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat ke siding Pleno MUNAS BIASA
atau MUNASLUB untuk mendapat pengesahan.
(6) Dengan telah disahkannya AD dan ART yang baru, AD dan ART yang lama
tidak berlaku lagi.
BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 40
Tatacara Pembubaran
(3) Setelah pembubaran, maka segala kekayaan IPAI diserahkan kepada Badan
Sosial atau perkumpulan yang ditetapkan oleh MUNAS.
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 41
Setiap Anggota IPAI dianggap telah mengetahui dan wajib mentaati seluruh isi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini.
20
Pasal 42
Pasal 43
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dimuat dalam
Peraturan tersendiri, yang ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat
sepanjang tidak bertentangan dengan AD dan ART.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 44
21