Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan
lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele
sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar
yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya
empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut
tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut
mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002). Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat
peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele
sangkuriang terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip
ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi dengan patil (sirip
yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri (Lukito, 2002). Menurut Djoko
(2006) ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis
ikan lainya. Seperti ikan mas, gurami dan tawes. Alat pernafasan lele sangkuriang
berupa insang yang berukuran kecil sehingga lele sangkuriang sering mengalami
di rongga insang bagian atas, alat berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan
mempunyai tujuk pohon rimbun yang biasa disebut “arborescent organ”. Untuk
tunggal dan sirip berpasangan. Sirip tunggal adalah sirip punggung dan sirip ekor .
Sedangkan sirip berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras
2.3 Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele sangkuriang adalah air tawar, meskipun air
yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai, air saluran irigasi,
air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif tahan
terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Lele
sangkuriang juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam kolam
yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang mempunyai alat
2008). Djoko (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan
senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
suhu berkisar antara 24 – 300C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan
kondisi perairan tersebut di atas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai
Ikan lele Sangkuriang memiliki tubuh yang lebih panjang dibandingkan lele
Dumbo biasa. berwarna hitam, hitam keunguan, atau hitam kehijauan pada bagian
punggung dan putih kekuningan pada bagian perut serta bagian samping totol-totol.
Lele sangkuriang memiliki empat pasang sungut yang berfungsi penting sebagai alat
penciuman dan alat peraba. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. dan
memiliki sirip dengan jumlah yang sama dengan sirip lele Dumbo pada umumnya,
terdiri dari tiga sirip tunggal dan dua sirip berpasangan (Warisno dan Dahana 2009).
Menurut Mahyudin (2008), ikan lele Sangkuriang termasuk dalam golongan pemakan
merupakan jenis ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam
(bottom feeder). Ikan lele Sangkuriang seperti ikan lele lainnya bersifat nokturnal,
yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari
tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi (diurnal). Pada siang hari lele lebih
suka berdiam atau berlindung di bagian perairan yang gelap. Pada kolam
pemeliharaan, terutama pada budidaya intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan
pelet pada pagi hari atau siang hari, walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika
diberikan pada malam hari (Puslitbang Perikanan 1992). Ikan lele Sangkuriang tahan
hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap
kualitas air yang layak untuk ikan lele Sangkuriang yaitu dengan suhu 20-27ºC,
oksigen terlarut (DO) kurang dari 2 ppm, kandungan karbon dioksida (CO 2) lebih
dari 15 ppm, kandungan NO2 sebesar 0,25 ppm, kandungan NO3 sebesar 250 ppm
dan pH sebesar 6,5-8. Menurut Kordi (2010) bahwa ikan lele sangkuriang termasuk
ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan hewani maupun nabati.
Pakan alami lele sangkuriang adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air dari
kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda. Sementara itu, lele sangkuriang juga
memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput kecil. Meskipun demikian,
jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di kolam lele dapat memakan pakan
buatan seperti pellet, limbah peternakan ayam, dan limbah-limbah peternakan lainnya
(Himawan, 2008). Menurut Lukito (2002) bahwa pakan buatan pabrik dalam bentuk
pellet sangat digemari induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga
memakan segala macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan
daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang mengandung
2.5 Pertumbuhan
atau bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan yang
tersedia,jumlah ikan, suhu, umur dan ukuran ikan. Laju pertumbuhan tubuh ikan yang
hidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar,
kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit (Fajar, 1988). Menurut Mudjiman
(2000) kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat jika pakan
yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup. Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika
jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang
lambat dan kecil ukurannya bila pakan yang diberikan kurang memadai (Lovell,
1989). Ikan yang berukuran kecil memerlukan energi yang lebih besar dari pada ikan
yang lebih besar dan mengkonsumsi pakan relatif lebih tinggi berdasarkan persen
bobot tubuh (Brett dan Groves, 1979). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap
meliputi suhu, kualitas dan kuantitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina, 2008).
sangkuriang tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan-
ikan lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari
kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin sukses
membudidayakan lele. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele
sangkuriang tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele
sangkuriang secara intensif adalah 25 – 30 oC. Suhu untuk pertumbuhan benih ikan
lele sangkuriang 26 – 30oC (Himawan, 2008). Umumnya ikan lele hidup normal di
Keasaman atau pH yang baik bagi lele Sangkuriang adalah 6,5 – 9, pH yang kurang
dari 5 sangat buruk bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan
Ampas tahu merupakan hasil limbah dalam proses pembuatan tahu yang
berbentuk padat dan diperoleh dari bubur kedelai yang diperas. Limbah tersebut
biasanya masih mengandung serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan
mineral sehingga dapat dikonversikan ke produk lain seperti pakan. Ampas tahu yang
memiliki sifat kimiawi yang didominasi oleh protein sehingga dapat diolah menjadi
daya manusia khususnya bagi petani yang dapat membuka peluang usaha baru
memberikan alternatif gizi sebagai sumber protein yang bermanfaat bagi kesehatan
Ampas tahu merupakan limbah dari industri pembuatan tahu, jika tidak
ditangani dengan baik dapat mencemari lingkungan. kandungan protein dan lemak
pada ampas tahuyang tinggi yaitu protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63%;