Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa
masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu akan mulai
memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas,
sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan
berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif ?
2. Apa Definisi Perumusan Masalah ?
3. Bagaimana Analisis Perumusan masalah penelitian Kuantitatif. ?
4. Bagaimana Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif. ?
5. Bagaimana contoh draf rumusan masalah?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif
2. Untuk Mengetahui Definisi Perumusan Masalah
3. Untuk Mengetahui Analisis Perumusan masalah penelitian Kuantitatif.
4. Untuk Mengetahui Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif
5. Untuk mengetahui contoh draf rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan oada filsafat positivisme.
Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga
disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono, 2014 : 7)
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai
fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Dari ketiga pendapat mengenai definisi masalah di atas, maka kami menyimpulkan
bahwa masalah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
yang menimbulkan pertanyaan dalam setiap individu manusia, serta secara otomatis
membutuhkan upaya untuk mencari suatu jawaban atas masalah yang dihadapi tersebut.
1. Kata – kata yang digunakan untuk mendefenisikan masalah harus memiliki suatu arti
tidak ambigu.
2. Pernyataan masalah harus singkat, tetapi komprehensif agar mudah dipahami.
3. Asumsi harus diakui dalam studi.
4. Masalah harus memiliki kepentingan praktis.
5. Defenisi atau pernyataan masalah harus memiliki alasan atau latar belakang tertentu.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merumuskan suatu masalah, yaitu:
JUDUL : Eksperimentasi Model Problem Based Learning Dan Discovery Learning Pada
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar Peserta Didik Kelas
IX SMPN 1 Batang Anai Tahun Ajaran 2017/2018.
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan, karena
pendidikan dapat menjadikan hidup menjadi lebih baik. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan sekarang ini sudah mengalami
kemajuan. Pendidikan menjadi hak semua manusia tidak hanya untuk kepentingan
pribadi tetapi dalam tujuan lebih lanjut, pendidikan sebagai sebuah wahana untuk
menuntut ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menciptakan wawasan kebangsaan.
Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, bertujuan untuk:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”(Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisrem Pendidikan Nasional, 2003:1)
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang memiliki peranan penting
dalam berbagai disiplin ilmu, serta mengembangkan daya pikir manusia khususnya
membentuk pola pikir peserta didik yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar
hingga menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Melihat begitu pentingnya matematika, pemerintah mendefinisikan tujuan dari
pembelajaran matematika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang menjelaskan tujuan
dari pembelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan, yaitu agar peserta didik
mampu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat-sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dari
pertanyaan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperolehnya.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau gambar untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tabel 1.1
Persentase Peserta Didik yang Tuntas dan Tidak Tuntas pada Ujian Akhir Semester
Tahun Pelajaran 2016/2017
Kelas Jumlah Tidak tuntas ¿ 80 Tuntas≥ 80
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Peserta
Didik
IX.I 34 26 76,5% 8 23,5%
IX.2 33 25 75,8% 8 24,2%
IX.3 32 23 71,9% 9 28,12%
IX.4 32 22 68,75% 10 31,25%
IX.5 32 24 75% 8 25%
IX.6 32 24 75% 8 75%
IX.7 33 25 78,12% 8 24,24%
IX.8 32 23 71,9% 9 28,12%
Sumber : Pendidik mata pelajaran matematika SMPN 1 Batang Anai
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan peserta didik secara
keseluruhan tidak sampai separuh dari peserta didik kelas VIII SMPN 1 Batang anai
yang tuntas pada ujian semester II tahun pelajaran 2016/2017.
Untuk mengatasi masalah di atas, maka pendidik perlu merancang suatu model
pembelajaran. Hal sesuai dengan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Pendidik dan Dosen
Pasal 10 dikemukakan bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Adapun
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pendidik dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang salah satunya yaitu kemampuan pendidik untuk
merancang pembelajaran. Seorang pendidik perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementasikan berbagai model pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat
dan bakat serta dengan taraf perkembangan peserta didik termasuk di dalamnya
memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas
pembelajaran (Wina Sanjaya, 2008: 279).
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses
pengajaran diruang kelas atau di setting yang berbeda (Miftahul Huda,2014: 73).
Model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar berlangsung efektif
dan efesien sehingga seluruh peserta didik dapat terlibat langsung secara aktif baik
mental, fisik, maupun sosialnya dan mampu memahami serta menguasai pelajaran
matematika itu sendiri, sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai sesuai
dengan yang diharapkan. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
Problem Based Learning dan Discovery Learning.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara alamiah. Model Problem Based Learning memberikan
efek pada isi pengetahuan yaitu menyediakan kesempatan lebih besar pada peserta didik
untuk mempelajari isi dengan penuh pemahaman dan meningkatkan keaktifan, motivasi
dan pemahaman peserta didik dengan yang lain (Syafruddin, 2016:222).
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti perlu melakukan pembatasan masalah agar
penelitian lebih fokus dalam menggali dan mengatasi permasalahan yang ada. Penelitian
ini akan membatasi masalah pada eksperimentasi model Problem Based Learning dan
Discovery Learning pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika
peserta didik kelas IX SMPN 1 Batang Anai tahun ajaran 2017/2018.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Secara umum yaitu:
Terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik yang belajar
menggunakan model Problem Based Learning, Discovery Learning, dan
pembelajaran ekspositori pada kelas IX SMPN 1 Batang Anai.
2. Secara rinci yaitu:
a. Apakah hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Problem Based
Learning lebih tinggi dibandingkan dengan model ekspositori di kelas IX SMPN
1 Batang Anai?
b. Apakah hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan model Discovery
Learning lebih tinggi dibandingkan dengan model ekspositori di kelas IX SMPN
1 Batang Anai?
c. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan
model Problem Based Learning dan model Discovery Learning di kelas IX
SMPN 1 Batang Anai?
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang melihat masalah sebagai hal
yang tunggal, parsial dan dapat dipragmentasikan sebagai variabel penelitian yang jelas
dan tegas untuk mendapatkan kebenaran yang terukur dan teruji. Metode kuantitatif
merupakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data.
B. SARAN
Dengan telah dipelajarinya tentang cara perumusan masalah diharapkan pembaca
mampu merumuskan masalah dalam penelitian kuantitatif dengan baik dan benar.