0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
162 tayangan9 halaman

Infus Intravena Dekstrosa Nacl: 1. Pendahuluan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 9

INFUS INTRAVENA DEKSTROSA NaCl

1. Pendahuluan
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya
dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba. ( Lachman, hal
1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena
untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi.
Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan
untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti
cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi
normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup
selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan
lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah
plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh
karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus
intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet
itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam
amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang
isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan
hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi
pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat
yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan
masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang
diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi
seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara
dimuntahkan
INFUS IV Dekstrosa NaCl / Dekstrosa
Pada umumnya larutan dekstrosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti
kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk
melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dalam formula ini
ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis, dimana dekstrosa disini
bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H 2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula
ini ditambahkan norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
2. Zat aktif : 1. Dekstrosa
2. NaCl
3. Data pendukung
Nama Sifat fisika Ekiv Cara sterilisasi Khasiat/dosis Cara
zat aktif kimia NaCl penggunaan
Dekstrosa Pemerian: 0,16 Sterilisasi Sumber Infus
Hablur (Prowls Akhir dengan Karbohidrat intravena
tidak hal Autoklaf suhu (Handbook of
berwarna, 187) 1210C, selama Pharmaceutical
serbuk 15 menit Excipient ed.
hablur atau (Handbook of IV, hal 200)
serbuk Pharmaceutical
granul Excipient ed.
putih, tidak IV, hal 201)
berbau,
rasa manis.
Kelarutan:
Mudah
larut dalam
air, sangat
mudah
larut dalam
air
mendidih.
pH : (3,5-
6,5)

Pemerian:
Hablur
bentuk
kubus,
tidak
berwarna,
NaCl atau serbuk 1,0 Strilisasi Akhir Pengganti ion Infus
hablur dengan Na+, Cl- dalam intravena
putih, rasa Autoklaf suhu tubuh.
asin. 1210C, selama
Kelarutan: 15 menit
Mudah (Martindale
larut dalam hal 635 ed 28)
air, sedikit
lebih
mudah
larut dalam
air
mendidih.
pH: (4,5-
7,0)
4. Data Zat Aditif
a. Zat aditif
Fungsi zat Nama Sifat fisika kons Ekiv. Sterilisasi Alasan
aditif Zat kimia NaCl pemilihan
Sebagai zat Aqua pro Cairan - - Kalor Karena
pembawa injeksi jernih bebas basah digunakan
injeksi (FI IV pirogen (autoklaf) untuk sediaan
hal 112) infus
intravena
yang harus
bebas pirogen

Untuk H2O2 Cairan - -


membebaskan (FI IV jernih tidak
aqua pro hal 438) berwarna,
injeksi dari bereaksi
pirogen atau asam
depirogenisasi terhadap
lakmus,
terurai
secara
perlahan
dan
dipengaruhi
oleh cahaya
Untuk Norit Serbuk - - Norit inert
membebaskan (FI IV hitam tidak sehingga tidak
pirogen dari hal 1169) berbau. bereaksi
sediaan dengan zat
aktif.

b. Perhitungan Tonisitas
Jumlah Dekstrosa dalam formula
5 %, maka tonisitas yang diperoleh 5 % x 0,16 = 0,8 % NaCl
Persen NaCl dalam formula agar isotonis
0,9 % - (5 % x 0,16) = 0,1 %
5. Formula
Tiap 500 ml mengandung:
Dekstrosa 25 g
Na+ 8,547 mEq
Cl- 8,547 mEq
Aqua p.i ad 500ml
6. Alat dan cara sterilisasi
Alat yang Cara Paraf Asisten
digunakan sterilisasi Waktu mulai Paraf Waktu akhir Paraf
Botol infus Oven 1700C,
30 menit.
Beaker Autoklaf
1150C, 30
menit.
Erlenmeyer Oven 1700C,
30 menit.
Corong Oven 1700C,
gelas 30 menit.
Pipet tetes Oven 1700C,
30 menit.
Gelas ukur. Autoklaf
1150C, 30
menit.

7. Penimbangan Bahan
Perhitungan Penimbangan
Dibuat 2 botol infus @ 500 mL. Total volume 1000 mL.
Volume infus 1000 mL + (10% x 1000 mL) = 1100 mL.
Dekstrosa = 1100 mL x 50 g = 55 g + (5 % x 55 g)
1000 mL = 57,5 g
NaCl = 1100 mL x1g = 1,1 g + (5 % x 1,1 g)
1000 mL = 1,155 g
Aqua p.i ad 1100 mL = 1100 mL – 57,5 g – 1,155 g
= 1041,245 mL
Norit = 0,1 % x 1100 mL = 1,1 g
H2O2 = 0,1 % x 1500 mL = 1,5 mL

Pembuatan infus untuk 1000 ml


Dekstrosa 57,5 g
NaCl 1,155 g
Aqua p.i 1041,245 mL
Norit 1,1 g
H2O2 1,5 mL
8. Cara pembuatan
a. Siapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
b. Timbang dekstrosa, NaCl, dan norit, lalu ukur volume H2O2.
c. Kalibrasi botol infus (tara dengan aquadest ad 500 ml beri tanda).
d. Sterilisasikan alat-alat dan botol infus.
e. Buat aqua pro injeksi: Aqua dipanaskan sampai mendidih dan biarkan 30
menit, kemudian tambahkan H2O2 lalu panaskan
selama 15 menit dan dinginkan.
f. Larutkan glukosa dan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi.
g. Cek pH sebelum digunakan.
h. Tambahkan aqua pro injeksi ad 500 ml
i. Tambahkan norit 1,1 gram, panaskan 15 menit pada suhu 50-60°C sambil
diaduk.
j. Saring dengan kertas saring steril ad jernih
k. Masukkan dalam botol infus yang telah dikalibrasi ad tanda.
l. Tutup dengan karet penutup.
m. Sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
n. Kemas, masukkan dalam dus, beri etiket
9. Evaluasi
A. In Process Control (IPC)
1. Uji pH
Sebelum di adkan larutkan sediaan di cek pH nya dengan pH universal.
2. Uji Kejernihan (Lachman hal 1355)
3. Dideteksi secara visual dengan menggunakan background hitam putih,
harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata
yakni partikel yang berukuran 30-40 mikrometer dan lebih dari itu.
4. Uji keseragaman volume ( FI IV Hal 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
B. Quality Control (QC)
1. Uji Kejernihan (Lachman II hal 1355)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap refleks dari mata, berlatar belakang hitam dan putih
dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar. Syarat semua
wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang dari
infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar, serta 5
partikel 25 µm/ml.
2. Uji Pirogenitas ( FI IV hal 908)
a. Uji biologik
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci setelah disuntikkan
dengan larutan lebih kecil dari 10 ml/kg bobot badan dalam vena
auricularis.
b. Uji Serologi
Lisat darah kepiting (L. Polyhemus) = endotoksin, kemudian
gelatinisasi selama 30 menit.
3. Uji Sterilitas ( FI IV hal 858)
a. Inokulasi langsung kepada media uji
Volume tertentu spesimen + volume tertentu media uji diinkubasi
selama tidak kurang dari 14 hari, amati pertumbuhan secara visual
sesering mungkin, sekurang-kurangnya pada hari ketiga, keempat,
kelima, ketujuh atau kedelapan pada hari terakhir pada masa uji.
b. Penyaringan dengan filter membran
Penyaringan dengan filter membran (porositas 0,22 mikrometer =
kurang lebih 47 Mm), kecepatan aliran 55-75 ml/menit, tekanan 70
cmhg. Membran dibilas dengan larutan pepton 0,1%. Membran
dipotong menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan 1)
Lalu dimasukkan kedalam:
- Media toiglikolat cair inkubasi pada 30-350C selama 7 hari.
- Soybean casein digest inkubasi pada suhu 20-250C selama 7
hari.
4. Penetapan Kadar
a. Dekstrosa ( FI IV hal 300)
Sejumlah volume injeksi yang diukur seksama setara dengan 2-5g
dekstrosa, masukkan dalam labu tentukur 100 ml. Tambahkan 0,2
ml amm. Hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda. Ukur
rotasi optik dalam tabung polarimeter yang sesuai pada suhu 25 0C
seperti yang tertera pada rotasi optik dan rotasi jenis. Rotasi yang
diamati dalam derajat, dikalikan dengan 1,0425 A. A adalah
perbandingan antara bilangan 200 dibagi dengan panjang tabung
polarimeter yang digunakan dalam mm, yang menunjukkan bobot
dalam g. C6H12O6.H2O, dalam volume injeksi yang digunakan.

b. NaCl ( FI IV hal 585)


Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 90 mg
NaCl, masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tambahkan 140
ml air dan 1 ml diklorofluoresein LP. Titrasi dengna perak nitrat
0,1 N LV hingga perak klorida menggumpal dan campuran
berwarna merah muda lemah.
1 ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 5, 844 mg NaC
10. Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
2. Voigt R. Buku pelajaran teknologi farmasi. Edisi V. alih bahasa Soewandhi
SN. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1995.
3. The Pharmacopeia, Martindale 28th. London.The Pharmaceutical Press, 1982.
4. Sprowls, 1970. Prescription Pharmacy Second Edition, USA ; The University
of Texas at Austin.
5. Wade A, Weller PJ. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Fifth edition.
Washington: American Pharmaceutical Association; 2005.
James,E.F.Reynolds. 1982. London;The Pharmaceutical Press.
6. Lieberman HA, Lachman L, Schwart JB. Pharmaceutical Dosage Forms.
Tablet. Volume III, second edition. New York and Basel: Marcel Dekker,Inc;
1989.
7. Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Diterjemahkan oleh
Farida I. Jakarta: UI Press; 1989.
8. Turco Salvatore, 1979. Steril Dosage Forms Second Edition, Philadelphia ;
Lea and Febiger.

Anda mungkin juga menyukai