Antalgin
Antalgin
Antalgin
•
Data kelarutan dalam berbagai pelarut :
- Larut dalam air (1:1,5)
- Larut dalam alcohol (1 : 30)
- Sangat sedikit larut dalam kloroform
- Praktis tidak larut dalam eter(Martindale ed 28, halaman 251).
METODE PELAKSANAAN
ALAT DAN WADAH YANG DIGUNAKAN
-
2. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
PERMASALAHAN PENYELESAIAN
- Antalgin mudah terurai dengan adanya - Disimpan dalam wadah yang tidak tembus cahaya
cahaya
- Ditambahkan antioksidan
- Antalgin mudah teroksidasi
SPESIFIKASI RANCANGAN
3. MACAM – MACAM FORMULASI
Handbook of Pharmaceutical Martindale Edisi 28, Halaman 251
Manufacturing Formulations Steril Dipyrone 50 g
Product Volume 6, Halaman 195 Na Tiosulfat 100 mg
Dipyrone 500 g Aqua pro injection ad 100 ml
Chlorobutanol 4g
Benzyl Alcohol 20 ml Martindale Edisi 28, Halaman 25
Water for Injection QS to 2 L Methampirone 500 mg / ml
Iodium Hydroxide QS Na Bisulfit 0,1 %
Hydrochloride Acid QS Benzalkonium chloride 0,001 %
Nitrogen Gas QS Water for Injection ad 5 ml
METODE PEMBUATAN
PERHITUNGAN VOLUME DAN BERAT
METODE PEMBUATAN
Perhitungan Isotonis
Dipyron
1 g Dipyron ~ 0,19 g NaCl
7,5 g dipyron ~ x NaCl
7,5 𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 25 𝑔
30 𝑚𝑙
Maka, 25 g x 0,19 = 4,75 g
Na Tiosulfat
1 g Na Tiosulfat ~ 0,31 g NaCl
0,03 g Na Tiosulfat ~ x NaCl
0,03 𝑔
𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,1 𝑔
30 𝑚𝑙
Maka, 0,1 g x 0,31 = 0,031 g
Tonisitas= 4,75 + 0,031
= 4,781 % > 0,9 % (Hipertonis)
METODE PEMBUATAN
Sediaan yang diambil
Dipyron = 7,5 g
Na Tiosulfat
30 𝑚𝑙
𝑥 100 𝑚𝑔 = 30 𝑚𝑔
100 𝑚𝑙
yang tersedia di lab 1 g / 100 ml
1𝑔 0,03 𝑔
maka, =
100 𝑚𝑙 𝑥
= 3 ml
Water for Injection
= 30 ml – (7,5 g + 3 ml)
= 19,5 ml
Jumlah yang
Nama Bahan Fungsi
ditimbang
Metampiron Bahan aktif 7,5 g
Tiosulfat Na Antioksidan 3 ml
Masukkan
metampiron ke dalam diambil Na Tiosulfat
Sediaan disterilisasi
beaker glass, menggunakan spuit 3
dengan autoklaf
tambahkan WFI 15 ml
ml, aduk ad larut
HASIL
PENIMBANGAN
18
KOMPOSISI MEDIA DAN CARA PEMBUATAN
19
Media Tioglikolat Cair
• Komposisi
L-sistin P 0,3 g
Agar P 0,75 g
• Cara Pembuatan
• Campur dan panaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P,
dekstrosa, yeast extract, dan pancreatic digest of casein dalam air
murni. Larutkan natrium tioglikolat P atau asam tioglikolat P ke dalam
larutan dan atur pH hingga 7,1 ± 0,2 setelah sterilisasi dengan
penambahan natrium hidroksida 1 N.
• Tambahkan larutan natrium resazurin P, campur dan tempatkan media ke
dalam tabung yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukan dengan
kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah dari
bagian atas yang mengalami perubahan warna.
21
Media Tioglikolat Cair
• Cara Pembuatan
• Jika media disimpan, maka disimpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam
wadah steril tertutup rapat.
• Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang
telah tervalidasi.
• Media cair tioglikolat diinkubasi pada suhu 30o-35oC. Untuk sediaan
yang mengandung pengawet raksa yang tidak dapat diuji menggunakan
metode penyaringan membran.
22
Media Tioglikolat Alternatif
• Komposisi
L-sistin P 0,5 g
Glukosa P 5,5 g
• Cara Pembuatan
• Panaskan semua bahan dalam wadah yang sesuai hingga larut, campur dan jika
perlu atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 menggunakan
natrium hidroksida 1 N. Saring jika perlu, tempatkan dalam tabung yang
sesuai dan sterilisasi dengan uap air. Media dibuat segar atau dipanaskan
di tangas uap dan didinginkan saat akan digunakan. Tidak boleh dipanaskan
kembali. Gunakan media tioglikolat alternatif dengan cara yang menjami
kondisi anaerob selama masa inkubasi (FI V: 856)
24
Soybean Digest Casein Medium
• Komposisi
Pancreatin digest of casein 17,0 g
• Cara Pembuatan
• Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut. Dinginkan larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu atur pH
larutan hingga setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N. Jika perlu saring hingga jenuh, bagikan
dalam wadah yang sesuai dan sterilisasi menggunakan proses yang telah divalidasi. Simpan pada suhu antara 2o dan 25o dalam
wadah steril dan tertutup baik, kecuali jika segera diguakan. Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang
telah tervalidasi.
• Soybean digest casein medium diinkubasi pada 22,5o ± 2,5oC (FI V:1342).
27
Cara Kerja
Dilakukan pembersihan
Disiapkan tabung reaksi
pada lemari LAF dengan masing-masing tabung
yang berisi media soybean Isi sediaan injeksi antalgin
menyemprotkan alcohol, reaksi diisi dengan 1 ml isi
casein digest medium dan diambil 2 ml
kemudian dilap dengan sediaan injeksi antalgin
media cair tioglikolat
kasa steril
28
PEMBAHASAN
Sediaan steril volume kecil yang dibuat pada praktikum ini adalah
sediaan injeksi antalgin. Sediaan injeksi harus dibuat steril bertujuan
mencegah terjadinya infeksi oleh mikroorganisme yang masuk kedalam
tubuh lewat sediaan obat yang diinjeksikan.
Evaluasi yang dilakukan adalah uji pH, uji sterilitas dan uji kejernihan
pada sediaan yang dibuat. pH dari sediaan yaitu memiliki pH 7,0.
Kejernihan dapat diamati dengan mata langsung atau menggunakan
penyinaran sehingga dapat dilihat kejernihan sediaan. Sediaan antalgin
jernih dan berwarna bening. Hasil uji sterilitas pada sediaan injeksi antalgin
pada hari ke 7 dan 14 tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada media
tioglikolat maupun pertumbuhan jamur atau kapang di media casa
sehingga sediaan yang dibuat memenuhi uji sterilitas. Sediaan steril yang
dibuat telah memenuhi persyaratan uji sterilitas, uji kejernihan dan uji pH.
KESIMPULAN
Dari percobaan ini adalah sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari
semua kontaminasi serta pertumbuhan mikrooganisme baik bentuk vegetatif
maupun spora serta bebas dari patogen dan pirogen. Sediaan volume kecil yang
dibuat pada percobaan ini adalah antalgin (metampiron). Sediaan steril yang
dibuat memenuhi syarat uji sterilitas, uji kejernihan sediaan dan uji pH.
Lampiran
Pengamatan Hari ke-7
• Media : • Media :
Soybean-Casein Digest Medium Tioglikolat cair
• Hasil : • Hasil :
Negatif pertumbuhan jamur (Jernih) Negatif pertumbuhan bakteri (Jernih)
Sediaan Injeksi Antalgin
Kemasan sediaan
Brosur sediaan
DAFTAR PUSTAKA
• Ansel, H.C. (1985). Introduction to Pharmaceitical Dosage Forms. Penerjemah:
Ibrahim, F. (1989). Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas
Indonesia.
• Ansel, Howard C. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems.Ninth Edition.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters
Kluwer Business.
• Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
• Kementerian kesehatan republic Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi
5.Jakarta : Katalog dalam terbitan kementerian kesehatan
• Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Penerbit Andi. Yogyakarta.
• Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja. Agustus 2007.Obat-Obat Penting.Edisi keenam,
cetakan pertama.Jakarta : PT Alex Media Komputindo