Makalah MSI Kel.9
Makalah MSI Kel.9
Makalah MSI Kel.9
Miftahurrohmah (41182911180048)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia,
rahmat serta hidayah-Nya, penulis masih diberikan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Studi Islam dalam bentuk makalah yang
berjudul “Model Penelitian Tafsir, Hadis dan Fiqih”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat berbagai bantuan dari berbagai pihak, dorongan dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis mengakui bahwa dalam proses penyelesaian tugas makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu berbagai kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
Semoga melalui sumbangan pemikiran yang berupa makalah ini, dapat
memberikan manfaat bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
2.1 Pengertian Tafsir...................................................................................5
2.2 Model-model Penelitian Tafsir............................................................7
2.3 Fungsi Tafsir........................................................................................7
2.4 Pengertian Hadis..................................................................................7
2.5 Fungsi Penelitian Hadis.......................................................................8
2.6 Model-model Penelitian Hadis............................................................9
2.7 Pengertian Fiqh....................................................................................9
2.8 Fungsi Penelitian Fiqih.......................................................................10
2.9 Model Penelitian Fiqih.........................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil penelitiannya
masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum dijadikan sebagi sebuah ilmu.
Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata
penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka untuk menyelidiki
gejala-gejala agama tersebut. Perkembangan penelitian agama pada saat ini sangatlah
pesat karena tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan.
Kajian-kajian agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial berlangsung.
Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari perkembangan penelitian-
penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan agama.
Secara garis besar, pembahasan penelitian agama dan model-modelnya dibagi
menjadi dua, yakni penelitian agama dan model-model penelitian agama. Penelitian
agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama dalam kompleks
penelitian pada umumnya. Penjabaran mengenai penelitian agama (research on
religious), penelitian keagamaan (religious research) dan konstruksi teori penelitian
keagamaan. Model-model penelitian agama seperti; model penelitian tafsir, model
penelitian hadits, model penelitian tasawuf dan model penelitian ilmu kalam yang
diteliti oleh para peneliti bidang tersebut dengan pendekatan-pendekatan serta metode-
metode yang digunakan dalam penelitiannya.
b. Apa saja model penelitian yang digunakan oleh para ulama’ untuk meneliti Tafsir,
Hadis dan Fiqih?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tafsir
Kata tafsir berasal dari bahasa Arab, fassara, yufassiru, tafsiran, yang berarti
penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu kata tafsir dapat juga memiliki arti al-
idlab wa al-tabyin, yaitu penjelasan dan keterangan[1]. Tafsir adalah kunci untuk
membuka gudang simpanan yang tertimbun dalam Al-qur’an,tanpa tafsir orang tidak
akan bisa membuka gudang simpanan tersebut untuk mendapatkan mutiara dan permata
yang ada didalamnya,sekalipun ia berulang kali mengucapkan lafaz Al-qur’an dan
membacanya sepanjang pagi dan petang.[2]
Al-jurjani mengatakan bahwa tafsir ialah menjelaskan makna ayat-ayat Al-qur’an dari
berbagai segi, baik konteks historisnya maupun sebab al-nuzulnya,dengan
menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang
yang dikehendaki secara terang dan jelas.
Imam Al-Zarqani mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan
al-qur’an baik dari segi pemahaman makna atau sesuai dikehendaki Allah, menurut
kadar kesanggupan manusia.
Az-Zarkasyi mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui
kandungan kitab Allah (Al-qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,
dengan cara mengambil penjelasan maknanya,hukum serta hikmah yang terkandung
didalamnya.
Abu Hayan mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang didalamnya terdapat
pembahasan mengenai cara mengucapkan lafal-lafal al-qur’an serta makna dan
hukum-hukum yang terkandung didalamnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tafsir adalah ilmu yang mempelajari
tata cara menjelaskan makna serta maksud dan mengetahui hukum yang terkandung didalam
Al-qur’an dengan tujuan mengetahui isi kandungan kitab al-qur’an serta mempelajari cara
mengucapkan lafal-lafal Al-qur’an yang sesuai kadar kemampuan manusia.
Model dapat diartikan sebagai contoh atau acuan. Sedangkan definisi penelitian sendiri adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan berbagai usaha dan cara dengan tujuan mencari nilai
kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. Hasil yang sesuai
antara penelitian dengan data yang diperoleh akan dijadikan sebagai dasar untuk pembaharuan
serta pengembangan dan perbaikan dalam masalah teori dan praktek dalam bidang
pengetahuan yang di teliti.
5
berbagai literatur tafsir baik yang bersifat primer, yaitu hasil tafsir yang ditulis langsung oleh
yang bersangkutan maupun ulama yang lainnya. Data-data yang dihasilkan dari berbagi
literatur tersebut kemudian dideskripsikan secara jelas dan lengkap serta dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kategorisasi dan perbandingan.
h. Model Al-Baghawi
Model tafsir Al-Baghawi adalah tafsirnya lebih ringkas dari tafsir Ats-Tsalabi, tetapi beliau
menjaga tafsinya dari hadis maudu’dan pendapat-pendapat yang bid’ah.
6
2.3 Fungsi Tafsir
Kitab suci umat islam adalah Al-qur’an yang kemurnian isinya telah dijamin Allah isi
kebenarannya, tetapi lautan makna yang terkandung didalam Al-qur’an tidak akan tergali dan
tidak akan terungkap jika tidak ada ilmu yang kita miliki, jadi dengan ilmu tafsir seseorang
akan dapat menggali makna dan pesan yang sesuai dengan yang maksud kan oleh Allah swt.
Dengan mengetahui maksud dan tujuan dalam ayat tersebut kita akan semakin paham dan kita
juga akan sadar siapa kita sesungguhnya dan dengan mengenal siapa kita, kita pasti akan
mendekatkan diri kepada Allah swt, jadi dapat diketahui bahwa fungsi tafsir begitu sangat
luas.
Jelas bahwa hadis merupakan tasyri’ hukum Islam setelah Alqur’an. Di samping
keenam hal yang melatarbelakangi tentang penelitian hadis, tujuaannya adalah memelihara
keabsahan hadis nabi tentang sanad dan matannya.
7
2.6 Model model penelitian Hadis
1. Model H.M. Quraish Shihab
Penelitian yang dilakukan Quraish Shihab terhadap hadis menunjukan
jumlahnya tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian terhadap al-Qur’an.
Dalam bukunya yang brejudul Membumikan Al-Qur’an, Quraish Shihab hanya
meneliti dua sisi dari keberadaan hadis, yaitu mengenai hubungan hadis dan al-Qur’an
serta fungsi dan posisi sunnah dalam tafsir. Bahan-bahan penelitian yang beliau
gunakan adalah bahan bacaan, yaitu sejumlah buku yang ditulis para pakar di bidang
hadis termasuk pula al-Qur’an. Sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriptif
analitis, dan bukan uji hipotesa.
Hasil penelitian Quraish Shihab tentang fungsi hadis terhadap al-Qur’an,
menyatakan bahwa al-Qur’an menekankan bahwa Rasul SAW. Berfungsi menjelaskan
maksud firman-firman Allah (Qs. 16:44). Penjelasan tersebut dalam pandangan sekian
banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta fungsinya.
Selain itu Al-Hadis juga dapat mengambil peran sebagai menetapkan hukum
atau aturan yang tidak di dapati di dalam al-qur’an. Dalam hubungan ini kita misalnya
membaca hadis yang artinya: “Tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu)
seorang wanita dengan ‘ammah (saudari bapak) nya dan seorang wanita khalah
(saudari ibu) nya.” (HR Bukhari Muslim), dan hadis yang artinya: “Sungguh allah
telah mengharamkan mengawini seseorang karena sepersusuan, sebagaimana hal nya
allah telah mengharamkannya karena senasab” (HR Bukhari dan Muslim).
2. Model Musthafa Al-Siba’iy
Musthafa al-Siba’iy yang dikenla sebagai tokoh intelektual Muslim dari Mesir
dan disebut-sebut sebagai pengikut gerakan Ikhwanul Muslim, selain banyak menulis
(meneliti) tentang masalah-masalah sosial ekonomi dari sudut pandang Islam, juga
menulis buku-buku materi kajian agama Islam. Di antara bukunya yang berkenaan
dengan hadis adalah al-Sunnah wa Makanatuba fi al-tasyri’i al-Islami yang
diterjemahkan oleh Nurcholish Madjid menjadi Sunnah dan Peranannya dalam
Penetapan Hukum Islam Sebuah Pembelaan kaum Suni dan diterbitkan oleh Pustaka
Firdaus, Jakarta pada tahun 1991, cetakan pertama.
Penelitian yang dilakukan Mushthafa al Siba’iy dalam bukunya itu bercorak
eksploratif dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara deskriptif
analitis. Yakni dalam sistem penyajiannya mengunakan pendekatan kronologi urutan
waktu dalam sejarah. Ia berupaya mendapatkan bahan-bahan penelitian sebanyak-
banyaknya dari berbagai literatur hadis sepanjang perjalanan kurun waktu yang tidak
singkat. Penerjemah buku ini, Nurcholish Madjid mengatakan: “Seperti dapat kita
baca dari buku Mushthafa al-Siba’iy ini, proses pencatatan dan pengumpulan bahan
“laporan” itu memakan waktu cukup panjang, selama 200 tahun, sejak dari masa
rintisan Syihab al-Dina al-Zuhri (wafat 124 H./724M.) sampai penyelesaian al-Nasa’iy
(wafat 303 H./916 M.), salah seorang tokoh al-Kuttab al-Sittah”.
Hasil penelitian yang dilakukan Mushthafa al-Siba’iy antara lain mengenai
sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadis mulai dari Rasulullah sampai terjadinya
upaya pemalsuan hadis dan usaha para ulama untuk membendungnya, dengan
melakukan pencatatan sunnah, dibukukannya Ilmu Musthalah al-Hadis, Ilmu Jarh dan
al-Ta’dil, Kitab-kitab tentang Hadis-hadis Palsu dan Para Pemalsu dan
penyebarannya.
Selanjutnya Al-Siba’iy juga menyampaikan hasil penelitiannya mengenai
pandangan kaum Khawarij, Syi’ah, Mu’tazilah dan Mutakallimin, para penulis
8
modern dan kaum Muslimin pada umumnya terhadap al-Sunnah. Dilanjutkan dengan
laporan tentang sejumlah kelompok di masa sekarang yang mengingkari kehujjahan
al-sunnahdisertai pembelaannya.
Dengan melihat isi penelitian yang dikemukakan di atas, al-Siba’iy nampak
tidak netral. Ia berupaya mengumpulkan bahan-bahan kajian sebanyak mungkin untuk
selanjutnya diarahkan untuk melakukan pembelaan kaum sunni terhadap al-sunnah.
Seharusnya ia menyajikan data apa adanya, sedangkan penilaiannya diserahkan
kepada pembaca.
3. Model Muhammad Al-Ghazali
Muhammad al-Ghazali yang menyajikan hasil penelitiannya tentang hadis
dalam bukunya berjudul al-Sunnah al-Nabawiyah Baina Ahl al-Fiqh wa Ahl al-Hadits
adalah salah seorang ulama jebolan Universitas Al-Azhar Mesir yang disegani di
dunia Islam, khususnya Timur Tengah, dan salah seorang penulis Arab yang sangat
produktif. Menurut Quraish Shihab buu ini telah menimbulkan tanggapan yang
berbeda, sehingga menjadi salah satu buku terlaris dengan lima kali naik cetak dalam
waktu antara Januari-Oktober 1989.
Dilihat dari segi kandungannya yang terdapat dalam buku tersebut, nampak
bahwa penelitiab hadis yang dilakukan Muhammad al-Ghazali termasuk penelitian
eksploratif, yaitu membahas, mengkaji dan menyelami sedalam-dalamnya berbagai
persoalan aktual yang muncul di masyarakat untuk kemudian diberikan status
hukumnya dengan berpijak pada konteks hadis tersebut. Dengan kata lain Muhammad
Al-Ghazali terlebih dahulu memahami hadis yang ditelitinya itu dengan melihat
konteksnya kemudian baru dihubungkan dengan berbagai masalah aktual yang muncul
di masyarakat. Corak penyajiannya masih bersifat deskriptif analitis. Yakni
mendeskripsikan hasil penelitian sedemikian rupa, dilanjutkan menganalisisnya
dengan menggunakan pendekatan fikih, sehingga terkesan ada misi pembelaan dan
pemurnian ajaran Islam dari berbagai paham yang dianggapnya tidak sejalan dengan
al-Qur’an dan al-Sunnah yang mutawatir.
Masalah yang terdapat dalam buku hasil penelitian Muhammad al-Ghazali itu
nampak cukup banyak. Setelah ia menjelaskan tentang kesahihan hadis dan
persyaratannya, ia mengungkapkan tentang mayit yang diazab karena tangisan
keluarganya, tentang hukum qishash, salat tahiyat masjid, tentang sekitar dunia wanita
yang meliputi antara kerudung dan cadar, wanita keluarga dan profesi, hubungan
wanita dengan masjid, kesaksian wanita dalam kasus-kasus pidana dan qishash,
perihal nyanyian, etika makan, minum, berpakaian dan membangun rumah,
kemasukan setan: esensi dan cara pengobatannya, memahami al-Qur’an secara serius,
hadis-hadis tentang masa kekacauan, antara sarana dan tujuan, serta takdir dan
fatalisme.
Berbagai masalah yang dimuat dalam buku tersebut nampak didominasi oleh
masalah-masalah fikih yang aktual. Sedangkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan etika dan teologi hanya disinggung secara sepintas saja. Di sini menunjukan
kecenderungan peneliti menekuni masalah fikih.
9
yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam ayat Al Quran Al Karim,
ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi Syu’aib ‘Alaihis Salam yang tidak mengerti
ucapannya.
1. Mengkaji sejarah. Mengkaji kaidah-kaidah yang ada dalam ushul fiqh akan diketahui sumber
hukum kajian ulama fiqh yang ahli ijtihad, metode penetapan hukumnya (اءrrدارك الفقهrrم
تنباطهمrrرق اسrrدين وطrr )المجتهdan menghubungkannya untuk mengetahui hukum syara’ secara
mendalam, sehingga diperoleh pemahaman dan ketenangan hati.
2. Mengkaji sesuatu secara ilmiah dan menindaklanjuti dalam amaliah. Maksudnya adalah
mendapatkan kemampuan untuk menetapkan hukum berdasarkan dalil (ام منrrتنباط االحكrrاس
)االدلة. Hal ini bagi mujtahid. Sedangkan bagi orang yang bertaklid (muqallid), mengkaji
ushul fiqh membuat muqallid mampu memahami sumber-sumber hukum hukum dan
sandaran yang digunakan para imam mujtahid dalam menetapkan hukum, sehingga hati bisa
tunduk dan tenang dengan pendapat imam mujtahid. Hal ini mendorongnya untuk
mengamalkan pendapat mujtahid, patuh, dan tunduk dengan hukum syara’ yang menjadi
pijakan kebahagiaan dunia-akhirat ( واالخرويةr)مناط السعادة الدنيوية.
3. Mendorong ijtihad. Mengkaji ushul fiqh bagi mujtahid akan membantunya dalam kegiatan
استنباط االحكام من االدلة. Mengkaji ushul fiqh bagi para peneliti dan ilmuwan juga mendorong
lahirnya proses رجيجrr( تmengunggulkan hukum) dan ريجrr( تخmengeluarkan hukum dari
sumbernya) atas pendapat ulama ahli fiqh terdahulu. Selain itu, mengkaji ushul fiqh juga
mendorong lahirnya hukum syara’ terhadap persoalan-persoalan baru yang terjadi di tengah
masyarakat, akibat munculnya kebutuhan-kebutuhan individu dan sosial.
4. Melakukan perbandingan ()مقارنة. Perbandingan yang produktif tidak terjadi tanpa berpegang
kepada dalil naqli, akal, dan ushul fiqh. Perbandingan madzhab di era sekarang menjadi
kebutuhan mendesak, baik dalam konteks syariat dalam berbagai madzhab atau antara
syariat dan undang-undang formal. Di dua hal ini, mengetahui kaidah-kaidah ushul adalah
keharusan, dan pijakan utamanya adalah dalil-dalil hukum.
Kini syariat islam sudah berusia cukup tua, yaitu dari kelahiran agama islam itu
sendiri pada 15 abad yang lalu sampai sekarang. Sejauh manakah syariat islam itu tetap aktual
10
dan mampu meresponi perkembangan zaman, telah dijawab melalui berbagai penelitian yang
dilakukan para ahli yang contohnya dapat dilihat dalam uraian dibawah ini.
1. Model Harun Nasution
Harun Nasution adalah Guru Besar dalam bidang Teologi dan filsafat Islam, Harun
Nasution juga mempunyai pehatian terhadap hukum Islam (fiqih). Melalui penelitianya secara
ringkas namun mendalam terhadap berbagai literatur tentang hukum Islam dengan
menggunakan metode pendekatan sejarah. Harun Nasution mendeskripsikan stuktur hukum
Islam secara komprehensip, yaitu mulai dari kajian terhadap ayat-ayat hukum yang ada dalam
al-Qur’an, latar belakang dan sejarah petumbuhan dan perkembangan hukum Islam dari sejak
zaman nabi samapai dengan sekarang, lengkap dengan beberapa mazhab yang ada di
dalamnya.
Melalui pendekatan sejarah Harun nasution membagi perkembangan hukum Islam ke
dalam 4 periode, yaitu period nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta kenajuan dan periode
taklid serta kemunduran.
a. Periode Nabi
Pada periode nabi segala persoalan di kembalikan kepada nabi untuk
menyelesaikannya, maka nabilah yang menjadi satu – satunya sumber hukum. Secara
langsung pembuat hukum adalah nabi, tetapi secra tidak langsung Tuhanlah pembuat
hukum, karena hukum di keluarkan Nabi bersumber pada wahyu dari Tuhan. Nabi
bertugas menyampaikan dan melaksanakan hukum yang di tentukan Tuhan. Sumber
hukum yang di tinggalkan Nabi untuk zaman-zaman sesudahnya ialah al-Qur’an dan
sunnah nabi.
b. Peiode sahabat
Karena daerah yang di kuasai Islam bertambah luas dan termasuk kedalamnya daerah
di luar semenanjung arabia yang telah mempunyai kebudayaan tiggi dan susunan
masyarakat yang bukan sederhana di bandingkan dengan masyarakat arabia ketika itu,
maka sering di jumpai berbagai persoalan hukum. Untuk ini para sahabat di sampig
berpegang kepada al-Qur’an dan sunnah juga kepada sunnah para sahabat.
c. Periode ijtihad
Problema hukum yag di hadapi semakin beragam, sebagai akibat dari semakin
bertambahnya daerah Islam dengan berbagai macam bangsa masuk Islam dengan
membawa berbagai macam adat istiadat, tradisi dan sistem kemasyarakatan.
11
d. Periode taklid
Sehabis periode ijtihat, datanglah periode taklid dan penutup pintu ijtihad. Diabad
keempat hijrah (abad ke. 11 masehi) bersamaan dengan mulainya masa kemunduran
dalam sejarah kebudayaan islam, berhentilah perkembangan hukum islam. Mashab
yang embat di waktu itu sudah mempunyai kedudukan stabil dalam masyarakat dan
perhatian bukan lagi ditujukan kepada al-quran, al-sunnah dan sumber-sumber hukum
lainnya, tetapi kepada kepada buku-buku fiqih. Ijtihad yang dijalankan pada periode ini
mengambil bentuk ijtihad dalam mashab. Ulama-ulama dari tiap mashab mengadakan
ijtihad berdasarkan atas ajaran-ajaran imam mashab yang dianutnya. Oleh karena itu,
pendapatnya tidak keluar dari garis-garis besar yang tditentukan oleh imam yang
bersangkutan. Ijtihad juga dijalankan dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
Model penelitian hukum islam yang digunakan oleh harun nasution adalah penelitian
eksploratif, deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kesejarahan. Interpretasi yang
dilakukan atas data-data historis tersebut selalu dikaitkan dengan konteks sejarahnya.
Dalam kaitan ini maka muncullah ahli–ahli hukum mujtahid yang disebut imam atau
fiqih dalam Islam. Pada masa inilah timbulnya mazhab dan hukum Islam yaitu Abu Hanifah,
Imam malik, Imam Syafi’i dan Ahmad ibn Hambal. Dari uraian tersebut terlihat bahwa model
penelitian Hukum Islam yang di gunakan Harun Nsution adalah penelitian oksplorasi,
deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kesejarahan. Interpretasi yang di lakukan atas
data-data historis tersebut selalu di kaitkan dengan konteks sejarahnya.
12
a. Menjelaskan tentang terbentuknya hukum syari’at, yang di dalamnya di bahas tentang
legalisasi al-Qur’an, praktek hukum di abad pertama Islam, akar yurisprudensi sebagai
mazhab pertama, Imam al-Syafi’i.
b. Berbicara tentang dan praktek hukum Islam di abad pertengahan. Di dalamnya
membahas tentang teori hukum klasik, antara kesatuan dankeragaman, dampak aliran
dalam sistem hukum, pemerintahan dan hukum syari’at, masyarakat Islam dalam
hukum syari’at.
c. Berbicara tentang hukum Islam di masa modern yang di dalamnya di bahas tentang
penyerapan hukum eropa, hukum syari’at kontemporer, taklid dan pembaharuan hukum
serta ijtihad.
Ketika berbicara tentang legalisasi al-quran, coulson mengatakan bahwa prinsip tuhan
adalah satu-satunya bentuk hukum dan bahwa semua perintahnya harus dijadikan kendali
utama atau segenap aspek kehidupan sudahlah mapan. Hanya saja pemerintah-pemerintah itu
tidak tersusun secara bulat dalam bentuk bab yang lengkap buat manusia. Selanjutnya konsep-
konsep al-quran tidal lebih dari semacam mukaddimah dari suatu hukum islam, suatu kitap
yang kemudian dioperasikan oleh generasi-generasi berikut secara terus menerus.
Ada dua alasan prisipil dibalik keberagaman atau perbedaan ini yaitu: yang pertama,
adalah lazim bahwa masing-masing qodi cenderung menerapkan aturan setempat yang tentu
berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Yang kedua, wewenang hakim
untuk memutuskan perkara sesuai dengan pendapatnya sendiri (ra’y) untuk maksud apapun,
tidak dibatasi.demikian pemerintahan pusat tidak punya pengaruh yang berarti guna membuat
penyatuan (unifikasi).
Dari hasil penelitia coulson nampak bahwa dengan menggunakan pendekatan historis,
Coulson lebih berhasil menggambarkan perjalanan hukum Islam dari sejak berdirinya hingga
sekarang secara utuh. Melalui penelitian itu, coulson telah berhasil menempatkan hukum
Islam sebagai perang kata norma dari perilaku teratur dan merupakan suatu lembaga sosial. Di
dalam prosesnya, hukum sebagai lembaga sosial memenui kebutuhan pokok manusia akan
kedamaian dalam masyarakat.
Dalam hukum Islam sebagaimana diketahui misalnya memperhatikan sekali masalah
keluarga, karena dari keluarga yang baik, makmur dan bahagia tersusun masyarakat yang
baik, makmur dan bahagia. Oleh karena itu keteguhan ikatan kekeluargaan perlu di pelihara.
13
Dengan melihat fungsi hukum demikian, maka pengamatan terhadap perubahan sosial harus
di jadikan petimbangan dalam rangka reformasi hukum Islam.
14
bidang ibadah riual, masalah keluarga dan perkawinan, kebudayaan, masalah
kedokteran, keluarga berencana, dan aliran minoritas dalam Islam.
d. Bab keempat, Berisi kesimpulan yang di hasilkan dari studi tersebut. Dalam
kesimpulan tersebut di nyatakan bahwa fatwa MUI dalam kenyataanya tidak selalu
konsisten mengikuti pola metodologi dalam penetapan fatwa sebagaimana di jumpai
dalam ilmu fikih. Ketidakkonsistenan MUI dalam mematuhi metodologi penetapan
hukum tersebut, menurut peneliti di sebabkan oleh sejumlah faktor, seperti faktor
politik. Diantara fatwa Mui yang di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah antara lain
mengenai fatwa penyembelihan binatang, keluarga berencana, ibadah ritual,serta
pelbuhan udara jeddah atau bandara king abdul Aziz sebagai tempat melakukan miqot
bagi jamaah haji Indonesia yang menggunakan pesawat terbang.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Model penelitian agama Islam dalam lingkup tafsir, hadis dan fiqih memiliki
definisi suatu acuan untuk menyelidiki ketiga bidang ilmu tersebut. Dalam model
penelitian tafsir penelitian yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, serta seksama
terhadap Al-Quran yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang terdahulu hingga
sekarang untuk mengetahui atau memahami secara pasti tentang hal-hal yang masih
dalam konteks pembahasan yang terdapat di dalam Al-Quran dengan menggunakan
metode-metode penelitian terhadap Al-Quran, seperti: metode Ijmaly, metode
Muqarin, metode Maqwadhu’i. Model penelitian hadis adalah ragam atau macam
penelitian yang dilakukan oleh para penelitian terdahulu sampai sekarang untuk
mengetahui kebenaran suatu hadis. Model penelitian fiqih yaitu ada 3: model Harun
Nasution, model Noel j. Coulson, dan model Mohammad Atho Mudzhar.
15
DAFTAR PUSTAKA
16