JUMARNI-O1A117026-MAKALAH Standarisasi Ekstrak
JUMARNI-O1A117026-MAKALAH Standarisasi Ekstrak
JUMARNI-O1A117026-MAKALAH Standarisasi Ekstrak
MAKALAH
STANDARISASI EKSTRAK
OLEH:
NAMA : JUMARNI
KELAS :A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
A. Pengertian dan TujuanStandarisasi..............................................................3
B. Pengertiaan Ekstrak......................................................................................3
C. Parameter-Parameter StandarEkstrak...........................................................4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan hayati
terbesarkedua setelah Brazil, dan mempunyai banyak tumbuhan berkhasiat obat.
Keanekaragaman ini merupakan modal potensial untuk pengembangan obat baru.
Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi
juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang
diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat bahan
alam tersebut.
Obat tradisional dibuat dalam bentuk ekstrak karena ada beberapa
tanaman obat tidak lagi praktis jika digunakan dalam bentuk bahan utuh
(simplisia). Ekstrak tersebut bisa dalam bentuk ekstrak kering, ekstrak kental dan
ekstrak cair yang proses pembuatannya disesuaikan dengan bahan aktif yang
dikandung serta maksud penggunaannya, apakah dibuat menjadi sediaan dalam
bentuk kapsul, tablet, cairan obat dalam, pil, dan lain-lain. Ekstrak tersebut harus
pula terstandarisasi untuk menjamin mutu dan keamanannya.
Saintifikasi jamu yang akan dilakukan pada jamu di Indonesia
mengharuskan bahan untuk pembuatan jamu yang berupa ekstrak maupun
simplisia harus dilakukan uji praklinisnya dan standardisasinya untukmemperoleh
bahan obat alam yang bermutu. Bahan baku obat yang berasal dari lahan
pertanianmaupun dari tanaman liar kandungan bahan kimanya tidak dapat dijamin
selalu konstan karena adanya berbagai variabel yang dapat mempengaruhi jumlah
dan kandungan bahan kimia dari tanaman tersebut. Selain itukandungan senyawa
kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai
spesifikasi kimia. Oleh karena itu dilakukan standarisasi ekstrak untuk menjamin
mutu dan kualitas.
1
B. Rumusan Masalah
Rumususan masalah pada makalah ini yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan standarisasi dan tujuannya?
b. Apa yang dimaksud dengan ekstrak?
c. Apa saja parameter standarisasi ekstrak?
C. Tujuaan
Tujuaan dari makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertiaan dari standarisasi dan tujuannya.
b. Untuk mengetahui pengertiaan ekstrak.
c. Untuk mengetahui parameter standarisasi ekstrak.
2
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
B. Pengertiaan Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair,
ekstrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa
dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air
antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5%
(Hartini,2016).
Faktor yang mempengaruhi ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia.
Faktor biologi meliputi: spesies tumbuhan, lokasi tumbuh, waktu pemanenan,
penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.
Sedangkan faktor kimia yaitu : faktor internal (jenis senyawa aktif dalam bahan,
3
komposisi kualitatif senyawa aktif, komposisi kuantatif senyawa aktif, kadar total
rata-rata senyawa aktif) dan faktor eksternal (metode ekstraksi, perbandingan
ukuran alat ekstraksi, ukuran kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang
digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat, kandungan pestisida)
(Depkes RI, 2000).
Selain faktor yang mempengaruhi ekstrak, ada faktor penentu mutu
ekstrak yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu : kesahihan tanaman, genetik,
lingkungan tempat tumbuh, penambahan bahan pendukung pertumbuhan, waktu
panen, penangan pasca panen, teknologi ekstraksi, teknologi pengentalan dan
pengeringan ekstrak, dan penyimpanan ekstrak (Hartini, 2016).
4
d. Uji kandungan kimia ekstrak :
1) Pola Kromatogram
Pola kromatogram dilakukan sebagai analisis kromatografi sehingga
memberikan pola kromatogram yang khas. Bertujuan untuk memberikan
gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram (KLT, KCKT). (Depkes, 2000).
2. Parameter Non Spesifik Eksrak (Depkes RI, 2000)
Penentuan parameter non spesifik ekstrak yaitu penentuan aspek kimia,
mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanankonsumen dan
stabilitas (Saifudin etal, 2011). Parameter non spesifik ekstrak menurut
buku “Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” (Depkes RI,
2000), meliputi :
a. Kadar Air
Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada
didalam bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal
ataurentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes
RI,2000).
b. Kadar abu
Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur
dimanasenyawa organik dan turunnya terdestruksi dan menguap. Sehingga
tinggal unsur mineral dan organik, yang memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan ekstrak yang berasal dari proses awal
sampai terbentuknya ekstrak. Parameter kadar abu ini terkait dengan
kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak (Depkes RI, 2000).
c. Kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu pada penetapan kadar abu
yang tidak larut dalam asam ketika dilarutkan dengan pelarut asam.
d. Cemaran Logam Berat
Parameter cemaran logam berat adalah penentuan kandungan logam berat
dalam suatu ekstrak, sehingga dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak
5
tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll)melebihi batas
yang telah ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan(Depkes RI, 2000).
e. Parameter Cemaran Aflatoksin
Parameter cemaran aflatoksin merupakan parameter yang
menetukanadanya aflatoksin dengan metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Tujuan dari parameter ini adalah memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan
karena berpengaruh pada stabilitasekstrak dan aflotoksin yang berbahaya
bagi kesehatan.
f. Parameter Cemaran Mikroba
Parameter cemaran mikroba digunakan untuk menentukan (identifikasi)
adanya mikroba yang patogen secara analisis. Tujuan dari parameter ini
adalah untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak mengandung mikroba
patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen melebihi batas yang
ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya
(toksik) bagi kesehatan.
Persyaratan parameter non spesifik ekstrak secara umum
ditunjukkan pada Tabel berikut:
6
BAB III
PENUNUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Standardisasi dapat didefinisikan sebagai proses penjaminan produk akhir
(simplisia, ekstrak atau produk herbal) agar mempunyai nilai parameter
tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu. Tujuaan dilakukan
standarisasi agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya
dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut.
b. Ekstrak dapat didefiniskan sebagai sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
c. Parameter standarsisasi ekstark terbagi menjadi dua, yaitu parameter spesfik
dan non spesifik. Parameter spesifik seperti uji organoleptic, uji kandungan
kimia ekstrak, kadar senyawa larut etanol dan lain-lain. Parameter non spesifik
meliputi uji kadar abu, uji kadar air dan lain-lain.
B. SARAN
Dibutuhkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca
sehingga dapat membantu dalam kesempurnaan makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anam S., Muhammad Yusran., Alfred T., Nurlina I., Ahmad K., Ramadanil,
Muhammad Sulaiman Z., 2013, Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu
Sanrego (Lunasia amara Blanco), Online Jurnal of Natural Science,
Vol.2(3).
Departemen Kesehatan RI, 1995, Materia Medika Indonesia Jilid IV, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
Hartini D., 2016, Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak, SKRIPSI, Fakultas Farmasi
UMP.