0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
162 tayangan22 halaman

Kelompok 3 Askep Polip Nasi (Hidung)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 22

ASUHAN KEPEPERAWATAN

POLIP NASI (HIDUNG)

Mata Kuliah :
KMB II

KELOMPOK III
1. Koko Arifianto (201801077)
2. Rafif Adika Wiratmoko (201801078)
3. Shanti Dwi Lestari (201801079)
4. Okki Wahyu Atikasari (201801080)
5. Sinta Dwi Apriliya (201801081)
6. Vega Candra Narulita (201801082)
7. Ruci Nurul Yudiawati (201801083)
8. Yeni Susilowati (201801084)
9. Fajar Agustiawan (201801085)
10. Roni Sianturi (201801086)
11. M. Yusuf Avandy Rachman (201801087)
12. Candra Yolis Nashrulloh (201801088)
13. M. Luthfi Kibrananto (201801089)
14. Hendra Saputra Wahyu T. K. (201801090)
15. Yasmin Salsabillah Izza (201801184)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2019/2020
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 390203
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan
polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak
mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi
kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat
bilateral.

1.2 Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi
pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui
dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal
seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan
lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke
dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan
sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh
darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada
anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis. Yang dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

1.2.1. Alergi terutama rinitis alergi.


1.2.2. Sinusitis kronik.

1.2.3. Iritasi.
1.2.4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi
konka.

1.3 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung.
Sumbatan ini tidak hilang – timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada
sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini
menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan
keluhan nyeri kepala dan rinore.
Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di
hidung. Pasien dengan polip yang masif biasanya mengalami sumbatan hidung yang
meningkat, hiposmia sampai anosmia, perubahan pengecapan, dan drainase post nasal
persisten. Sakit kepala dan nyeri pada muka jarang ditemukan dan biasanya pada daerah
periorbita dan sinus maksila. Pasien polip dengan sumbatan total rongga hidung atau
polip tunggal yang besar memperlihatkan gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan
lewat mulut yang kronik.
Pasien dengan polip soliter seringkali hanya memperlihatkan gejala obstruktif hidung
yang dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu atau lebih polip yang
muncul, pasien mungkin memperlihatkan gejala akut, rekuren, atau rinosinusitis bila
polip menyumbat ostium sinus. Beberapa polip dapat timbul berdekatan dengan muara
sinus, sehingga aliran udara tidak terganggu, tetapi mukus bisa terperangkap dalam sinus.
Dalam hal ini dapat timbul perasaan penuh di kepala, penurunan penciuman, dan
mungkin sakit kepala. Mukus yang terperangkap tadi cenderung terinfeksi, sehingga
menimbulkan nyeri, demam, dan mungkin perdarahan pada hidung.
Manifestasi polip nasi tergantung pada ukuran polip. Polip yang kecil mungkin tidak
menimbulkan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu pemeriksaan rutin. Polip yang
terletak posterior biasanya tidak teridenfikasi pada waktu pemeriksaan rutin rinoskopi
posterior. Polip yang kecil pada daerah dimana polip biasanya tumbuh dapat
menimbulkan gejala dan menghambat aliran saluran sinus, menyebabkan gejala-gejala
sinusitis akut atau rekuren.
1.3.1. Gejala Subjektif:
 Hidung terasa tersumbat

 Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman)

 Nyeri kepala
 Rhinore

 Bersin

 Iritasi di hidung (terasa gatal)

 Post nasal drip

 Nyeri muka

 Suara bindeng

 Telinga terasa penuh

 Mendengkur

 Gangguan tidur

 Penurunan kualitas hidup


1.3.2. Gejala  Objektif:
 Oedema mukosa hidung
 Submukosa hipertropi dan tampak sembab
 Terlihat masa lunak yang berwarna putih atau kebiruan
 Bertangkai
1.4 Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di
daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga
mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab
makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk
tangkai, sehingga terbentuk polip.
Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering
adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi
lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan
menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur
bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip
terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan
pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai
riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang
banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen
terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar
dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.
1.5 Pathway

1.6 Penatalaksanaan Medis

1.6.1 Obat-Obatan

1.6.1.1 Kortikosteroid Hidung

Semprotan hidung kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan


iritasi. Perawatan ini dapat mengecilkan polip atau menghilangkan
sepenuhnya.

1.6.1.2 Kortikosteroid Oral dan Injeksi

Jika kortikosteroid hidung tidak efektif, dokter mungkin meresepkan


kortikosteroid oral, seperti prednison, baik sendiri atau dalam kombinasi
dengan semprotan hidung. Karena kortikosteroid oral dapat
menyebabkan efek samping yang serius, dapat menggunakannya hanya
dalam jangka waktu terbatas. Kortikosteroid injeksi dapat digunakan jika
polip hidung parah. 

1.6.1.3 Obat Dupilumab

Suntikan obat dupilumab untuk mengurangi ukuran polip hidung dan


mengurangi kemacetan. 

1.6.1.4 Desensitisasi Aspirin

Obat ini dapat menguntungkan beberapa pengidap dengan polip hidung


dan sensitivitas aspirin. Perawatan ini melibatkan secara bertahap
meningkatkan jumlah aspirin yang kamu ambil saat berada di bawah
perawatan dokter untuk membantu tubuh mentolerir penggunaan aspirin
jangka panjang. 

1.6.2 Operasi Sinus Endoskopi

Jika tindakan perawatan tidak juga membuat ukuran polip hidung menyusut
atau hilang, mungkin perlu mendapatkan pembedahan endoskopi untuk
menghilangkan polip. Selain itu, tindakan ini juga dilakukan untuk memperbaiki
masalah dengan sinus yang membuatnya rentan terhadap peradangan dan
pengembangan polip.  

Dalam operasi endoskopi, dokter bedah memasukkan tabung kecil dengan


lensa pembesar yang terang atau kamera kecil (endoskop) ke dalam lubang hidup
dan mengarahkannya ke rongga sinus. Dokter menggunakan instrumen kecil
untuk menghilangkan polip dan zat lain yang menghalangi aliran cairan dari
sinus. Setelah operasi dilakukan, mungkin akan menggunakan semprotan
kortikosteroid hidung untuk membantu mencegah kambuhnya polip hidung.
Dokter juga mungkin merekomendasikan penggunaan pembilasan air asin (saline)
untuk meningkatkan penyembuhan setelah operasi. 

1.7 Konsep Askep


1.7.1 Pengkajian
Biodata :
Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
Riwayat Penyakit sekarang :
Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
 Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
 Pernah menedrita sakit gigi geraham
Riwayat Keluarga :
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping
 Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
 Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
 Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri
menurun
 Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus
menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
Pemeriksaan fisik
 Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
 Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
 Pemeriksaan penunjung :
Kultur organisme hidung dan tenggorokan
1.7.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
 Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan proses penciuman
 Resiko infeksi
1.7.3 Perencanaan Keperawatan
 Nyeri akut
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan

No. Intervensi Rasional


1 1. Kaji tingkat nyeri klien 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri
pada klien serta keluarganya 2. Dengan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi dalam
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan
perawatan untuk mengurangi nyeri
distraksi
3. Klien mengetahui tehnik distraksi dan
4. Observasi tanda tanda vital dan
relaksasi sehinggga dapat
keluhan klien
mempraktekkannya bila mengalami
5. Kolaborasi dengan tim medis nyeri
dalam pemberian analgesik
4. Mengetahui keadaan umum dan
perkembangan kondisi klien.

5. Menghilangkan / mengurangi
keluhan nyeri klien
 Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan syndrome hipoventilasi
Tujuan : pola nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnea dan sianosis

No. Intervensi Rasional


1. 1. Kaji bunyi atau kedalaman1. Penurunan bunyi nafas dapat
pernapasan dan gerakan dada. menyebabkan atelektasis, ronchi dan
wheezing menunjukkan akumulasi
2. Catat kemampuan mengeluarkan
sekret
mukosa/batuk efektif
2. Sputum berdarah kental atau cerah
3. Berikan posisi fowler atau semi
dapat diakibatkan oleh kerusakan
fowler tinggi
paru atau luka bronchial
4. Bersihkan sekret dari mulut dan
3. Posisi membantu memaksimalkan
trakea
ekspansi paru dan menurunkan upaya
5. Pertahankan masuknya cairan pernafasan
sedikitnya sebanyak 250 ml/hari
4. Mencegah obstruksi/aspirasi
kecuali kontraindikasi
5. Membantu pengenceran sekret
6. Berikan obat sesuai dengan
indikasi mukolitik, ekspektoran,6. Mukolitik untuk menurunkan batuk,
bronkodilator ekspektoran untuk membantu
memobilisasi sekret, bronkodilator
menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk
menurunkan ketidaknyamanan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan proses penciuman
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan
lebih lanjut

No Intervensi Rasional
1 1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang1. Membantu dalam mengidentifikasi
disukai atau tidak disukai kebutuhan/kekuatan khusus.

2. Dorong makan sedikit dan sering2. Memaksimalkan masukan nutrisi


dengan makanan tinggi kalori dan tanpa kelemahan yang tak
tinggi karbohidrat perlu/kebutuhan energi dari
makanan banyak dan menurunkan
3. Awasi masukan dan pengeluaran
iritasi gaster
dan berat badan secara periodik
3. Berguna dalam mengukur
keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan
 Resiko infeksi
Tujuan : infeksi tidak ada
Kriteria : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko
infeksi. Meningkatkan penyembuhan luka, bebas eritema, dan demam.

No Intervensi Rasional
1 1. Tingkatkan cuci tangan yang baik1. Mencegah kontaminasi silang /
oleh pemberi perawatan dan pasien. kolonisasi bakterial.

2. Pertahankan teknik aseptik ketat2. Menurunkan risiko kolonisasi /


pada prosedur / perawatan luka. infeksi bakteri.

3. Berikan perawatan kulit, perianal,3. Menurunkan risiko kerusakan kulit


dan oral dengan cermat. / jaringan dan infeksi.

4. Dorong perubahan posisi / ambulasi4. Meningkatkan sirkulasi darah dan


yang sering. mencegah decubitus pencetus
infeksi.
5. Pantau suhu, catat adanya
menggigil dan takikardi dengan /5. Adanya proses inflamasi / infeksi
tanpa demam. membutuhkan evaluasi pengobatan

6. Pantau / batasi pegunjung. 6. Membatasi pemajanan pada


bakteri / infeksi.
7. Berikan antiseptik topikal ;
antibiotik sistemik. 7. Mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi lokal
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN POLIP NASI (HIDUNG)

Triggercase

An. A umur 8 tahun datang bersama ibunya mengeluh nyeri di hidung sampai kepala rasanya
seperti tertusuk-tusuk skala nyeri 5. Ibu px mengatakan bahwa sudah 2 bulan hidung anaknya
tersumbat, hidung sebelah kiri susah untuk mencium bau. Dan sudah 1 bulan suara anaknya
bindeng, tidur mulai mendengkur. Px memiliki alergi bulu hewan sama seperti ayah dan
kedua kakaknya.

Hasil pemeriksaan didapat : Terdapat massa yg berwarna pucat tampak di rongga hidung.
TD: 100/90 N: 75x/mnt RR: 25x/mnt S: 36.3℃

I. Pengkajian
A. Identitas
a. Pasien
1. Nama : An. A
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Mojokerto, 3 Maret 2012
3. Jenis kelamin : Laki laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Tidak bekerja
7. Status perkawinan : Belum kawin
8. Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
9. Alamat : Salen jl. Kembar RT 04 RW 05 Mojokerto
10. Diagnose Medis : Polip Nasi
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 55 Tahun
3. Pendidikan : SLTA
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Alamat : Salen jl. Kembar RT 04 RW 05 Mojokerto
6. Hubungan dengan pasien : Ibu pasien
7. Status perkawinan : Kawin
B. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi kesehatan dan managemen kesehatan
a. Riwayat Utama :
Klien mengatakan bahwa merasa nyeri pada hidung samapai kepala seperti ditusuk
tusuk. Pasien pilek dan merasa hidungya tersumbat, kemudian hidung sebelah kiri
susah untuk mencium bau. Suara menjadi bindeng dan tidur mulai mendengkur.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan bahwa merasa nyeri pada hidung samapai kepala seperti ditusuk
tusuk. Pasien pilek dan sudah 2 bulan merasa hidungya tersumbat, kemudian
hidung sebelah kiri susah untuk mencium bau. 1 bulan suaranya menjadi bindeng
dan tidur mulai mendengkur. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas terdekat dan
selanjutnya diberikan rujukan ke Rumah Sakit lalu opname.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengatakan bahwa ia memliki alergi terhadap bulu bulu hewan dan untuk
mengurangi flu klien biasa mengkonsumsi obat flu saja tanpa memerhatikan efek
samping.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa keluarganya juga memiliki alergi terhadap bulu bulu
hewan

2. Pola nutrisi dan metabolisme


a. Apa yang dikonsumsi
 Sebelum sakit : klien makan 3x/hari berupa nasi, sayur, dan ikan. Satu porsi
habis tanpa bantuan
 Saat sakit : klien makan 2x/hari berupa makanan kesukaan saja (nasi dan telur
goreng). Satu porsi habis tanpa bantuan
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : lemah
 Kesadaran : compos mentis
 TTV : TD: 100/90 N: 75x/mnt RR: 25x/mnt S: 36.3℃
 IMT : 22,95
 Kepala :
- Rambut : hitam, pendek, sedikit berminyak, tidak ada kerontokan
- Hidung : simetris, terdapat massa berwarna pucat dalam rongga hidung,
terdapat sekret sebelah kiri, sulit membau
- Mulut : warna bibir merah muda, gigi puih, tidak ada stomatitis maupun
karies gigi, indra pengecap dapat berfungsi normal, dapat menelan
- Wajah : simetris tidak ada luka
- Mata : bola mata dapat bergerak keseluruh arah secara bersamaan,
konjungtiva merah muda, sklera putih
- Telinga : simetris, serumen sedikit
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada peningkatan vena jugularis
 Abdomen :
- Inspeksi : bentuk perut datar
- Auskultasi : bising usus 15x/mnt
- Perkusi : suara timpani
- Palpasi : tidak ada pembesaran pada abdomen
 Thoraks :
- Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan, irama jantung S1 S2 tunggal
 Penggunaan obat-obatan : saat flu klien mengkonsumsi obat flu tanpa tahu
efek samping dari obat
3. Pola eliminasi
BAB : 2 hari sekali,warna kuning, bau khas, konsistensi setengah padat
BAK : 4x/hari, warna kuning, bau khas
4. Pola aktivitas dan Latihan
Score ADL : 0, kekuatan otot 5/5 5/5, terpasang infus di tangan kiri
5. Pola kognitif persepsi
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus,
P: nyeri Q: seperti di tusuk-tusuk R: hidung sampai kepala S: 5 T: hilang timbul
6. Pola istirahat dan tidur
Tidur selama 10 jam/hari, tidur malam dan tidur siang, kualitas tidur terbangun saat
nyeri timbul
7. Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus menyebabkan konsep diri menurun
8. Pola peran hubungan
Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Sejak sakit klien jarang
melakukan interaksi dengan keluarga dan teman-temannya karena lebih banyak
menghabiskan waktu dikamar.
9. Pola seksual reproduksi
Tidak dikaji
10. Pola koping stress dan toleransi
Koping keluarga efektif karena klien menurut untuk dibawa ke RS dan sikap klien
kooperarif saat dilakukan pengkajian. Klien gelisah saat nyeri timbul.
11. Pola nilai keyakinan
Klien beragama islam dan saat sakit ia sholat 5 waktu dan tidak pernah pergi ke
Masjid.

II. Analisa Keperawatan

DS/DO Etiologi Masalah


DS : Reaksi alergi Ketidakefektifan jalan
- Ibu px mengatakan bahwa napas
sudah 2 bulan hidung
anaknya tersumbat dan Peradangan

hidung sebelah kiri susah


mencium bau
Edema mukosa
- Ibu px memgatakan sudah
1 bulan suara anaknya
bindeng dan tidur mulai
Sumbatan hidung
mendengkur
DO :
- Gelisah Ketidakefektifan
- TD: 100/90 mmHg kebersihan jalan napas
- RR: 25 x/menit
- N: 75x/menit
- Pola napas berubah
- Terdapat massa berwarna
pucat di rongga hidung
DS : Reaksi alergi Nyeri akut

- P: nyeri
- Q: seperti di tusuk-tusuk
Peradangan
- R: hidung sampai kepala
- S: 5
- T: hilang timbul Edema mukosa
DO :

- TD: 100/90 mmHg


Polip
- Px tampak meringis
- Px tampak gelisah
- Berfokus pada diri sendiri
Nyeri kepala

Nyeri akut

III. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan kebersihan jalan napas b.d spasme jalan napas ditandai DS DO
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis (inflamasi) ditandai DS DO

IV. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC Rasional


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mengetahui status
kebersihan jalan tindakan 2. Monitor status tanda vital klien
napas b.d keperawatan oksigen pasien 2. Mengetahui penurunan
spasme jalan selama 2x24 jam 3. Posisikan pasien maupun kenaikan
napas ditandai diharapkan untuk status oksigen
DS DO pernafasan lancar memaksimalkan 3. Melebarkan jalan nafas
dengan ventilasi dan memberikan posisi
Kriteria Hasil : 4. Auskultasi suara yang rileks
1. Suara nafas nafas, catat adanya 4. Mengetahui adanya
bersih tidak suara tambahan suara tambahan yang
ada sianosis 5. Kolaborasi dengan diakibatkan oleh
maupun tim medis dalam sumbatan dan
dispnea pemberian mencegah terjadinya
2. Mampu bronkodilator penurunan status
mencegah oksigen
faktor yang 5. Melebarkan permukaan
dapat bronkus pada paru-paru
menghambat dan membuat kapasitas
pernafasan oksigen pada paru-paru
meningkat.
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Memungkinkan
agen cedera tindakan nyeri secara memodifikasi rencana
fisiologis keperawatan komprehensif perawatan yang
(inflamasi) selama 2x24 jam termasuk lokasi, diperlukan.
dibuktikan diharapkan nyeri karakteristik, durasi, 2. Perasaan nyaman dapat
dengan DS DO hilang dengan frekuensi, kualitas, mengurangi rasa nyeri,
Kriteria Hasil : dan factor Istirahat juga
1. Klien presipitasi. mengurangi intensitas
menyatakan 2. Kontrol lingkungan nyeri
rasa nyaman yang dapat 3. Memungkinkan pasien
setelah nyeri mempengaruhi agar lebih rileks dan
berkurang seperti suhu pasien lupa / tidak
2. Mampu ruangan, merasakan nyerinya
mengontrol pencahayaan dan lagi.
nyeri kebisingan. 4. Memungkinkan pasien
3. Menyatakan 3. Ajarkan tentang mendapatkan
bahwa nyeri teknik non Analgetik yang
berkurang farmakologi. berguna untuk
dengan skala 0 4. Kolaborasi dengan mengurangi nyeri.
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
V. Implementasi Keperawatan

No.
Tgl/jam Implementasi TTD
DX
1. 13 Mei 2020 1. Memonitor vital sign
07.00 - TD : 100/90 mmhg
- N : 75x/menit
- RR : 25x/menit
- S : 36,3 °C
2. Memonitor status oksigen pasien
07.15 - Oksigen pasien seimbang
3. Memposisikan pasien untuk
07.20 memaksimalkan ventilasi
- Pasien tampak lebih nyaman saat
bernafas
4. Mengauskultasi suara nafas, catat
07.35 adanya suara nafas tambahan
- Tidak ada suara nafas tambahan
5. Mengkolaborasi pemberian
08.00 bronkodilator
- Memberikan obat mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator,
kortikosteroisd hidung

2. 13 Mei 2020 1. Melakukan pengkajian nyeri secara


12.00 komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- P: nyeri
- Q: seperti di tusuk-tusuk
- R: hidung sampai kepala
- S: 5
12.20 - T: hilang timbul
2. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
12.30 - Gelisah berkurang
3. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Mengajarkan teknik relaksasi kepada
12.45 klien dan keluarga klien dan klien
kooperatif saat diajari
4. Mengkolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- antiseptik topikal ; antibiotik
sistemik.

1. 14 Mei 2020 1. Memonitor vital sign


- TD : 110/80 mmhg
07.00
- N : 78x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36°C
2. Memonitor status oksigen pasien
- Oksigen pasien seimbang
3. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
07.15
- Pasien tampak lebih nyaman
4. Mengauskultasi suara nafas, catat
07.30 adanya suara nafas tambahan
- Tidak ada suara nafas tambahan
5. Mengkolaborasi pemberian
bronkodilator

07.45 - Memberikan obat mukolitik,


ekspektoran, bronkodilator,
kortikosteroid hidung
07.55

2. 14 Mei 2020 1. Melakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
12.00
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- P: nyeri hampir tidak ada
- Q: masih terasa nyeri sedikit
- R: hidung
- S: 2
- T: hilang timbul
2. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
12.10 ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Klien sudah tidak gelisah
3. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi

12.25 - Mengajarkan teknik relaksasi


4. Mengkolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- antiseptik topikal ; antibiotik
12.40
sistemik.

VI. Evaluasi Keperawatan

No. TANGGAL EVALUASI TTD


DX
1. 13 Mei 2020 S : Pasien masih mengeluhkan hidung yang tersumbat
O : - TD : 110/80 mmhg
- N : 78x/menit
- RR : 23 x/menit
- S : 36°C
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Pemberian obat kortikosteroid hidung
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- 1-5
2. 13 Mei 2020 S : - P: nyeri
- Q: seperti di tusuk-tusuk
- R: hidung sampai kepala
- S: 5
- T: hilang timbul
O : - klien tampak kooperatif saat diajarkan teknik non
farmakologi yaitu relaksasi
- Gelisah tampak berkurang
- Pemberian analgetic sistemik
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- 1-4
1. 14 Mei 2020 S : Pasien mengatakan hidung sudah mulai terbuka tanpa
hambatan
O : - TD : TD : 110/80 mmhg
- N : 78x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36°C
- Pasien tampak lebih nyaman
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Pemberian obat kortikosteroid hidung
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan pasien pulang
Catatan : Intervensi ke 5. untuk diajarkan cara
penggunaan obat kortikosteroid hidung untuk mencegah
polip hidung berulang.
2. 14 Mei 2020 S : - P: nyeri hampir tidak ada
- Q: masih terasa nyeri sedikit
- R: hidung
- S: 2
- T: hilang timbul
O : - pemberian obat analgetik
- Pasien kooperatif saat diajarkan teknik relaksasi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
VII. DAFTAR PUSTAKA

Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 1989

Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea & Febiger
14th edition. Philadelphia 1991

Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Hal 113 – 114. Penerbit Media Aesculapius
FK-UI 2000

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan Kelainan


Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

Anda mungkin juga menyukai