Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi
PROPOSAL
Oleh
KIKI RISMADI
NIM. 187032054
Peminatan : Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Ketua Anggota
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
Daftar Lampiran v
Daftar Istilah vi
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 10
Hipertensi 10
Klasifikasi 10
Penyebab Hipertensi 11
Dampak Hipertensi 16
Pencegahan Hipertensi 18
Nelayan 19
Permasalahan Kesehatan Nelayan 20
Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan 21
Gaya Hidup 21
Faktor Sosial 31
Landasan Teori 31
Kerangka Konsep 37
Metode Penelitian 38
Jenis Penelitian 38
Lokasi dan Waktu Penelitian 39
Populasi dan Sampel 39
Teknik Pengambilan Sampel 41
Metode Pengumpulan Data 42
Variabel dan Definisi Operasional 43
Metode Pengukuran 46
Metode Analisa Data 46
Daftar Pustaka 49
41
Lampiran 54
iii
44
Daftar Tabel
No Judul Halaman
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka Teori 34
2 Kerangka Konsep 35
3 Rancangan Penelitian Case Control 36
v
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian 54
vi
Daftar Istilah
AHA American Heart Assosiation
CI Confidence Interval
DM Diabetes Mellitus
FFQ Food Frequency Questionary
HDL High Density Lipoprotein
LDL Low Density Lipoprotein
OR Odds Ratio
PAL Physical Activity Level
PJK Penyakit Jantung Koroner
PPI Pusat Pendaratan Ikan
PTM Penyakit Tidak Menular
SRS Sample Registration System
TDD Tekanan Darah Diastolik
TIA Transient Ischemic Attack
TDS Tekanan Darah Sistolik
WHO World Health Organizati
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
masyakarat yang menjadi penyebab utama kematian secara global. Seiring dengan
meningkat. Di tahun 2016 kematian akibat PTM terjadi sekitar 57 juta (71%)
kardiovaskular sebesar 17,9 juta kematian (31%), kanker (16%), diabetes (3%)
dan pernapasan kronis (7%). PTM secara global dipengaruhi oleh berbagai faktor
penyebab paling besar di sebagian besar negara Amerika (15%), Eropa (17%),
Asia Tenggara (23%), Pasifik Barat (16%) dan Mediterania Timur (24%). Resiko
kematian akibat PTM pada laki-kaki lebih besar yaitu 22 persen dibandingkan
persen, diabetes sebesar 8,1 persen, gagal ginjal kronik sebesar 3,8 persen kanker
sebesar 1,8 persen dan stroke sebesar 10,9 persen (Riskesdas, 2018).
Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang terjadi akibat
adanya peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg dengan dua kali
2014). Peningkatan jumlah penderita hipertensi di dunia terlihat pada tahun 2015
terdapat sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan
pada tahun 2025 terdapat 1,15 miliar orang yang menderita hipertensi. Komplikasi
dan 51 persen akibat stroke dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler (WHO,
2013).
Malaysia sebesar 19,6 persen, Filipina sebesar 18,6 persen, Singapura sebesar 16
pada saat ini dikarenakan prevalensi yang semakin meningkat dan masih banyak
jantung dan jantung koroner. Pada tahun 2015 terlihat berdasarkan data
Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional terdapat 1,3 juta orang (0,8%) peserta
menular, dengan total anggaran sebanyak 13,6 triliun rupiah dimana 11,59 persen
akibat penyakit jantung dan 1,95 persen akibat stroke (Kemenkes, 2017).
penduduk yang berusia ≥18 tahun yaitu 34,1 persen dengan prevalensi hipertensi
Sumatera Utara terdapat sekitar 29,9 persen penduduk yang mengalami hipertensi
(Kemenkes, 2018).
terbanyak pada rawat jalan dimana hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua
di kota Medan yaitu sebesar 16,53 persen di tahun 2016 dimana mengalami
kenaikan di tahun sebelumnya di tahun 2015 sebanyak 14,5 persen, tahun 2014
sebesar 12 persen, tahun 2013 sebesar 11,2 persen dan tahun 2012 sebesar 9,8
ditemukan bahwa kurang dari setengah penderita hipertensi tidak mengontrol dan
memberikan pengobatan rutin dan tepat. Beberapa faktor resiko yang dapat
tingkat pendidikan dan pendapatan rumah tangga. Selain itu gaya hidup juga
4
hari termasuk asupan buah dan sayuran yang tidak mencukupi, konsumsi
makanan berlemak dan makanan cepat saji, dan konsumsi gula dan minuman
ringan serta faktor resiko hipertensi lainnya dipengaruhi oleh aktivitas fisik, stress
para masyarakat pesisir yang dalam aktfitas sosial ekonominya berkaitan dengan
sumber daya wilayah pesisir dan laut. Nelayan memiliki kebiasaan mengkonsumsi
makanan dengan natrium tinggi, mengasinkan makanan yang berasal dari laut
sebagai proses pengawetan alami hasil laut, dan mengonsumsi hewan laut dengan
kandungan kadar kolesterol lebih tinggi (Rusliafa, 2014). Dalam penelitian Fatma
natrium (OR 2,62), konsumsi kalium (OR 2,51), konsumsi kopi (OR 3,65) dan
≥1 kali per hari yaitu 40,7 persen (Riskesdas, 2013). Menurut penelitian Warsilah
(2013), masyarakat pesisir memiliki kebiasaan makan ikan segar akan tetapi saat
musim angin barat diganti dengan ikan asin atau tempe dan telur yang diolah
dengan cara digoreng dan disantan serta makan makanan tinggi kalori.
(P<0,05). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto
(2007) ada hubungan antara konsumsi lemak jenuh (OR 7,72) dan penggunaan
Menurut penelitian Siregar (2012) kebiasaan merokok menjadi salah satu cara
menghangatkan badan pada malam hari, mengurangi rasa kantuk dan stress saat
bagi nelayan merokok tidak lengkap ntanpa adanya segelas kopi, merokok dan
minum kopi bagi nelayan adalah aktifitas yang mendukung agar tetap dalam
kondisi fisik yang prima dalam menghadapi cuaca dingin maupun panas, melawan
rasa kantuk dan rasa lelah membuat nelayan sering mengkonsumsi kopi, teh,
minuman berenergi atau soft drink selama berlayar. Kopi mengandung kafein
Penelitian oleh Rita (2016) ditemukan ada derajat hubungan sangat kuat antara
kebiasaan minum kopi terhadap tingkat hipertensi (r =0,809). Dalam studi kohort
yang dilakukan oleh Liu (2013) adanya hubungan positif antara konsumsi kopi
dengan hipertensi yang terjadi pada pria dan wanita di bawah 55 tahun ydengan
mengonsumsi kopi rata rata lebih dari empat cangkir per hari (rasio hazard 1,21).
6
mengharuskan nelayan bekerja pada malam hari untuk melaut dan menangkap
ikan, hal tersebut menjadi salah satu pola hidup pada nelayan yang tidak sehat.
Pola tidur pada nelayan dalah salah satu faktor resiko hipertensi yang dapat
minum kopi dan pengaturan pola makan namun melalui optimalisasi kualitas dan
kuantitas tidur. Resiko hipertensi pada orang yang memiliki pola tidur yang
buruk 9,02 kali lebih besar dibandingkan dengan pola tidur yang baik (Roshifanni,
2016). Penelitian lainnya juga menyatakan orang yang memiliki kebiasan tidur
kurang dari tujuh jam setiap harinya beresiko tinggi dalam menyebabkan
hipertensi (OR 1,24) dibandingkan orang yang memiliki kebiasaan durasi tidur
muda`lebih rentan terkena hipertensi yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati,
besar. Selain itu pendidikan dan status sosial ekonomi akan memengaruhi
pengobatan sedini mungkin terhadap gejala hipertensi (Hussain, 2016). Dari segi
sosial ekonomis yang dapat dilihat dari pendapatan masyarakat nelayan memiliki
nelayan yang tidak tetap dikarenakan penghasilan yang diperoleh bergantung pada
7
musim, cuaca dan tingkat kebutuhan konsumsi pasar terhadap ikan. Kebanyakan
nelayan masih memiliki tingkat pendapatan rendah dan tidak menentu sepanjang
dan sosial ekonomi (p<0,05) terhadap kejadian hipertensi pada pria berusia
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang secara demografi mata pencaharian
terbesar adalah nelayan dan buruh lepas pengolahan hasil laut, jumlah kunjungan
untuk hiperensi merupakan penyakit terbesar kedua selama tahun 2019 mencapai
2.879 orang. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah dan melakukan wawancara
(13%), makan tidak teratur sebanyak 28 orang (93%), makan makanan berlemak
masih tingginya angka kejadian hipertensi pada nelayan di Kota Medan serta
menganalisis pengaruh faktor sosial dan gaya hidup yang terhadap hipertensi pada
Perumusan Masalah
Nelayan adalah salah satu sektor informal yang memiliki peran yang
Indonesia. Dalam proses mencari nafkah para nelayan sangat rentan terhadap
kesehatan dan kecelakaan kerja, nelayan yang juga masyarakat pesisir memiliki
kebiasaan mengonsumsi makanan dengan natrium yang tinggi dengan cara yaitu
mengawetkan kelebihan hasil laut dengan cara diasinkan, selain itu mengonsumsi
hewan laut dengan dara tinggi kolesterol menjadi kebiasaan yang dimiliki oleh
nelayan yang dapat berpotensi dan menjadi salah satu faktor resiko hipertensi
selain kebiasaan lainnya yang menjadi gaya hidup nelayan yaitu merokok, minum
kopi dan minuman bersoda, dan durasi tidur yang tidak cukup
9
signifikan dan akan disadari menderita hipertensi ketika terjadi gangguan yang
Indonesia prevalensi hipertensi sebesar 34,1% di tahun 2018 dimana 27,8 persen
diantaranya terjadi pada nelayan (Kemenkes, 2018), sementara itu angka kejadian
(Dinkes Medan, 2016) serta berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan
daerah tersebut adalah nelayan dan buruh yang tinggal di pesisir pantai.
asin, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum kopi yang ditambah dengan
kebiasaan istrirahat yang tidak terjadwal saat melaut, nelayan juga harus
dihadapkan pada tuntutan ekonomi yang selalu meningkat namun tidak selalu
didukung dengan kondisi laut dimana yang berfungsi sebagai tempat nelayan
menjadi salah satu faktor pemicu stress pada nelayan yang semuanya itu
berpotensi untuk terjadinya hipertensi. Maka untuk mengetahui faktor apa saja
bagaimana pengaruh faktor sosial (umur, pendidikan dan pendapatan) dan gaya
hidup (pola makan, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, durasi tidur) pada
Tujuan Penelitian
sosial (umur, pendidikan dan pendapatan) dan gaya hidup (pola makan, aktifitas
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini manfaat aplikatif untuk para
mengenai strategi pencegahan hipertensi berdasarkan faktor sosial dan gaya hidup
atau rujukan dalam mempelajari pengaruh faktor sosial dan gaya hidup hipertensi
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi
berkisar 120/80 mmHg namun jika tekanan darah berkisar ≥140/90 mmHg disebut
memiliki gejala yang terlalu spesifik dan biasanya diketahui oleh penderita
saat telah terjadi komplikasi sehingga hipertensi dikenal juga dengan sebutan
silent disease.
Gejala yang timbul pada penderita hipertensi antara lain sukar tidur,
mudah lelah, mudah marah, pusing, telinga berdengung, muka pucat, mudah lelah,
sesak nafas, rasa berat ditengkuk, muka pucat, mata tersa berkunang-kunang, suhu
tubuh rendah (Shadine, 2010). Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami
penderita antara lain rasa berat ditengkuk yang mengakibatkan sakit kepala,
kelelahan, nausea, vomiting, ansieta, tremor otot, nyeri dada, palpitasi, epistaksis,
Tabel 1
tekanan darah pada tubuh yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu terdiri dari
faktor yang dapat dikontrol/diubah dan faktor yang tidak dapat dikontrol/diubah
(Kemenkes, 2014).
Faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah adalah
faktor yang menjadi penyebab hipertensi yang melekat pada penderita yang
menderita hipertensi yang tidak dapat diubah secara alami yaitu genetik, jenis
umur, meskipun dapat terjadi di segala umur namun penderita yang berusia 35
tahun atau lebih memiliki resiko yang besar menderita hipertensi. Hal tersebut
merupakan hal yang wajar saat bertambahnya umur maka terjadi peningkatan
tekanan darah pada seseorang, dikarenakan adanya perubahan lamiah yang terjadi
pada pembuluh darah, jantung, dan hormon. Akan tetapi perubahan tersebut
peningkatan tekanan darah pada seseorang (Jan S.A, 2003, Gunawan 2001).
Dalam penelitiannya Sugiharto (2007) menyatakan resiko hipertensi dua kali lebih
besar terjadi umur 45-55 tahun (OR 2,22) sementara itu resiko akan terjadinya
hipertensi empat kali lebih besar terjadi pada umur 56–65 terkena hipertensi (OR
4,7). Hal yang sama yang dilakukan oleh Artiyaningrum (2016) didapatkan
hiepretensi yang berumur ≥40 tahun memiliki risiko dua kali lebih besar (OR
laki dari pada perempuan dengan OR 2,29 pada peningkatan tekanan darah
sistolik, hal ini disebabkan pria dalam hal ini nelayan sebagai responden memiliki
hidup seperti merokok dan konsumsi kopi serta alkohol, kelelahan, perasaan
terkontrol. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng
(2009) hipertensi yang terjadi pada laki-laki beresiko lebih tinggi, hal tersebut
kemungkinan dipicu oleh perilaku tidak sehat, stress yang dapat disebabkan akibat
yang diterima.
yang penting dan cukup besar terhadap terjadinya hipertensi ini adalah salah
satunya berkaitan dengan metabolisme tubuh yang mengatur gram dan renin
14
dalam memberan sel. Orang tua yang memiliki riwayat hipertensi akan
hanya salah seorang dari orang tua tersebut yang menderita hipertensi maka
peluang untuk mewarsikan hipertensi ke anak-anaknya berkisar 30%. Hal ini juga
terlihat dari lebih banyak didapatinya penderita hipertensi pada kembar monozigot
(berasal dari sel telur) dibandingkan heterozigot (berasal dari sel telur yang
atau hipertensi yang tidak dapat dikontrol dan tidak menjaga gaya hidup yang
berupa penyebab hipertensi berasal dari perilaku dan gaya hidup seseorang. Pola
Secara tidak sengajat dan disadari nelayan memiliki pola asupan makanan dan
gaya hidup yang tidak seimbang. Pada umumnya nelayan memiliki kebiasan
makan makanan dan minuman cepat saji, minum minuman dengan kafein dan
bersoda tinggi, kebiasaan merokok serta istrirahat yang tidak teratur saat berlayar
atau tidak berlayar. Pada nelayan faktor yangdapat diubah dari terjadinya kejadian
cairan di tubuh karena akan menarik cairan dari luar sel sehingga terjadi
sekitar 7-8 gram per harinya akan memiliki tekanan darah lebih tinggi (Depkes,
2006). Kebiasaan makan makanan dengan lemak jenuh pada nelayan berhubungan
15
seperti yang berasal dari biji-bijian, minyak sayur dan sumber bahan makanan lain
yang berasal dari tanaman serta mengurangi konsumsi makanan yanag berasal
Penelitian yang dilakukan oleh Elvivin (2017) pada nelayan suku bajo
meningkatkan resiko hipertensi 5 kali lebih besar. Pada nelayan kebiasaan makan
makanan yang mengandung lemak dan garam dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
makanan instan yang dapat diolah dengan prakis, mudah dan cepat di atas kapal,
makanan cepat saji atau instan pada umumnya mengandung zat pengawet
tinggi. Selain itu makanan berlemak yang identik dengan ciri khas masyarakat
pesisir yaitu makanan bersantan juga sebagai salah satu pemicu yang dapat
menyebabkan hipertensi.
darah akan meningkat secara drastis ketika nelayan minum minuman beralkohol
knsumsi alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah diteliti dan dibuktikan
yaitu adanya peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume eritrosit serta
16
Kafein yang terdapat dalam kopi biasanya dikonsumsi oleh nelayan dapat
penelitian yang dilakukan Firmasyah (2017) ditemukan konsumsi kafein atau kopi
memiliki resiko tiga kali lebih besar (OR 3,5 dan P 0,017) untuk menderita
hipertensi.
prevalensi hipertensi jauh lebih besar terjadi pada orang yang mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan memiliki risiko relatif lima kali
lebih besar untuk terkena hipertensi dibandingkan seseorang dengan berat badan
memiliki berat badan lebih (overweight). Pada umur dewasa obesitas dapat
Pada nelayan pola konsumsi yang tidak teratur mempengaruhi IMT yang
dan Ariyanto (2006) yang dilakukan pada responden dengan pekerjaaan sebagai
17
nelayan di Pelabuhan Jepara dan Tegal bahwa terdapat hubungan antara IMT
(pembakaran kalori), dilakukan sebaiknya 30 menit per hari dengan baik dimana
bermanfaat menjadikan tekanan darah dalam keadaan stabil dan batas normal
(p=0,001). Aktifitas fisik yang dinamis menjadikan sirkulasi darah dan oksigen
berjalan normal ke seluruh anggota tubuh namun jika aktifitas fisik yang
dilakukan terus menerus sama dan statis akan mengakibatkan metabolisme tubuh
otak, atau embolus yang terlepas dari pembuluh non otak terpajan dengan tekanan
seperti orang mabuk, sulitnya digerakan pada salah satu bagian anggota tubuh
18
seperti mulut, wajah atau lengan terasa kaku dan yang paling fatal adalah secara
melalui pengaturan jumlah natrium dana air di dalam darah. Seperlima dari darah
yang dipompa ke jantung melewati ginjal. Selain itu ginjal juga berfungsi sebagai
darah, akibat adanya tekanan darah yang tinggi maka akan mempengaruhi proses
tersebut.
tekanan darah yang tinggi maka aliran darah ke nefron menurun, mengakibatkan
ginjal tidak mampu membuang semua hasil sisa dalam darah yang secara terus
menerus akan menumpuk sehingga ginjal akan mengalami pengecilan dan fungsi
ginjal akan berhenti. Sebaliknya apabila terjadinya penurunan telanan darah dapat
merangsang untuk terjadinya perlambatan pada laju penyakit ginjal dan mencegah
(serangan otak) yang dimana adalah cidera otak yang disebabkan tersumbatnya
19
atau pecahnya pembuluh darah di otak sehingga pasokan darah ke otak terganggu.
Penurunan daya ingat atau dimensia serta kemampuan mental lain meningkat
secara tajam pada usia di atas 70 tahun dengan melakukan pengobatan pada
2017).
untuk terkena penyumbatan peredaran darah di arteri bagian mata (oklusi arteri
vena retina sentral) atau terlepasnya retina mata, kemungkinan terjadinya hal
tersebut akan lebih kecil terjadi jika tekanan darah tinggi dapat dikenadalikan
percepatan proses penuaan yang terjadi di pembuluh darah halus dalam mata yang
dengan menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi yaitu dengan menjaga pola
kesehatan, istirahat yang cukup, hindari dan rutin dalam berolahraga.. Namun jika
sudah terkena hipertensi maka diperlukan pengobatan yang tepat yaitu segera
konsumsi obat anti hipertensi terbukti dapat menurunkan tekanan sistolik dan
pencegahan terjadinya stroke pada pasien yang berusia 70 tahun atau lebih.
atau penambahan dosisi obat pasien hipertensi. Pada tingkat pencegahan ini
dibutuhkan sumber kekuatan yang ada pada individu, baik dalam bentuk
psikologi, konsep diri, dukungan sosial, kekuatan fisik, edukasi dan pemahaman,
kepercayaan diri dan motivasi dari dalam diri penderita hipertensi tersebut
(Triyanto, 2014).
Nelayan
penangkapan ikan. Nelayan adalah salah satu bagian kelompok masyarakat yang
berjumlah 237,64 juta jiwa dimana diantaranya terdapat 12.827 desa yang berada
di pesisir pantai (BPS, 2014) dengan jumlah nelayan mencapai 2.2 juta jiwa atau
pesisir pantai dan tidak tersedianya tenaga kesehatan yang mengetahui tentang
penyakit akibat kerja yang dialami oleh nelayan. Data Riskesdas (2012) di 8
masalah gizi, kecacingan, kebiasaan buruk seperti minum alkohol, merokok dan
diderita oleh nelayan antara lain ISPA, malaria dan pneumonia, sedangkan untuk
penyakit tidak menular antara lainy hipertensi, sakit sendi, gangguan emosi,
diabetes melitus (DM), stroke dan penyakit jantung koronis (PJK). Sebagian
mengakibatkan nelayan bekerja dalam keadaan yang tidak cukup produktif karena
pola gaya dan kebiasaan hidup terhadap pencegahan kesehatan yang minim.
bawah yang tidak lepas dari anggota keluarga yaitu anak dan istri akan
untuk penyakit menular dan tidak menular, kesehatan ibu dan anak hingga
akibat kerja, penyakit menular dan tidak menular, promosi kesehatan diri dan
rujukan pelayanan kesehatan yaitu dengan adanya pos Upaya Kesehatan Kerja
kesehatan harusnya berada dekat dengan tempat bekerja pada nelayan dalam
aktifitas sehari-harinya sehingga nelayan dapat segera dengan cepat dan mudah
mengaksesnya.
Gaya Hidup
Gaya hidup ialah gambaran secara akumulasi dari diri seseorang dalam
melalui gambaran mengenai efisiensi dan efektif dalam alokasi waktu dan
Kualitas kesehatan seseorang dapat dikatakan baik terilihat dari pola gaya
hidup yang sehat melalui berbagai perilaku yang mengarah kepada pencegahan
timbulnya penyakit. Gaya hidup yang baik dan sehat yang dapat dilakukan oleh
aktifitas fisik, cukup istrirahat, makan buah dan sayur, menghindari dalam
Aktifitas Fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan cukup
dapat menghindari terjadinya obesitas atau kelebihan berat badan pada tubuh
dimana dengan terhindarnya obesitas maka terhindar pula terjadi penyakit tidak
menular seperti penyakit jantung dan tekanan darah menjadi lebih stabil.
Melakukan aktivitas fisik selama 30-60 menit setiap harinya sangat disarankan
23
dimana sebanyak 150 kalori/harinya kalori akan terbakar. Sebagai contoh aktifitas
fisik yang sedang yaitu olahraga aerobik atau aktifitas lainnya yang senilai dengan
olah raga yang dapat meningkatkan kemampuan kinerja jantung, paru-paru, dan
fisik akibat kerja sangat baik bagi peredaran darah dimana risiko sebesar 8,9 kali
akan terjadinya hipertensi pada orang tidak bekerja diibandingkan orang yang
bekerja (Kannan 200, Anggara 2012). Belum adanya kebiasaan pada seseorang
gerak tubuh dan aktivitas tubuh yang dilakukan seseorang diluar waktu istrirahat
atau tidur dengan jumlah keluaran kalori yang sangat sedikit. Perilaku sedentary
ini sangat perlu dibatasi karena memiliki pengaruh terhadap tingakt gizi seseorang
dimana dapat menyebabkan gangguan gizi pada seseorang yaitu obesitas dan
menjadi salah satu penyebab penyakit tidak menular. Dalam proses pencegahan
hipertensi dan penyakit jantung maka diperlukan latihan fisik secara rutin dan
Maka penting untuk melakukan segala sesuatu aktifitas sesuai dengan kemampuan
dan fisiologis. Pola konsumsi yang rutin dan menjadi kebiasaan individu ialah
pola konsumsi individu yang berkaitan dengan rutinitas makan setiap harinya
(Sediaoetama, 2006). Melalui pola konsumsi akan tergambar ciri khas dari satu
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap harinya oleh individu atau
Pergeseran gaya hidup pada saat ini dengan adanya dampak dari
globalisasi dan urbanisasi yang cukup tinggi dapat mengubah pola konsumsi
masyakarat dengan kebiasaan masyarakat dalam makan makanan instan atau siap
saji, minuman kaleng, makanan tinggi lemak dan kolesterol, serta sayur dan buah
tersebut sebagian besar mengandung tinggi lemak dan garam. Berbagai penelitian
telah dilakukan dan menemukan adanya hubungan anatar konsumsi makanan yang
kandungan natrium yang tinggi pada hasil olahan makan yang tersedia di
pola konsumi terhadap asupan natrium cukup tinggi pada nelayan dan masyakarat
pesisir pantai. Nelayan yang harus pergi melaut selama berbulan bulan
selama waktu tertetntu menjadikan makanan olahan yang diasinkan menjadi salah
satu pilihan yang paling utama dikonsumsi bagi para nelayan. Selain makanan
yang diasinkan juga makanan siap saji seperti makana instan dan makanan kaleng
namun juga pada makanan dengan penyedap rasa (MSG), pengawet makanan
(natrium benzoat) dan soda kue (natrium bikarbonat), konsumsi natrium yang
tersebut harus ditarik keluar, hal ini mengakibatkan volume airan ekstraseluler
Natrium tidak hanya diperoleh dari bahan pangan nabati namun juga
hewani. Pada umumnya makanan alami mengandung 0,1-0,3 mmol natrium per
bentuk NaCl. Natrium berhubungan dengan klorida baik sebagai bahan makanan
26
atau fungsinya di dalam sel (Siagian, 1999). Adapun diantara makanan yang
nutri dalam memberikan tenaga atau energi yakni karbonhidrat, protein dan
lemak. Lemak selain berfungsi sebagai penyedia energi juga berfungsi sebagai
darah. Kolesterol ialah penetu yang sangat penting untuk proses terjadinya
Dalam kesehariannya nelayan yang tidak pergi melaut atau berada di darat
biasa mengkonsumsi makanan yang tersedia di rumah yang diolah oleh istri dalam
27
memiliki resiko tujuh kali (OR=7,72 dan P=0,0001) dan penggunaan jelantah
memiliki resiko lima kali (OR=5,34 dan P=0,0001) untuk terjadi hipertensi.
peningkatan 90 persen jika alkohol dikonsumsi lebih dari 3 gelas per hari.
Alkohol sendiri memiliki sifat yang dapat merusak dinding arteri sehingga
pembuluh darah menjadi sempit akibatnya diperlukan tekanan yang besar agar
darah dapat mengalir dalam tubuh, hal ini mengakibatkan tekanan darah menjadi
Kafein merupakan salah satu zat dimana yang biasa terdapat dalam bahan
minuman seperti teh, kopi, dan soft drink. Kopi adalah salah satu faktor terjadinya
pada naiknya tekanan darah dan debar jantung. Jumlah konsumsi kafein per hari
berpengaruh terhadap tekanan darah, konsumsi kafein 150 mg atau sekitar 2-3
tekanan darah dalam kurun waktu selama 15 menit. Peningkatan tekanan darah
tersebut akan berlangsung selama 2 jam, hal tersebut dikarenakan kafein memiliki
efek yang langsung pada medula adrenal dalam proses mengeluarkan epinefrin
28
sehingga konsumsi kopi yang secara berlebihan per harinya akan megakibatkan
peningkatan denyut jantung atau keadaan dimana sistole lebih besar dari diastole
(Martiani, 2012).
bagi tubuh jika diminum secara tidak berlebihan dimana membantu sebagai salah
meningkatkan daya pikir serta panca indera, mengurangi rasa lelah dan
saat melaut, hal ini membantu mereka agar tidak mengantuk dan tidak cepat
merasa lelah dalam berkatifitas selama masa melaut di atas kapal dalam mencari
hasil tangkapan di laut. Aktifitas minum kopi atau soft drink yang mengandung
kafein tersebut menjadi kebiasaan pada nelayan meski mereka tidak sedang
melaut, jumlah yang dikonsumsi oleh nelayan per harinya bervariasi, namun pada
nelayan dengan riwayat menderita hipertensi terdata bahwa jumlah konsumi kopi
Penelitian yang dilakukan pada nelayan suku Bajo Kabupaten Muna Barat
oleh Elvivie (2017) ditemukan kebiasaan minum kopi di atas 3 gelas per hari
salah satu faktor untuk terjadi hipertensi. Kebiasaan merokok yang dilakukan
nelayan merupakan salah satu hal yang dapat membantu nelayan untuk tetap
29
merasa hangat, terhindar dari rasa kantuk dan sebagai penekan nafsu makan saat
melaut dan kebiasaan tersebut dilakukan meskipun nelayan tidak sedang melaut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Elvivin (2017) pada nelayan yang
faktor resiko sebesar OR= 6,72 yang berarti nelayan yang memiliki kebiasaan
merokok beresiko enam kali mengalami hipertensi daripada yang tidak memilii
kebiasaan merokok.
perokok dibagi atas perokok pasif dan perokok aktif. Menghisap rokok secara
langsung yang memiliki dampak kesehatan terhadap perokok tersebut itu sendiri
disebut dengan perokok aktif, menurut WHO (2013) perokok aktif dibagi menjadi
tiga golongan yakni perokok berat merokok (>20 batang/hari), perokok sedang
(11-20 batang/hari) dan perokok ringan (1-10 batang/hari). Asap rokok yang
dikeluarkan oleh perokok aktif akan dihirup oleh orang yang tidak menrokok
rokok terdapat tiga unsur yang paling berpengaruh terhadap berbagai macam
irama denyut jantung. Karbonmonoksida (CO) yang terdapat dalam asapa rokok
dibandingkan orang yang bukan perokok. Di samping itu juga CO dapat merusak
dinding arteri yang pada akhirnya akan menyebabkan atherosklerosis dan penyakit
berat dalam upaya untuk proses menjauhi dan berhenti merokok dan menjadi
rokok memiliki pengaruh besar terhadap hipertensi. CO yang berasal dari asap
tekanan darah semakin meningkat, dinding pembuluh darah pun menjadi robek.
Proses inflamasi terjadinya jumlah protein C- reaktif dan agen inflamasi alami
pembetukan plak di dinding arteri, akibatnya darah yang akan mengalir di saluran
pembuluh darah menjadi terhambat akibat arteri kaku dan mengalami plak
tersebut sehingga dibutuhkan dorongan yang kuat agar darah bisa mengalir yang
nikotin dan CO serta bahan lainnya yang terdapat dalam asap rokok tersebut
imunitas tubuh, daya ingat dan fungsi penting lainnya. Kurang tidur yang terjadi
kesehatan kronis yaitu seperti hipertensi, durasi tidur yang pendek dapat
hipertensi. Adanya perubahan emosi seperti tidak sabar, mudah marah, cepat
Pola tidur yang baik meliputi durasi tidur yang sesuai dengan kebutuhan
menurut umur, tidur nyenyak tidak terbangun karena suatu hal di sela-sela waktu
tidur. Sedangkan pola tidur yang buruk meliputi durasi tidur yang kurang dari
kebutuhan menurut umur, tidur terlalu larut malam dan bangun terlalu cepat, tidur
tidak nyenyak sering terbangun karena suatu hal. Waktu paling optimal untuk
mulai tidur di malam hari adalah jam 10 malam kebutuhan tidur seseorang
berbeda-beda menurut kelompok umur, untum umur 18-40 tahun kebutuhan tidur
adalah 8 jam perhari , untuk umur 41-60 tahun kebutuhan tidur adalah 7 jam
perhari, dan untuk umur 60 tahun ke atas kebutuhan tidur adalah 6 jam perhari.
kelelahan, gaya hidup, stress, emosional, alkohol, merokok, pola konsumsi sehari-
Faktor Sosial
adalah suatu keadaan saat orang dilahirkan, tumbuh, hidup, bekerja, dan tua, dan
uang, kekuasaan, dan sumber daya di tingkat global, nasional dan lokal. Sosial
kesehatan, berbagai perbedaan yang dipandang tidak merata dan adil yang
semestinya dihindari dalam status kesehatan, baik itu dalam satu kawasan negara
maupun kawasan antar negara. Faktor sosial menurut Anderson dan Gottlieb
adalah hal berbagai hal yang meliputi pendidikan, dan dukungan keluarga
(Kuntjoro, 2002).
keadaan sosial itu yang berpengaruh terhadap kesehatan (Krieger, 2001). Dimana
umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan status dan kelas sosial, serta posisi
dalam hirarki sosial yang berpengaruh terhadap derajat suatu kesehatan. Adapun
33
oada golongan usia balita dan anak-anak banyak terdiagnosa penyakit infeksi
sedangan golongan umur yang lebih tua lebih banyak terserang penyakit
kalsium yang berada dalam darah berdampak dimana darah semakin lebih padat
sehingga terjadi peningkatan pada tekanan darah. Endapan kalsium pada dinding
semakin berkurang sehingga volume darah yang mengalir kurang lancar. Agar
kuat lagi, hal ini juga ditambahnya arteriosclerosis di dalam darah yang dapat
penyakit diderita seseorang, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk fisik dan
Hipertensi dapat terjadi baik pada perempuan atau pun laki-laki, yang
dilakukan oleh seorang laki-laki. Kebiasaan nelayan saat bekerja seperti merokok,
mengkonsumi makanan yang tinggi natrium dan lemak, minuman beralkohol dan
kafein seperti kopi dan soft drink mengakibatkan tingginya angka kejadian
salah satu bagian penting yang memiliki peran dalam meningkat kualitas hidup.
Dimana tingginya tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat
rendahnya tingkat kesadaran dalam berperilaku hidup sehat dan rendahnya dalam
natrium dan lemak serta kebiasaan minum kopi yang berelebihan (Elvivin, 2012).
pendapatan adalah pendapatan yang didapatkan masyarakat baik yang berasal dari
sektor formal maupun sektor informal dalam waktu satu tahun yang diukur
dengan rupiah. Tingkat pendapatan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli
terbatasnya dalam pemenuhan asupan pangan maka daya beli keluarga khususnya
konsumsi sayur dan buah kurang variatif dan tercukupi sehingga hal tersebut
dimana pendapatan yang diperoleh tidak menentu tergantung hasil tangkapan hasil
laut saat melaut. Pendapatan yang rendah mengakibatkan terbatasnya daya beli
diasinkan yang berasal dari hasil tangkapan laut yang tidak habis terjual dan
makan siap saji dengan harga yang terjangkau bagi mereka seperti mie intan,
Selain itu pendapatan yang rendah juga menjadi faktor pemicu terjadinya
intermiten dan apabila stress terjadi dengan berlangsung cukup lama dapat
2001).
36
Landasan Teori
Pada penelitian ini sumber landasan teori yang digunakan adalah kerangka
teori determinan sosial kesehatan (WHO, 2007). Salah satu masalah kesehatan
yang mencapai angka tertinggi saat ini adalah angka kejadian penyakit tidak
menular, salah satunya adalah kejadian hipertensi, berbagai faktor penyebab dari
terhadap pendapatan atau penghasilan dimana penghasilan yang lebih tinggi serta
status sosial yang berhubungan dengan kesehatan yang lebih baik, selain itu
berkaitan dengan kesehatan yang buruk, berdampak pada lebih mudah untuk
dalam mendukung kebiasaan untuk makan makanan yang sehat, tempat kerja yang
kondusif, lingkungan rumah yang sehat dan aman yang berkontribusi untuk
yang merupakan salah satu pencetus hipertensi. Selain itu adanya adat-istiadat,
dan pola makan, faktor genetika juga berpengaruh terhadap kejadian suatu
suatu jenis penyakit, selain itu gaya hidup dan kebiasaan yang dimiliki masyarakat
IMPACT ON
EQUITY IN
HEALTH AND
WELL-BEING
IMPACT ON
EQUITY IN
HEALTH AND
WELL-BEING
IMPACT ON
EQUITY IN
HEALTH AND
WELL-BEING
38
39
Kerangka Konsep
Faktor Sosial
Umur
Pendapatan/Penghasilan
Pendidikan
Kejadian Hipertensi
Masa Bekerja
Durasi Tidur
Pola Makan
Kebiasaan Merokok
Gambar 2. Kerangka Konsep
Kebiasaan Minum Kopi
Hipotesis Penelitian
sosial (umur, pendapatan, pendidikan dan masa bekerja) dan gaya hidup (pola
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
analitik dengan design studi kasus kontrol untuk menganalisis faktor sosial dan
(penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu. Desain
penelitian kasus kontrol dapat dipergunakan untuk menilai berapa besarkah peran
2011).
Faktor Risiko +
Kejadian Hipertensi
Faktor Risiko -
Faktor Risiko +
Kejadian Hipertensi
Faktor Risiko -
alasan adalah Kota Medan adalah salah satu wilayah di Sumatera Utara memiliki
kawasan pesisir dan pantai yang merupakan tempat tinggal dan sumber mata
Populasi. Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh nelayan yang
mempunyai tekanan darah < 140/90 mmHg atau normal 120 mmHg atau tidak
pernah didiagnosis hipertensi oleh petugas kesehatan dan tidak minum obat
Sampel. Sampel adalah bagian dari populasi dimana sampel kasus adalah
adalah nelayan yang mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau pernah
diagnosis hipertensi oleh petugas kesehatan dan minum obat hipertensi. Sampel
kontrol adalah nelayan yang tidak mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
atau tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh petugas kesehatan dan tidak minum
rumus Uji Hipotesis Odds Ratio dalam Sudigdo Sastroasmoro (2011) yaitu :
42
dimana :
P= Q=
n : besar sampel
Variabel P1 P2 OR N Referensi
variabel penelitian sebelumnya pada pola makan dengan OR (4,17) dari penelitian
kemudian ditambah 10 persen dan dibulatkan dari hasil perhitungan sampel maka
besar sampel menjadi 53 kasus hipertensi. Perbandingan kasus dan kontrol adalah
1 : 1 sehingga jumlah keseluruhan sampel kasus dan kontrol adalah 106 orang,
antara kasus dan kontrol dilakukan matching (matching) pada kategori umur.
Dalam penelitian ini sampel penelitian adalah sampel yang telah memenuhi
kriteria inklusi sedangkan kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak termasuk
hipertensi oleh petugas kesehatan dan minum obat hipertensi dalam waktu 3 bulan
terakhir.
Kriteria inklusi kontrol. Responden yang tidak sedang atau tidak pernah
didiagnosis hipertensi oleh petugas kesehatan dan minum obat hipertensi dalam
penyerta atau komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal
nelayan, dimana nelayan pada umumnya bertempat tinggal di daerah pesisir pantai
atau daerah yang berada dekat dengan laut di Kota Medan dimana diantaranya
terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan dan Kecamatan
Medan Labuhan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data primer yang
kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti kepada subjek penelitian, yakni meliputi
data identitas responden, faktor sosial (umur, pendapatan dan pendidikan) dan
gaya hidup (pola makan, riwayat merokok, kebiaan minum kopi dan aktifitas
fisik).
pekerjaan yaitu nelayan diperoleh melalui dokumen dari instansi terkait (Badan
Pusat Statistik Kota Medan tahun 2018) serta penelusuran kepustakaan yang
berkaitan dengan penelitian yang sifatnya ilmiah dan relevan dengan tujuan dan
permasalahan penelitian.
45
umur, pendidikan dan pendapatan serta gaya hidup yang meliputi pola makan,
aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi dan aktivitas fisik.
sebagai berikut :
a. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik (TDS) lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah lebih besar atau sama dengan
90 mmHg.
b. Umur adalah lamanya seseorang hidup dalam tahun dihitung dari lahir
dari 10 tahun.
f. Pola makan adalah gambaran keseingan makan setiap harinya yang terdiri
dari pola makan beresiko dan tidak beresiko terhadap hipertensi melalui
kecap asin dan ikan asin, makanan tinggi karbonhidrat seperti mie instan,
roti kering dan kue bolu, makanan dengan kandungan santan seperti ikan
dan sayur gulai, makanan dengan protein tinggi seperti daging, telur,
olahan makanan yang digoreng yaitu ikan goreng, ayam goreng, dan
cemilan yang digoreng. Jika dalam perhitungan semi FFQ didapatkan total
mengurangi hipertensi dan tidak beresiko antara lain seperti sayur sayuran
g. Durasi tidur adalah total jumlah dari tidur yang diperoleh dalam 24 jam,
akumulasi dari tidur siang hari dan malam hari. Durasi tidur dikategorikan
menjadi beresiko yaitu total jumlah tidur kurang dari delapan jam dan
tidak beresiko yaitu total jumlah tidur sama dengan atau lebih dari delapan
jam.
rutin minimal satu batang per hari yang dikategorikan menjadi merokok
dan tidak merokok. Untuk melihat distribusi frekuensi dan trend dari
perokok ringan < 10 batang per hari, perokok sedang 10-20 batang perhari
dan perokok berat > 20 batang perhari dan lama merokok. Serta lama
merokok dengan rincian kurang dari satu tahun dan lebih dai sama dengan
satu tahun
hari yang dilihat dari kebiasaan minum kopi dan tidak minum kopi. Untuk
melihat distribusi frekuensi dan trend dari kategori kategori peminum kopi
Tabel 4
Metode Pengukuran
data ke program komputer untuk proses analsis data. Setelah data yang telah
pengolahan, terlebih dahulu dilakukan pengecekan agar tidak terdapat data yang
tidak perlu.
pendapatan, pendidikan) dan gaya hidup (pola makan, aktifitas fisik, kebiasaan
merokok, dan kebiasaan minum kopi) dan variabel dependen yaitu kejadian
hipertensi. Data yang dalam bentuk kategori akan disajikan dalam bentuk
akan dilihat mean dan standar deviasi serta hasil dari analisa data disajikan dalam
variabel independen yaitu faktor sosial (usia, pendapatan, pendidikan) dan gaya
hidup (pola makan, aktifitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum kopi)
Medan. Jika hasil uji bivariat diperoleh nilai p <0,25 maka variabel tersebut
bivariat :
2. Confidence Interval
nilai p>0,05
variabel bebas yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan
variabel dependen.
pada analisis bivariat tetapi secara biologis bermakna, maka variabel tersebut
3. Variabel terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan
dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi. Melalui uji Regresi
memiliki nilai p lebih kecil dari 0,05 maka variabel tersebut merupakan variabel
4. Langkah terakhir akan terlihat nilai exp(B) dimana menunjukan bahwa semakin
besar nilai exp (B)/OR maka semakin besar pengaruh variabel tersebut terhadap
Daftar Pustaka
Bloom, D. E., Cafiero, E., Jané-Llopis, E., Abrahams-Gessel, S., Bloom, L. R.,
Fathima, S., ... & O’Farrell, D. (2012). The global economic burden of
noncommunicable diseases (No. 8712). Program on the Global
Demography of Aging.
Dedullah RF,Malonda NS, Joseph WBS. (2015) Hubungan antara faktor risiko
hipertensi dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di kelurahan
motoboi kecil kecamatan kotamobagu selatan kota kotamobagu.
Jkesmasfkm.;1(3):155-63.
Depkes, R.I. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit
Hipertensi. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Elvivin, E., Lestari, H., & Ibrahim, K. (2017). Analisis Faktor Resiko Kebiasaan
Mengkonsumsi Garam, Alkohol, Kebiasaan Merokok dan Minum Kopi
terhadap Nelayan Suku Bajo di Pulau Tasipi Kabupaten Muna Barat
Tahun 2015. (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat), 1(3).
Fatma, Y. (2010). Pola konsumsi dan gaya hidup sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi pada nelayan di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
tahun 2009 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Febry, Ayu Bulan, dkk. (2013). Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan . Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Hardati, A. T., & Ahmad, R. A. (2017). Aktivitas fisik dan kejadian hipertensi
pada pekerja: analisis data Riskesdas 2013. Berita Kedokteran Masyarakat,
33(10), 467-474.
Hart Julian. (2009). Tanya Jawab Seputar Darah Tinggi. Arcan, Jakarta.
Hipertensi pada Pegawai di Wilayah Kecamatan Tomohon Utara. Gizido
2015;7(1).
Husaain, M., A., Al Mamun, A., Reid, C., & Huxley, R, R, (2016). Prevalence
awareness, treatment and control of hypertensiomn in Indonesia adults
aged ≥ 40 years : findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS).
PloS one 11 (8).
Jan, S. A., Wang, J., Bianchi, G., & Birkenhager, W. H. (2003). Essential
Hyppertension. The Lancet, 1629-1635.
Lestari, Y. I., & Nugroho, P. S. (2019). Hubungan Tingkat Ekonomi dan Jenis
Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran Tahun 2019. Borneo Student Research (BSR), 1(1), 269-273.
Li, M., Yan, S., Jiang, S., Ma, X., Gao, T., & Li, B. (2019). Relationship Between
sleep duration and hypertension in northest China : a cross sectional study.
BMJ open, 9(1).
Liu, J., Sui, X., Lavie, C. J., Hebert, J. R., Earnest, C. P., Zhang, J., & Blair, S. N..
(2013, October). Association of coffee consumption with all-cause and
53
Manoppo, F., Malonda, N. S., & Kawatu, P. A. (2017) Hubungan Antara Aktifitas
Fisik Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Nelayan Desa Kalinaun
Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Kesmas, 6(3).
Marliani dan Tantan, S. (2007). 100 Question & Answer Hipertensi, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Mubarok, K. (2011). Studi Prevalensi dan Faktor Risiko Hipertensi Primer Pada
Nelayan di Pelabuhan Jepara (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).
Nabila. A., & Kurniawaty, F. (2016). Pengaruh Kopi Terhadap Hipertensi. Jurnal
Penelitian Vol. 5 No. 2 Bagian Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
Peltzer, K., & Pengpis, S. (2018). The prevalence and social determinan of
hypertension among adults in Indonesia : A cross- sectional population-
based national survey. International journal of hypertension. 2018
Roshifanni, S. (2016). Risiko Hipertensi Pada Orang Dengan Pola Tidur Buruk.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3), 408-419.
Rusliafa, J., Amiruddin, R., & Noor, N. B. (2014). Komparatif Kejadian
Hipertensi Pada Wilayah Pesisir Pantai Dan Pegunungan Dikota Kendari.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(2), 201-214.
Schröders, J., Wall, S., Hakimi, M., Dewi, F. S. T., Weinehall, L., Nichter, M., ...
& Ng, N. (2017). How is Indonesia coping with its epidemic of chronic
noncommunicable diseases? A systematic review with meta-analysis. PloS
one, 12(6), e0179186. https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/1508030
0001/hipertensi-the-silent-killer.html
WHO. (2013). A global brief on hypertension: silent killer, global public health
crisis: World Health Day 2013 (No. WHO/DCO/WHD/2013.2). World
Health Organization.
WHO. (2012). Indonesia: WHO statistical profile. http://www.who.int/gho/countri
es/idn.pdf?ua=1.
WHO. (2014). Noncommunicable diseases country profiles. http://apps.who.int/iri
s/bitstream/10665/128038/1/9789241507509_eng.pdf.
Wilkinson, Richard, Michael Marmot (eds). (2003). The Solid Facts; Sosial
Determinants of Health. Second Edition. World Health Organiza_on,
Geneva.
Wiyono, Sugeng. (2015) Buku ajar Epidemiologi Gizi (Konsep dan Aplikasi),
Sagung Seto, Jakarta