Makalah Hiperkalemia
Makalah Hiperkalemia
Makalah Hiperkalemia
Disusun Oleh :
i
DAFTAR ISI
BAB 3 KASUS
3.1 Kasus .....................................................................................................8
3.2 Pengkajian ..............................................................................................8
3.3 Analisa Data ...........................................................................................9
3.4 Diagnosa Keperawatan .........................................................................10
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mengetahui patofisiologi hiperkalemia
Memahami asuhan keperawatan hiperkalemia
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara teknis, hiperkalemia berarti tingkat potassium dalam darah yang naiknya
secara abnormal. Tingkat potassium dalam darah yang normal adalah 3.5- 5.0
milliequivalents per liter (mEq/L). Tingkat-tingkat potassium antara 5.1 mEq/L
sampai 6.0 mEq/L mencerminkan hiperkalemia yang ringan. Tingkat potassium
dari 6.1 mEq/L sampai 7.0 mEq/L adalah hiperkalemia yang sedang, dan tingkat-
3
tingkat potassium diatas 7 mEq/L adalah hiperkalemia yang berat/parah.
(Dawodu, S 2004)
Tanda dan gejala dari hiperkalemia adalah mual, lelah, kelemahan otot, atau
kesemutan. Gejala-gejala hyperkalemia yang lebih serius termasuk denyut jantung
yang perlahan dan nadi yang lemah. Hyperkalemia yang parah dapat berakibat
4
pada berhentinya jantung yang fatal. Umumnya, tingkat potassium yang naiknya
secara perlahan (seperti dengan gagal ginjal kronis) ditolerir lebih baik daripada
tigkat-tingkat potassium yang naiknya tiba-tiba. Kecuali naiknya potassium
adalah sangat cepat, gejala-gejala dari hyperkalemia adalah biasanya tidak jelas
hingga tingkat-tingkat potassium yang sangat tinggi (secara khas 7.0 mEq/l atau
lebih tinggi). (Dawodu S, 2004).
5
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
Elektrokardiogram untuk mencari perubahan EKG yang khas (hiperkalemia:
gelombang T tinggi, interval PR memanjang, blok jantung lengkap, dana
sistole atrial; hipokalemia: gelombang T mendatar atau terbalik, gelombang
U, dan segmen ST menunjukkan 'sagging')
Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/ kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
GDA/ nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/ mengeksaserbasi
disritmia.
6
Pada hiperkalemia ringan (kalium < 6 mmol/L ), asupan kalium melalui oral atau
intra vena perlu dibatasi. Hiperkalemia berat (kalium > 6,5 mmol/L) atau
perubahan EKG hiperkalemik) merupakan suatu kegawatdaruratan medis.
7
BAB 3
CONTOH KASUS
3.1 KASUS
Seorang laki – laki berusia 55 tahun masuk ke IGD salah satu rumah sakit dengan
sakit kepala, keram perut yang disertai mual dan muntah serta tangan dan kaki
kebas, pasien dengan riwayat gagal ginjal. TTV: TD : 90/55 mmHg, RR 12 x/
menit, nadi 115 x/ menit, suhu 36°c. Hasil pemeriksaan nyeri menggunakan skala
nurmerik ( 7 / nyeri sedang ) hasil pemeriksaan elektrolit serum : k+ = 6,0 mEq /
L produksi urine menurun 20cc / jam hasil elektrocardiograf ( EKG ) diperoleh
adanya gangguan irama jantung.
3.2 Pengkajian
a. Identitas diri
Nama : Tuan X
Usia : 55 tahun
b. Keluhan utama
Sakit kepala, keram perut disertai mual dan muntah serta tangan dan kaki
kebas.
c. Pemeriksaan fisik
Neurosensori : sakit kepala
Musculloskeletal : tangan dan kaki kebas.
Gastrointestinal : mual dan muntah
Abdomen : kram perut
TTV : TD : 90 / 55 mmHG, RR : 12 x / menit,
Nadi 115 x / menit, Suhu 36°c
d. Pemeriksaan penunjang
Electrolitserum : K+ mEq / l
Produksi urin menurun 20 cc/jam
EKG diperoleh adanya gangguan irama jantung
8
3.3 Analisa Data
Data Pasien Masalah Keperawatan
DS : Pasien mengalami kram perut, Kelebihan Volume Cairan
disertai mual dan muntah, tangan dan
kaki kebas
DO :
TD 90/55 mmHg,
RR : 12x/menit
Nadi : 115x/menit
Pemeriksaan elektolit serum : k+ : 6,0
mEq / L
Produksi urine menurun : 20cc/jam
DS : Penurunan Curah Jantung
Pasien mengatakan sakit kepala disertai
mual dan muntah, kram perut, tangan
dan kaki kebas
DO :
- TD : 90 / 55 mmHg
- RR : 12 x / menit
- Nadi : 115 x / menit
- EKG : adanya gangguan
irama jantung
DS : Resiko Gangguan Nutrisi
Pasien mengatakan mual dan muntah
DO :
- TD : 90 / 55 mmHg
- RR : 12 x / menit
- Nadi : 115 x / menit
- Suhu 36°c
3.4 Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hiperkalemia
9
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
BAB 4
PENUTUP
10
4.1 Kesimpulan
Hiperkalemia (kadar kalium serum > 5,0 mEq/L) terjadi karena
peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine terhadap kalium, atau
gerakan kalium keluar dari sel sel. Perubahan pada kadar kalium serum
menunjukkan perubahan pada kalium CES, tidak selalu perubahan pada kadar
tubuh total. Pada ketoasidosis diabetik, sebagai contoh, kalium dalam jumlah
besar dapat hilang pada urine karena diuresis osmotic akibat glukosa. Meskipun
terdapat penurunan bermakna pada kadar kalium total tubuh, pasien pada awalnya
tampak normal atau kalium meningkat (Horne, Mirna M, 2000).
Penyebab hiperkalemia adalah penggunaan turniket yang terlalu kencang
di sekitar ekstremitas ketika mengambil sampel darah dan hemolisis sampel
sebelum analisis. Penyebab lain termasuk leukositosis atau trombositosis dan
pengambilan darah tepat di atas tempat infus kalium. Hiperkalemia menyebabkan
kelemahan otot skeletal dan bahkan paralisis, yang berhubungan dengan blok
depolarisasi pada otot. Sama halnya, konduksi ventrikuler melambat. Mual, kolik
intestinal intermiten, dan diare juga terjadi pada pasien hiperkalemia(smeltzer,
suzanne C, 2001).
Tanda dan gejala dari hiperkalemia adalah mual, lelah, kelemahan otot,
atau kesemutan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12