5361 37667 3 PB PDF
5361 37667 3 PB PDF
5361 37667 3 PB PDF
ABSTRACT
Musculoskeletal disorders were occurred in any workers, one of them are informal sector worker such as home industry
in Surabaya. Works were still done manually in home industry can cause Musculoskeletal disorders (MSDs). Some of
the causes of musculoskeletal disorders were work attitude. The purpose of this study was to determine the correlation
between work attitude against musculoskeletal disorders. This research was an observational descriptive research with
cross sectional design. Work attitude were measured using RULA (Rapid Upper Limb Assessment) The samples of this
study were 20 workers who work in home industry. Data were analyzed using cross tabulation and correlation value Phi
and Creamers V. The results showed that there were correlations between the work attitude with musculoskeletal disorders.
Work attitude had a moderate correlation with correlation value 0.394.The conclusion of this study was work attitude had
correlation with musculoskeletal disorders on home industry workers in Surabaya. High-risk work attitude can occur by
poor work station condition.
ABSTRAK
Keluhan musculoskeletal dapat terjadi pada pekerja apa saja, salah satunya adalah pada pekerja sektor informal seperti
pada home industri yang ada di Surabaya. Pekerjaan yang masih dilakukan secara manual pada home industri berisiko
terhadap keluhan musculoskeletal. Beberapa penyebab terjadinya keluhan musculoskeletal yaitu karena faktor pekerjaan
seperti beban kerja, sikap kerja dan stasiun kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja
terhadap keluhan musculoskeletal. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Cara penilaian sikap kerja menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Jumlah
sampel pada penelitian ini adalah seluruh pekerja home industri sebanyak 20 orang. Analisis data yang digunakan adalah
tabulasi silang dan nilai korelasi Phi and Creamers V. Hasil penelitian menunjukkan tingkat korelasi antara sikap kerja
dengan keluhan musculoskeletal. Sikap kerja memiliki korelasi sedang dengan nilai 0,394. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah sikap kerja memiliki hubungan dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja home industri di Surabaya. Sikap
kerja dengan risiko tinggi dapat terjadi karena kondisi stasiun kerja yang tidak baik.
dengan low back pain. Gejala yang biasa dirasakan diterima sudah dihentikan, keluhannya akan tetap
seperti nyeri bahkan dapat menyebabkan kelemahan berlanjut.
pada tungkai; yang keempat yakni keluhan siku, Akobundu (2008) menyebutkan bahwa gejala
dapat terjadi karena terdapat gerakan berulang pada awal keluhan musculoskeletal yakni berupa rasa
tangan yang melibatkan ekstensi pada siku dan sakit pada otot yang menandakan bahwa otot perlu
aktivitas . pemulihan atau istirahat. Menurut Grandjean (1993)
Keluhan yang terakhir yaitu keluhan dan Akobundu (2008) dalam Maijunidah (2010) juga
pergelangan tangan dan telapak tangan, biasa disebut menyebutkan bahwa gejala keluhan musculoskeletal
dengan CTS (Carpal Tunnel Syndrome) ditandai terbagi menjadi beberapa tahap, yakni tahap pertama
dengan gejala mati rasa pada jari. Terdapat keluhan atau awal gejalanya seperti pegal, dan keluhan pada
pergelangan lainnya yaitu tendinitis yang terjadi bagian tubuh tertentu. tahap selanjutnya yakni tahap
karena pekerjaan dengan postur yang janggal selama kedua atau intermediate, gejala yang timbul seperti
rasa sakit setelah melakukan pekerjaan dalam sehari,
tendon. selain itu juga dapat mengganggu kualitas tidur
Istilah keluhan musculoskeletal di setiap negara pekerja jika sudah mencapai tahap ini.
berbeda-beda. Pada negara Jepang lebih dikenal Tahap ketiga atau akhir, gejalanya seperti rasa
dengan sebutan Occupational Cervicobrachial sakit dan lelah pada bagian tubuh tertentu. Gejala
Disorder. Negara Amerika lebih dikenal dengan tersebut tidak hilang walaupun telah beristirahat,
sebutan Cumulative Trauma Disorders (CTDs). gejala tersebut dapat timbul lagi ketika melakukan
Istilah lain selain yang telah disebutkan diatas seperti pekerjaan yang berulang.
Neck and Limb Disorders, Repetitive Strain Injuries Dampak keluhan musculoskeletal menurut
(RSIs), Overuse Disorders, dsb. (NIOSH, 1993). Bird dan Germain (2005) yakni seperti hilangnya
Sikap kerja merupakan salah satu penyebab waktu kerja, menurunkan produktivitas kerja,
keluhan musculoskeletal. Anies (2014) menyebutkan menurunkan kewaspadaan, meningkatkan risiko
bahwa sikap kerja terhadap alat kerja berpotensi terjadinya kecelakaan, jika keluhan sudah mencapai
menyebabkan gangguan kesehatan. Sikap kerja pada tahap akhir maka membutuhkan biaya yang tinggi
saat bekerja yang tidak baik dapat menyebabkan untuk pemulihannya. Keluhan musculoskeletal
gangguan seperti nyeri, kelelahan, bahkan membutuhkan waktu dan berbagai tahapan untuk
kecelakaan. Sikap kerja baik duduk maupun berdiri dapat menimbulkan rasa sakit pada bagian tubuh
dalam jangka waktu yang panjang juga dapat tertentu.
menyebabkan masalah kesehatan baik dalam jangka Keluhan musculoskeletal dapat terjadi baik pada
pendek maupun jangka panjang. sektor formal maupun sektor informal. Menurut
Sikap kerja yang tidak baik dapat menyebabkan Alma (2001) menjelaskan bahwa sektor informal
bagian tubuh bergerak menjauhi tubuh. Seperti merupakan manifestasi lapangan pekerjaan yang
punggung yang terlalu membungkuk. Semakin jauh berskala kecil dengan tujuan mendapat pendapatan
posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh semakin besar tanpa adanya keuntungan. Pekerja pada sektor
risiko mengalami keluhan musculoskeletal. informal tidak harus memiliki keahlian atau
Penelitian oleh Ikrimah (2010) menyebutkan keterampilan khusus seperti pekerja pada sektor
bahwa diketahui faktor yang berhubungan dengan formal. Pekerja sektor informal berasal dari berbagai
keluhan musculoskeletal salah satunya adalah golongan.
sikap kerja yang memiliki P-value sebesar 0,029 Pada sektor formal pengusaha atau pengurus
dengan OR = 0,205 yang artinya pekerja yang memiliki kewajiban untuk menjamin kesejahteraan
memiliki risiko pekerjaan tinggi berpeluang 0,205 pekerjanya, sedangkan pada sektor informal tidak
kali mengalami keluhan musculoskeletal dibanding ada pihak tertentu baik pengurus atau pengusaha
dengan pekerja yang memiliki risiko pekerjaan yang menjamin kesejahteraan pekerjanya. Pada
sedang atau rendah. sektor informal pekerja bertanggung jawab terhadap
Keluhan otot skeletal dapat dibedakan menjadi kesejahteraan nya sendiri. Kesejahteraan pekerja
keluhan sementara dan keluhan menetap. Keluhan yang dimaksud yakni pekerja mendapatkan jaminan
sementara terjadi ketika otot menerima beban yang rasa aman dan nyaman selama bekerja seperti
statis, namun keluhan tersebut akan segera hilang terhindar dari kecelakaan akibat kerja maupun
jika pembebanan sudah dihentikan. Sedangkan penyakit akibat kerja.
keluhan yang menetap walaupun pembebanan yang
Fara Lizenda Permatasari dan Noeroel Widajati, Hubungan Sikap Kerja… 233
Sikap Kerja
Sikap kerja responden diukur dengan
menggunakan lembar kuesioner Rapid Upper Limb
Assessment (RULA) dengan pengukuran secara
skoring untuk menentukan kategori risiko yang
terdiri dari risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi,
dan risiko sangat tinggi. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan didapatkan hasil pada Tabel 2.
Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari total 20
responden sebanyak 11 responden (55%) memiliki
sikap kerja dengan risiko sedang, dan sebanyak 9
responden (45%) memiliki sikap kerja dengan risiko
tinggi.
Untuk skor grup A terdiri dari lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan, perputaran
pergelangan tangan. Gambar 2. Skor Lengan Bawah.
Gambar 2 menunjukkan lengan bawah
membentuk sudut 40°. Gambar 3 menunjukkan
pergelangan tangan memuntir. Gambar 4
pergelangan tangan pada posisi netral, namun
menunjukkan leher membentuk sudut sebesar 15°.
Gambar 5 menunjukkan bahwa badan responden
membentuk sudut 15°. Gambar 6 menunjukkan
Tabel 2. Distribusi Sikap kerja Responden
sikap kaki responden, dapat dilihat bahwa responden
Sikap Kerja Frekuensi Persentase (%) duduk dengan kedua kaki tertopang dengan baik.
Risiko Sedang 11 55 Hasil skor pada tiap bagian tubuh seperti
lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan
Risiko Tinggi 9 45
kemudian dimasukkan ke dalam tabel skor grup A
Total 20 100 RULA. Setelah didapatkan skor grup A ditambahkan
Fara Lizenda Permatasari dan Noeroel Widajati, Hubungan Sikap Kerja… 235
Tabel 3. Hasil Akhir RULA di Home Industry Tabel 5. Hasil NBM di Home Industry Tahun
Tahun 2017 2017
Responden Skor Akhir Kategori Responden Skor Akhir Kategori
1 6 Tinggi 1 22 Sedang
2 4 Sedang 2 23 Sedang
3 4 Sedang 3 21 Sedang
4 6 Tinggi 4 22 Sedang
5 4 Sedang 5 25 Sedang
6 3 Sedang 6 46 Tinggi
7 3 Sedang 7 24 Sedang
8 4 Sedang 8 44 Tinggi
9 5 Tinggi 9 44 Tinggi
10 5 Tinggi 10 24 Sedang
11 5 Tinggi 11 45 Tinggi
12 4 Sedang 12 23 Sedang
13 6 Tinggi 13 44 Tinggi
14 4 Sedang 14 21 Sedang
15 6 Tinggi 15 45 Tinggi
16 4 Sedang 16 42 Tinggi
17 5 Tinggi 17 43 Tinggi
18 5 Tinggi 18 42 Tinggi
19 5 Tinggi 19 43 Tinggi
20 5 Tinggi 20 45 Tinggi
Tabel 6. Hubungan Sikap kerja dengan Keluhan pembebanan dan juga penggunaan otot. Setelah di
Musculoskeletal di Home Industry Tahun jumlah maka dapat diketahui apakah sikap kerja
2017 responden berisiko atau tidak dengan kategori risiko
sangat tinggi, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko
Keluhan Musculoskeletal
Sikap Phi and rendah.
Rendah Tinggi Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9
Kerja Creamer’s V
n % n % responden yang memiliki sikap kerja yang berisiko
Risiko sedang adalah pekerja pada bagian penggulungan
6 66,7 3 33,3
rendah 0,394 sumpia. Diantaranya yaitu responden yang bekerja
Risiko (Hubungan 11 responden lainnya memiliki sikap kerja dengan
3 27,3 8 72,7
tinggi Sedang) risiko tinggi diantaranya pada bagian penggorengan
Total 9 45 11 55 dan pembuatan adonan.
Pemaparan sebelumnya menyebutkan bahwa
sikap kerja memiliki 4 kategori, namun pada
tubuh mana yang merasa sakit, pegal, atau nyeri hasil menjadi dua kategori karena untuk skor 1–4
dengan menunjukkan lembar body map yang terbagi termasuk dalam kategori sikap kerja risiko rendah,
menjadi 27 bagian tubuh. dan untuk skor 5–7 termasuk kategori sikap kerja
Kemudian pengukurannya dengan menggunakan risiko tinggi. Hal tersebut dilakukan karena untuk
skoring sebagai tingkat keluhan yang dirasakan mempermudah dalam melakukan analisis data untuk
menggunakan skala inert yakni skor 0 untuk tidak mencari kekuatan hubungan.
ada keluhan, skor 1 untuk keluhan yang agak sakit, Pada penelitian ini responden mengalami sikap
skor 2 untuk keluhan yang sakit dan skor 3 untuk kerja statis pada tubuh bagian bawah, dan mengalami
keluhan yang sangat sakit. sikap kerja yang repetitif pada tubuh bagian atas
Dari hasil yang diperoleh sebanyak 11 responden seperti tangan. Responden melakukan pekerjaan
yang mengalami keluhan musculoskeletal tingkat yang repetitif 30 kali dalam satu menit maka berisiko
tinggi, diantaranya responden yang bekerja pada pada bagian tubuh tertentu seperti leher, bahu, dan
bagian pembuatan adonan, bagian penggorengan, lainnya. Sikap kerja statis apabila persendian tidak
dan juga packing. Untuk responden dengan keluhan melakukan pergerakan sama sekali.
musculoskeletal sedang dialami oleh responden yang Hasil analisis menunjukkan sikap kerja
bekerja pada penggulungan kulit sumpia. memiliki korelasi yang sedang dengan keluhan
Pada saat menunjukkan body map kepada musculoskeletal. Hal tersebut dapat terjadi karena
responden diselingi dengan wawancara secara setiap responden memiliki sikap kerja yang berbeda,
informal, hasil wawancara secara informal misal pada responden yang bekerja membuat adonan
menunjukkan bahwa rata-rata responden memang kulit sumpia yang banyak menggunakan kekuatan
mengalami keluhan pada bagian tubuh tertentu tangan maka berisiko mengalami keluhan pada
seperti punggung, bahu, dsb. Namun ada pula pergelangan tangan dan juga otot tangan.
responden yang mengaku tidak mengalami Penelitian lain yang dilakukan oleh Bukhori
keluhan yang parah karena sudah terbiasa dengan (2010) pada tukang angkut penambang emas
pekerjaannya, sehingga jika terdapat keluhan di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak.
seringkali diabaikan. Pada penelitiannya menunjukkan sikap kerja
Keluhan musculoskeletal pada responden paling memiliki hubungan signifikan dengan keluhan
banyak ditemui pada bagian punggung dan bahu musculoskeletal.
bagian kanan. Sikap kerja seseorang juga dapat dipengaruhi
karena kondisi stasiun kerja yang kurang baik.
Sikap Kerja Banyak responden yang bekerja pada stasiun kerja
Sikap kerja diukur dengan menggunakan yang tidak ergonomis. Dapat dilihat pada gambar 1,
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dengan kursi responden tidak memiliki sandaran punggung,
cara pemberian skoring pada bagian tubuh seperti tinggi tempat duduk juga tidak sesuai dengan tinggi
lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, siku duduk, selain itu meja yang digunakan juga
leher, badan, dan juga kaki. Skor dari bagian tubuh sangat sempit karena satu meja berukuran ± 65 cm
tersebut kemudian akan ditambahkan dengan skor dibagi dua dengan responden lainnya sehingga
memiliki meja kerja yang cukup sempit.
238 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei–Agustus 2018: 220–239
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa stasiun Bukhori, E., 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan
kerja responden juga tidak ergonomis karena tinggi dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal
tempat duduk yang digunakan tidak sesuai dengan Disorders pada Tukang Angkut Beban Penambang
tinggi siku duduk responden. Lebar kursi duduk Emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak.
lebih kecil dari lebar pinggul responden dan juga Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
tidak ada sandaran punggung. Hidayatullah.
Jika stasiun kerja tidak ergonomis maka dapat Elza, D. S., 2012. Gambaran Tingkat Risiko dan
menyebabkan posisi kerja juga menjadi berisiko keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders
mengalami keluhan musculoskeletal. Oleh karena pada Pengrajin Songket Tradisional Silungkang
itu perlu adanya perbaikan stasiun kerja Sumatera Barat. Skripsi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Evelina, N., 2012. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
Musculoskeletal dan Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders
Pada hasil penelitian sikap kerja memiliki (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Bengkel Sepatu
k o r e l a si y a n g s e d a n g de n ga n k e l u ha n Tata Kampung Ciomas Bogor Tahun 2012.
musculoskeletal. Hal tersebut sama seperti penelitian Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
yang dilakukan oleh Sihombing (2015) yang Grandjean, E., 1993. Fitting the Task to the Man, 4th
menyebutkan bahwa sikap kerja memiliki hubungan ed. Taylor and Francis Inc. London.
musculoskeletal. Ikrimah, N., 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Penelitian yang dilakukan oleh Larono et al. dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders
(2017) menunjukkan bahwa sikap kerja memiliki (MSDs) pada Pekerja Konveksi Sektor Usaha
hubungan dengan keluhan musculoskeletal. Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh
Penelitian lain dilakukan oleh Suwanto (2016) Tangerang Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Fakultas
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan
Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri
musculoskeletal. Syarif Hidayatullah.
Larono, Bella C.D., Odi R Pinontoan., Harvani, B.,
2017. Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan
SIMPULAN Musculoskeletal Disorder pada Pekerja Buruh
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil di Pelabuhan Laut Manado. [e-journal]. Tersedia
kesimpulan bahwa korelasi antara keluhan di https://ejournalhealth.com/index.php/medkes/
musculoskeletal dengan sikap kerja memiliki article/download/325/317[diakses tanggal 01 Juli
nilai korelasi sebesar 0,394. Walaupun sikap 2017]
kerja memiliki hubungan yang sedang terhadap Maij unidah, E., 2010. Faktor-Fakt or yang
keluhan musculoskeletal namun bekerja pada posisi Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal
yang berisiko tinggi dapat mengalami keluhan Disorders (MSDs) pada pekerja Assembling
musculoskeletal yang tinggi pula. PT. X Bogor tahun 2010. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
National Institute for Occupational Safety and Health
DAFTAR PUSTAKA (NIOSH)., 1993. Comment from NIOSH on the
Akobundu, U., 2008. Hubungan Gangguan Occupational Safety and Health Administration
Bekerja dengan Musculoskeletal Penyebab dan Proposed Rule on Ergonomic Safety and
Pencegahan. Konsultasi Fisioterapi, Hopeville Management US Departement of Control and
Fisioterapi Klinik, 40 Julius Nyerere Crescent, Service. Diakses pada 02 Agustus 2017 dalam
Asokoro, Abuja. http://www.cdc.gov
Alma, B., 2001. Kewirausahaan (Edisi Revisi). Nurmianto, E., 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan
Alfabeta: Bandung. Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Bird, E.J.F., L. Germain., 2005. Kepemimpinan Occupational Safety and Health Administration
Pengadilan dan Kerugian Praktis, Edisi (OHSA) 2000 (Revised). Tersedia di: <https://
ke-3. Terjemahan oleh W. Abdullah. Jakarta: www.osha.gov/Publications/osha3125.pdf.>
PT. Devnegraha. Riyadina, W., 2008. Cedera Akibat Kerja pada
Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo
Fara Lizenda Permatasari dan Noeroel Widajati, Hubungan Sikap Kerja… 239
Gadung. Majalah Kedokteran Indonesia. 58(5): di RS. Prikasih Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta:
148–152. Universitas Indonesia.
Sihombing, A.P., 2015. Hubungan Sikap Ker dengan Suwanto., 2016. Hubungan antara Risiko Postur
Musculoskeletal Disorders pada Penjahit di Pusat Kerja dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal
Industri Kecil Menteng Medan 2015. [e-journal]. Pada Pekerja Bagian Pemotongan Besi di Sentra
Tersedia di https://media.neliti.com/media/ Industri Pande Besi Padas Klaten. Skripsi.
publications/14574-ID-hubungan-sikap-kerja- Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
dengan-musculoskeletal-disorders-pada-penjahit- Tarwaka., Solichul HA., Bakri., Lilik, S., 2004.
di-pusat-ind.pdf [diakses tanggal 15 Juli 2017] Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja
Suma’mur. ,1982. Higiene Perusahaan dan Kesehatan dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung. Tarwaka., 2010. Ergonomi Industri. Surakarta:
Suma’mur., 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Harapan Press.
Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung Tarwaka., 2014. Ergonomi Industri: Dasar-Dasar
Sumiati., 2007. Analisis Risiko Low Back Pain (LBP) Ergonomi dan Implementasi di Tempat Kerja.
pada Perawat Unit Darurat dan Ruang Operasi Surakarta: Harapan Press.