BAB 1234 DAN DAPUS MANAJEMENT Modifikasi Tim Primer
BAB 1234 DAN DAPUS MANAJEMENT Modifikasi Tim Primer
BAB 1234 DAN DAPUS MANAJEMENT Modifikasi Tim Primer
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Bertujuan Untuk Menambah Dan Meningkatkan Wawasan
Pengetahuan Tentang Teori Dan Metode Asuhan Keperawatan
Professional Di Rumah Sakit.
1.3.2 Khusus
1. Untuk Mengetahui Pengertian MAKP
2. Untuk Mengetahui Jenis Model MAKP
3. Untuk Mengetahui Penentuan Model MAKP
4. Untuk Mengetahui Sentralisasi Obat
5. Untuk Mengetahui Timbang Terima
6. Untuk Mengetahui Ronde Keperawatan
7. Untuk Mengetahui Pelaksanaan
8. Untuk Mengetahui Supervise
9. Untuk Mengetahui Manajemen Asuhan Keperawatan
10. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Kepuasan Pasien
11. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Perawat Dalam Penerapan MAKP
Tim
12. Untuk Mengetahui Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit
13. Untuk Mengetahui Hubungan Tanggung Jawab Perawat Dalam
Penerapan MAKP
14. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pelaksanaan Timbang Terima
Dengan Kepuasan Pasien.
15. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pelaksanaan Sentralisasi Obat
Dengan Kepuasan Pasien
16. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pelaksanaan Dokumentasi
Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien
17. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pelaksanaan Supervisi Dengan
Kepuasan Pasien.
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa
Menambah bahan bacaan serta wawasan ke ilmuan tentang
Teori dan metode asuhan keperawatan professional dan peran kita
sebagai perawat dalam menjalankan pelayanan dirumah sakit.
1.4.2 Manfaat Untuk Institusi Pendidikan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kron.T & Gray 1997, dalam Hidayah (2014), ada 4 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di
masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu :
4
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan
pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu.
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode
keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan.
Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan
selama pasien dirawat.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaburatif. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/
5
group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan
dan kelemahannya. Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanakaan proses
keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan
Kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
5. MAKP Tim-Primer
1) Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode
penugasan tim dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan
sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna (2018), penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa
alasan :
a. keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Disamping itu karena saat ini perawat yang ada dirumah
sakit sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
6
2) Keuntungan metode primer modifikasi
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yg menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di
atasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim
d. Saling memberi pengalaman antar sesama tim
e. Bersifat kontinuitas dan komprehesif
f. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
g. Mendorong kemandirian perawat
h. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3) Kelemahan metode primer modifikasi
a. tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya
b. rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat
c. perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim
d. perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
e. hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
f. biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
1. Ketenagaan
Saat ini jumlah dan jenis tenaga keperawatan kurang mampu untuk
memberi asuhan keperawatan yang profesional. Hal ini terlihat dari
komposisi tenaga yang ada mayoritas lulusan SPK. Disamping itu
7
jumlah tenaga keperawatan ruang rawat tidak ditentukan berdasarkan
derajat ketergantungan klien. Pada suatu pelayanan profesional
jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah klien dan
derajat ketergantungan klien. Klasifikasi derajat ketergantungan klien
dibagi 3 kategori yaitu : perawat minimal memerlukan waktu 1 -2
jam/ 24 jam, perawatan intermediet memrlukan waktu 3 – 4 jam/ 24
jam , perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/
24 jam. Dalam penelitian Douglas (1975) dalam Supriyanto (2003)
tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, di dapatkan jumlah
yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat
ketergantungan pasien.
2. Metode pemberian asuhan keperawatan
Terdapat 4 metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode
fungisonal, metode kasus, metode tim dan metode keperawatan
primer. Dari keempat metode ini, metode yang paling
memungkinkan pemberian pelayanan profesional adalah metode tim
dan primer. Dalam hal ini adanya sentralisasi obat, timbang terima,
ronde keperawatan dan supervisi, oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar serah terima obat. Perawat
menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
dalam kartu kontrol dan diketahui oleh keluarga / klien dalam buku
masuk obat. Keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan/ bilamana obat tersebut akan habis. Obat yang telah diserahkan
selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat.
3. Pengelolaan obat tidak penuh ( desentralisasi)
Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan pada perawat, Obat
yang diserahkan dicatat dalam buku masuk obat, perawat
menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga / pasien, lalu
melakukan penyuluhan tentang rute pemberian obat, waktu
pemberian, tujuan, efek samping, perawat menyerahkan kembali obat
pada keluarga / pasien dan menandatangani lembar penyuluhan.
Dalam pemberian obat perawat tetap melakukan kontroling terhadap
pemberian obat. dicek apakah ada efek samping, pengecekan setiap
pagi hari untuk menentukan obat benar – benar diminum sesuai
8
dosis. Obat yang tidak sesuai/ berkurang dengan perhitungan
diklarifikasi dengan keluarga. Dalam penambahan obat dicatat dalam
buku masuk obat. Penyuluhan obat khusus diberikan oleh perawat
primer.
9
2.5 Ronde keperawatan
2.6 Pelaksanaan
10
6. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
2.7 Supervisi
11
2.8 Dokumentasi Asuhan keperawatan
12
1. Pengkajian Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data,
memvalidasi, dan menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai
individu yang unik.
2. Diagnosa keperawatan Diagnosis merupakan tahap pengambilan
keputusan profesional dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan.
Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan diagnosis keperawatan,
yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan aktual
maupun potensial. Proses diagnosis mencakup pengelompokan data
analisis, dan merumuskan diagnosis. Diagnosis keperawatan ada yang
bersifat aktual, potensial, dan posibel. Perawat yang akan merumuskan
diagnosis keperawatan harus mempunyai pengetahuan luas tentang
fisiologipatologi, area masalah keperawatan, serta kemampuan secara
objektif dan kritis. Diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan harus
dimasukkan dalam daftar masalah keperawatan klien dan ditandatangani
oleh perawat yang bersangkutan.
3. Intervensi Perencanaan keperawatan yang dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosis keperawatan. Perawat memilih metode
khusus dan memilih sekumpulan tindakan alternatif untuk menolong
pasien mempertahankan kesejahtraan yang optimal. Semua kegiatan
keperawatan harus menggunakan sumbersumber yang tersedia melalui
penetapan tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
4. Implementasi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien harus direncankan untuk menunjang tujuan
pengobatan medis, dan memenuhi tujuan rencana keperawatan.
Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan,
menolong, mengobservasi dan mendidik semua personil keperawatan dan
pasien, termasuk evaluasi perilaku dan pendidikan, merupakan supervisi
keperawatan yang penting. Perawat profesional harus menggunakan
semua teknik manajemen, yang salah satunya adalah supervisi.selain itu,
untuk membantu staf memberikan asuhan keperawatan dengan baik,
perawat harus mampu menggunakan sikap kepem impinan yang
meyakinkan bahwa pasien benar-benar menerima asuhan yang diperlukan
setiap waktu, dan dengan cara seperti yang diinginkan. Rencana asuhan
13
keperawatan adalah daftar instruksi dokter dan kegiatan rutin, biasanya
mencakup pengobatan, obat-obatan, serta instruksi keperawatan.
Sedangkan untuk interaksi keperawatan, biasanya disebut rencana asuhan
keperawatan.
5. Evaluasi Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan.
Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dan standar adri tujuan
yang dipilih sebenarnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang
aktual dan tingkat asuhan yang diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan
yang diberikan hanya dapat dibuat jika tujuan yang diidentifikasiakn
sebelumnya cukup realistis dan dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan
keluarga. Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus-
menerus oleh perawat, melalui metode penugasan yang telah ditetapkan
olehpara manajer keperawatan sebelumnya. Para manajer keperawatan
(terutama manajer tingkat bawah) terlibat dalam proses manajerial yang
melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka memengaruhi dan
menggerakkan bawahan. Hal itu dilakukan agar mampu memberikan
asuha keperawatan yang memadai, dengan kode etik dan standar praktik
keperawatan (Yayan dan Suarli, 2010).
14
Mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien.
Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini
telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan
tersebut bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang
dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu
mutu pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula
ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan
pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan
profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi (Supranto, 2016).
15
Secara umum, kepuasan terhadap mutu pelayanan keperawatan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat :
Menurut Kron & Gray (1987) dalam Dion (2019), bahwa peran
kepala ruangan dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional
Tim ini sangat penting artinya, sehingga melalui rasa tanggung jawab yang
tinggi membuat mutu asuhan keperawatan meningkat dan tentunya
mengakibatkan kepuasan pasien bertambah. Mutu asuhan keperawatan
yang baik apabila semua tugas yang dilimpahkan dapat dijalankan dengan
baik Tanggung jawab kepala ruangan yang baik dilakukan dalam hal
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Perencanaan
disini yaitu mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
pengorganisasian disini dalam hal mengendalikan tenaga keperawatan,
pengarahan dalam hal meningkatkan kolaburasi antar tim, sedangkan untuk
16
pengawasan dalam hal supervisi kepada setiap anggota perawatan yang
bekerja di ruangan tersebut. Semakin baik tanggung jawab kepala ruangan
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan) dijalankan,
maka kepuasan pasien semakin tinggi pula.
17
yang bertugas. Sehingga membuat pelaksanaan sentralisasi obat semakin baik pula
pelaksanaan MAKP Tim dan akan membuat kepuasan pasien semakin tinggi.
18
Menurut Ali Zaidin (2010) terdapat hubungan yang sangat kuat antara
pelaksanaan supervisi dengan kepuasan pasien, Dengan berjalannya supervisi
dengan baik maka memberikan dampak kepada kepuasan pasien semakin tinggi.
Tingginya kepuasan pasien tersebut dikarenakan setiap permasalahan yang dihadapi
pasien dapat dipecahkan oleh perawat, sehingga pasien merasa terpuaskan. Maka itu
semakin baik pelaksanaan supervisi semakin tinggi pula kepuasan pasien. Supervisi
yang mustinya sudah dilakukan adalah pengawasan dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung, mengecek dokumentasi keperawatan, mencari pemecahan
masalah, memantau hasil solusi, dan memberikan umpan balik kepada anggota. Hal
ini sebagai upaya untuk mengoptimalkan penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional Tim.
19
BAB 3
20
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Fungsional
b. Kasus
c. Tim
d. Primer
e. Modifikasi tim primer
a. Pra implementasi
b. Intra implementasi
c. Post implementasi
21
4.2. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dri dosen pembimbing dan
teman-teman sesama mahasiswa. Dengan mengetahui konsep dan penerapan
menajemen asuhan keperawatan profesional diharapkan kita sebagai calon
perawat profesional mampu mengaplikasikan MAPK disuatu di ruangan
pelayanan keperawatan sehingga klien dan perawat merasakan kepuasan atas
kinerja.
22
DAFTAR PUSTAKA
Pendrita J.R.A, Dkk (2017). Gambaran Kinerja Perawat Dalam Penerapan Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Modifikasi Tim-Primer Di
Ruangan Dahlia Rsud Umbu Rara Meha Waingapu Sumba Timu.
Nursing News Vol 2 No 3, 2017.
23