Makalah Lahan Kering Kelompok 4
Makalah Lahan Kering Kelompok 4
Makalah Lahan Kering Kelompok 4
SEJARAH PETERNAKAN
OLEH:
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya,Kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah lahan kering yang berjudul “ Sejarah Peternakan”.Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan agar dapat menyempurnakan kembali dimasa yang akan datang.Oleh karena
itu, pada kesempatan ini Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
7
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam perzanian biasa difahami orang sebagai
budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris crop cullivorion) serta pembesaran hewan terak
(raisimg), meskipun cakupannya depat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzm dalan
pengolahan pro luk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti
penangkapan ckspioitasi hutan Sumbangan domestikasi bagi kehidupan manusia berupa pangan, dan
papan, misalnya dari aspek petemakan sumbangan domestikasi adalah sebagai berikut :
Ayam menyediakan dua keperluan pokok diet manusia sebagai sumber protein daging ayam dan
telur
Domestkasi sapi dan kambing dan penggunaan susunya untuk konsumsi manusia di Asia dan
Afrika Timur Laut sudah dimulai sejak 8000 - 6.000 SM
Kuda sebagai alat transportasi
Domba sebagai penghasil wool untuk pakaian
2.2 Sejarah Perkembangan Peternakan Zaman Kerajaan Tua
Usaha peternakan di Indonesia telah dikenal sejak dahulu kala.Namun pengetahuan tentang kapan
dimulainya proses domestikasi dan pembudidayaan ternak dari hewan liar,masih langka.Adanya bangsa
ternak asli di seluruh Indonesia seperti sapi,kambing,domba,babi,ayam dan itik memberikan petunjuk
bahwa penduduk pertama Indonesia telah mengenal ternak sekurang-kurangnya melalui pemanfaatannya
sebagai hasil perburuan.Dengan kedatangan bangsa-bangsa Cina,India,Arab,Eropa dan lain-lain,maka
ternak kuda dan sapi yang dibawa serta bercarpur darah dengan ternak asli. Terjadilah Kawin silang yang
menghasilkan ternak keturunan atau peranakan diberbagai daerah di Indonesia.Disamping itu, dalam
jumlah yang banyak masih terdapat ternak asli. Dengan demikian terjadilah tiga kelompok besar bangsa
ternak yaitu kelompok pertama asalah bangsa ternak yang masih tergolong asli ialah ternak yang berdarah
murni dan belum bercampur darah dengan bangsa ternak luar.Kelompok kedua adalah keiompok
"peranakan", yaitu bangsa ternak yang telah bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok
ketiga adalah bangsa ternak Iuar yang masih diperkembang-biakan di Indonesia, baik murni dari satu
bangsa atau yang sudah bercampur darah antara sesama bangsa ternak Iuar tersebut.Bangsa ternak
demikian dikenal dalam dunia peternakan sebagai ternak ras dalam kurun waktu suatu tahap sejarah.
Didalam kurun waktu tersebut dapat dipelajari sejauh mana pemerintah dikala itu memperhatikan
perkembangan bidang peternakan atau segi pemanfaatan ternak oleh penduduk diwaktu itu.Di zaman
kerajaan-kerajaan tua di Indonesia,usaha peternakan belum banyak diketahi.Beberapa petunjuk tentang
manfaat ternak di zaman itu serta perhatian pemerintah kerajaan terhadap bidang peternakan telah muncul
dalam pelbagai tulisan prasasti atau dalam kitab-kitab Cina Kuno yang diteliti dan dikemukakan oleh para
ahli sejarah.Sangat menarik apa yang dikatakan oleh para ahli sejarah tentang kegunaan ternak dizaman-
kerajaan Tarumanegara,Sriwjaya,Mataram,Kediri,Sunda,Bali dan Majapahit.Terak dizaman kerajaan-
kerajaan tua ini telah memiliki tiga peranan penting dalam masyarakat dan penduduk, yaitu sebagai
perlambang status sosial, misalnya sebagai hadiah Raja kepada penduduk atau pejabat yang berjasa
kepada raja. Peranan kedua adalah sebagai barang niaga atau komoditi ekonomi yang sudah
diperdagangkan atau dibarter dengan kebutuhan hidup lainnya.Dan peranan ketiga adalah sebagai tenaga
pembantu manusia baik untuk bidang pertanian maupun untuk bidang transportasi.Kerajaan-kerajaan
dimaksud adalah :
1) Tarumanegara.
Kerajaan yang berpusat di Jawa Barat ini telah memberikan perhatian terhadap ternak terutama termak
besar.Hal ini terdapat pada prasasti batu.Pada upacara pembukaan saluran Gomati yang dibuat
sepanjang sebelas kilometer,Raja Purnawarman yang memerintah Tarumanegara dimasa itu telah
menghadiahkan seribu ekor sapi kepada kaum Brahmana dan para tamu kerajaan.
8
2) Sriwijaya.
Salah satu kegemaran penduduk Sriwijaya adalah permainan adu ayam.Oleh karena itu ternak ayam
sudah mendapat perhatian.Disamping itu ternak babi juga banyak dipelihara oleh
penduduk.Sebagaimana kita tahu bahwa kerajaan Siwjaya sangat luas daerah kekuasaannya dimasa
itu.Terdapat petunjuk bahwa ternak kerbau dan kuda sudah diternakkan diseluruh kerajaan Sriwjaya,
ternak sapi baru terbatas di Pulau Jawa,Sumatera dan Bali.
3) Mataram.
Ternak sapi dan kerbau adalah dua jenis ternak besar yang memperoleh perhatian raja-raja Mataram
pada abad ke VII Masehi. Kedua jenis ternak ini memiliki hubungan erat dengan pertanian, disamping
perlambang status. Pada tulisan prasasti Dinaya diceritakan bahwa waktu persemian sebuah arca
didesa Kanjuruhan dalam tahun 760 M, Raja Gayana yang memerintah Kerajaan Mataram dimasa itu
telah menghadiahkan tanah dan kerbau kepada para tamu kerajaan dan kepada kaun Brahmana.
4) Kediri.
Kediri adalah suatu kerajaan yang rakyatnya makmur dan sejahtera karena kerajaan ini telah
memajukan pelbagai bidang kehidupan termasuk peternakan. Hal ini terdapat didalam kitab Cina
Ling-wai-tai-ta yang disusun oleh Chou-K'u-fei dalarn tahum 1178 M.Dikatakan bahwa rakyat
kerajaan Kediri hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan karena pemerintah kerajaan
memerhatikan dan memajukan bidang pertanian,peternakan,perdagangan dan penegakan hukum.
5) Sunda
Dimasa kerajaan Sunda,kita mulai mengetahui adanya tataniaga ternak.Hal ini disebabkan
berkembangnya 6 kota pelabuhan didaerah kekuasaan Kerajaan Sunda yaitu
Bantam,Pontang,Cigede,Tamgara,Kalapa dan Cimanu.Hasil pertanian termasuk peternakan sangat
ramai.Kemakmurannya terlihat dari hasil pertanian yang diperdagangkan.Karena kcrajaan Sunda juga
memajukan kesenian dan permainan rakyat diwaktu itu,maka terdapat petunjuk bahwa permainan
rakyat adu domba telah berkembang dizaman kerajaan Sunda.
6) Bali.
Di zaman kerajaan Bali, kita mulai mengetahui adanya penggunaan tanah pengembalaan ternak atau
tanah pangonan.Rakyat kerajaan Bali dizaman pemerintah raja anak Wungsu (1049-1077 M),
memohon kepada raja untuk dapat menggunakan tanah milik raja bagi tempat pengembalaan
ternak,karena tanah milik mereka tidak dapat lagimenampung ternak yang berkembang begitu banyak.
7) Majapahit
Majapahit hidup makmur dibawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Kerajaan-keraaan di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lonbok dan Sumbawa yang berada dibawah kekuasaan
Majapahit juga meniru teknik pertanian sawah dengan penggunaan tenaga ternak dari kerajaan
Majapahit.Namun penggunaan ternak sebagai tenaga tarik sudah meluas keseluruh daerah kekuasaan
Majapahit lainnya di Nusantara.Menjelang berakhirnya kerajaan Majapahit belum terdapat petunjuk
bahwa teknologi luku dengan ternak sapi dan kerbau sebagai tenaga tarik sudah masuk ke
Kalimantan,Sulawesi dan Kepulauan Indonesia bagian timur lainnya. Maka dapatlah disimpulkan
bahwa teknologi sawah dengan sapi dan kerbau sebagai penarik luku baru sempat disebarkan dipulau-
pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa dizaman Majapahit.
9
2.3 Sejarah Perkembangan Ternak
a. Zaman Penjajahan
Usaha petermakan dizaman penjajahan bangsa asing atas penduduk Nusantara banyak terdapat dalam
tulisan-tulisan yang berbentuk laporan maupun buku yang diterbitkan secara resmi. Pengaruh penjajahan
dalam bidang peternakan banyak terdapat dalam masa penjajahan Verenigde Oost Indische Compagnie
(VOC), masa pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang.
Masa Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
Perhatian VOC lebih banyak ditujukan pada perdagangan rempah-rempah yang sangat mahal dipasaran
Eropa.Dimasa VOC (1602-1799) usaha peternakan kuda lebih banyak memperoleh perhatian.Hal ini
penting bagi VOC untuk kepentingan tentara "Kompeni"diwaktu itu.Pada masa itu kuda Arab dan Persia
dimasukkan dan disilangkan dengan ternak kuda asli.Dari laporan pemerintah Hindia Belanda diketahui
bahwa dalam masa VOC ternyata usaha peternakan kuda juga mendapat perhatian raja-raja dan sultan-
sultan untuk kepentinganlaskar kerajaan dan kepentingan kuda tunggangan raja sewaktu berburu hewan.
1. Perdagangan Ternak
Perdagangan ternak dan pemotongan temak cukup ramai di zaman VOC dipulau Jawa.Perdagangan
termak antar pulau begitu ramai karena dizaman itu transportasi laut masih dengan kapal layar yang
tidak memungkinkan pengangkutan ternak dalam jumlah yang banyak.
2. Peraturan Peternakan
Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah VOC yaitu larangan terhadap pemotongan kerbau
betina yang masih produktif dalam tahun 1650.Peraturan ini mula-mula diberlakukan dipulau
Jawa,tetapi kemudian juga meliputi daerah-daerah pengaruh VOC lainnya di Nusantara dan
diperluas dengan larangan pemotongan sapi betina yang masih produktif.Peraturan ini mula-mula
bermaksud untuk menjamin populasi ternak yang terus bertambah dan dengan demikian menjamin
pengadaan daging bagi tentara Kompeni di Pulau Jawa.
Masa Hindia Belanda.
Pada awal pemerintah Hindia Belanda,bidang peternakan belum banyak menarik perhatian selain usaha
peternakan kuda sebagai kelanjutan dari kegiatan utama VOC bidang peternakan untuk kepentingan
militer,pengangkutan kiriman pos dan dalam bidang peternakan untuk memenuhi kegemaran pembesar-
pembesar Belanda dan kaum bangsawan sebagai ternak rekreasi dan perburuan hewan.Selama abad
kesembilan belas dan abad kedua puluh sampai berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda,beberapa
kegiatan dalam bidang peternakan perlu dicatat karena memiliki hubungan dengan perkembangan usaha
peternakan di zaman pemerintahan Indonesia.Kegiatan dalam bidang peternakan di zaman Hindia
Belanda dapat dikelompok dalam 10 jenis ialah :
a) Peningkatan Mutu Ternak.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam abad kesembilan belas, khususnya ilmu biologi dan
mkrobiologi, ikut memberi pengaruh terhadap kegiatan dalam bidang peternakan.Pengaruh ilmu
genetika yang dipelopori oleh Mendel (1822- 1884) ikut mewarnai dunia peternakan,khususnya
didalam kegiatan peningkatan mutu genetik ternak lokal di nusantara.
Kuda - Persilangan antara ternak kuda asli dilakukan dengan mendatangkan kuda Arab dan
10
Persia (1809) dan kuda Australia (1817). Dalam tahun 1870 dan 1880 kuda Australia
didatangkan oleh pedagang ternak berkebangsaan Perancis dari kepulauan Mauritanius.Untuk
pulau Sumba hasil persilangan dengan kuda asli setempat sangat terkenal dengan nama Kuda
Sandel. Selain itu didinkan pusat-pusat pembibitan kuda di Cipanas (1820),Bogor (1938),
Payakumbuh, Lubuk Sikaping dan Tarutung (1980), Padalarang(1990).Padang Mangatas (1922),
sebagai pengganti Payakumbuh yang ditutup pada tahun 1907,Malasaro Sulawesi Selatan (1874)
dan pulau Rote (1841).Disamping itu di Cisanua-Bandung perusahaan swasta bibit temak,
"General de Wet" milik Hirchland dan Van Zyl yang didirikan pada tahun 1900, pada tahun
1921 ditunjuk sebagai rekanan bibit unggul kuda pemerintah.
Keturunan Bos sondaicus yang semula tersebar dipulau Jawa,Madura,Sunda,Bali dan Lombok
banyak memperoleh perhatian Pemerintah Hindia Belanda.Selama abad kesembilan
belas,persilangan ditujukan terutama terhadap perbaikan mutu sapi Jawa yang jumlahnya
terbanyak,namun berbadan kecil sehingga kurang cocok untuk ternak kerja.Persilangan secara
berencana dan besar-besaran barulah dilaksanakn dinas resmi yang menangani bidang
peternakan dibentuk pada tahun 1905 yaitu: Burgelyjke Veeatsenijkundige Diens (BVD) sebagai
bagian dari Departemen van Landbaouw atau Departemen Pertanian.BVD telah melaksanakan
peningkatan mutu sapi Jawa dengan berbagai kegiatan ialah
b) Peningkatan dengan pejantan Jawa
Dari tahun 1905 sampai 1911 dilakukan penyebaran sapi jantan Jawa yang baik kedaerah Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.Dalam tahun 191 l usaha ini dihentikan,oleh karena para petani
mienginginkan ternak sapi yang lebih besar untuk ternak kerja.
c) Persilangan dengan Sapi Madura
Usaha ini sudah dimulai di akhir abad ke sembilan beias cleh Van Andel, BYD juga melanjutkan
kegiatan persilangan ini di pulau Jawa sampai tahun 1921.Pada saat ini usaha ini dihentikan karena
kurang memenuhi harapan para petani terhadap ternak kerja.
d) Persilangan dengan Sapi Bali.
Penduduk Jawa Timur terutama di daerah keresidenan Banyuwangi telah lama mengenal sapi Bali
sebagai ternak kerja yang cukup baik.Usaha persilangan sapi Jawa dengan pejantan Bali dimulai
tahun 1908 di Pulau Jawa.Tapi usaha inipun dihentikan pada tahun 1921,karena angka kematian sapi
Bali dan keturunannya yang sangat tinggi oleh penyakit darah.
e) Persilangan dengan Sapi Zebu
Pengusaha perkebunan di Sumatera timur telah banyak mendatangkan sapi zebu untuk ternak
penarik gerobak dan ternak perah di akhir abad ke-19.ternyata kemudian ternak sapi tersebut adalah
sapi hissar yang didatangkan ke pulau Jawa pada tahun 1905 dan dinamai sapi benggala. Namun
sapi Hisar yang tiba di pulau Jawa tidak memuaskan. DVD dalam tahun 1960-an 1907 telah
mendatangkan sapi zebu dari India. Dokter hewan Van der veen yang diserahi tugas ke India,
ternyata telah memilih sapi mysore,yang kurang memenuhi harapan karena kematian yang tinggi
akibat penyakit piroplasmosis dan ternak santannya sangat agresif.
f) Persilangan dengan Sapi Eropa
Tiga bangsa sapi Eropa yang banyak digunakan untuk persilangan adalah Hereford,Shorthom
(Australia) dan Frcs Holland (Belanda). Impor Sapi Hereford dan Shorthom kemudian dihentikan
karena berjangkitnya penyakit paru-paru ganas di Australia.Sapi Fries Holland sendiri banyak
11
disilangkan dengan sapi Jawa dan sapi Ongol terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena
keturunannya memiliki sifat yang baik.
g) Sumba Kontrak
Salah satu bentuk penyebaran bibit termak sapi Ongol di dalam Progran Ongolisasi, ialah Sumba
Kontrak.Sumba Kontrak adalah penempatan dan penyebaran sapi bibit ongol di pulau Sumba yang
dilaksanakan dalam bentuk meminjamkan 12 induk dan satu pejantan ongol kepada seorang
petermak.Pengembalian pinjaman dilakukan oleh peminjam dengan mengembalikan ternak
keturunan dalam jumlah,umur dan komposisi kelamin yang sama dengan jumlah ternak yang
dipinjam,ditambah dengan satu ekor keturunan (jantan atau betina) untuk setiap tahun selama
peternak belum melunasi pinjanmannya. Untuk akad pinjaman ini,peternak menandatangani suatu
kontrak dengan pemerintah, yang kemudian dikenal dengan Sumba Kontrak.Jumlah temak awal
disebut Koppel,sehingga kemudian hari muncul juga istilah Sapi Koppel.Sumba kontrak secara
resmi dimulai pada tahun 1912.
1. Penyebaran ternak
Sistem penyebaran sapi bibit imitidak hanya berlaku di pulau sumba, tapi din perluas ke pulau pulau lain
dan meliputi berbagai jenis ternak sapi bali,sapi Madura,kambing,domba dan babi dengan jumlah ternak
yang tidak sama untuk satu Koppel. Dalam masa dulu puluh tahun (1920-1940) penyebaran ternak bibit,
terjadi dua kegiatan yang usaha penting yaitu
Penyebaran ternak bibit antar pulau dan antar daerah yaitu penyebaran sapi ongol. Peternakan sapi ongol
dari pulau jawa ke Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan barat dan sumatera. Penyebaran sapi bali dari pulau
bali ke Lombok, timor, Sulawesi selatan dan Kalimantan selatan penyebaran sapi Madura ke pulau
flores dan Kalimantan timur.
Penyebaran ternak bibit dan bibit tanamann makanan ternak secara lokal di sekitar taman-taman ternak
dipulau jawa dan sumatera
a. Kerbau
Tenak kerbau lokal yang di kenal sebagai kerbau lumpur sudah sejak dahulu terdapat di seluruh
Nusantara dengan kedatangn bangsa India ke Sumatera, di bawa juga kerbau murah yang kini masih
banayak terdapat di daerah Sumatera utara dan Aceh
b. Kambing
Kambing lokal atau kambing kacang telah ada di seluruh nusantara. Di dalam zaman hindia Belanda
didatangkan juga kambing bangsa India (Ettawah) Yang merupakan kambing prah dan di sebarkan
hampir hampir di seluruh pantai utara pulau Jawa. Namun persilangan yang terkenal kini adalah
kambing peranakan Ettawah (PE). Beberapa bangsa kambing lain juga di datangkan yatitu Saanen.
c. Domba
12
Ternak domba yang di bagi dua bangsa yag terkenal yaitu domba ekor gemuk dan domba lokal lainnya,
yang tersebar diseluruh nusantara. Semua bangsa domba ini adalah tipe daging. Di zaman hindia
Belanda didatangkan bangsa domba tipe wol misalnya Merino,ramboulet, Romney dan tipe daging
misalnya corriedale dan Suffolk. Persilangan bangsa domba wol dan daging dengan domba lokal
priagen menghasilkan domba yang sangat terkenal di waktu ini ialah domba Garut.
d. Babi
Ternak babi lokal tersebar diseluruh Nusantara.dizaman Hindia Belanda didatangkan babi ras dari Eropa
yaitu Yorkshire,veredelde, deutchland landvarken,tamworth, veredelde Nederlandsche landvarkeu,
saddleback,duroc,jersey dan berksbure.
e. Sapi Perah
Pada permulaan abad ke 20 telah terdapat perusahaan sapi perah di pinggiran kota-kota besar di jawa dan
sumatera. Kebanyakan perusahaan adalah mili bangsa Eropa, cina , india dan ara. Hanya sebagian kecil
milik penduduk asli bangsa sapi perah yang ada ilah fries Holland, jersey, ayshire, dairy shorthorndan
hissar. Kemudian ternyata yang terus berkembang adalah fries Holland bangsa sapi hissar masih terus
diternakan didaerah Sumatera bagian utara dan daerah istimewa Aceh.
f. Ayam
Di samping aayamkampung,di zaman hindia belanda telah di perkenalakn ayam ras tipe petelur misalnya
leghorn dan ayam ras tipe pedaging misalnya rodhe island red dan australorp. Persilangan Australop
dengan ayam kampong yang terkenal adalah ayam ayam kedu.
g. Itik
Di samping itik lokal, di zaman hindia belanda telah di datangkan bangsa itik khaki Campbell dan itik
peking. Bangsa itik lokal yang terkenal adalah itik tegal, itik karawang dan itik alabio.
h. Aneka Ternak
Aneka ternak misalnya ternak kelinci, burung puyuh dan burung merpati, belum memperoleh perhatian
pemerintah hindia belanda. Kelinci hanyalah di gunakan di balai-balai penelitian sebagai hewan
percobaan disinilah asalnya istilah kelinci percobaan
2. Pengadaan Pengaturan
Peraturan peraturan yang di terbitkan selama masa hindia belanda, terbanyak setelah di bentuk adan resmi
yang menangani bidang peternakan dalam tahun 1905. Semua peraturan tersebut dapat di kelompokan dalam
4 kelompok, yaitu :
Peraturan yang menyangkut pengamanan ternak
13
Peraturan yang menyangkut produksin,populasi dan sarana produksi ternak
Peraturan yang menyangkut pemotongan pajak, pajak potong, distribusi,tata niaga dan sarana-
sarana peternakan
Peraturan yang menyangkut bahan-bahan veteriner dan kesehatan masyarakat veteriner
3. Pameran ternak
Pemeran ternak diadakan untuk pertam kali di blora (1876). Kemudian di Surabaya (1878) , blora
(1887) , bandung (1889. Pada tahun 1906 secara resmi di adakan oleh BVD di Kebumen dab Bandung.
Tujuannya lebih banyak bersifat penyuluhan kepada peternak, sehingga ternak yang unggul dapatdi jual
atau di beli deengan harga premium.
4. Taman Ternak
Taman ternak pertama kali didirikan di Karanganyar di desa Pecorotan pada tahun 1909 , namun pada
tahun 1912 dipindahkan ke desa Jilado. Kemudian menyusul pendirian taman ternak di bandar (1916),
purwotejo (1918), pengarasan tegal (1920), kedu selatan, rembang padang mangatasi (1922). Taman
ternak ini merupakan sumber ternak bibit dan sumber makanan ternak. Beberapa pusat pembibitan
ternak kuda dan sapi di Sumatera,kemudian yang di perluas menjadi taman ternak.
5. Koperasi Ternak
Koperasi ternak di anjurkan, terutama didalam pembelian bersama koperasi peternakan yang pertama
didirikan di Salatiga, kedu dan tasikmalaya.
6. Sensus Ternak
Dalam tahun 1867 pemerintah di jawa dan Madura di wajibkan mengadakan sensus ternak di daerahnya
masing-masing. Sensus ternak resmi mulai diadakan tahun 1905.
7. Pengamanan ternak
Pengaman ternak merupakan lanjuta dan perluasan kegiatan pemerintah VOC. Sebelum BVD dibentuk
pada tahun 1905, kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit, dilakukan oleh dokter-dokter
hewan yang didatangkan sejak tahun 1820sebagai penasehat pemeritah. Namun sejak BVD lahir,
pencegahan dan pemberantasan penyakit secara resmi ditangani pemerintah hindia belanda.
8. Pengadaan Ternak
Sarana peternakan yang dimaksudkn disini adalah tanah pangonan, pasar hewan, karantina, rumah
potong hewan, kapal hewan
9. Produksi Sera dan Vaksin
Produksi sera dan vaksin untuk ternak terutama diadakan oleh balai penyelidikan penyakithewan yang
didirikan di Bogor.
10. Pendidikan dan Penelitian
Sekolah dokter hewan pertama didirikan pada tahun 1860 di Surabaya, tapi karena kurang peminat,
maka di tutup pada tahun 1875. Baru pada tahun 1907 di buka kembali di Bogor. Sekolah menengah
14
kehewanan didirikan di malang dan bogor. Pendidikan mantra hewan ditangani langsung oleh jawatan
kehewanan diwaktu itu. Penyelidikan penyakit hewan di tanganidengan di bangum Balai besar penyakit
hewan dan balai penelitian peternakan di bogor, balai penelitian penyakit mulut dan kuu di Surabaya.
Dari catatan sejarah dapat di simpulakan bahwa pengembangan peternakan masa itu dapat disejajarkan
dengan tuntutan pereonomian negara. Pendirian pabrik gula tahun 1830-1835 banyak memerlukan ternak
sebagai sebagai tenaga kerja. Untuk itu diimpor ternak dengan konsekuensi timbulnya berbagai wabah
penyakit seperti Ngorok tahun 1884 di jawa barat, anthrax (1884) di lampung, Sura (1886) di jawa barat,
penyakit mulut dan kuku 1884) di jawa timur dan rabies (1989) di jawa barat.Untuk itu tahun 1841 dibentuk
semacam dinas kehewanan di daerah-daerah tahun 1905di bentuk jawatan kehewanan pusat pada tahun
yang bersamaan pemerintah belanda melakukan survei kemiskinan jawa dan Madura. Tindak lanjut survei
mulai di laksanakan impor ternak. Namun dengan konsekuensi terbawa penyakit ternak sehingga
menimbulkan wabah yang sangat merugikan seperti rinderpest (1912) untuk itu pemerintah belanda
menerbitkan Ordonasi yang mengatur campur tangan pemerintah pada urusn peternakan dan kesehatan
hewan (ordonasi No.432 tahun 1912). Pada tahun 1935v di bogor didirikan sekolah dokter hewan yang
pertama.
3. Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjahan jepang pembinaan peternakan hampir tidak dilakukan bahkan untuk kepentingan
konsumsi terjadi pemotongan yang berlebihan sehingga mengakibatkan pengurasan populasi ternak sapi
dari 4.604 ekor menjadi 3.840 ekor atau turun 16,5 persen, kuda dari sekitar 740 ribu ekor menjadi 500
ribu ekor atau turun 32 persen, kambing dari sekitar 7.600 ekor menjadi 6.100 ekor atau turun 20 persen
babi dari sekitar 1.320 3kor menjadi 530 ribu ekor turun 60 persen.
15
protein baik nabati maupun hewani (kedelai, peternakan ayam). Ditetapkan standar konsumsi protein
hewani 8 gram perkapita perhari. Karena situasi dan kondisi perekonomian pada kurun waktu tersebut
tidak memungkinkan, maka praktis kedua rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Pada tahun 1967 lahir undang-Undang No.6 tentang Pokok-Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan,
dan pada tahun yang sama dilakukan Survei Inventarisasi Hewan (SIH) Nasional.
B. Masa Pelita
Sejalan dengan kehadiran Orde Baru (1969) dilaksanakan penataan kembali kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan cita-cita kemerdekaan antara lain menghantar bangsa indonesia menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Pada tahun 1989
Indonesia diakui Internasional dari Bebas Penyakit Mulut dan Kuku.Pelaksanaan pembangunan
peternakan dilaksanakan melalui 3 evolusi pendekatan yaitu teknis, terpadu dan agribisnis. Panca Usaha
Ternak menjadi Sapta Usaha Ternak. Penerapan teknologi produksi, ekonomi dan sosial melahirkan
program yang dikenal sebagai :
Pilot Proyek Bimas Unggas.
Panca Usaha Ternak Potong (PUPT).
Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP).
Intensifikasi Ayam Buras (INTAB).
Intensifikasi Ternak Kerja (INTEK).
Industri Peternakan Rakyat (INNAYAT).
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Ternak Potong.
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Bakalan.
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Penggemukan.
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Pakan.
Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Saham.
C. Masa Reformasi
Lahir UU No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9000 SM yang dimulai dengan domestikasi
aning,kambing dan domba.Peternakan semakin berkembang pada masa neolitikum yaitu masa ketika
manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan.Pada masa ini pula,domba dan kambing
yang semula hanya diambil hasil dagingnya,mulai dimanfaatkan juga hasil bulunya(wol).Setelah itu
manusia juga memelihara sapid an kernau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta
memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah.Manusia juga mengembangkan peternakan
kuda,babi,unta,dll.
17
DAFTAR PUSTAKA
18