1593-Article Text-11016-1-10-20200807 PDF
1593-Article Text-11016-1-10-20200807 PDF
1593-Article Text-11016-1-10-20200807 PDF
Versi online: http://ojs3.unpatti.ac.id//index.php/bdp Vol. 16(1): 1-10 Th. 2020 ISSN: 1858-4322 (Print) ISSN: 2620-892X (On line)
DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.1 Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020
Junaidi
Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sungei Putih, Galang, Deli Serdang, Sumatera Utara
Po. Box 1415 Medan 20001, Indonesia
ABSTRACT
Most people understate that latex harvesting is merely cutting the bark and collecting the sap. Since it was
cultivated in the monoculture plantation system, rubber (Hevea brasiliensis) harvesting system has been transformed
continually. This article presents the transformation of rubber harvesting systems, tapping innovations that have been
developed, and the current condition of rubber agribusiness and its impact on the tapping system applied. At the
beginning of the development of the rubber cultivation era, tapping was conducted with multiple slicings to gain high
rubber yield. This system turned into one slice to extend the economic span of the plant. The invention of latex stimulants
transformed the rubber tapping system from once every two days (d2) without stimulants to once every three days (d3)
with stimulants. In the case of the tapping technique, several tapping systems have been developed, including puncture
tapping, upward and double-cut tapping, Alternate Tapping System, and Change Over Panel. Except for the puncture
tapping, those tapping systems are still used nowadays. Latex diagnosis, that is the measurements of the sucrose,
inorganic phosphate, and thiol contents in the latex, became the basis of clonal grouping and the clonal typology tapping
system. The current low rubber price renders the adoption of low-frequency tapping systems (d4, d5, or d6) with high
dose and frequency of stimulant application. In the future, the low-frequency tapping system will remain the ultimate
choice as labor costs continue rising. Besides, the use of sensory technology and digital instruments is being widely
studied, which indicates that the latex harvesting system in rubber plants is believed to continue to develop.
ABSTRAK
Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa memanen lateks hanya mengiris kulit dan menampung getahnya.
Namun sebenarnya, sejak dikembangkan dalam sistem perkebunan monokultur, sistem pemanenan lateks karet (Hevea
brasiliensis) terus mengalami pembaharuan. Artikel ini menyajikan transformasi sistem pemanenan lateks tanaman karet,
inovasi-inovasi yang pernah dikembangkan, serta kondisi agribisnis karet saat ini dan dampaknya terhadap sistem sadap
yang diterapkan. Pada awal perkembangan perkebunan karet, penyadapan dilakukan dengan banyak irisan untuk
mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya. Ini kemudian berubah menjadi satu irisan untuk memperpanjang umur ekonomis
tanaman. Penggunaan stimulan mengubah sistem penyadapan karet dari dua hari sekali (d2) tanpa stimulan menjadi tiga
hari sekali (d3) dengan stimulan. Dalam hal teknis, beberapa sistem sadap pernah dikembangkan antara lain, sadap tusuk,
penyadapan ke arah atas, sadap ganda, Alternate Tapping System, dan Change Over Panel. Selain sadap tusuk, inovasi-
inovasi penyadapan tersebut tetap digunakan sampai saat ini. Diagnosis lateks melalui pengukuran kadar sukrosa, fosfat
anorganik, dan thiol dalam lateks, menjadi dasar pengelompokan klon dan penyadapan tipologi klonal. Harga karet yang
rendah saat ini menyebabkan perusahaan perkebunan cenderung mengadopsi sistem sadap frekuensi rendah (d4, d5, atau
d6) dengan dosis dan frekuensi stimulan yang tinggi. Di masa yang akan datang, sistem sadap frekuensi rendah akan tetap
menjadi pilihan utama karena upah tenaga kerja terus meningkat. Selain itu, penggunaan teknologi sensorik dan instrumen
digital mulai banyak diteliti. Melihat fakta-fakta ini, sistem pemanenan lateks pada tanaman karet diyakini akan terus
berkembang.
Kata kunci: diagnosis lateks, Hevea brasiliensis, penyadapan, produksi karet, stimulan
1
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
2
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
masih dijumpai penyadapan berlebihan seperti ini karena diadopsi hingga saat ini antara lain sistem sadap tusuk,
keterbatasan pengetahuan. penyadapan ke arah atas, dan perpindahan antar panel.
3
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
produksi pada penyadapan ke arah atas yang di- penyadapan ini adalah adaya kecenderungan penggunaan
kombinasikan dengan aplikasi stimulan intensif juga panel atas terus menerus karena produksi lebih tinggi
dilaporkan oleh Dian et al. (2016). Penyadapan ke arah sehingga meninggalkan panel bawah. Akibatnya panel
atas tetap diadopsi hingga saat ini terutama untuk atas lebih cepat habis dan umur ekonomis tanaman
mengoptimalkan produksi pada panel atas (HO) atau menjadi singkat. Saat ini, konsep ATS dan COP masih
dikombinasikan dengan penyadapan kulit pulihan (BI) diadopsi di beberapa perkebunan dengan pengawasan
atau biasa disebut penyadapan ganda (double cut tapping yang ketat.
system) (Gambar 3B).
Semester II
BI-1 BI-1
Semester I
A B
Sumber: Sumarmadji et al. (2009)
Gambar 4. Perpindahan panel mengadopsi pola ATS
Gambar 3. Penyadapan ke arah atas (A, Foto: Junaidi et (A) dan COP (B)
al. (2019)) dan panel sadap pada sadap
ganda (B) LATEKS DIAGNOSIS DAN PENYADAPAN
TIPOLOGI KLONAL
Nhean et al. (2017) melaporkan peningkatan
produksi sebesar 14% dengan penggunaan sistem sadap Pemuliaan tanaman karet telah menghasilkan
ganda tanpa stimulan di Thailand. Peningkatan produksi
klon-klon yang bervariasi (Priyadarshan et al., 2009;
sistem sadap ini disebabkan tambahan produksi panel
Daslin, 2014). Kegiatan pemuliaan tanaman karet di
atas yang cukup signifikan. Namun demikian, menyadap Indonesia telah menghasilkan klon-klon karet unggul
ke arah relatif lebih sulit dibandingkan ke arah bawah generasi ke-V (Darojat dan Sayurandi, 2018). Proses
terlebih ketika alur sadap sudah lebih dari 2 m dari seleksi juga melibatkan atribut penting lainnya seperti
permukaan tanah. Kendala lainnya adalah konsumsi kulit pertumbuhan (Daslin, 2013), ketahanan penyakit
lebih boros dibanding sadap ke arah bawah (Junaidi et
(Dalimunthe et al., 2015), dan adaptasi terhadap
al., 2019). Meskipun untuk sadap atas telah digunakan lingkungan sub-optimal (Priyadarshan, 2003). Diagnosis
pisau khusus, namun dengan tingkat kesulitan yang lebih lateks dilakukan untuk meprediksi potensi produksi dan
tinggi, maka konsumsi kulit sulit dikontrol. Pada respon tehadap pemberian stimulan pada beberapa klon
penyadapan ke arah atas, optimaslisasi produksi dapat komersial (Gohet et al., 2003). Metode ini mengukur
dilakukan dengan memperhatikan faktor ketinggian, kadar sukrosa, fosfat anorganik, dan thiol. Kadar sukrosa
kemiringan, dan kedalaman sadapan (Herlinawati dan
adalah indikasi pasokan asimilat dalam jaringan laticifer,
Kuswanhadi, 2012). fosfat anorganik merupakan indikasi tingkat
metabolisme tanaman terkait biosintesis karet, sedang-
Alternate Tapping Sistem dan Change Over Panel kan thiol adalah indikasi cekaman yang dialami tanaman.
Berdasarkan diagnosis lateks, klon karet dapat
Alternate Tapping System (ATS) adalah sistem
dikelompokkan ke dalam metabolisme rendah, tinggi,
sadap yang mengadopsi perpindahan panel secara
dan sedang. Klon metabolisme tinggi cenderung
bergantian dalam satu sisi (panel) contohnya dari BI-1 memiliki kadar fosfat anorganik yang tinggi di dalam
pada semester I ke panel H0-1 pada semester II (Gambar lateks, sedangkan klon metabolisme rendah dan sedang
4A). Perpindahan juga dapat dilakukan ke panel cenderung memiliki kadar sukrosa yang tinggi. Contoh
sebelahnya secara bergantian atau biasa disebut Change klon metabolisme tinggi antara lain IRR 112, IRR 118,
Over Panel (COP), misalnya dari panel BI-1 ke panel
PB 260, dan RRIM 712. Klon metabolisme sedang di
H0-1, atau dari panel BI-1 ke panel H0-2, selanjutnya antaranya klon RRIC 100, RRIM 600, dan BPM 24,
kembali ke panel BI-1 dan H0-1 seperti pada Gambar 4B. sedangkan klon metabolisme rendah contohnya adalah
Secara prinsip, tataguna panel dapat mengoptimalkan GT 1, AVROS 2037, dan TM 9 (Sumarmadji et al.,
produksi karena panel atas (H0) disadap pada periode 2009).
daun penuh sedangkan panel bawah (BI) digunakan pada Ada dua pendekatan dalam implementasi sistem
periode gugur daun. Kendala dalam implementasi konsep
sadap tipologi klonal. Pertama mengelompokkan klon-
4
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
klon yang ada berdasarkan tingkat metabolismenya, frekuensi maupun dosisnya. Dengan pendekatan ini, tata
selanjutnya tata guna panel, sistem sadap, dan aplikasi guna panel tidak dibedakan antar kelompok klon
stimulan disusun dalam satu siklus tanaman. Untuk melainkan aplikasi stimulannya saja. Untuk memantau
mempermudah teknis di lapangan, klon dibedakan kondisi tanaman, diagnosis lateks dilakukan secara
menjadi klon metabolisme tinggi, biasa diistilahkan berkala, selanjutnya sistem sadap termasuk tata guna
dengan klon quick starter (QS), dan metabolisme rendah panel dan aplikasi stimulan disesuaikan berdasarkan
dan sedang atau biasa disebut slow starter (SS). Klon QS hasil diagnosis lateks. Diagnosis lateks menjadi dasar
responsif terhadap irisan ke arah atas tapi tidak responsif pengelompokan klon sedangkan penerapannya dapat
terhadap stimulan. Peningkatan produksi diperoleh saat menggunakan pendekatan yang berbeda.
penggunaan panel atas setelah 5 tahun penyadapan di Selain menjadi dasar pengelompokan klon dan
panel bawah. Klon SS umumnya memiliki kulit pulihan optimalisasi produksi, diagnosis lateks diharapkan juga
tebal dan potensial serta responsif terhadap stimulan. dapat digunakan untuk mencegah kering alur sadap
Peningkatan produksi diperoleh dengan penggunaan (KAS). Namun kadar thiol sebagai parameter penduga
sadap ganda setelah 10 tahun penyadapan di panel kondisi fisiologis tanaman sangat rentan terhadap kondisi
bawah. Dengan perbedaan sistem sadap tersebut, kedua lingkungan. Inkonsistensi kadar thiol dengan tingkat
kelompok klon tersebut memiliki tren produksi berbeda cekaman yang dialami tanaman dilaporkan di beberapa
dalam satu siklus ekonomi (Gambar 5) (Bukit et al., artikel antara lain oleh Herlinawati dan Kuswanhadi
2006). Karena perbedaan tersebut, seringkali terjadi (2013), Putranto et al. (2015), dan Purwaningrum et al.,
kesalahpahaman bahwa klon QS adalah klon yang 2019). Kendala lain adalah diagnosis lateks
memiliki puncak produksi di depan sedangkan klon SS membutuhkan peralatan laboratorium yang memadai,
di belakang. Dalam artikel-artikel mengenai penyadapan metode analisis yang cermat, dan intrepetasi data yang
dan kajian fisiologis karet, QS dan SS merujuk pada kompleks sehingga tidak semua perkebunan dapat
tingkat metabolisme tanaman bukan tren produksi dalam mengadopsi metode ini. Saat ini, diagnosis lateks masih
satu siklus ekonomi. terbatas dilakukan oleh perkebunan negara dan swasta
yang mapan, sedangkan perkebunan karet rakyat belum
3.000
mengadopsi metode ini.
Produksi rata – rata (kg/ha)
2.500
KONDISI AGRIBISNIS KARET SAAT INI
2.000
Harga karet alam mulai mengalami penurunan
1.500 pada tahun 2012, sampai saat ini harga cenderung
Slow starter stagnan. Bahkan, Baffes dan Wu (2018) mencatat pada
Quick starter
1.000
periode Juli 2017 – Desember 2018, harga karet
500
mengalami titik terendah pada Desember 2018 (Gambar
6). Selama tahun 2019, harga karet belum mengalami
- peningkatan yang signifikan (Pai, 2019). Akibat harga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
karet yang rendah, banyak kebun karet rakyat yang
Tahun sadap
dibiarkan tidak disadap karena pendapatan dari hasil
Sumber: Bukit et al. (2006)
kebun karet tidak memadai untuk kebutuhan sehari-hari.
Gambar 5. Tren produksi klon quick starter dan Slow
Petani lebih memilih meninggalkan kebun karetnya dan
starter
sementara memilih profesi lain yang lebih menjanjikan.
Bagi perusahaan perkebunan, penuruan harga jual berarti
Pendekatan kedua adalah menggunakan informasi
penurunan pendapatan. Kondisi ini diperparah dengan
dari diagnosis lateks untuk mengoptimalkan penggalian
upah tenaga kerja yang terus meningkat.
produksi melalui peningkatan penggunaan stimulan baik
5
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
Tenaga kerja merupakan komponen biaya paling semakin rendah frekuensi sadap, maka tenaga penyadap
besar di perkebunan karet, mencapai +61% dari total yang dibutuhkan semakin sedikit (Gambar 8). Agustina
biaya operasional (Gambar 7) (Hirohata dan Fukuyo, et al. (2013) melaporkan bahwa kebutuhan tenaga
2011; Hirohata, 2015). Dari total biaya tenaga kerja, penyadap dengan frekuensi d4 adalah 0,25 orang/ha,
tenaga penyadap termasuk komponen paling besar lebih rendah dibanding frekuensi d3 (0,3 orang/ha).
karena pada frekuensi sadap d3 misalnya, dibutuhkan 0,3 Perhitungan ini berdasarkan asumsi bahwa setiap
penyadap/ha atau kurang lebih 30 penyadap/100 hektar penyadap dapat menyelesaikan penyadapan satu hektar
tanaman (Agustina et al., 2013). Untuk mengurangi per hari. Dibanding frekuensi sadap d2, penurunan biaya
biaya tenaga kerja, dua pendekatan dilakukan bersamaan penyadapan dengan frekuensi d3 mencapai 16,0 – 29,0%,
yaitu menambah jumlah pohon per hanca agar produksi sedangkan dengan frekuensi d4, d5, dan d6 masing-
harian di atas biaya penyadapan dan menurunkan masing sebesar 37,0 – 45,0%, 53,0 – 54,0%, dan 60,0 –
frekuensi penyadapan. 61,0% (Nugrahani et al., 2017).
Harga karet yang rendah juga berdampak pada Sistem sadap frekuensi rendah juga telah diuji
kegiatan kultur teknis di lapangan. Dalam kondisi ini, coba di negara-negara penghasil karet lainnya di
umumnya perusahaan melakukan efisiensi biaya untuk antaranya Myanmar (Zaw et al., 2017), Sri Lanka
menjaga harga pokok penjualan. Di beberapa per- (Kudaligama et al., 2010), Thailand (Sainoi et al., 2017),
usahaan, kegiatan pemeliharaan termasuk pemupukan, dan Pantai Gading (Soumahin et al., 2009). Hasil
pengendalian gulma dan hama penyakit terpaksa penelitian Nugrahani et al. (2017) menunjukkan bahwa
dikurangi baik frekuensi maupun dosisnya. Efisiensi produksi klon PB 260 dengan frekuensi sadap d4
biaya pemeliharaan dalam jangka pendek tidak akan dikombinasikan dengan konsentrasi stimulan tinggi
langsung produksi lateks, karena sejatinya tanaman karet (5,0%) lebih tinggi dibanding frekuensi d3, d5, dan d6
adalah tanaman hutan yang memiliki toleransi terhadap dengan beberapa kombinasi perlakuan stimulan. Namun
input luar yang rendah. Efek pengurangan input akan demikian, produksi kumulatif dalam kilogram per hektar
lebih terlihat pada parameter pertumbuhan akibat per tahun (kg/ha/th) lebih rendah dibanding d3 (Tabel 1).
berkurangnya asupan hara dan kompetisi dengan gulma Hal ini disebabkan pengurangan hari sadap per tahun
selain itu ketahanan terhadap penyakit akibat yang cukup signifikan.
berkurangnya frekuensi pengendalian patogen. Dalam Penelitian lain oleh Soumahin et al. (2009) pada
jangka panjang, kesehatan tanaman akan mempengaruhi klon GT 1 menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
produksi lateks. dan frekuensi aplikasi stimulan tidak selalu berbanding
lurus dengan produktivitas tanaman. Hal ini
SISTEM SADAP FREKUENSI RENDAH menunjukkan bahwa pada penerapan sistem sadap
frekuensi rendah, produktivitas tanaman bervariasi
Penurunan frekuensi penyadapan bukan hal baru. tergantung banyak faktor di antaranya umur tanaman,
Sebelum frekuensi sadap d3 dengan stimulan etefon jenis klon (tingkat metabolisme), agroklimat, dan
diadopsi secara luas, penyadapan d2 tanpa stimulan kesehatan tanaman. Dalam kondisi harga karet yang
merupakan sistem sadap yang umum. Sistem sadap rendah, sistem sadap frekuensi rendah adalah pilihan
frekuensi rendah berarti menggunakan frekuensi yang rasional, namun dalam penerapannya perlu
penyadapan lebih rendah dari d3, misalnya d4, d5 atau diperhitungkan kemungkinan penurunan produksi
d6. Tingginya biaya tenaga kerja merupakan faktor kumulatif dan efisiensi biaya penyadapan yang
utama penerapan sistem sadap ini. Pada prinsipnya, diharapkan.
6
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
Tabel 1. Produksi tanaman karet klon PB 260 yang disadap dengan beberapa frekuensi dan konsentrasi stimulan
Produktivitas Produksi
Frekuensi Hari
Stimulansia tanaman kumulatif
sadap sadap
g/p/s % kg/ha/th %
S/2 d3 (C) ET2.5% Ga1.0 (2w) (C) 120 21,4 100,00 1.286 100,00
S/2 d3 ET2.5% Ga1.0 (m/3) 120 25,1 117,29 1.505 117,03
S/2 d3 ET4.0% Ga1.0 (2w) 120 24,6 114,95 1.478 114,93
S/2 d3 ET5.0% Ga1.0 (2w) 120 19,7 92,06 1.179 91,68
S/2 d4 ET4.0% Ga1.0 (2w) 90 27,1 126,64 1.220 94,87
S/2 d4 ET5.0% Ga1.0 (2w) 90 30,9 144,39 1.390 108,09
S/2 d5 ET4.0% Ga1.0 (2w) 72 23,4 109,35 843 65,55
S/2 d5 ET5.0% Ga1.0 (2w) 72 28,0 130,84 1.008 78,38
S/2 d6 ET4.0% Ga1.0 (2w) 60 27,2 127,10 816 63,45
S/2 d6 ET5.0% Ga1.0 (2w) 60 27,8 129,91 833 64,77
Keterangan: C: kontrol; g/p/s: gram/pohon/sadap; kg/ha/th: kilogram/hektar/tahun; asumsi kerapatan tanaman: 500 pohon/ha.
Diadopsi dari Nugrahani et al. (2017)
SISTEM SADAP DI MASA DEPAN perkebunan. Di masa yang akan datang, pemanfaatan
teknologi sensorik dan instrumen digital portable
Dalam skala agribisnis, penyadapan tanaman kemungkian akan lebih banyak digunakan untuk
karet melibatkan banyak faktor yang harus pengamatan di lapangan, meskipun analisis di
dipertimbangkan, antara lain: harga komoditi, laboratorium tetap diperlukan untuk kalibrasi. Salah satu
ketersediaan tenaga kerja, kondisi tanaman, cekaman teknologi yang banyak diteliti saat ini adalah penggunaan
akibat penyadapan, fenologi, agroklimat, dan kesehatan near infra-red spectroscopy (NIRS). Metode ini
tanaman. Kondisi agribisnis karet saat ini menghendaki dilaporkan cukup akurat menduga kadar air lum (Suchat
capaian produksi tinggi dengan biaya yang efisien. Hal et al., 2015), kadar karet kering (KKK) lateks
ini merupakan tantangan tersendiri bagi para praktisi (Sirisomboon et al., 2013), dan sifat mekanis kompon
agribisnis karet untuk menentukan sistem sadap yang karet (Pornprasit et al., 2018). Teknologi lainnya adalah
sesuai. Berbagai sistem sadap yang telah diuji coba dan Loop-mediated Isothermal Amplification (LAMP) yang
studi fisiologis meletakkan dasar pemikiran bahwa: telah digunakan untuk mendeteksi serangan
1. Produksi tinggi yang diharapkan adalah produksi Colletotrichum gloeosporioides (Wang et al., 2017) dan
yang berkelanjutan dalam satu siklus ekonomi Fusarium (Lu et al., 2015). Teknologi ini kemungkinan
tanaman bukan produksi dalam jangka pendek. dapat diadopsi untuk mendeteksi cekaman oksidatif
2. Teknis penyadapan tidak terpaku pada satu cara akibat penyadapan.
panen, melainkan dapat dilakukan dengan berbagai Penggunaan teknologi memungkinkan untuk
metde untuk mendapatkan lateks. memonitor kondisi tanaman setiap saat sehingga di masa
3. Setiap klon memiliki karakteristik metabolisme yang yang akan datang sistem sadap menjadi sangat fleksibel.
berbeda dan menghendaki cara panen yang berbeda Sistem sadap tidak lagi dirancang untuk satu siklus
pula. ekonomi melainkan bersifat kondisional tergantung
4. Sistem sadap bersifat fleksibel, dapat berubah dan kondisi tanaman, fenologi, dan tuntutan produksi.
disesuaikan sesuai kebutuhan dan kondisi tanaman. Namun demikian, kemajuan dalam sistem pemanenan
5. Optimasi produksi hanya dapat dilakukan jika kondisi lateks tidak diikuti oleh rekayasa alat sadap. Dari awal
fisiologis tanaman masih memungkinkan. perkembangan perkebunan karet sampai saat ini,
Biaya tenaga kerja diperkirakan akan terus penyadapan dilakukan menggunakan pisau sadap
meningkat. Frekuensi sadap d3 yang umum digunakan manual. Meskipun beberapa prototipe dan produk telah
saat ini, terutama di perkebunan besar, sepertinya dihasilkan antara lain semi automatic rubber tree tapping
perlahan akan digantikan oleh frekuensi yang lebih machine (SART) (Soumya et al., 2016), 4GXJ-I tapping
rendah dengan kompensasi peningkatan konsentrasi dan knife (Huang et al., 2019), dan Appuhamy (Yatawara et
frekuensi stimulan. Dalam hal ini, pemilihan klon al., 2019) namun sejauh ini belum diterapkan dalam skala
menjadi sangat krusial. Klon metabolisme rendah dan luas. Melihat kenyataan ini, pisau sadap manual yang
sedang, yang responsif terhadap stimulan dinilai lebih digunakan saat ini sepertinya masih akan tetap digunakan
sesuai dibandingkan klon metabolisme tinggi. secara luas untuk waktu yang lama.
Peran diagnosis lateks dalam memonitor kondisi
fisiologis tanaman menjadi faktor kunci optimasi KESIMPULAN
produksi. Sejauh ini, parameter kadar sukrosa dan fosfat
anorganik cukup akurat untuk evaluasi sistem sadap yang Sistem pemanenan lateks tanaman karet terus
diterapkan, namun parameter kadar thiol untuk menduga mengalami pembaharuan. Penyadapan karet yang
tingkat cekaman masih inkonsisten. Ditambah lagi, awalnya menggunakan banyak irisan berubah menjadi
diagnosis lateks masih sulit diadopsi oleh seluruh satu irisan untuk memperpanjang umur ekonomis
7
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
8
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
9
Terakreditasi RISTEKBRIN Peringkat SINTA 3, SK. 85/M/KPT/2020 Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 16(1): 1-10. Th. 2020
10