0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
848 tayangan16 halaman

Keperawatan Transkultural (Indah Triana Putri)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

RESUME ANTROPOLOGI KESEHATAN

“KEPERAWATAN TRANSKULTURAL”

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Lola Felnanda Amri, M.Kep

OLEH:
Indah Triana Putri
193110137
1A

D-III KEPERAWATAN PADANG


POPOLTEKKES KEMENKES PADANG
2019 / 2020
KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

1. TRANSCULTURAL NURSING THEORY


Transkultural adalah lintas budaya, budaya yang satu mempengaruhi budaya
yang lainnya. Teori Keperawatan Transkultural (Transcultural Nursing) adalah suatu
pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya (Leininger, 1978). Transkultural nursing merupakan ilmu yang
humanis, yang berfokus pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 1984). Pelayanan keperawatan
transkultual diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.

2. PENGERTIAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL


Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Madeleine Leininger, 2002).

3. TUJUAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL


Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan
kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara
kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

4. KONSEP TRANSKULTURAL NURSING


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan
pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. (Leininger, 2002).
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung
pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang
merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas setempat.Kebudayaan
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk
melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991).
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang
menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan
terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin
kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang
lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat
kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik).
Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan
sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981).
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan
asal muasal manusia. Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia
berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada
tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu
Kaukasoid, Negroid, Mongoloid. Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang
diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran
yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi
untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal
balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi
dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.
5. PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral
keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle,
1995).
1) Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2) Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3) Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu
harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan
atribut yang digunakan.
4) Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

6. PROSES KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1) Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
“Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji
: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor
agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu
kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
a) Jangan menggunakan asumsi
b) Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang pelit, orang
jawa halus
c) Menerima dan memahami metode komunikasi
d) Menghargai perbedaan individual
e) Mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu
f) Tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien
g) Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi

2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.

3) Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
a) Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien.
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b) Cultural careaccomodation/negotiation /Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
c) Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat
dan klien yang bersifat terapeutik.

Strategi Intervensi
a) Budaya Kesehatan yang dipertahankan
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya menggunakan obat-obat
tradisionil berupa herbal :
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b) Budaya Kesehatan yang dapat dinegosiasi
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
c) Budaya Kesehatan yang dapat diubah
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Dengan cara :
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

4) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSCULTURAL NURSING


1) Persepsi terhadap pentingnya pengetahuan tentang budaya
Sebagian besar perawat mempunyai persepsi yang sama yaitu bahwa merupakan
hal yang sangat penting bagi perawat-perawat memiliki pengetahuan tentang budaya .
Alasan yang mereka sampaikan sangat bervariasi. Misalnya adalah agar mereka dapat
mengerti/memahami dan menempatkan diri atau menyesuaikan diri dengan pasiennya.
Cultural Shock akan dialami oleh klien pada suatu keadaan dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan dan beberapa mengalami disorientasi
Memberikan pelayanan yang terbaik juga menjadi alasan pentingnya perawat memiliki
pengetahuan budaya. Perbedaan budaya, etnis dan bahasa berdampak pada bagaimana
seseorang atau kelompok memperoleh dan menggunakan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan atau social. Selain itu perbedaan-perbedaan tersebut juga akan mengakibatkan
kendala bagi efektifitas intervensi perawatan kesehatan . Hal ini benar ketika para
praktisi kesehatan atau perawat melakukan misinterpretasi, membuat asumsi yang salah
atau sebaliknya salah dalam melakukan sesuatu terhadap seseorang atau kelompok yang
dipandang berbeda istilah menurut latar belakang (budaya) dan pengalamannya mereka.
Jadi hal tersebut akan mengakibatkan pelayanan keperawatan menjadi tidak efektif dan
tidak berkualitas (Galanti, 2000). Hal tersebut tentu saja akan dapat dihindari apabila
perawat yang memilki pengetahuan budaya menyadari dan mampu menemukan
perbedaan budaya, mengintegrasikan pengetahuan budaya dengan cara yang tepat akan
membuat perawatan menjadi efektif
Selanjutnya, kebutaan budaya yang dialami perawat akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan yang diberikan. Selain itu sumber data lainnya
menyampaikan alasan mengapa perawat perlu mempunyai pengetahuan tentang suatu
budaya. Alasannya adalah mengurangi komplain, rasa tak nyaman atau mencegah
kesalahpahaman atau misunderstanding juga merupakan salah satu alasan. Komplain
sebetulnya merupakan hal biasa dalam bisnis jasa, tidak terkecuali jasa pelayanan
keperawatan. Komplain akan terjadi manakala harapan tidak sesuai dengan kenyataan
atau ada masalah. Sumber masalah di pelayanan keperawatan tentu saja sangat
bervariasi, bisa bersumber dari perawat, pasien-keluarga atau rumah sakit tempat pasien
dirawat. Misunderstanding dapat terjadi akibat perbedaan budaya dan nilai-nilai antara
pasien dan perawat.
Menurut Galant pengetahuan tentang budaya dapat membantu menghindari
misunderstanding dan dapat memberikan pelayanan lebih baik (Galanti, 2000). Jadi
pengetahuan tentang budaya merupakan factor penting pada semua tingkat praktek
keperawatan. Adanya konflik kultural ataupun stress kultural mereka ketika adanya
kurang pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan perawatan , rasa aman,
tanggungjawab yang kongruen dengan kebudayaan. Pengetahuan tentang suatu budaya
dan dampaknya terhadap interaksi dengan pelayanan kesehatan merupakan hal esensial
bagi perawat, karena pengetahuan dan ketrampilan tersebut akan makin menguatkan
dan meluaskan system pemberian pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui
tentang bagaimana kelompok budaya tertentu memahami proses kehidupan,
mendefinisikan sehat-sakit, mempertahankan kesehatan dan keyakinan mereka tentang
penyebab penyakit dan sebagainya (Anonim, 1990).

8. SIKAP PERAWAT TERHADAP KLIEN DENGAN BUDAYA YANG


BERBEDA
Perawat bersikap menghargai budaya kliennya atau keluarganya. Mereka
berusaha untuk memahami budaya – budaya klien yang sangat variatif, walaupun
budaya sangat berbeda jauh. Menurut Leininger, manusia mempunyai hak untuk
difahami, dihargai, dimengerti dan digunakan budayanya dalam perawatan. Oleh karena
itu seorang perawat kesehatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk mengerti dan
memahami pasienpasiennya (Leinager, 1989). Ketidakmampuan perawat untuk
memahami pasien bisa berakibat masalah. Sumber utama masalah dalam merawat
pasien dari latar belakang budaya yang berbeda adalah adanya ketidakmengertian dan
tidak adanya rasa toleransi . Sehingga adanya pengertian dari perawat dan upaya
penyesuaian diri akan mengurangi atau mencegah permasalahan-permasalahan yang
tidak perlu terjadi.
Selanjutnya, ANA menjelaskan bahwa perawat harus mempertimbangkan factor
budaya yang mempengaruhi kliennya dan menggunakan pengetahuan tentang
budayanya untuk mengembangkan atau menyusun nursing care plan dan
mengimplementasikan tindakan perawatan (Anonim, 1990). Kadang-kadang perawat
juga membiarkan keluarga melakukan suatu ritual tertentu untuk kesembuhan
pasiennya.Hal tersebut sesuai dengan teori Leinenger. Menurut Leininger, budaya
pasien perlu dipertahankan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan Implementasi keperawatan diberikan sesuai nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya. Tetapi perawat juga akan bernegosiasi dan atau melarang keluarga
atau pasien apabila mereka melakukan suatu kegiatan yang tidak terjamin keamanannya
atau tidak diijinkan dokter. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada
semua bantuan, fasilitas dan dukungan atau pembuatan keputusan dan tindakan
profesional yang menolong masyarakat sesuai adaptasi kebudayaan mereka untuk
mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan.
Selanjutnya, menurut Leininger, perawat perlu melakukan restrukturisasi budaya
bila budaya yang dimilikinya merugikan status kesehatan dan apabila hal tersebut tidak
berhasil, perawat akan memberikan inform consent yang wajib ditandatangani oleh
pasien maupun keluarga. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan untuk menolong klien
mengubah atau memodifikasi cara hidup klien agar lebih baik dan memperoleh pola
perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang
dimiliki klien sesuai budayanya.

9. HAMBATAN MERAWAT PASIEN DENGAN LATAR BELAKANG


BUDAYA YANG BERBEDA
Komunikasi adalah suatu proses ketika individu sebagai komunikan
mengalihkan rangsang dalam bentuk lambang atau gerak untuk mengubah tingkah laku
yang lain Komunikasi dapat terjalin melalui kata, bahasa tubuh dan tanda linguistic
lainnya seperti suara, nada dan kekerasan. Prinsip tersebut sangat berperan dalam
interaksi perawat-klien.
Dalam proses keperawatan, Komunikasi sangat penting. Misalnya, dalam proses
pengkajian, untuk mendapatkan data yang diperlukan dan akurat, langkah pertama
untuk membuka jalan adalah dengan komunikasi. Bila komunikasi telah terjalin, dan
kepercayaan klien terhadap perawat berkembang, maka data yang didapatkan akan lebih
lengkap. Selanjutnya perawat akan dapat menyusun nursing care plan untuk selanjutnya
mengimplementasikan. Lebih lanjut, perbedaan system nilai dan cultural antara perawat
dan pasien akan menghambat komunikasi yang efektif bahkan menimbulkan anggapan
yang negative terhadap lawan bicaranya.
Kebenaran suatu budaya sangat relative, hal tersebut memungkinkan terjadinya
pertentangan kebudayaan (cultural conflict ). Hal ini terjadi akibat konflik langsung
antar kebudayaan. Faktor-faktor yang menimbulkan konflik kebudayaan adalah
keyakinan-keyakinan yang berbeda sehubungan dengan berbagai masalah aktifitas
berbudaya. Konflik ini bisa terjadi diantara anggauta-anggota kebudayaan yang satu
dengan anggota-anggota yang lainnya.
10. PENDEKATAN BUDAYA IDENTIK
Budaya merupakan bagian dan langkah awal ketika seorang perawat akan
melakukan pengkajian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cross, dkk bahwa
memberikan acuan lima elemen budaya yang perlu diketahui dan mampu
diimplementasikan oleh perawat dalam intervensi keperawatan, yaitu menilai
keanekaragaman budaya, memiliki kapasitas assessment budaya, menyadari budaya
bersifat dinamis, mempunyai pengetahuan budaya dan mempunyai adaptsi yang terus
menerus dikembangkan dalam upaya memahami keanekaragaman budaya (Cross,
1989).
Dalam kegiatan pengkajian perawat sekaligus mengindentifikasi pasien sehingga
minimal dapat diketahui latar belakang budaya pasien. Dengan demikian secara
otomatis perawat akan dapat menyusun perencanaan keperawatan sesuai dengan latar
belakang budaya pasien. Selanjutnya, perawat mungkin akan menghadapi tantangan
ketika budaya pasien ternyata beda dengan perawat. Namun demukian perawat
seharusnya mampu menyesuaikan diri dalam situasi tersebut. Selanjutnya, Meyer, 1996,
memberikan tuntutan empat hal yang harus dipunyai seorang perawat sebagai provider
dalam mengimplmentasikan asuhan keperawatan yaitu mempunyai kapabilitas
menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang bebeda suku dan ras,
mempunyai kemmapuan komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam
latar belakang, mempunyai kapabilitas dalam bidang ethics dan menumbuhkan
kepercayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Poster.2005. ANTROPOLOGI KESEHATAN.Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
Koentjaraningrat.2013.PENGANTAR Ilmu Antropologi.Jakarta : Penerbit RINEKA
CIPTA
Noorkasiani, dkk. 2007. Sosiologi Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta :
salemba medika
Jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/1278/1331

Anda mungkin juga menyukai