Jurnal 2
Jurnal 2
Jurnal 2
ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah kadar glukosa darah melebihi normal disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif maupun absolut. Penyakit ini dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler jangka panjang jika tidak ditangani. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
penggunaan primary dressing terhadap proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetes
mellitus di ETN Centre Kota Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah metode
observasional analitik dengan pendekatan pre test and post test without control. Penentuan sampel
dilakukan dengan teknik accidental sampling dengan besar sampel sebanyak 10 responden, hasil
perolehan pairet sampel t-test dengan tingkat kemaknaan . Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan primary dressing terhadap karakteristik penyembuhan
luka pada penderita luka diabetes mellitus Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh
penggunaan primary dressing terhadap karakteristik penyembuhan luka pada penderita luka diabetes
mellitus di ETN Centre Kota Makassar. Diharapkan tenaga perawat memberikan perawatan luka
dengan menggunakan primary dressing bagi penderita luka diabetes mellitus.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a blood glucose level that exceeds normal caused by a relative or absolute lack of
the hormone insulin. This disease can occur acute metabolic complications as well as long-term
vascular complications if left untreated. This study aims to determine the effect of the use of primary
dressing on the wound healing process in patients with diabetes mellitus in the Makassar City ETN
Center. The research design used was an observational analytic method with a pre-test and post-test
approach without control. Determination of the sample is done by accidental sampling technique with
a sample size of 10 respondents, the results of pairing t-test samples with significance level ρ <α =
0.05. The results showed that there was an influence of the use of primary dressing on wound healing
characteristics in patients with diabetes mellitus wounds ρ = 0.001. The conclusion of this study is that
there is an influence of the use of primary dressing on wound healing characteristics in patients with
diabetes mellitus in the Makassar City ETN Center. It is expected that nurses provide wound care by
using primary dressing for patients with diabetes mellitus.
LLDIKTI Wilayah X 12
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
LLDIKTI Wilayah X 13
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
Hasil studi pendahuluan di ETN Centre Diabetes Foot Ulcer Assesment tools
Kota Makassar pada tanggal 20 Maret 2019, (DFUAS). Interpestasi penilaian apabila skor
dalam 3 bulan terahir didapatkan 32 pasien luka 13 dikatakan sembuh dan apabila
yang mengalami luka diabetes mellitus.
nilainya > 13 dikatakan belum sembuh.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
rujukan perawat dalam memilih balutan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
tepat dala melakukan perawatan luka kaki
diabetik. Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden di ETN Centre
METODE PENELITIAN Kota Makassar
LLDIKTI Wilayah X 14
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
kadar gula darah tinggi sebanyak 7 pasien adalah 16,00 dimana terjadi penurunan nilai
(70%), untuk grade luka jumlah pasien pada tingkat penyembuhan luka akan tetapi
terbanyak yaitu pada derajat 3 dengan berada pada rentang tingkat penyembuhan
jumlah 4 pasien (40%), sedangkan pada luka sedang. Hasil uji statistik paired t-test di
pemakaian primary dressing terdapat jumlah dapatkan nilai = 0,001 atau < 0,05 maka
tertingi yaitu sebanyak 3 pasien (30%). dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Tabel 2. Distribusi frekuensi pre test dan post penggunaan primary dressing terhadap
test penggunaan primary dressing terhadap proses penyembuhan luka pada penderita
proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetes mellitus.
luka diabetes mellitus di ETN Centre Kota
Makassar Pembahasan
LLDIKTI Wilayah X 13
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
fesica otot dan tulang menjadi subkutan luar/epidermis, didapatkan ukuran luka tetap
dermis, didapatkan ukuran luka tetap berada berada pada 4 cm, peradangan/infeksi
pada 9 cm, peradangan/infeksi tidak tidak mengalami perubahan berada pada
mengalami perubahan tetap berada pada tanda tanda peradangan hangat, kemerahan,
infeksi sistemik bengkak dan nyeri, perbandingan jaringan
(demam, sepsis), perbandingan jaringan granulasi tetap berada pada 75%, jenis
granulasi mengalami perubahan dari 25% jaringan nekrotik mengalami perubahan dari
menjadi 51%, jenis jaringan nekrotik tetap jaringan nekrotik berwarna hitam menjadi
berada pada jaringan nekrotik berwarna tidak ada jaringan nekrotik, maserasi
putih, kuning dan abu-abu, maserasi mengalami perubahan dari sedikit hanya
megalami perubahan dari sedang hanya pada pada sekitar tepi luka saja menjadi tidak ada
sekitar tepi luka saja menjadi tingkat berat maserasi, tipe tepi luka mengalami
melebihi luka yang ada disekitar kulit, tipe perubahan dari tepi luka yang menyatu
tepi luka tetap berada pada tepi luka menjadi tidak ada tepi luka, terdapat rongga
berwarna merah muda, terdapat rongga dari dari 2 cm menjadi 4 cm.
ukuran 2 cm menjadi 4 cm. Tn. A (55 tahun) dengan derajat luka 3,
Tn. AM (66 tahun) dengan derajat luka kadar gula darah 231, merokok, pendidikan
2, kadar gula darah 210, tidak merokok, SMA, dengan pemilihan jenis balutan
pendidikan S1, dengan pemilihan jenis primary dressing mectovazin + cadexomer
batuan primary dressing mectovazin + lodine powder + prontosan. Dari hasil
hidrovobik. Dari hasil penilaian pengkajian penilaian pengkajian diabetes foot ulcer
diabetes foot ulcer assesment tools assesment tools (DFUAS), kedalaman luka
(DFUAS), kedalaman luka dari jaringan dari jaringan fesica, otot dan tulang menjadi
fesica otot dan tulang menjadi subkutan subkutan dermis, didapatkan ukuran luka
dermis, didapaatkan perubahan ukuran luka 4 cm menjadi 1 cm, peradangan/infeksi
dari 4 cm menjadi 16 cm, tidak mengalami perubahan berada pada
peradangan/infeksi mengalami perubahan tanda-tanda infeksi local indurasi, pus dan
dari infeksi sistemik (demam, sepsis) bau busuk, perbandingan jaringan granulasi
menjadi tidak ada peradangan, perbandingan didapatkan perubahan dari 10% menjadi
jaringan granulasi mengalami perubahan dari 76%, jenis jaringan nekrotik tetap berada
10% menjadi 76%, jenis jaringan nekrotik pada jaringan nekrotik berwarna putih,
didapatkan perubahan dari jaringan nekrotik kuning, dan abu-abu, maserasi tidak
berwarna putih, kuning dan abu-abu menjadi mengalami perubahan tetap berada pada
tidak ada jaringan nekrotik, maserasi sekitar tepi luka saja, tipe tepi luka tidak
didapatkan perubahan dari sedikit hanya mengalami perubahan tetap berada pada tepi
pada sekitar tepi luka saja menjadi tidak ada luka yang menyatu, terdapat rongga 4 cm
maserasi, tipe tepi luka tetap berada pada menjadi 2 cm.
tepi luka berwarna merah muda, ditemukan Ny. F (56 tahun) dengan derajat luka 3,
rongga 4 cm dan tidak mengalami kadar gula darah 222, tidak merokok,
perubahan. pendidikan S1, dengan pemilihan jenis
Tn. HA (45 tahun) dengan derajat luka balutan primary dressing salep epitel wound
1, kadar gula darah 130, tidak merokok, zalf + AG silver. Dari hasil penilaian
pendidikan S1, dengan pemilihan jenis pengkajian diabetes foot ulcer assesment
balutan primary dressing salep epitel wound tools (DFUAS), kedalaman luka subkutan
zalf + hidrovobik. Dari hasil penilaian dermis menjadi lapisan luar/epidermis,
pengkajian diabetes foot ulcer assesment didapatkan ukuran luka dari 9 cm menjadi
tools (DFUAS), kedalaman luka dari 4 cm, peradangan infeksi tidak mengalami
subkutan dermis menjadi lapisan perubahan tetap berada pada tanda-tanda
LLDIKTI Wilayah X 14
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
peradangan hangat, kemerahan, bengkak dan berada pada jaringan nekrotik berwarna
nyeri, perbandingan jaringan granulasi dari putih, kuning dan abu-abu, maserasi tetap
50 % menjadi 76%, jenis jaringan nekrotik berada pada sedikit hanya sekitar tepi luka
didapatkan perubahan dari jaringan nekrotik saja, tipe tepi luka mengalami perubahan dari
berwarna putih, kuning dan abu-abu menjadi tepi luka berwarna merah muda menjadi
tidak ada jaringan nekrotik, maserasi tidak ada tepi luka, terdapat rongga 4cm
didapatkan perubahan dari sedikit hanya menjadi 2 cm.Ny. M (53 tahun) dengan
pada sekitar tepi luka saja menjadi tidak ada derajat luka 1, kadar gula darah 176, tidak
maserasi, tipe tepi luka didaptkan tepi luka merokok, pendidikan SMP, dengan pemilhan
berwarna merah menjadi tepi luka yang jenis balutan primary dressing mectovazin +
menyatu, terdapat rongga 2 cm menjadi AG silver. Dari hasil penilaian pengkajian
4 cm. diabetes foot ulcer assesment tools
Ny. S (59 tahun) dengan derajat luka 1, (DFUAS), kedalaman luka jaringan fesica,
kadar gula darah 180, tidak merokok, otot dan tulang menjadi lapisan
pendidikan SMA, dengan pemilihan jenis luar/epidermis, didapatkan ukuran luka 9
balutan primary dressing hidroaktive gel + cm menjadi 1 cm, peradangan/infeksi
salep epitel wound zalf + AG silver. Dari mengalami perubahan dari infeksi sistemik
hasil penilaian pengkajian diabetes foot ulcer (demam, sepsis) menjadi tanda-tanda
assesment tools (DFUAS), kedalaman luka peradangan hangat, kemerahan, bengkak dan
jaringan fesica, otot dan tulang menjadi nyeri, perbandingan jaringan granulasi 25%
subkutan/dermis, didapatkan ukuran luka menjadi 75%, jenis jaringan nekrotik
4 cm menjadi 1 cm, peradangan/infeksi mengalami perubahan dari jaringan nekrotik
tidak ada perubahan tanda peradangan yang berwarna putih, kuning dan abu-abu
berdada pada tanda-tanda peradagan hangat, menjadi tidak ada jaringan nekrotik,
kemerahan, bengkak dan nyeri, maserasi mengalami perubahan dari yang
perbandingan jaringan granulasi 25% berat melebihi luka yang ada disekitar kulit
menjadi 75%, jenis jaringan nekrotik tetap menjadi tidak ada maserasi, tipe tepi luka
berada pada jaringan nekrotik berwarna mengalami perubahan dari hyperkeratosis
putih, kuning dan abu-abu, maserasi tetap menjadi tepi luka yang menyatu, terdapat
berada pada sedikit hanya pada sekitar tepi rongga dari 4 cm menjadi 2 cm.
luka saja, tipe tepi luka tetap berada pada Ny. N (46 tahun) dengan derajat luka 3,
tepi luka yang menyatu, terdapat rongga 4 kadar gula darah 241, tidak merokok,
cm menjadi 2 cm. pendidikan SMP, dengan jenis pemilihan
Ny. J (45 tahun) dengan derajat luka 3, balutan primary dressing salep epitel wound
kadar gula darah 215, tidak merokok, zalf + hidrovobik. Dari hasil penilaian
pendidikan SMP, dengan pemilihan jenis pengkajian diabetes foot ulcer assesment
balutan primary dressing hidroaktive gel + tools (DFUAS), kedalaman luka jaringan
mectovazin + hidrovobik. Dari hasil fesica, otot dan tulang menjadi
penilaian pengkajian diabetes foot ulcer subkutan/dermis, didapatkan ukuran luka
assesment tools (DFUAS), kedalaman luka 4 cm menjadi 16 cm, peradangan/infeksi
jaringan fesica, otot dan tulang menjadi tetap berada pada tanda-tanda peradangan
subkutan/dermis, didapatkan ukuran luka hangat, kemerahan, bengkak dan nyeri,
9 cm menjadi 4 cm, peradangan/infeksi perbandingan jaringan granulasi 25%
mengalami perubahan dari infeksi sistemik menjadi 50%, jenis jaringan nekrotik tetap
(demam, sepsis) menjadi tanda-tanda berada pada jaringan nekrotik berwarna
peradangan hangat, kemerahan, bengkak dan putih, kuning dan abu-abu, maserasi tetap
nyeri, perbandingan jaringan granulasi 50% berada pada tingkat sedang sekitar area luka,
menjadi 76%, jenis jaringan nekrotik tetap tipe tepi luka tetap berada pada luka
LLDIKTI Wilayah X 15
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
berwarna merah muda, terdapat rongga 4 positif tanda infeksi (64,7%). Setelah
cm menajdi 2 cm. dilakukan perawatan modern dressing
2. Pre Test Dan Post Test Penggunaan karakteristik luka derajat 2 mengalami
Primary Dressing Terhadap Proses peningkatan yakni sebesar (58,8%),
Penyembuhan Luka Pada Penderita Luka demikian halnya dengan dasar luka yang
Diabetes Mellitus berwarna merah/granulasi sebanyak (88,2%),
Berdasarkan hasil penelitian skor eksudat sedang (58,8%) dan tidak ditemukan
penyembuhan luka dengan menggunakan adanya tanda infeksi pada semua penderita
pengkajian Diabetes Foot Ulcer Asessment ulkus diabetikum.
Tools (DFUAS) diperoleh data bahwa terjadi Menurut (Usiska, 2015) menyatakan
perbaikan kondisi luka yang dapat dilihat bahwa luka modern dengan terapi hiperbarik
dari penurunan skor luka pada DFUAS. berpengaruh terhadap proses penyembuhan
Semakin keci skor DFUAS, semakin baik luka diabetes mellitus memiliki. Hal ini
pula keadaan luka sementara dari penelitian sejalan dengan penelitian (Adriani &
ini dilihat bahwa pada tahap pre test sebelum Mardianti, 2016) bahwa hasil uji statistik
diberikan primary dressing berada pada didapatkan sebelum diberikan balutan
rentang skor sedang 14-60 sebanyak 10 modern (hydrocolloid) adalah 37,40 sesudah
pasien dan pada tahap post test sesudah diberikan balutan modern adalah 33,53
diberikan primary dressing menjadi dengan P-Value =0,000 yang berarti terdapat
penurunan pada rentang skor baik 1-13 pengaruh balutan modern (hydrocolloid)
sebanyak 3 pasien. terhadap penyembuhan luka diabetes
3. Pengaruh Penggunaan Primary Dressing mellitus tipe II. Regenerasi penyembuhan
Terhadap Proses Penyembuhan Luka luka disebabkan konsep balutan modern
Pada Penderita Luka Diabetes Mellitus yang memberikan kehangatan dan
Berdasarkan uji statistik paired lingkungan yang lembab pada luka.
sampel t-test dengan tingkat kemaknaan < Hasil penelitian (Aminanto, 2015)
0,05) didapatkan nilai rata-rata pada tentang efektifitas gel aloe vera sebagai
penyembuhan luka sebelum diberikan primary dressing pada luka diabetes mellitus
primary dressing yaitu 24,80 dengan dengan hasil penelitian menggunakan uji
(SD=4,131) yang berarti mengalami tingkat wilcoxon dengan hasil uji statistik
penyembuhan luka sedang. Untuk nilai rata- menunjukkan pada pelompok perlakuan
rata pada penyembuhan luka sesudah dengan gel aloe vera di dapatkan P-Value
diberikan primary dressing yaitu 16,00 =0,028 dengan tarif signifikan 0,05 jika nilai
dengan (SD=4,570) dimana mengalami P lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol
penurunan pada tingkat peyembuhan luka diterima dan jika lebih kecil dari 0,05 maka
diabetes mellitus dengan nilai P-Value = hipotesis nol ditolak, hasil uji wilcoxon
0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahawa menunjukkan P-Value lebih kecil dari 0,05
ada pengaruh penggunaan primary dressing (0,017 < 0,05). Pemberian gel aloe vera
terhadap proses penyembuhan luka pada berpengaruh terhadap status luka diabetes
penderita luka diabetes mellitus. mellitus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Dari hasil penelitian (Hidayat, 2017)
penelitian (Rukmi & Hidayat, 2018) bahwa tentang pengaruh perawatan luka dengan
karakteristik luka pada penderita ulkus modern dressing terhadap kualitas hidup
diabetikum semakin baik setelah dilakukan pasien ulkus diabetikum dengan hasil uji
perawatan modern dressing, dimana sebelum normalitas shapiro-wilk dengan hasil
dilakukan perawatan modern dressing adalah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan
derajat 2 (58,8%), dengan dasar kuning luka dengan nilai P-Value=0,000 (p=0,05).
(41,2%), jumlah eksudat banyak (70,8%) dan Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
LLDIKTI Wilayah X 16
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
bermakna terhadap peningkatan kualitas diabetik agar penyembuhan luka lebih cepat.
hidup sebelum dan setelah diberikan Penderita luka diabetik rutin ke tempat
perawatan luka dengan menggunakan pelayanan kesehatan yang menyediakan
modern dressing. praktik mandiri keperawatan luka,
Asumsi peneliti, dilihat dari mengontrol gula darah dan menjaga pola
karakteristik penyembuhan luka terdapat hidup yang sehat sehingga tidak terjadi
perbedaan antara pre dan post dimana komplikasi.
penderita luka diabetes mellitus sebelum
diberikan primary dressing mengalami
tingkat penyembuhan luka sedang dan DAFTAR PUSTAKA
setelah diberikan primary dressing [1] Adriani, & Mardianti, T. (2016).
mengalami tingkat penyembuhan luka baik. Penggunaan Balutan Modern
Penggunaan primary dressing secara tepat (Hydrocoloid) Untuk Penyembuhan
dalam memberikan perawatan luka kaki Luka Diabetes Mellitus Tipe II.
diabetik efektif terhadap penyembuhan luka. JURNAL IPTEKS TERAPAN, 10(1),
Kondisi luka lembab secara seimbang dan 18–23.
pemilihan balutan primer yang tepat https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22
mendukung pertumbuhan granulasi maupun 216/jit.2016.v10i1.392 Abstract
pembentukan epitalisasi serta mampu [2] Aminanto, S. (2015). Efektivitas Gel
menghilangkan jaringan nekrosis. Selain itu, Aloe Vera Sebagai Primary Dressing
juga dapat mencegah terjadinya infeksi pada Pada Luka Diabetes Melitus Di
luka karena luka dalam keadaan tertutup Praktik Perawatan Luka Indaryati
sehingga tidak terkontaminasi Sleman Yogyakarta (Universitas
mikroorganisme. Proses penggunaan Aisyiyah Yogyakarta). Retrieved
primary dressing dalam memberikan luka from
diabetik akan maksimal jika dilakukan secara http://digilib.unisayogya.ac.id/231/1/
rutin oleh pasien agar mendapatkan hasil Naskah Publikasidocx.pdf
yang optimal. [3] Dewi, N. L. P. R. A., & Madjid, S.
(2018). Perawatan Luka Kaki
Diabetes Akibat Penggunaan Sepatu
Yang Sempit. Jurnal Luka Indonesia,
SIMPULAN 4(2), 72. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/41
Karakteristik penyembuhan luka 1503645/117-Article-Text-382-1-10-
dengan skor sedang (14-60) sebanyak 10 20180531
pasien (100%) sebelum diberikan perawatan [4] Gito, & Rochmawati, E. (2018).
luka menggunakan primary dressing. Efektifitas Kandungan Modern
Sedangkan sesudah diberikan primary Wound Dressing Terhadap
dressing mengalami tingkat penyembuhan Perkembangan Bakteri
dengan skor baik sebanyak 3 pasien 30%. Staphylococcus Aureus Effectiveness
Disimpulkan bahwa penggunaan primary of Modern Wound Dressing on the
dressing efektif terhadap karakteristik Growth of Staphylococcus Aureus
penyembuhan luka pada pederita luka Bacteria. Jurnal Keperawatan UMM,
diabetes mellitus di ETN Centre Kota 9(2), 88–99.
Makassar dengan nilai = 0,001 atau < https://doi.org/https://doi.org/10.2221
0,05. Diharapkan perawat mampu 9/jk.v9i2.5160
menggunakan primary dressing secara tepat [5] Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal
dalam memberikan perawatan luka kaki Diabetes Mellitus Pada Orang
LLDIKTI Wilayah X 17
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611
LLDIKTI Wilayah X 18