0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5K tayangan19 halaman

SK LBP Spondylosis Lumbalis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 19

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

LAPORAN STATUS KLINIK

NAMA MAHASISWA : KOMANG TRI ADI SUPARWATI


N.I.M. : P 27226008 075
TEMPAT PRAKTIK : RSU KOTA SEMARANG
PEMBIMBING :

Tanggal Pembuatan Laporan : 8 Februari 2012


Kondisi/kasus : FT B

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Ny. Kartini


Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kebon Arum Selatan 7 No.3 Rt 01 Rw 01 Kota Semarang
No. CM : 20 66 48
II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT

(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, radiologi, dll)
1. Diagnosis medis
LBP e.c Spondylosis Lumbalis
2. Catatan klinis
Pasien datang ke poli rehabilitasi medik bagian fisioterapi pada tanggal 20
Januari 2012 dengan keluhan nyeri punggung bawah bagian kanan-kiri dan tidak
menjalar sampai ke pantat, paha dan kaki kanan-kiri.
3. Medika mentosa
- Sohobion
- Fitbon
- Usidex
4. Hasil laboratorium
Tidak ada
5. Hasil radiologi
- Aligment normal
- Tampak osteofit
- Tak tampak kompresi maupun deformitas corpus
- Pedikel baik
- Tak tampak penyempitan diskus dan foramen intervertebralis
- Procesus transversus VL5 tampak besar
- Tak tampak penyempitan celah sendi sacrailiaca dan coxae
Kesan :
- Spondylosis lumbalis
- Sacralisasi L5
III. SEGI FISIOTERAPI
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang


(Termasuk didalamnya lokasi keluhan, onset, penyebab, faktor-faktor yang
memperberat atau memperingan, irritabilitas dan derajad berat keluhan, sifat keluhan
dalam 24 jam, stadium dari kondisi)
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri punggung bawah bagian kanan-kiri sejak sekitar ± 2
minggu yang lalu dengan nyeri memberat saat melakukan aktivitas duduk lama,
duduk di kursi kecil (dingklik), berdiri lama dan tidur terlentang. Nyeri tidak
menjalar ke pantat, paha dan kaki kanan-kiri.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang pada tanggal 20 Januari 2012 ke RSU Kota Semarang,
dengan keluhan nyeri punggung bawah dirasakan seperti ada yang mengganjal
sehingga pasien merasa terganggu. Nyeri tidak menjalar sampai ke pantat dan
kaki. Saat beraktivitas nyeri timbul dan mengganggu pasien. Nyeri memberat saat
melakukan aktivitas duduk lama, duduk di kursi kecil (dingklik), berdiri lama dan
tidur terlentang. Nyeri dirasakan berkurang saat tidak melakukan aktivitas, tidur
miring dan tidur tengkurap. Kemudian pasien datang ke poli penyakit dalam dan
diberi obat. ± 1 bulan nyeri tidak mau berkurang sehingga pasien dirujuk ke poli
rehabilitasi medik bagian fisioterapi. Pasien mulai terapi pada tanggal 3 Februari
2012 dengan keluhan nyeri punggung bawah bagian kanan-kiri.
Saat ini pasien datang ke poli rehabilitasi medik bagian fisioterapi dengan
keluhan nyeri punggung bawah bagian kanan-kiri. Nyeri yang dirasakan seperti
ada yang mengganjal dan nyeri tidak menjalar sampai ke pantat dan kaki. Nyeri
memberat saat melakukan aktivitas duduk lama, duduk di kursi kecil (dingklik),
berdiri lama dan tidur terlentang. Nyeri dirasakan berkurang saat tidak melakukan
aktivitas, tidur miring dan tidur tengkurap, dan saat ini pasien sudah mendapatkan
terapi sebanyak 2 kali dan mendapatkan terapi berupa MWD, TENS dan back
excersice.
2. Riwayat Keluarga dan Status Sosial
(Lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan diwaktu
senggang, aktivitas sosial)
a. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang serupa.
b. Status sosial
- Lingkungan kerja
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencucui, menyapu dan lain-lain
sendiri.
- Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal kurang mendukung kesembuhan pasien karena
pasien melakukan aktivitas pekerjaan rumah tangga sendiri dan tidak ada
pembantu.
- Aktivitas rekreasi dan di waktu senggang
Di waktu senggang pasien sering berkumpul dengan keluarga dan istirahat.
- Aktivitas sosial
Pasien aktif dalam kegiatan pengajian.
3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta
a. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah jatuh pada tahun 1991 dengan posisi duduk.
b. Riwayat penyakit penyerta
- DM (-)
- Asam urat (-)
- Kolesterol (-)
- Hipertensi (-)
- Hipotensi (-)
- Maag (+)

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Tanda Vital


(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan)
a. Tekanan darah : 120/80 mm/Hg
b. Denyut nadi : 80 x/menit
c. Pernapasan : 16 x/menit
d. Temperatur : 36 0C
e. Tinggi badan : 155 cm
f. Berat badan : 56 kg
2. Inspeksi / Observasi
a. Posisi statis
- Saat duduk pasien sedikit membungkuk karena menahan rasa nyeri di punggung
bawah.
- Saat berdiri kurve trunk tampak lurus.
- Saat duduk bahu tampak simetris.
b. Posisi dinamis
- Saat berjalan bahu, lengan, pinggul dan kaki bergerak seirama.
- Saat berjalan tidak pincang.
3. Palpasi
a. Suhu pada daerah punggung bawah normal.
b. Sensibilitas pada daerah punggung bawah normal.
c. Teraba adanya spasme pada otot paravertebrae L5
d. Tidak teraba spasme otot ekstensor lumbal.
e. Terdapat nyeri tekan pada VL 5.
4. Joint Test
a. Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik fisiologis)
1. Gerak aktif
Trunk
Fleksi trunk bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Ekstensi trunk bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Rotasi trunk bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Lateral fleksi sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.

Hip
Fleksi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Ekstensi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Abduksi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Adduksi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Endorotasi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Eksorotasi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.

2. Gerak pasif
Trunk
Fleksi trunk bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Ekstensi trunk bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Rotasi trunk bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Lateral fleksi sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.

Hip
Fleksi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Ekstensi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Abduksi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Adduksi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Endorotasi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.
Eksorotasi hip sinistra bisa full ROM dan tidak adanya nyeri.

b. Pemeriksaan Gerak Pasif Accessory


Tidak dilakukan
5. Muscle Test
(kekuatan otot, kontrol otot, panjang otot, isometric melawan tahanan/provokasi
nyeri, lingkar otot)
Kekuatan otot
1. Trunk : normal
2. Hip : normal
6. Neurological Test
(Pemeriksaan reflek, myotom tes, dermatom tes, Straight Leg Raising, dll)
a. Pemeriksaan reflek
Reflek patella kanan dan kiri normal.
b. Myotom test
L2 Fleksor hip Normal
L3 Ekstensor hip Normal
L4 Dorsal fleksor dan eversi Normal
L5 Ekstensor ibu jari kaki Normal

c. Dermatom test
Pemeriksaan sensoris
Anggota
Anggota Atas Keterangan
Jenis Sensasi Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Tajam Tumpul 1 1 1 1
Temperatur panas dingin 1 1 1 1
Parameter penilaian :
1. Utuh : Respon normal
2. Menurun : Ada gangguan mengidentifikasi stimulus
3. Hipersensitif : Adanya peningkatan persepsi terhadap stimulus
4. Absen : Tidak dapat menerima atau mengidentifikasi rangsang
5. Tak konsentrasi : Respon tidak cukup untuk memeriksa fungsi sensorik secara
akurat.

d. Straight Leg Raising test


Dextra Sinistra
Laseg - -
Neri - -
Bragad - -
Patric + +
Kontra patric - -

7. Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas


a. Kemampuan fungsional
Pasien mampu untuk tidur terlentang, duduk lama, berdiri lama, berjalan
dengan menahan rasa nyeri.
b. Lingkungan aktivitas
Pasien dapat melakukan kemampuan fungsional seperti sholat, duduk lama,
berdiri lama, berjalan lama dengan menahan rasa nyeri.
8. Pemeriksaan Spesifik
a. Nyeri dengan VAS
1. Nyeri diam (posisi duduk dikursi dengan alas spon/kayu dan dilantai)

0 10

Nilai VAS = 10

2. Nyeri tekan (posisi tengkurap dan ditekan pada L5)

0 10
5
0
Nilai VAS = 5

3. Nyeri gerak (posisi berjalana lama)

0 10
5
0
Nilai VAS = 5
b. Fleksibilitas dengan scober
Di atas S2 = 10 cm
Di bawah S2 = 5 cm
Pengukuran dimulai dari 5 cm di bawah S2 sampai 10 cm dari S2
Hasil : fleksi lumbal = 21 cm ; ekstensi lumbal = 13 cm

c. LGS hip dengan goneometer

Hip Aktif Pasif


Kanan S 15 – 0 – 120 S 20 – 0 – 125
F 45 – 0 – 25 F 50 – 0 – 30
R(S90) 45 – 0 – 45 R(S90) 50 – 0 – 50

Kiri S 15 – 0 – 120 S 20 – 0 – 125


F 45 – 0 – 25 F 50 – 0 – 30
R(S90) 45 – 0 – 45 R(S90) 50 – 0 – 50
UNDERLYING PROCCESS
(CLINICAL REASONING)

Over use (angkat angkut barang dengan posisi yang salah)

Degenerasi

Trauma berulang

Penekanan terhadap corpus

Osteofit

Spasme otot paravertebrae


L5
MWD
TENS
Back Exc.
Nyeri tekan pada VL 5

Gangguan fungsional
Nyeri ↓
ADL ↑
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Impairment
- Teraba adanya spasme pada otot para vertebrae L5
- Terdapat nyeri tekan pada VL 5.

2. Functional Limitation
Pasien kesulitan dalam melakukan aktivitas rumah tangga seperti duduk lama,
berdiri lama, dan duduk di kursi kecil (dingklik).

3. Disability / Participation restriction


Pasien sangat terganggu saat mengikuti pengajian.

E. PROGRAM FISIOTERAPI

2. Tujuan Jangka Panjang


Memaksimalkan kemampuan fungsional pasien.
3. Tujuan Jangka Pendek
- Mengurangi spasme otot para vertebrae L5.
- Mengurangi nyeri tekan pada VL 5.
4. Teknologi Intervensi Fisioterapi
a. MWD
Micro Wave Diathermy merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan
stessor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik
frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.
Efek Fisiologis
1. Perubahan Temperatur
a) Reaksi lokal jaringan
- Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal ± 13%  tiap kenaikan temperatur
1ºC
- Meningkatkan vasomotion  sphincter  sehingga  timbul  homeostatik lokal
dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
b) Reaksi general
Dapat terjadi kenaikan temperatur, tetapi dipertimbangkan karena
penetrasinya dangkal ± 3 cm dan aplikasinya lokal.
c) Efek konsensual
Timbulnya respon panas pada sisi kontra lateral dari segmen yang sama
setelah pengobatan lebih dari 20 menit. Dengan penerapan MWD, penetrasi
dan perubahan temperature lebih terkonsentrasi pada jaringan otot sebab
jaringan otot lebih banyak mengandung cairan dan darah.
2. Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat menjadi lebih baik seperti jaringan
collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya
viskositas matrik jaringan tanpa menambah panjang serabut kolagen, tetapi
terbatas pada jaringan ikat yang letak kedalamannya ± 3cm.
3. Jaringan otot
Meningkatkan elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus melalui
normalis nocicensorik.
4. Jaringan syaraf
Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan syaraf, meningkatkan
konduktivitas serta ambang rangsang syaraf.
Efek Terapeutik
1. Nyeri, hipotonus dan gangguan vascularisasi
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedative, serta
perbaikan metabolisme.
2. Penyembuhan luka pada jaringan lunak
Meningkatkan proses perbaikan atau respirasi secara fisiologis.
3. Kontraktur jaringan
Dengan penigkatan elastisitas jaringan lunak, maka dapat mengurangi
proses kontraktur jaringan.
4. Gangguan konduktivitas dan ambang rangsang jaringan saraf
Apabila elastisitas dan ambang rangsang jaringan saraf semakin membaik,
maka konduktivitas jaringan saraf akan membaik pula.
Dengan efek-efek dari Microwave Diathermy (MWD) maka akan terjadi
peningkatan sirkulasi, normalisasi jaringan otot dan tendon, serta perbaikan
metabolisme sehingga persepsi nyeri pada jaringan ikat akan menurun.
Indikasi dan Kontra Indikasi MWD
1) Indikasi :
a. Terhadap jaringan < 3cm,
b. Banyak mengandung cairan,
c. Pada daerah arteri, otot.
2) Kontra indikasi :
a. Akut traumatic musculoskeletal injury,
b. Acute inflammatory condition,
c. Area dengan ischemis.
Mekanisme
MWD merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan stessor fisis berupa
energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 cm. Gelombang yang dihantarkan oleh MWD
mampu diserap oleh jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak mengandung
cairan dan darah sehingga akan menyerap panas yang dihantarkan oleh MWD.
Akibat dari penyerapan tersebut akan terjadi vasodilatasi lokal sehingga
menyebabkan perubahan temperatur sehingga metabolisme sel-sel lokal akan
meningkat. Aliran darah menjadi lancar sehingga substansi P bisa terbawa oleh aliran
darah.
2. TENS
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang
sistem saraf melalui permukaan kulit. Penggunaan TENS dalam pengurangan nyeri
dapat diperoleh melalui mekanisme segmental.
Mekanisme segmental
TENS menghasilkan efek analgesia dengan jalan mengaktivasi serabut A beta
yang akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu dorsalis medula spinalis yang
mengacu pada teori gerbang control bahwa gerbang terdiri dari sel internunsia yang
bersifat inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelainosa dan yang terletak di kornu
posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi. Tingkat
aktivasi sel T ditentukan oleh keseimbangan asupan dari serabut berdiameter besar A
beta dan A alfa serta serabu berdiameter kecil A delta dan serabut C. Asupan dari
saraf berdiameter kecil akan mengaktivasi sel T yang kemudian dirasakan sebagai
keluhan nyeri. Namun pada saat yang bersamaan impuls juga dapat memicu sel
substansia gelatinosa yang berdampak pada penurunan asupan terhadap sel T baik
yang berasal dari serabut berdiameter besar maupun kecil dengan kata lain asupan
impuls dari serabut aferen berdiameter besar akan menutup gerbang dan membloking
transmisi impuls dari serabut aferen nosiseptor sehingga nyeri berkurang.
3. Back exc.
Tujuan diberi latihan ini untuk memperkuat otot-otot fleksor pada sendi
lumbosacral dan untuk meregangkan otot punggung. Pada saat latihan ini otot-otot
ekstensor trunk bergerak memanjang dan otot-otot fleksi trunk memendek berulang-
ulang sehingga meningkatkan elastisitas otot dan spasme akan berkurang.

F. RENCANA EVALUASI

Nyeri dengan menggunakan VAS


G. PROGNOSIS
Qua ad vitam : baik
Qua ad sanam : cukup
Qua ad cosmeticam : baik
Qua ad fungsionam : cukup

H. PELAKSANAAN TERAPI
Tanggal 7-2-2012
1. MWD
Posisi pasien Tidur tengkurap dengan kepala disangga bantal, kedua lengan
berada di samping tubuh.
Posisi terapis Berdiri di samping pasien
Pelaksanaan Arahkan lengan MWD dekat dengan pasien. Kemudian emiter
diposisikan tegak lurus dengan punggung bawah pasien yang
sakit, kemudian atur intensitas 180 mA dan waktu 10 menit.
Sensasi yang dirasakan hangat.

2. TENS
Posisi pasien Tidur tengkurap dengan kepala disangga bantal, kedua lengan
berada di samping tubuh.
Posisi terapis Berdiri di samping pasien
Pelaksanaan Gabus dalam kondisi basah
Menggunakan 1 chanel, dimana kedua ped diletakan di kanan-kiri
dari VL5
Elektrode yang digunakan berukuran bipolar karena ukurannya
sama besar.
Atur :
- Frekuensi = 2500 Hz
- AMF = 100 Hz
- Frekuensi modulasi = 10 Hz
- Modulasi program = 6/6
- Random modulasi = no
- CC/CV = CC
- Treatment = 10 menit

3. Back exc.
Latihan 1
Posisi pasien Tidur terlentang, kedua kaki lurus, kedua tangan berada di
samping tubuh
Pelaksanaan Tekankan punggung bawah pada alas dan kontrksikan otot perut
dan gluteus maksimus. Tahan 5 detik kemudian rileks. Ulangi
sebanyak 8 kali.

Latihan 2
Posisi pasien Tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki datar
diatas matras
Pelaksanaan Tekankan/luruskan punggung kearah matrs. Tahan 5 detik
kemudian rileks, ulangi sebanyak 8 kali

Latihan 3
Posisi pasien Tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki datar
dan diatas matras
Pelaksanaan Secara perlahan tarik lutut kanan dengan kedua tangan sejauh
mungkin mendekati dada dan pertahankan selama 5 detik.
Kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan-lahan dan
ulangi gerakan yang sama untuk lutut kiri.

Tanggal 9 dan 10 Februari 2010


1. MWD
Posisi pasien Tidur tengkurap dengan kepala disangga bantal, kedua lengan
berada di samping tubuh.
Posisi terapis Berdiri di samping pasien
Pelaksanaan Arahkan lengan MWD dekat dengan pasien. Kemudian emiter
diposisikan tegak lurus dengan punggung bawah pasien yang
sakit, kemudian atur intensitas 180 mA dan waktu 10 menit.
Sensasi yang dirasakan hangat.

2. TENS
Posisi pasien Tidur tengkurap dengan kepala disangga bantal, kedua lengan
berada di samping tubuh.
Posisi terapis Berdiri di samping pasien
Pelaksanaan Gabus dalam kondisi basah
Menggunakan 1 chanel, dimana kedua ped diletakan di kanan-kiri
dari VL5
Elektrode yang digunakan berukuran bipolar karena ukurannya
sama besar.
Atur :
- Frekuensi = 2500 Hz
- AMF = 100 Hz
- Frekuensi modulasi = 10 Hz
- Modulasi program = 6/6
- Random modulasi = no
- CC/CV = CC
- Treatment = 10 menit
3. Back exc.
Latihan 1
Posisi pasien Tidur terlentang, kedua kaki lurus, kedua tangan berada di
samping tubuh
Pelaksanaan Tekankan punggung bawah pada alas dan kontrksikan otot perut
dan gluteus maksimus. Tahan 5 detik kemudian rileks. Ulangi
sebanyak 8 kali.

Latihan 2
Posisi pasien Tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki datar
diatas matras
Pelaksanaan Tekankan/luruskan punggung kearah matrs. Tahan 5 detik
kemudian rileks, ulangi sebanyak 8 kali

Latihan 3
Posisi pasien Tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki datar
dan diatas matras
Pelaksanaan Secara perlahan tarik lutut kanan dengan kedua tangan sejauh
mungkin mendekati dada dan pertahankan selama 5 detik.
Kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan-lahan dan
ulangi gerakan yang sama untuk lutut kiri.

Latihan 4
Posisi pasien Tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi.
Pelaksanaan Kedua lutut ditarik bersama-sama dengan ke dua tangan ke arah
dada semaksimal mungkin. Pertahankan selama 5 detik dan
kemudian kembali ke posisi awal secara perlahan-lahan. Ulangi
sebanyak 8 kali.

Latihan 5
Posisi pasien Tidur terlentang, ke dua tangan lurus di samping tubuh
Pelaksanaan Kepala dan leher dinaikkan dari matras dan ke dua tungkai
melakukan gerakan seperti mengayuh sepeda. Ulangi sebanyak 5
kali.

Tanggal 11 dan 13 Februari 2012


SAMA DENGAN DIATAS
I. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Nyeri dengan VAS
T0 T1 T3
Nyeri diam 10 8 6
Nyeri tekan 5 5 5
Nyeri gerak 5 3 3

Tindak lanjut
Pasien dengan nama Ny. Kartini berusia 26 tahun msih memerukan terapi
sehingga nyeri pada punggung bawah bisa berkurang.

J. HASIL TERAPI AKHIR

Seorang wanita berusia 46 tahun dengan diagnosa LBP e.c Spondylosis Lumbalis.
Setelah mendapat penanganan fisioterapi berupa MWD, TENS dan Back exc. Dimana
telah melaksanakan terapi sebanyak 5 kali dan didapatkan hasil :
Ada penurunan nyeri :
- Nyeri diam = 6
- Nyeri tekan = 5
- Nyeri gerak = 3

Rencana tindak lanjut


Pasien masih perlu datang ke fisioterapi sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan untuk mendapatkan terapi berupa MWD, TENS, dan Back exc. Sehingga
nyeri pada punggung bawah bisa berukurang dan aktivitas bisa dilakukan tanpa ada
nyeri yang timbul.
...........................................................

Mengetahui,
Pembimbing, Praktikan,

........................................................ .............................................................
NIP. ................................................ NIM.....................................................

Catatan Pembimbing :

Anda mungkin juga menyukai