PEDOMAN PPI TERBARU Mix
PEDOMAN PPI TERBARU Mix
PEDOMAN PPI TERBARU Mix
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 21 Oktober 2015 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengeluarkan resolusi baru tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
yang disepakati oleh 193 negara untuk menjadi acuan pembangunan secara
universal hingga tahun 2030. SDGs dimaksudkan untuk menyikapi perubahan
situasi dunia yang semakin kompleks dan dinamis, menggantikan program
Millennium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir di tahun 2015.
Terdapat 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan yang tercamtum dalam SDGs
dimaksud. Pembangunan Kesehatan merupakan penjabaran tujuan 3 dari SDGs,
mengamanatkan bahwa untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua di segala usia maka setiap negara harus mewujudkan
cakupan pelayanan kesehatan universal atau Universal Health Coverage (UHC),
ada jaminan terhadap risiko pembiayaan, tersedianya akses khususnya pelayanan
esensial yang berkualitas, aman, efektif, dan terjangkau termasuk untuk obat
esensial dan vaksin.
Namun, setelah 3 tahun pelaksanaannya, WHO, OECD (Organization for
Economic Co-operation and Development) dan WB (World Bank) dalam
laporannya tahun 2018, mengingtkan semua bangsa bahwa meskipun UHC
mampu dicapai, tersedia jaminan pembiayaan kesehatan tetapi jika pelayanan
kesehatan yang diberikan tidak berkualitas maka hasilnya tetap tidak akan
mencapai tujuan SDGs. Bahkan, pelayanan kesehatan yang tidak berkualitas
hanya akan menghabiskan waktu, sumber daya dan uang suatu negara. Oleh
karena itu pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan kewajiban global
dalam mencapai UHC.
Berikut pernyataan berbagai lembaga dunia tersebut tentang pentingnya kualitas
pelayanan menuju UHC 2030, antara lain:
Direktur jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus: “Kita sama-
sama berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap orang dimana dan
kapanpun dapat memperoleh layanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Namun kita juga harus berkomitmen bahwa layanan kesehatan tersebut
1
berkualitas baik. Karena sejujurnya,, tidak ada cakupan kesehatan universal
tanpa pelayanan yang berkualitas”.
Sekretaris jenderal OECD, Ángel Gurría: “Tanpa pelayaan kesehatan yang
berkualitas, UHC hanya janji kosong”.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim: “Kesehatan yang baik adalah fondasi
dari sumber daya manusia suatu negara, dan tidak ada negara yang boleh
menyediakanlayanan yang berkualitas rendah atau tidak aman. Layanan
berkualitas rendah secara tidak proporsional berdampak pada orang miskin,
yang tidak hanya tercela secara moral, tetapi juga secara ekonomi, tidak
berkelanjutan untuk keluarga dan seluruh negara”.
Selanjutnya, WHO dalam Primary Health Care on The Road to Universal Health
Coverage, 2019 Monitoring Report sesuai dengan data yang diperoleh dari
berbagai negara anggota menyimpulkan bahwa pelayanan kesehatan primer
merupakan jalan atau rute menuju UHC, bahkan merupakan “the eingine for
UHC”.
Berikut ini berbagai informasi yang menggambarkan kondisi global maupun lokal
Indonesia sendiri berkaitan dengan pelayanan yang tidak berkualitas termasuk
dalam penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), sbb:
Data di Dunia:
2
Beban ekonomi dan kemanuasiaan: diperkirakan 15% belanja fasilitas
kesehatan habis terpakai oleh karena kesalahan penanganan atau akibat pasien
terinfeksi saat perawatan dirumah sakit. Beban pembiayaan meningkat
disebabkan oleh waktu rawat lebih panjang, kecacatan dan kemungkinan
bertambahnya Risiko resisten anti mikroba. Oleh sebab itu HAIs
meningkatkan beban kemanusiaan dan ekonomi setiap bangsa akibat kematian
yang sebenarnya tidak seharusnya terjadi.
Penggunaan alat suntik ulang: terdapat sekitar 16 milliar injeksi yang
diberikan setiap tahun diseluruh dunia, 70% diantaranya merupakan
penggunaan ulang alat suntik di negera berkembang yang sangat berisiko
terhadap HAIs.
Hand Hygine: secara global, rata-rata 61% petugas kesehatan tidak mematuhi
praktek kebersihan tangan yang direkomendasikan.
Kejadian HAIs: kejadian HAIs mencapai 15,74% jauh lebih tinggi diatas
negara maju yang berkisar 4,8 – 15,5%. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
3
salah satu kejadian infeksi yang paling sering terjadi yakni sekitar 40% dari
seluruh kejadian infeksi yang terjadi dirumah sakit setiap tahunnya (Arisandy,
2013).
Penggunaan abtibiotik: kasus HAIs diperburuk oleh Peresepan antibiotik di
Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak terutama pada ISPA dan Diare.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa telah muncul mikroba yang resisten
untuk Methicillin Resitant Staphylococcus Aureus (MRSA), resisten multi
obat pada penyakit tuberculosis (MDR- TB) dan lain-lain. Dampak dari
resisten obat adalah meningkatnya morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan
termasuk saat dirawat di fasilitas kesehatan yang pada akhirnya akan menjadi
ancaman nasional bagi kesehatan,
Germas: Riskesdas 2018 menunjukkan indikator Germas (aktifitas fisik,
makan buah, sayur, tidak merokok) tidak menunjukkan pebaikan sejak 5 tahun
lalu. Proporsi perilaku cuci tangan dengan sabun di masyarakat secara
nasional 49, 5%. Sementara itu, hasil penelitian di RSUD Badung – Bali,
tahun 2013 menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang memiliki disiplin baik
dalam mencuci tangan sebanyak 58,1%.
Oleh karena itu pada tahun 2017 telah disusun Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi selanjutnya di singkat PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
kemudian ditetapkan sebagai Peraturan Menteri Kesehatan No. 27/2017. Pedoman
ini ditujukan untuk seluruh fasilitas kesehatan baik pelayanan dasar (FKTP)
maupun untuk rumah sakit (FKTL), tanpa kecuali milik pemerintah maupun
swasta. Peraturan Menteri tersebut sekaligus merupakan revisi dari peraturan
sebelumnya yang hanya berfokus di rumah sakit. Sebagaimana diketahui bahwa
penerapan PPI di rumah sakit bukanlah sesuatu hal baru karena sudah dilakukan
sejak beberapa tahun sebelumnya. Namun untuk pelayanan dasar, penerapan PPI
dimaksud masih relatif baru atau belum dilakukan.
4
pembahasannya.
B. DASAR HUKUM
Landasan hukum yang dijadikan acuan dalam penyusunan buku Pedoman Teknis
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini, sbb:
5
1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. TUJUAN
Umum :
Khusus:
6
b) Memahami dan mampu melaksanakan PPI sesuai standar termasuk
edukasi ke pengguna layanan atau masyarakat di FKTP.
b. Klinik pratama.
Surveilans
7
FKTP.
Penerapan PPI di FKTP harus mampu laksana oleh sebab itu dibutuhkan
perencanaan berkaitan dengan penyediaan sumber daya (SDM, Sarpras,
Alat dan biaya) yang tentu sangat membutuhkan dukungan dari
stakeholders terkait seperti Pemerinrah Daerah, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, atau pemilik FKTP, dll.
D. PENGERTIAN
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Healthcare Associated Infections)
yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien
8
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah sarana (tempat dan/atau alat) yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
4. Bundles adalah merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang
menghasilkan perbaikan keluaran poses pelayanan kesehatan bila
dilakukan secara kolektif dan konsisten.
5. Kolonisasi adalah suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi, dimana
organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak tetapi tanpa
disertai adanya respon imun atau gejala klinik.
6. Infeksi adalah suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
7. Penyakit infeksi adalah suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi yang
disertai adanya respons imun dan gejala klinik.
8. Penyakit menular adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah
dari satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung.
9. Disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki
kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung
namun tidak memiliki penetrasi sehingga tidak mampu membunuh
mirkoorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.
10. Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup
seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.
11. Surveilans adalah Suatu proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus, komprehensif dan dinamis berupa perencanaan,
pengumpulan data, analisis, interprestasi, komunikasi dan evaluasi dari
9
data kejadian infeksi yang dilaporkan secara berkala kepada pihak yang
berkepentingan berfokus pada strategi pencegahan & pengendalian infeksi
12. Infection Control Risk Assesment (ICRA) adalah Penilaian Risiko
Pengendalian Infeksi adalah proses multidisiplin yang berfokus pada
pengurangan risiko dari infeksi ke pasien, dg perencanaan fasilitas, desain,
dan konstruksi kegiatan
13. Audit adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengumpulkan data, informasi secara objektive terhadap suatu masalah.
14. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah berbagai upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan secara Perseorangan yang pada umunnya
bersifat kuratif.
15. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah berbagai upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan di masyarakat yang pada umumnya bersifat
promotif dan preventif.
10
BAB II
11
Penyebab Penyakit Infeksi, sbb:
a) Infeksi Virus
Campak,
Hepatitis,
HIV/AIDS,.
12
b) Infeksi Bakteri
Bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang tidak memiliki membran
inti sel, dan berukuran sangat kecil, namun lebih besar dari virus. Bakteri
memiliki peran besar dalam kehidupan manusia karena dapat
memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Namun
kelompok bakteri yang patogen justru sangat merugikan manusia.
Tuberkulosis (TB).
Pneumonia.
c) Infeksi Jamur
Infeksi jamur kulit (panau), pada kuku, dan infeksi jamur pada
13
vagina, Histoplasmosis, Blastomycosis, Candidiasis, dan
Aspergillosis.
d) Infeksi parasit
Parasit adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup
lain (inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau
manfaat lain padanya.
Parasit dapat menyerang manusia dan hewan. Parasit penyebab infeksi
yang banyak ditemui, antara lain:
Cacing,
Amuba,
Malaria,
Giardiasis,
Amebiasis,
Toksoplasmosis, dll.
14
Gambar 1. Enam komponen rantai penularan infeksi
Berdasarkan gambar diatas, rantai penularan infeksi dapat dijelaskan sbb:
15
vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan melalui vektor (biasanya
serangga dan binatang pengerat).
e) Tempat masuk (portal of entry): adalah tempat agen infeksi memasuki
host, misalnya saluran napas, saluran cerna, kemih, mata, kelamin atau
kulit yang tidak utuh.
f) Pejamu rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan.
Pencegahan suatu penyakit infeksi adalah dengan menghilangkan atau
memutus salah satu komponen diatas. Keberhasilan fasilitas kesehatan
memutus rantai infeksi tersebut sangat bergantung kepada ketaatan petugas
dalam melaksanakan standar prosedur yang telah ditetapkan baik saat
memberikan pelayanan dalam fasiltas kesehatan maupun diluar fasilitas
kesehatan (dilapangan). Selain itu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
pengguna layanan dan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap kejadian
infeksi khususnya yang bersumber dari masyarakat.
Tindakan pencegahan ini dalam PPI dikenal sebagai Kewaspadaan Isolasi
atau Isolation Precautions yang terdiri dari dua pilar, tingkatan atau lapis
yaitu Kewaspadaan Standar (Standard Precautions) dan Kewaspadaan
Transmisi (Transmission based Precautions) yang merupakan prinsip dalam
Pencegahan dan pengendalian infeksi. Tindakan Kewaspadaan Isolasi
dimaksud akan menjadi pokok bahasan pedoman teknis PPI ini pada bab
berikutnya.
16
kesehatan, seperti infeksi aliran darah akibat pemasangan intra vena kateter,
infeksi saluran kemih terkait pemasangan urine kateter, infeksi di lokasi
pembedahan dan infeksi pneumonia terkait pemasangan ventilator.
17
B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
1. Tujuan PPI
2. Manfaat PPI
19
BAB III
PPI di FKTP harus dapat mencakup pencegahan dan pengendalian infeksi yang
terjadi berkaitan dengan pelayanan yang diberikan didalam fasilitas kesehatan (HAIs),
maupun infeksi yang bersumber dari masyarakat melalui pelayanan yang diberikan
diluar fasilitas kesehatan. Infeksi terkait pelayanan di fasilitas kesehatan (HAIs) relatif
lebih mudah diidentifikasi sumber penularannya sehingga pencegahan dan
pengendaliannya juga relatif lebih mudah dibandingkan dengan infeksi yang
bersumber dari masyarakat.
Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit infeksi, baik untuk
pelayanan yang diberikan didalam fasilitas kesehatan maupun diluar fasilitas
kesehatan seharusnya dilakukan secara parallel. Penyesuaian mungkin diperlukan
karena pelayanan yang dilaksanakan diluar fasilitas kesehatan pada umumnya
terkendala oleh ketesediaan sarana, prasarana, alat kesehatan, obat dan sumberdaya
lainnya yang terbatas namun harus tetap memenuhi prinsif dasar PPI (secara detail
akan dibahas pada Bab IV).
20
A. KEWASPADAAN ISOLASI
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang
harus diterapkan difasilitas pelayanan kesehatan, dimaksudkan untuk menurunkan
risiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain, pasien ke petugas
kesehatan/pengunjung/masyarakat atau sebaliknya. Kewaspadaan isolasi dibagi
menjadi dua (2) pilar atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar (Standard
precautions) dan Kewaspadaan Transmisi atau berdasarkan cara penularan
(Transmission based precautions)
1. Kewaspadaan Standar (standard precautions)
22
Ratakan cairan Gosok pungung Gosok telapak
dikedua telapak tangan dan sela sela tangan dan sela
tangan jari kiri dan kanan sela jari
Punggung jari jari Gosok ibu jari kiri dan Gosok ujung jari
dengan kedua kanan berputar dalam jari dengan
tangan saling genggaman tangan gerakan memutar
mengunci
di tengah telapak
tangan
23
Gambar.3 Lima momen untuk kebersihan tangan
24
(c) Tersedia sarana kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun
serta cairan berbasis alkohol dalam dispenser tertutup.
(d) Dilakukan audit kepatuhan kebersihan tangan secara berkala serta
upaya peningkatan kepatuhan dalam memenuhi target pencapaian
kepatuhan petugas.
(e) Sebelum melakukan kebersihan tangan, jaga kebersihan tangan
individu dengan memastikan kuku tetap pendek, bersih dan bebas
dari perwarnaan kuku dan tidak menggunakan kuku palsu, hindari
pemakaian asesoris tangan (jam tangan, perhiasan di tangan), tutupi
luka atau lecet dengan pembalut anti air.
(f) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila jelas terlihat kotor
atau terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein dan lemak.
(g) Bebaskan area tangan sampai pergelangan tangan jika menggunakan
baju lengan Panjang (digulung keatas).
(h) Gunakan bahan yang mengandung alkohol untuk mendekontaminasi
tangan secara rutin, bila tangan TIDAK jelas terlihat kotor.
(i) JANGAN gunakan antiseptik berbasis alkohol bila tangan jelas
terlihat kotor.
(j) Sabun cair dianjurkan didalam botol ber dispenser, jika menggunakan
sabun batangan maka sabun di potong kecil untuk sekali pakai.
(k) Kertas tisu sekali pakai sebagai pengering tangan, jika tidak
memungkinkan dapat menggunakan handuk sekali pakai lalu dicuci
kembali.
(5) Jenis-Jenis Kebersihan Tangan
26
Gambar 4. Langkah cuci tangan dengan air mengalir
(b) Membersihkan tangan dengan cairan berbasis alkohol/handrubs
27
(7) Sarana Kebersihan Tangan
(b) Handrub kemasan pabrik yang banyak tersedia dalam produk siap
pakai pakai (jika demikian, ikuti instruksi pabrik untuk digunakan)
atau siapkan alkohol tangan dengan mencampurkan 97 ml alkohol
70% dalam 3 ml gliserin. Ini dapat disiapkan secara massal (tidak
28
lebih dari 50 Liter dibuat sekali waktu
(e) Cuci tangan setiap kali melepas APD ketika meninggalkan pasien
untuk merawat pasien lain atau tugas lain.
dilakukan pencucian .
Gambar 8. Topi atau penutup kepala
Apabila petugas menggunakan hijab pada prosedur medis maka
gunakan jilbab yang menutupi kepala dan dimasukan kedalam
baju kerja atau diikat kebagian belakang leher dan jika jilbab
akan digunakan pada prosedur berikutnya maka jilbab ditutup
Kembali dengan penutup kepala (topi).
30
Gambar 9 Penutup kepala bagi yang berhijab
Indikasi Penggunaan Topi atau Penutup Kepala:
Tindakan operasi
Intubasi Trachea
31
Tabel 1. Jenis dan kegunaan pelindung wajah
32
3. Full face shield respirator
Deskripsi:
Face shield ini memberikan perlindungan
yang lebih baik daripada full face maupun
short face shield dan memberikan
perlindungan pada mata.
Dalam kondisi panas menyebabkan beberapa
kesulitan dan ketidaknyamanan.
Indikasi:
Pengunaan face shield ini dikaitkan
dengan peningkatan suhu wajah.
(c) Masker
Tujuan: untuk melindungi wajah dan membrane mukosa mulut
dan hidung dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau
permukaan lingkungan yang kotor dan melindungi pasien atau
permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau
bersin, masker yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta penggunaan masker N95 harus dilakukan Fit Test
(penekanan di bagian hidung dan penilaian kerapatan
penggunaan masker).
Indikasi:
33
cairah dari selaput lendir mulut dan hidung.
Masker N95 digunakan pada risiko paparan penularan infeksi
melalui udara (airborne disease) dan diganti setiap 8 jam
supaya fungsinya tetap effektif dan aman dan dapat didaur
ulang sesuai ketentuan.
Transmisi droplet dan kontak, transmisi airborne pada
tindakan yang menghasilkan aerosol.
KEGUNAAN
Pelindung
pernapasan yang
dirancang dengan
segel ketat di sekitar
hidung dan mulut
untuk menyaring
hampir 95 % partikel
yang lebih kecil <
0,3 mikron dan
kontaminasi melalui
airborne.
Penghalang fisik
antara mulut dan
hidung, pengguna
dengan kontaminan
potensial (percikan
atau droplet selaput
mukosa mulut dan
hidung serta debu)
34
Mencegah percikan
pada saat batuk,
bersin atau debu.
Reusable atau
Penggunaan kembali
Cara Menggunakan
Masker Bedah
35
melindungi pasien dari paparan pakian petugas pada tindakan
steril.
Indikasi
36
pakaian kerja percikan dan tubuh, darah, oleh stafklinis
bersih (baju kontaminasi sekresi, eskresi dan ketika
dan celana) mikroorganism bahan kontaminan terpapar
saat melakukan e lainnya selama dengan pasien
kegiatan prosedur bedah. penyakit
menular
Airborne,
droplet
Indikasi
38
Langkah – Langkah Pelepasan Sarung tangan steril
(f) Sepatu
Indikasi
Penganganan limbah
Tindakan operasi
39
Penanganan linen
40
pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius. APD terdiri dari sarung tangan,
masker/Respirator Partikulat, pelindung mata (goggle),
perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron,
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).
(b) Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran
mukosa dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan
sebaliknya.
(c) Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik
darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari
petugas.
(d) Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di
lakukan.
41
dibelakang tubuh.
Kencangkan di belakang leher
dan pinggang.
42
Tabel 7. Gambar Cara Pelepasan APD
43
wajah dari belakang dengan
mengangkat pita kepala dan tanpa
menyentuh bagian depan kacamata
atau pelindung wajah
Jika item dapat digunakan kembali,
letakkan di wadah yang ditunjuk
untuk diproses ulang. Jika tidak,
buang dalam wadah limbah
44
Saat melepaskan gaun, lipat atau
gulir gaun itu ke dalam-ke
sebuah bundel D E
Saat Anda melepas gaun itu,
lepaskan
c) Pengendalian Lingkunga
Pengendalian lingkungan adalah upaya perbaikan kualitas air, udara dan
permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan dilakukan untuk
mencegah transmisi mikroorganisme kepada pasien, petugas dan pengunjung.
(1) Air
45
(a) Sistim air bersih
(c) Sistem pengelolaan limbah cair baik medis dan non medis
46
Sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah dari pengelolaan
sterilisasi termasuk linen harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Ketentuan mengenai pengelolaan limbah cair mengacu pada
peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan limbah.
(2) Ventilasi Ruangan
49
lukisan atau media informasi) dan tidak menempelkan kertas
kertas informasi pada dinding.
Komponen langit langit berawrna terang, mudah dibersihkan
dan tidak memiliki lekukan atau berpori yang dapat menyimpan
debu.
50
(d) Penataan Lingkungan
51
menggunakan penghalang yang dilapisi dengan kaca film
supaya mudah dibersihkan dan terlihat rapi.
Pastikan tidak ada tempat masuk atau kumpulan dari binatang,
binatang pengerat atau serangga berada di ruangan pelayanan
pasien.
Petugas kesehatan yang tinggal dlingkungan fasilitas kesehatan
agar tidak memelihara hewan peliharaan, untuk menghindari
masuk ke fasilitas kesehatan.
(e) Pembersihan Lingkungan
52
% untuk pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh atau
klorin pengenceran 0.05 % untuk pembersihan rutin
permukaan, Detergent atau cairan pemutih (1:99 cc Air) atau
Hidrogen peroksida 8 % untuk pembersihan rutin.
53
bersentuhan langsung dengan pasien segera dibersihkan dan
didisinfeksi di antara pemeriksaan pasien yang berbeda.
Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan untuk membersihkan debu jangan menggunakan
kain kering atau dengan sapu dapat menimbulkan
aerosolisasi debu dan harus dihindari dan larutan, kain lap,
dan kain pel harus diganti secara berkala atau jika kotor.
Pengunjung yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
dengan sepatu atau sendal nya kotor (bercampur tanah atau
lumpur) harus membersihkan terlebih dahulu sebelum
masuk.
54
Pembersihan tumpahan dan percikan
55
buang ke kantong warna kuning kategori II.
Pembersihan tumpahan cairan B3
Petugas menggunakan APD.
Dekontaminasi Ambulans
56
Perhatikan pembersihan pada area yang bersentuhan
dengan pasien, semua benda/alat yang terkontaminasi
selama membawa pasien seperti: stretcher, rails, dinding,
lantai & alat lainnya.
Pembersihan menggunakan desinfektan yang mengandung
0,5% natrium hipoklorit (yaitu setara dengan 5000 ppm)
dengan perbandingan 1 bagian disinfektan untuk 9 bagian
air.
Bersihkan dan disinfeksi semua peralatan yang
digunakan ulang
57
beracun (B3), limbah cair, dan limbah gas.
(e) Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
58
Penempatan limbah infeksius diletakan dekat dengan area
tindakan atau prosedur tindakan yang akan dikerjakan.
Limbah infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah
segera diangkat dan diikat kuat agar tidak dibongkar untuk
mengeluarkan isinya untuk menghindari risiko penularan infeksi,
selanjutnya dibawah ke tempat penampungan sementara. Tempat
limbah dibersihkan dan dipasangi kembali kantong plastik yang
baru.
Limbah infeksius, patologis, benda tajam harus disimpan pada
TPS dengan suhu dan lama penyimpanan, sbb:
Pada suhu lebih kecil atau sama dengan 0 °C (nol derajat
celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh)
hari.
59
kimia dalam bentuk cair sebaiknya tidak dibuang ke jaringan
pipa pembuangan air limbah, karena sifat toksiknya dapat
mengganggu proses biologi yang ada dalam unit pengolah air
limbah (IPAL).
Pembuangan akhir limbah infeksius, dapat dimusnahkan
dengan insenerator atau bekerjasama dengan pihak ketiga. Jika
bekerjasama dengan pihak ketiga maka pastikan mereka
memiliki fasilitas pengelolaan limbah sesuai dengan perturan dan
perundang undangan.
60
resmi dari fasilitas pelayanan kesehatan dalam bentuk kerjasama.
Pembuangan akhir limbah non infeksius dibuang di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah ditentukan oleh pihak
pemerintah daerah setempat.
61
Pembuangan akhir limbah benda tajam dapat dilakukan melalui
pembakaran di insenerator atau dikelola sama dengan limbah B3
lainnya.
62
yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh petugas
sebelum di bersihkan tujuannya untuk menginaktivasi HBV, HBC,
dan HIV dan mengurangi risiko, akan tetapi tidak menghilangkan.
Mikroorganisme yang mengkontaminasi alat medis dapat dihilangkan
dengan melakukan perendaman, termasuk pada alat medis bekas
pakai untuk menghilangkan noda darah, cairan tubuh. dan
Perendaman menggunakan enzyimatik atau detergen dilakukan
dengan merendam semua peralatan sampai seluruh permukaan alat.
(b) Pembersihan/pencucian
63
Gambar 20. Skema Alur Dekontaminasi Peralatan di FKTP
Pre-Cleaning ( Pembersihan Awal) menggunakan detergen atau enzymatic, spons (petugas dengan APD yang sesuai
PEMBERSIHAN
STERILISASI DESINFEKSI
(Peralatan Kritis) masuk dalam pembuluh darah dan jaringan tubuh)
64
(3) Indikasi: semua Peralatan bekas pakai perawatan yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh dilakukan pre cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi
sesuai SOP.
(4) Manfaat
(a) Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap
pakai
(5) Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Pengelolaan Alat Medis Yang
Telah di Pergunakan, sbb:
65
akan disetting, packing dan disterilkan, ruang udara berttekanan
seimbang.
Ruang steril (Sterille Area) untuk menyimpan alat atau barang
yang sudah steril, ruang udara bertekanan positif.
Catatan : Jika tidak memungkinkan dengan 3 (tiga ) ruangan
terpisah tersedia maka minimal di satu ruangan dengan
masing masing jarak zona minimla 2 meter.
Zona Bersih
(a) Peralatan kritis adalah alat yang masuk ke dalam pembuluh darah
66
atau jaringan mulut. Semua peralatan kritis wajib dilakukan sterilisasi
dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang
dimasukkan dalam kategori kritis adalah semua instrumen bedah,
periodontal scalier, bur tulang, dll.
(b) Peralatan semi kritis adalah alat yang masuk ke dalam rongga mulut
tetapi tidak masuk ke dalam jaringan mulut. Semua peralatan semi
kritis wajib dilakukan minimal desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
apabila terdapat alat yang dapat bertoleransi terhadap panas, maka
dapat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai
contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori semi kritis adalah
ambu bag, ETT, handpiece, dll.
(c) Peralatan non kritis adalah alat yang tidak masuk ke dalam rongga
mulut dan dapat dilakukan dengan menggunakan disinfektan tingkat
rendah. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori
nonkritis adalah tensimeter, stetoscope,
67
(c) Pengemasan: bahan pengemasan tersedia dari bahan kertas, film
68
Gambar 23. Sterisator Uap Tekanan Tinggi (Autoklaf)
69
sepatu boot.
70
menggunakan enzim, membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
Pembersihan manual dengan mengunakan sikat sesuai kebutuhan
atau yang disarankan oleh produsen alat, lalu bilas dengan air
mengalir dengan suhu 40 C – 50 C lebih disarankan
menggunakan air deionisasi atau air sulingan. Selanjutnya dicuci,
dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan (keringkan)
sebelum di proses selanjutnya.
Pembersihan mekanik dengan menggunakan mesin cuci khusus
untuk meningkatkan produktifitas, lebih bersih dan llebih aman
untuk petugas. Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari
seluruh permukaan alat/instrument. Alat pembersih juga perlu
dilakukan pembersihan secara rutin
(d) Pengemasan: pastikan semua peralatan yang akan disterilkan
dilakukan pengemasan dengan membungkus semua alat-alat dan
menjaga keamanan dan efektivitas sterilisasi menggunakan
pembungkus kertas khusus atau kain (linen), dengan prinsip, sbb:
menyebabkan kontaminasi.
(e) Proses Sterilisasi Peralatan Kritikal dengan Autoclave.
71
tekanan tinggi 15 pound per inci persegi (PSI) pada suhu 121˚C
selama 30 menit dari suhu yang disetel atau,
Jika menggunakan proses sterilisasi panas kering (dry heat
sterilization) pastikan penggunaan sterilisasi pemanasan kering
dengan temperatur 340oF (170*C) dalam waktu 1 jam atau
temperatur 320oF (160*C) dalam waktu 2 jam.
30 menit harus dihitung setelah suhu mencapai 121*C, bukan
dari mulai pengoperasian mesin autoclaving.
Gunakan pita penunjuk autoklaf untuk memantau kemanjuran
autoklaf setiap beban.
Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap terbuka
dan tidak terkunci selama autoclaving.
Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa pada kemasan setelah
otoklaf.
72
Gambar 28. Contoh Autoklaf
(f) Peralatan Semi Kritikal, setelah dilakukan pre-cleaning dan
pembersihan dilakukan proses disinfeksi agar dapat digunakan
kembali dengan cara, sbb:
Proses Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dengan melakukan
perendaman dengan cairan disinfektan (Klorin pemutih 0.5 %
atau Glutardehida 2 % atau peroxide hydrogen 6 %) selama 15
– 20 menit dengan menempatkan seluruh permukaan peralatan
terendam dalam cairan tersebut dan membiasakan melihat
instruksi sesuai petunjuk produk disinfektan yang dipilih untuk
menjaga risiko terhadapat peralatan.
Proses DTT dengan cara perebusan setelah dilakukan proses
pre cleaning dan pembersihan kemudian dilakukan perebusan
dengan waktu dihitung sejak 20 menit setelah air mendidih atau
terbentuknya uap yang diakibatkan oleh air yang mendidih.
Tidak diperkenankan menambah air atau apapun apabila proses
perebusan atau pengukusan belum selesai. Ingat: uap air panas
pada 100 C, membunuh semua bakteri, virus, parasit, dan jamur
dalam 20 menit.
Prosedur Pengelolaan
Pembersihan
DTR
DTT
Pre claning
Sterilisasi
Pengemasan
1 Peralatan Kritikal
Contoh : Instrumen bedah
(pincet, sonde, klem, needle√ √ √ √
74
hecting, bak isntrumen dll)
2 Peralatan Semi kritikal Contoh :
Ambu bag, masker √ √ √
resusitasi, kaca mulut
3 Peralatan Non kritikal Contoh :
Manset Tensimeter,
stetoscope. Mesin EKG, Mesin √ √
nebulizer
75
Tabel 11. waktu penyimpanan peralatan steril’
f) Pengelolaan Linen
(1) Pengertian: adalah pengelolaan linen melalui tahapan-tahapan pencucian
linen sesuai dengan prinsip prinsip yang ditetapkan.
(2) Tujuan: untuk mencegah infeksi silang bagi pasien dan petugas, menjaga
ketersediaan bahan linen dan kualitas linen, mengelola sumber daya agar
mampu menyediakan linen sesuai kebutuhan dan harapan pasien dengan
memperhatikan proses pembiayaan dan meningkatkan kepuasan pasien.
(3) Manfaat: pengelolaan linen yang baik akan mencegah potensi penularan
penyakit bagi pasien, staf dan pengguna linen lainnya serta gangguan pada
lingkungan.
(4) Prinsip pengelolaan linen
76
Sedangkan linen infeksius adalah linen yang sudah
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
(c) Linen dari ruang isolasi diperlakukan sebagai linen infeksius,
kantong ganda (double) tidak diperlukan kecuali jika kantong utama
rusak atau bocor
(d) Pencucian linen bersih, steril dan kotor dilakukan terpisah melalui
pintu masuk yang berbeda atau satu arah, jika memungkinkan
menggunakan mesin cuci yang berbeda atau waktu pencucian yang
berbeda.
(e) Area pencucian linen kotor dan penempatan linen bersih berada
pada tempat dengan pintu yang berbeda atau satu arah.
77
(d) Pencucian linen kotor dilakukan berbeda dengan linen infeksius
dengan menggunakan mesin yang berbeda (jika memungkinkan
menggunakan mesin cuci yang berbeda) atau waktu pencucian yang
berbeda dengan persyaratan, sbb:
Tersedia air bersih mengalir dan jika memungkinkan ada air
panas untuk pencucian dengan suhu 70°C dalam waktu 25
menit atau 95°C dalam waktu 10 menit dengan menggunakan
detergen.
Jika tidak tersedia air panas maka pencucian linen infeksius
dapat menggunakan detergen dengan penambahan cairan
disinfektan (bleaching atau pemutih dengan pengenceran 1 :
99 cc air), namun perlu diperhatikan waktu perendaman tidak
lebih dari 10 -15 menit (jika lebih merusak struktu kain linen).
Proses pengeringan dilakukan dengan peralatan mesin cuci
(dry cleanning) jika akan dilakukan proses pengeringan
manual maka menjemur cucian harus ditempat tertutup untuk
menghindari kontaminasi debu atau kotoran.
(e) Pelipatan hasil cucian jika dilakukan secara manual maka dilakukan
di meja khusus pelipatan dan jangan melakukan di lantai atau
permukaan yang dapat mengkontaminasi linen bersih.
(f) Penyimpanan linen bersih atau linen steril harus disimpan di lemari
(kering dan bersih) dan sebagian bisa langsung dipergunakan.
Lemari penyimpanan tidak boleh tercampur dengan linen kotor
untuk menghindari kontaminasi.
(g) Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup dan tidak tercampur
dengan peralatan atau benda lainnya.
(h) Peyimpanan linen steril harus memenuhi ketentuan: diruangan
khusus dengan suhu 22-24 ᴼC dan kelembaban 40 -60 %, lantai
terbuat dari bahan yang rata tidak bersudut (menggunakan vinyl).
(i) Pengangkutan linen: saat dilakukan pengangkutan linen bersih dan
kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
78
INFEKSIUS
Linen kotor yang telah dipakai pasien Dikirim ke laundry
Non Infeksius
2) Dipisahkan – dan
ngkadan
Dikerin
3) disDteisritkraibusi dicuci
Distribusi
Steril Bersih
(j) Alur denah ruangan penerimaan linen kotor dan linen bersih
berbeda dengan prinsip pintu penerimaan dan pengeluaran satu arah.
R.KotorR.Simpan R.Bersih
Pintu masuk
Pintu keluar linen
Linen kotor
Gambar. 31 Denah Pintu masuk linen kotor dan pintu keluar linen
bersih
g) Penyuntikan Yang Aman
(1) Pengertian: adalah penyuntikan yang dilakukan dengan mengindahkan
prinsip- prinsip penyuntikan yang benar (penyimpanan, persiapan,
penyuntikan obat ke pasien sampai penanganan alat alat bekas pakai),
sehingga aman untuk pasien dan petugas dari Risiko terinfeksi (CDC).
(2) Tujuan:
79
(b) Menurunkan atau meminimalkan angka kejadian infeksi (lokal atau
sistemik).
(4) Sarana
81
pernapasan, batuk, flu atau bersin.
a. Lakukan prosedur etika batuk saat anda flu atau batuk, gunakan
masker dengan baik dan benar agar orang lain tidak tertular.
b. Tidak mengantungkan masker bekas dipakai pada leher karena bisa
menyebar kembali virus dan bakteri ketika digunakan kembali.
i) Penempatan Pasien
(1) Pengertian: adalah menempatkan pasien pada suatu tempat yang telah
ditentukan untuk memudahkan pelayanan dengan mempertimbangkan
aspek keamanan serta keselamatan pasien maupun petugas. Untuk pasien
penyakit menular maka penempatannya dilakukan disuatu tempat atau
ruangan tersendiri (isolasi).
82
Jika tidak tersedia maka dapat ditempatkan dalam satu ruangan dengan
pengaturan jarak antara tempat tidur minimal 2 meter serta diberi
penghalang fisik atau tirai, namun perlu dilakukan pemisahan antara
pasien terkonfirmasi dan yang belum.
(2) Tujuan: agar pelayanan yang diberikan mempertimbangkan aspek
keamanan, keselamatan pasien, pengunjung dan petugas kesehatan
pelayanan bagi pasien.
(3) Manfaat: pelayanan dapat berjalan efektif dan efisien serta melindungi
dari aspek keamanan serta terjadinya infeksi silang.
83
minimal 1 meter antara pasien.
b) Ruangan pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa pasien
harus berventilasi baik dengan sirkulasi udara minimal 12 Air
Change Hour (ACH)/pertukaran udara per jam.
84
kepada yang lain.
i) Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB
dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan
sesama pasien TB.
j) Hindari penggunaan peralatan yang sama untuk beberapa pasien,
tapi bila tak dapat dihindarkan, pastikan bahwa peralatan yang
digunakan kembali didisinfeksi dengan benar sebelum digunakan
pada pasien lain.
k) Lakukan pembersihan berkala dan disinfeksi yang benar di tempat-
tempat umum dan membersihkan tangan yang memadai oleh pasien,
pengunjung, dan perawat
85
fasilitas kesehatan).
(c) Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas kesehatan
terutama pada area risiko tinggi (misalnya: ruang TB, ruang VCT,
dll) yang dapat terpapar penyakit menular infeksi sehingga perlu
diberikan immunisasi sesuai risiko paparan kinerja petugas yang
dihadapi dan hasil konsultasi professional kesehatan misalnya
immunisasi Hepatitis B.
(d) Tersedia kebijakan penatalaksanaan akibat tusukan jarum/benda
tajam bekas pakai pasien:
Alur pelaporan kejadian.
Sistem pendokumentasian.
Jangan panik.
86
Gambar 35. Contoh PPP pada pajanan HIV
87
2. KEWASPADAAN TRANSMISI
Kewaspadaan transmisi merupakan lapis kedua dari kewaspadaan standar, yaitu
tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang dilakukan baik yang belum
atau yang sudah terdiagnosa penyakit infeksinya. Kewaspadaan ini diterapkan
untuk mencegah dan memutus rantai penularan penyakit lewat kontak, droplet,
dan udara, Transmisi penyakit infeksi dapat terjadi melalui satu cara atau lebih.
88
(alat bekas pakai, makanan, minuman, darah, sekresi, cairan tubuh,
kotoran, dll.
Jika terjadi wabah, pehatikan petujuk, aturan, pedoman atau ketetapan
berkaitan dengan penanggunalangan wabah yang dikeluarkan
pemerintah atau gugus tugas yang ditetapkan.
89
Jika terjadi wabah, jika tidak memungkinkan dapat dilakukan
mengelompokkan lebih dari satu orang dalam ruangan yang sama dengan
jenis penyakit atau bakteri yang sama (kohort sistem). Bila cohorting
maka tempatkan pasien dengan jarak ≥ 1 meter antar Tempat Tidur,
pastikan pintu selalu tertutup setiap saat.
(c) Batasi orang yang berada didalam kamar dan hindari kontaminasi
penggunan peralatan, jika memungkinkan satu peralatan satu pasien,
dan dilakukan disinfeksi terlebih dahulu sebelum dipakai pasien yang
lain.
(d) Gunakan APD sesuai indikasi:
90
b) Kewaspadaan Transmisi Droplet
91
dan air dan cairan handrub berbasis alkohol.
(b) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis paparan dan
indikasi:
(4) Prosedur:
93
Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas
waktu masa penularan.
Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang
dicurigai terkena penyakit menular melalui udara / airborne
harus diisolasi di dalam rumah selama pasien tersebut
mengalami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai
diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa menunjukkan
bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut.
Edukasi Keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri,
pencegahan dan pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
Pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan
setelah pemulangan pasien.
(5) Ringkasan Kewaspadaan Transmisi : Lihat tabel 14 dan 15 pada
lampiran.
94
1. Penerapan Bundle HAIs, sbb:
(a) Kateter urin menetap yang telah terpasang selama lebih dari 2 hari
berturut- turut di lokasi rawat inap pada tanggal kejadian.
(b) Terdapat setidaknya satu dari tanda atau gejala berikut:
Urgensi kemih
Frekuensi kencing
Disuria
(c) Hasil kultur urin dengan tidak lebih dari dua spesies organisme
yang teridentifikasi, setidaknya salah satunya adalah bakteri ≥105
CFU / ml.
95
kondom kateter untuk pasien laki-laki
ii) Pemasangan oleh petugas yang terlatih:
96
Hubungan kateter dan pipa drainase tidak boleh terbuka
kecuali atas indikasi.
Tidak dianjurkan melakukan irigasi buli-buli, kecuali bila
ada sumbatan bekuan darah, misalnya pasca “TUR” prostat
tetap pertahankan tehnik aseptik dan antiseptik, gunakan
spuit steril ukuran besar dan larutan saline steril. Bila
penyebab sumbatan berasal dari kateter, segera ganti
kateter.
97
Menjaga sistim drainase agar tidak tertutup.
(1) Pengertian: PLABSI adalah infeksi yang terjadi pada sistem aliran
darah, dimana tidak ada infeksi di daerah lain, setelah dua hari
kalender pemasangan Peripheral Vena Line.
(2) Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi aliran darah pada pasien
yang terpasang Pheriperal Vena Line
(3) Kriteria penetapan PLABSI, sbb:
99
Penggantian administrasi set setiap 96 jam atau sesuai
standar yang ditetapkan.
(b) Deep Insicional SSI (ITP Dalam) merupakan infeksi yang terjadi
paska operasi dalam kurun waktu 30 hari paska jika tidak
menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat
implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan
insisi dan melibatkan jaringan yang
100
lebih dalam misalnya jaringan otot atau fasia pada tempat insisi
dengan setidaknya terdapat salah satu tanda berikut :
Keluar cairan purulen dari tempat insisi.
Dehidensi dari fasia atau dibuka oleh ahli bedah karena ada
tanda inflamasi.
Ditemukannya adanya abses pada preoperasi dan
radiologis.
Ditemukan abses.
102
(jika tidak memungkinkan maka kendalikan lingkungan tempat
akan dilakukan tindakan dibuat sedemikian rupa untuk
mencengah kontaminasi lingkungan terhadap resiko infeksi ).
Pertahankan suhu tubuh pasien normothermia perioperasi
dengan menggunakan alat penghangat jika diperlukan.
Hindari penggunaan agen antimikroba untuk mengirigasi luka
insisi sebelum penutupan untuk menekan risiko IDO karena
Tidak terdapat cukup bukti untuk menganjurkan penggunaan
atau tidak menggunakan irigasi larutan garam steril atau anti
septik terhadap luka insisi sebelum penutupan untuk tujuan
pencegahan IDO.
Jangan mengaplikasikan bubuk vankomisin( anti mikroba) ke
daerah sayatan pembedahan untuk mencegah infeksi daerah
operasi.
Gunakan baju bedah, drape (linen operasi) yang bersih atau dan
steril.
103
2. PPI pada penggunaan peralatan peralatan kesehatan
(b) Pastikan slang oksigen satu pasien untuk satu slang oksigen,
flowmeter dan humidifier harus dalam kondisi bersih dan kosong.
(c) Hidupkan tabung oksigen dan atur posisi semifowler atau posisi
yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien berikan oksigen
melalui kanula atau masker dengan aliran oksigen sesuaikan
104
dengan kondisi pasien, hindari risiko iritasi pada selaput mukosa
hidung.
(d) Pastikan slang oksigen tidak terkontaminasi dengan lingkungan
benda infeksius sebelum dipakai oleh pasien karena akan terjadi
risiko infeksi saluran pernapasan.
(e) Slang oksigen/oksigen mask yang yang tidak terpakai, dan jika
akan dipergunakan lagi lakukan disinfeksi keringkan dan simpan/
bungkus dalam tempat bersih dan kering untuk dipergunakan oleh
pasien yang sama.
(f) Slang oksigen/oksigen mask adalah single use, namun pada kondisi
tertentu dapat dilakukan dekontaminasi sesuai peralatan
semikritikal yang ditetapkan
(g) Slang oksigen/oksigen mask yang sudah tidak terpakai lagi buang
ke limbah infeksius (sebaiknya dirusak terlebih dahulu sebelum
dibuang).
(h) Pastikan slang oksigen/oksigen mask yang sudah tidak
dipergunakan lagi tidak berada atau tergantung pada flow meter
oksigen (segera dilepas)
(i) Pastikan tabung humidifier segera dibersihkan setelah dipakai oleh
pasien dan selalu dalam kondisi kosong dan bersih sebelum
dipergunakan oleh pasien lain.
105
(3) Sarana atau peralatan: berupa alat nebulizer yang terdiri dari
beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari generator aerosol, alat
bantu inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat
cair).
(a) Pastikan peralatan nebulizer dalam kondisi siap pakai dan bersih
dan dilakukan test kelayakan penggunaan.
(b) Lakukan kebersihan tangan sebelum menyiapkan /menyentuh
peralatan dan pasien dan petugas menggunakan masker jika
diperlukan.
(c) Penggunaan alat, sbb :
107
Gambar 38. Troli Tindakan dan pemasangan infus (IV line)
iii) Lakukan kebersihan tangan untuk mengurangi mikrooragnisme
pada tangan petugas sebelum memegang peralatan invasive
yang akan digunakan, sbb:
Sebelum melakukan prosedur invasif, misalnya
pemasangan kanula perifer.
Sebelum kontak dengan bagian manapun dari sistem IV
selama perawatan kateter.
iv) Gunakan sarung tangan bersih saat melakukan pemasangan dan
perawatan infus dan hindari kontaminasi dengan lingkungan
misalnya memegan tempat tidur, meja, dll.
108
diletakan di tempat tidur atau di meja,
(i) Secara umum admisitrasi set infus yang digunakan secara terus
menerus diganti 3 – 7 Hari kecuali terlepas atau ditemukan
tanda tanda infeksi
(ii) Perangkat adminsitrasi untuk darah (transfuse set) dan
komponen darah harus diganti setiap 24 jam keculi ditemukan
tanda tanda bekuan yang tidak jalan
(iii)Perangkat administrasi set untuk infus nutrisi perentral harus
diganti setiap 24 jam dan jika penggunaannya hanya
mengandung glukosa (dextrose) secara terus menerus maka
tidak perlu diganti lebih sering dari 72 jam.
(iv)Dengan tetap mempertahankan abbocath (alat insersi) dalam
kondisi baik dan bersihkan dengan alcohol di sekitar area
insersi.
(v) Dokumentasi hasil pengamatan pemasangan infus.
109
d) PPI Pada Perawatan Luka
110
tidak dianjurkan.
(4) PPI pada perawatan luka
(d) Gunakan penutup luka (kasa) steril dan tipis dengan tujuan
terjadinya oksigenisasi luka dan ganti jika basah kotor atau lepas.
(e) Semua limbah yang dihasilkan dalam perawatan luka adalah
infeksius.
(a) Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian
111
ATS efektif bila diberikan sebelum 24 jam luka
(b) Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri TT ulangan sesuai
jadwal.
(a) Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan
seksama, luka dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka
primer).
(b) Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat
kotor atau terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.
(c) Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan menggunakan
kasa lembab.
(d) Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap
ditutup ringan dengan kasa lembab. Jika luka bersih dalam waktu
48 jam berikutnya, luka dapat benar-benar ditutup (penutupan
luka primer yang tertunda).
(e) Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh
dengan sendirinya
113
dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
(5) Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective
dan aman.
a) Antibiotik Terapi
114
pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.
(vii)Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka
waktu 48- 72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi
berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya.
ii) Sensitivitas.
iii) Biaya.
b) Antibiotik Profilaksis
Faktor risiko terkait IDO yang meliputi karakteristik luka, faktor host,
lokasi tindakan/bedah, kompleksitas tindakan dan tehnik
pembedahan/tindakan menjadi pertimbangan dalam pemberian
antibiotikprofilaksis. Adanya risiko alergi, anafilaksis, resistensi obat dan
efek samping obat perlu dipertimbangkan pula dalam pemberian
antibiotikprofilaksis.
116
c) Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium yang berkaitan
dengan penanganan penyakit infeksi.
d) Meningkatkan pelayanan farmasi klinik dalam memantau penggunaan
antibiotik,
117
d) Mengikuti bimbingan teknis secara berkesinambungan.
E. SURVEILANS
118
informasi. Dengan dilakukan diseminasi informasi diharapkan menghasilkan
suatu rekomendasi dapat dilakukan sebagai bahan masukan dalam melakukan
aksi/intervensi. Aksi atau intervensi ini merupakan salah satu yang
membedakan antara sistem pencatatan dan pelaporan dengan surveilans, selain
alur sistem yang berbeda. Dengan adanya aksi/intervensi ini, permasalahan
kesehatan dapat segera ditanggulangi. Sistem pencatatan dan pelaporan
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan merupakan sumber
data yang paling sering dimanfaatkan dalam sistem surveilans dibandingkan
sumber data lainnya (seperti: data statistik vital, data survei dan data
laboratorium). Sistem pencatatan dan pelaporan biasanya dilaksanakan secara
rutin dan berjenjang mulai dari pelayanan kesehatan terdepan ke sistem
pelayanan kesehatan diatasnya
2. Tujuan Surveilans adalah mendapatkan data dasar Infeksi di pelayanan
FKTP, untuk menurunkan laju Infeksi yang terjadi di FKTP, Identifikasi dini
Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi di FKTP, meyakinkan para tenaga
kesehatan tentang adanya masalah yang memerlukan penanggulangan,
mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI, memenuhi standar
mutu pelayanan medis dan keperawatan, dan salah satu unsur pendukung
untuk memenuhi standar penilaian akreditasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Sasaran surveilans difokuskan pada kejadian Healtcare Associated Infection
(HAIs) yang terfokus pada kejadian infeksi yang berhubungan erat dengan
proses pelayanan medis dan keperawatan yang dilaksanakan di FKTP
berdasarkan definisi, sbb:
a) Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu infeksi yang terjadi akibat
penggunaan indwelling kateter dalam kurun waktu 2 x 24 jam ditemukan
tanda tanda infeksi : demam (> 38’C), Disuria, nyeri supra pubik, urine
berubah warna dan pada anak anak (hipotermia < 37Ç, bradikardia,
apneu) serta test konfirmasii laboratorium positif bakteri.
119
pembebangkakan yang terlokalisir, kemerahan atau hangat pada perabaan,
drainase bahan purulent dari insisi superfisial. serta hasil biakan
laboratorium positif bakteri.
c) Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun
mekanik. Tanda klinis adanya daerah yang merah pada sekitar insisi, nyeri
dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang pembuluh darah
vena.
d) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dalam hal ini akibat kesalahan
proses imunisasi adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak
diinginkan yang muncul setelah pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi
dengan tanda atau kondisi yang berbeda-beda. Mulai dari gejala efek
samping ringan hingga reaksi tubuh yang serius seperti anafilaktik shok
terhadap kandungan vaksin.
e) Abses gigi adalah terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi.
Abses gigi disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar
akar gigi maupun di gusi ditandai dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit
saat mengunyah dan mengigit, sakit gigi yang menyebar ke telinga,
rahang, dan leher, bau mulut, kemerahan dan pembengkakan pada wajah.
Abses gigi menjadi indikator surveilans pada kasus sesuai kriteria HAIs
(tindakan pelayanan gigi sebelumnya tidak ditemukan tanda tanda abses).
(2) Jumlah pasien yang terjadi infeksi (abses) setelah dilakukan tindakan
pelayanan gigi (yang sebelumnya tidak ada tanda tanda Infeksi) di
pelayanan UKP dan UKM.
(3) Jumlah kejadian plebitis pada pemasangan infus.
(4) Jumlah pasien terjadi infeksi (KIPI) pada area suntikan immunisasi di
UKP dan UKM.
(5) Jumlah pasien yang terjadi infeksi akibat pemasangan urine kateter.
120
b) Denominator adalah jumlah hari pemasangan alat dalam kurun waktu
tertentu atau jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam
kurun waktu tertentu.(bulan, tri wulan, semester dan tahunan), sbb:
(4) Jumlah klien yang dilakukan suntikan immunisasi di UKP dan UKM
5. Tahapan Surveilan
a) Perencanaan
(1) Persiapan: tetapkan panduan, SOP, metode, buat formulir dan waktu
pelaksanaan surveilan.
(2) Tentukan populasi pasien yang akan dilakukan survei apakah semua
pasien/sekelompok pasien/pasien yang berisiko tinggi saja.
(3) Lakukan seleksi hasil surveilans dengan pertimbangan kejadian
paling sering/dampak biaya/diagnosis yang paling sering.
(4) Gunakan definisi infeksi yang mudah dipahami dan mudah
diaplikasikan, Nosocomial Infection Surveillance System (NISS)
misalnya menggunakan National Health Safety Network (NHSN),
Center for Disease Control (CDC) atau Kementerian Kesehatan.
b) Pengumpulan data
30…
Jumlah
Tabel 13. Contoh form surveilans tindakan rawat jalan dan UKM
122
Imunisasi Gigi KB KIPI Abses Plebitis
suntik
Jumlah
c) Analisis
(1) Analisis data dilihat dari data yang dicatat secara manual dalam
formulir surveilan atau jika memungkinkan dicatat dalam sistem
sistim komputer fasilitas pelayanan kesehatan (SIMPUS)
(2) Untuk mengetahui besaran masalah infeksi digunakan insiden rate,
sbb:
(1) dibuat dalam bentuk tabel, grafik , pie dll yang dapat memberikan
gambaran angka kejadian infeksi.
(2) penyajian data harus jelas, sederhana, mudah dipahami yang
memperlihatkan pola kejadian infeksi dan perubahan yang terjadi
(trend).
(3) Bandingkan dengan target angka kejadian infeksi yang ditetapkan
oleh Fasilitas pelayanan kesehatan. Bandingkan kecenderungan
menurut jenis infeksi, ruang perawatan, lakukan analisa
kecenderungan dan jelaskan sebab-sebab peningkatan atau penurunan
angka infeksi selanjutnya buat rekomendasi.
e) Laporan dan rekomendasi hasil surveilans oleh Ketua Tim
PPI/Penanggung jawab PPI kepada pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan secara periodik tergantung fasilitas pelayanan kesehatan setiap
bulan, triwulan , tahunan untuk dilakukan tindak lanjut hasil persetujuan.
f) Hasil laporan data surveilan di disseminasi dan komunikasikan kepada
123
unit atau terkait yang berkepentingan untuk dilakukan langkah tindak
lanjut atau perbaikan.
124
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIS pada angka kejadian
Infeksi Saluran Kemih akibat penggunaan urine
kateter.
125
Target Pencapaian Per mill (‰)
urine kateter
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan Data
126
Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan
Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
127
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIS pada angka kejadian
PLABSI akibat penggunaan kateter perifer line.
129
Pasien pada pasal 5 ayat 5 mengamanatkan bahwa
setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengurangi resiko infeksi akibat perawatan
kesehatan
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang Pencegahan
dan pengendalian infeksi di Fasilitas pelayanan
kesehatan, pasal 3 ayat 1 setiap Fasilitas pelayanan
kesehatan harus melaksanakan program PPI.
3. FKTP harus melakukan surveilans HAIs dalam
mutu pelayanan kesehatan.
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian
IDO akibat tindakan operasi.
2. Menjamin keselamatan Pasien yang terpasang alat
kesehatan untuk mengurangi risiko infeksi.
Definisi Operasional 1. Infeksi daerah operasi (IDO) adalah infeksi pada
daerah operasi akibat tindakan operasi.
2. IDO dengan tindakan operasi pemasangan implan
diawasi selama 90 hari sedangkan tanpa implan
diawasi selama 30 hari.
3. Pasien memiliki tanda atau gejala IDO berikut:
130
Target Pencapaian …..persen
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Indikator Uraian
131
kegiatan PPI.
Nama Key Tercapai angka kejadian infeksi sesuai standar yang
Performance ditetapkan oleh Tim PPI.
Indikator (KPI)
Alasan memilih 1. Standar Akreditasi FKTP.
indikator 2. Meningkatkan keselamatan pasien.
3. Pemantauan kejadian infeksi paska pemberian
pelayanan kesehatan.
Defenisi Infeksi pada pelayanan gigi dengan tindakan terencana
tanpa ada gejala risiko infeksi namun setelah tindakan
terjadi infeksi.
Formula Jumlah pasien yang ditemukan dengan Infeksi setelah
pelayanan gigi (Numerator).
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pelayanan
gigi (Denominator).
Kriteria Kriteria Inklusi:
132
Target pencapaian <5%
Indikator Uraian
133
Kriteria Eksklusi:
Indikator Uraian
134
infus atau tusukan pengambilan sample darah
(Denominator)
Kriteria Kriteria Inklusi:
Ditemukan tanda-tanda: dolor, tumor, fungsio
laesa, kalor, rubor yang dilakukan setelah tindakan
pemasangan infus atau pengembalilan darah.
Kriteria Eksklusi:
Pasien dipasang infus atau diambil darah di fasilitas
pelayanan kesehatan berbeda.
Perhitungan Jumlah pasien Plebitis/Jumlah pasien yang dilakukan
tindakan pemasangan infus atau tusukan pengambilan
sample darah X 100 = ……%
Pengumpul data Penanggung jawab PPI atau orang yang ditugaskan
Frequensi penilaian Perbulan
data
Periode pelaporan 1 – 3 Bulan
Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin 3 bulan dan jika diperlukan
hasil
Target pencapaian <5%
135
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di
fasilitas pelayanan kesehatan, pasal 3 ayat 1 setiap
Fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan
program PPI.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease
2019 (Covid-19)
4. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dalam
menghadapi wabah Covid 19 (Dirjen Yankes tahun
2020).
5. FKTP harus memperhatikan kepatuhan pemberi
pelayanan dalam menggunakan APD sesuai dengan
prosedur.
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas FKTP dalam
menggunakan APD
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna
layanan dengan cara mengurangi risiko infeksi.
Definisi Operasional 1. Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat
yang dirancang sebagai penghalang terhadap
penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau
penyebaran infeksi atau penyakit.
2. APD digunakan sesuai dengan standar dan indikasi
3. Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan
tindakan yang memungkinkan tubuh atau membran
mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan
tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi
dari petugas.
4. Kepatuhan penggunaan APD adalah kepatuhan
petugas kesehatan dalam menggunakan APD
136
sesuai standar dan indikasi.
5. Penilaian kepatuhan penggunaan APD adalah
penilaian yang dilakukan terhadap petugas
kesehatan dalam menggunakan APD saat
melakukan tindakan atau prosedur pelayanan
kesehatan
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase (%)
Numerator Jumlah petugas kesehatan yang menggunakan APD
(pembilang) sesuai indikasi dan standar dalam periode pengamatan
Denominator Jumlah petugas kesehatan diamati
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
137
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Tidak ada
Formula
138
F. AUDIT, MONITORING DAN ICRA
1. Audit
(1) Membuat rencana (kegiatan audit, tim, dll), sesuai prioritas masalah.
76 – 84 % : Kepatuhan Intermediate
139
(d) Hitung skoring menggunakan formula, sbb:
Total jumlah ya
X 100 = …….. %
Total jumlah Ya +
tidak
Berikut beberapa contoh instrumen penilaian kepatuhan
terhasap SOP yang ada di FKTP, sbb:
140
Contoh 1: Kepatuhan kebersihan tangan untuk 5 momen Tabel
21. Instrumen penilaian kebersihan tangan lima momen
Total 4 1
141
Contoh 2: Kepatuhan penggunaan APD pada pertolongan
persalinan
4 Googles/pelindung wajah √
5 Sarung tangan √
6 Sepatu √
Jumlah 4 2
142
baik. Jika tidak terlaksana dengan baik maka harus segera dicari penyebab
masalahnya dengan demikian tindak lanjut pemecahan masalah dapat
dialkukan secara dini. Sehingga kinerja PPI dapat tercapai sesuai target
yang sudah direncakan sebelumnya.
c) Proses monitoring dapat dilakukan sejak Penggerakan dan Pelkasanaan
(P2). FKTP atau Tim PPI dapat mengembangkan alat bantu monitoring
berupa ceklist atau daftar tilik monitoring pelaksanaan program PPI yang
diadaptasi dari matriks perencanaan PPI yang sudah dibuat sebelumnya.
Tabel 23. Contoh tabel rencana dan monitoring program PPI di FKTP
RTL
WAKTU STATUS
VOLUME
PIC
PENYEBAB
PELAKSAN
NO KEGIATA
AAN
N
YA TDK
1 Pelatihan 2 orang Maret dr.Anita 1…….. 1. ,,,,,,,,
Dasar PPI 2021 2…….. 2……..
3…dst 3…dst
2 Sosialisasi PPI 2 kali Juni – Bidan
kepada pertemu Juli Yunita
petugas an 2021
3 Penyiapan
Kebijakan (SK
Tim,
Pedoman,
SOP, dll)
4 Penerapan PPI
5 Surveilan
6 Audit
7 Pelaporan
8 Dst……
143
3. Peningkatan Mutu PPI Melalui Penilaian Risiko Pengendalian Infeksi
(ICRA: Infection Control Risk Assessment)
144
d) Langkah pengkajian ICRA, sbb:
TINGKA
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
T
RISIKO
0-5% extremely unlikely or virtually impossible.
1 Very low Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam
lebih dari 5 tahun).
Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi
2 low bukan tidak mungkin terjadi (terjadi dalam 2-5
tahun).
Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun) , 31-70% fairly
3 Medium likely to occur . Mungkin terjadi/ bisa terjadi
(dapat terjadi tiap 1-2 tahun).
Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun), Sangat
4 High mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa
kali dalam setahun).
146
5 Very high Sering (frekuensi > 6 x/tahun), Hampir pasti
akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan).
TINGKA
DESKRIPSI DAMPAK
T
RISIKO
1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.
Cedera ringan, misalnya lecet, dapat
2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.
Cedera sedang (luka robek), berkurangnya
fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
Lama hari rawat intelekteual tidak berhubungan dengan
3
panjang penyakitnya dan Setiap kasus akan
memperpanjang hari
perawatan
Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh),
Kehilangan
kehilangan fungsi motorik/sensorik/
4 fungsi tubuh
psikologis atau intelektual ) tidak
sementara
berhubungan dengan penyakit
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Katastropik
perjalanan penyakit
147
(iii)Penilaian tingkat risiko terhadap sistem yang ada yaitu
penilian terhadap adanya peraturan, pelaksanaan dan
ketersediaan fasilitas.
148
Rangking risiko
Score
Probabilty Dampak Sistim
Uraian
No
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Plebitis 5 2 2 20 I
2 ISK 2 3 3 18 II
3 PLABSI 3 5 1 15 III
Keterangan:
1. No adalah no urut masalah yang ditemukan
2. Uraian adalah masalah yang ada dan terjadi di lapangan
berdasarkan data hasil laporan bulanan
3. Probability adalah nilai sering nya kejadian muncul atau
ditemukan di lapangan
4. Dampak adalah akibat yang kemungkinan akan terjadi akibat
masalah yang ada
5. Sistim adalah peraturan atau kebijakan yang ada, fasilitas yang
ada dan pelaksanaan di lapangan
6. Score risiko adalah nilai akhir dari perkalian antara probability,
dampak dan sistim yang ada
7. Rangking score adalah urutan nilai tertinggi dari score Risiko
untuk dijadikan masalah prioritas
(2) Penilaian Risiko Infeksi Pada Fasilitas dan Bangunan (ICRA
Konstruksi)
149
Tim PPI harus terlibat atau dilibatkan dalam pertemuan
perencanaan baik gedung baru atau renovasi, berkaitan hal-hal sbb::
Bagaimana produk, peralatan, ruangan atau klinik digunakan?
(iii) Menentukan kelas kewaspadaan dan intervensi PPI Tabel 28. Risiko
berdasarkan type konstruksi
151
yang telah diperoleh sebelumnya, sbb :
152
jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di
dekatnya.
Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka
memiliki filter efisiensi tinggi pada udara yang habis.
Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran
Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah
tertutup dengan tutup yang rapat, atau menutupi puing
dengan kain basah.
Jangan mengangkut puing-puing melalui area
perawatan pasien tetapi melalui pintu keluar yang
berbeda.
153
BAB IV
3. Prinsif: secara garis besar konsep dan prinsip pelaksanaan PPI di setiap unit
pelayanan yang tersedia di FKTP adalah berlaku sama, tanpa pengecualian
dengan merujuk pada materi bahasan PPI di Bab III. Mutu pelayanan di FKTP
sangat ditentukan oleh kepatuhan petugas terhadap kebijakan, pedoman,
standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh masing-masing FKTP
dengan mengacu pada peraturan perundang undangan yang berlaku termasuk
yang dikeluarkan oleh masing-masing Pemerintah Daerah dan para
penanggunjawab program di Kementerian Kesehatan RI.
154
5. Tantangan Pelayanan Kesehatan diluar fasilitas: penerapan PPI untuk
pelayanan kesehatan perseorangan relatif lebih mudah terutama jika
kegiatannya dilakukan di dalam fasilitas kesehatan, selain karena semua
sumber daya yang digunakan berada dalam kendali petugas. Selain itu sumber
penularan penyakit lebih mudah diidentifikasi sehingga pencegahan dan
pengendalian penyakit infeksinya juga diharapkan dapat dikelola dengan lebih
baik.
155
masyarakat atau seblaiknya menjadi lebih besar, dll.
Berikut ini nama upaya dan jenis pelayanannya yang telah disesuaikan dengan
istilah dalam PMK 43/2019 Tentang Puskesmas, baik pada yang berkaitan
dengan bab pelayanan maupun penanggungjawab program. Selain itu
ditambahkan pelayanan lain yang dianggap berpotensi sebagai sumber
penularan dan belum termasuk dalam UKP dan UKM.
156
(2) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
157
preventif (imunisasi, edukasi PPI, dll) dan.
158
Infeksius,
Non Infeksi dan
safety box
5 Pengelolaan Alat √ Sesuai kriteria
Medis
6 Pengelolaan Linen √ Disesuaikan
dengan kondisi
FKTP
7 Penyuntikan Yang √ 1 spuit, 1 obat,
Aman 1 pasien
8 Kebersihan Pernapasan √ Tersedia KIE
dan Etika Batuk etika batuk
9 Penempatan pasien √ Berdasarkan
standar
Transmisi
10 Perlindungan kesehatan √
karyawan
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √ Sesuai indikasi
2 Infus √ Tindakan
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √ aseptic,
gunakan troly
tindakan.
PENGGUNAAN √
ANTIMIKROBA YG
BIJAK
DIKLAT PPI √ Semua staff
sudah
tersosialisasi
PPI
SURVEILANS √
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
159
EDUKASI PPI PADA PENGGUNA LAYANAN
2. Saat d Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Minum obat sesuai aturan pakai, antibiotik diminum sampai habis.
Kunjungan ulang sesuai saran petugas, atau bila ada keluhan lain sebelum
waktu kunjungan segera memeriksakan kembali.
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
160
b) Tujuan: Mengelola unit pelayanan gigi dan mulut agar sesuai dengan
prinsip, teknis dan prosedur PPI untuk mencegah atau memutus
terjadinya infeksi.
c) Prinsip umum:
161
sabun
Pemeriksaan
2 Penggunaan APD Minimal masker
√
Penambalan Gigi dan sarung
Pencabutan (exo) tangan sekali
Pembersihan pakai
3 Pengendalian √
Karang (Scalling) Desinfeksi rutin
Lingkungan
dll 4 Pengelolaan Limbah √ Tersedia tempat
dan Benda Tajam limbah
Infeksius, Non
Infeksi dan
safety box
5 Pengelolaan Alat √ Dekontaminasi
Medis peralatan sesuai
jenis alat
kesehatan
6 Pengelolaan Linen Linen bekas
√
pakai pasien
kategori
infekius
7 Penyuntikan Yang √ Satu spuit, satu
Aman obat satu pasien
dan jarum
suntik segera
dimasukan
dalam
safety box
8 Kebersihan Pernapasan √ Tersedia KIE
dan Etika Batuk etika batuk
9 Penempatan pasien √ Jaga jarak bagi
pasien terduga
sakit infeksi
10 Perlindungan kesehatan √ Kebijakan
karyawan standar
imunisasi
162
petugas
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √ Pengaturan
2 Droplet √
sirkulasi udara
3 Udara √
minimal 6 -12
kali pertukaran
udara per jam
PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √ Luka gigi dan
mulut
PENGGUNAAN √
ANTIMIKROBA YG
BIJAK
DIKLAT PPI √ Semua staff
Gilut
sudah
tersosialisasi
PPI
SURVEILANS √ Angka kejadian
Abses setelah
ekstraksi gigi
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
EDUKASI PPI PADA PENGGUNA LAYANAN
163
kesehatan yang sudah ditentukan (memakai masker, menjaga jarak,
melakukan kebersihan tangan)
Perhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit.
Buanglah sampah pada tempat yang telah disediakan.
2. Saat d Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Minum/gunakan obat sesuai aturan pakai, antibiotik harus dihabiskan dan
waspada efek samping
Kunjungan ulang sesuai saran petugas
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
(1) Setiap FKTP membuat SOP penerapan PPI pelayanan gawat darurat
mencakup pra-fasilitas, penanganan di fasilitas hingga rujukan.
(2) Penerapan PPI di unit gawat darurat mengikuti teknis dan prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi sebagaimana telah dijelaskan
pada Bab III.
164
(3) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
165
8 Kebersihan Pernapasan √ Tersedia KIE
dan Etika Batuk etika
batuk dan
kebersihan
tangan
9 Penempatan pasien √ Jaga jarak bagi
pasien terduga
sakit
infeksi
10 Perlindungan kesehatan √ Kebijakan
karyawan standar
imunisasi
petugas
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √ Kebersihan
tangan
dan sarung
tangan jika
perlu
2 Droplet √ Masker medis
3 Udara √ Penempatan
pasien
dan gunakan
masker
bedah/N95
PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
PENGGUNAAN √
ANTIMIKROBA BIJAK
DIKLAT PPI √ Semua staff
Gadar sudah
tersosialisasi
PPI
166
SURVEILANS √
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
EDUKASI PPI PADA PENGGUNA LAYANAN
168
BAGI PETUGAS KESEHATAN
KEWASPADAAN ISOLASI
PELAYANAN
Kewaspadaan Standar
KESGA 1 Kebersihan Tangan √ Mudah dijangkau
PERSEORANGAN 2 Penggunaan APD √ Sesuai indikasi
(Bersifat UKP). dan jenis
paparan
Maternal:
3 Pengendalian √ Dibersihkan
Pemeriksaan Lingkungan rutin 2 kali
ANC (dalam sehari dan
faskes) segera jika ada
Pemeriksaan PNC tumpahan darah
Bayi dan Balita: atau cairan
Layanan tubuh
neonatal esensial 4 Pengelolaan Limbah √ Tersedia tempat
neonatal Infeksius,
Non Infeksi dan
Imunisasi
safety box
MTBS
5 Pengelolaan Alat Dekontaminasi
√
Imunisasi dasar Medis peralatan sesuai
lengkap jenis alat
Usia sekolah dan kesehatan
remaja: 6 Pengelolaan Linen √ Sesuai kategori
linen
7 Penyuntikan Yang Satu spuit, satu
√
Aman obat satu pasien
dan
jarum suntik
segera
Penjaringan diamsukan
kesehatan anak dalam safety
sekolah box
8 Kebersihan Pernapasan √ Tersedia KIE
Pemantauan
dan Etika Batuk etika
169
kesehatan berkala batuk dan
PKPR kebersihan
Kuratif (masuk ke tangan
9 Penempatan pasien √ Jaga jarak bagi
poli anak)
pasien terduga
UKS/UKGS
sakit infeksi
Wanita usia 10 Perlindungan kesehatan √
Kebijakan
reproduksi: karyawan standar
Pelayanan
imunisasi
kesehatan calon
petugas
pengantin (catin) Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √ Kebersihan
KB
tangan dan
Pelayanan tata
(sarung tangan
laksana kekerasan
jika perlu)
terhadap
2 Droplet √ Masker medis
perempuan dan 3 Udara √ Penempatan
Anak (KTPA) pasien dan
Usila: gunakan masker
Skrining kesehatan bedah/N95
(pengkajian PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
paripurna pasien 2 Infus √
3 Kateter Urine √ Sesuai indikasi
geriatric/P3G)
4 Perawatan Luka √ pada pelayanan
Posyandu
gadar
lansia/posbindu
PENGGUNAAN ANTI √ Jika
(pemantauan
MIKROBA YG BIJAK mendapatkan
kesehatan
antibiotik
berkala/deteksidini DIKLAT PPI √ Semua staff
PTM) Gizi sudah
PJP tersosialisasi
(perawatan jangka PPI
panjang) SURVEILANS √
MONEV √
Home Care
Nilai CR SOP
Pelayanan
170
Kesehatan Lansia secara periodik
(kuratif) di poli
Lansia
EDUKASI PPI BAGI PENGUNA LAYANAN
(2) Gunakan APD (topi, gaun, masker, sarung tangan dan pelindung
wajah sat menolong persalinan) atau sesuai dengan indikasi.
(3) Perlakuan terhadap alat kesehatan
172
dilakukan proses dekontaminasi dengan kode/label kantong
yang sesuai.
(f) Semua peralatan dirapikan kembali dan disimpan pada
tempatnya.
spoll hock.
173
(5) Edukasi PPI pada ibu melahirkan
(d) Jaga kebersihan diri (mandi, gosok gigi), alat kelahiran (vulva),
cara cebok yang benar dengan menggunakan sabun termasuk
saat akan dialkukan pemeriksaan oleh petugas (PNC).
(e) Perawatan bayi baru lahir seperti cara memandikan bayi,
merawat tali pusat, membedong bayi dan memberikan ASI
merupakan perawatan bayi baru lahir yang sebaiknya dilakukan
oleh ibu secara mandiri dengan memperhatikan kebersihan
peralatan
(f) Gunakan masker dan jaga jarak dari orang yang batuk, ISPA,
dll
(h) Beri ASI secara dini (kolostrum), teruskan dengan ASI esklusif.
Tabel 33. Penerapan PPI pada Pelayanan Persalinan Normal dan Gadar
174
INFEKSI
BAGI PETUGAS KESEHATAN
KEWASPADAAN ISOLASI
PELAYANAN
Kewaspadaan Standar
PERSALINAN 1 Kebersihan Tangan √ Tersedia air
NORMAL: mengalir dan
sabun
Persalinan (Untuk 2 Penggunaan APD √ Sesuai indikasi
dan jenis
paparan
Persalinan normal 3 Pengendalian √ Dibersihkan
ikuti sesuai Lingkungan rutin 2 kali
Langkah APN). sehari dan
PELAYANAN segera jika ada
KEGAWATDARURA tumpahan darah
TA N MATERNAL. atau cairan
Dalam penanganan tubuh
4 Pengelolaan Limbah √ Tersedia tempat
kasus Gadar, Ikuti
dan Benda Tajam limbah
dan patuhi Protap
Infeksius, Non
(SOP)
Infeksi dan
kegawatdaruratan
safety box
maternal yang telah
5 Pengelolaan Alat Dekontaminasi
√
dibuat.
Medis peralatan sesuai
jenis alat
kesehatan
6 Pengelolaan Linen √ Sesuai kategori
linen
7 Penyuntikan Yang Satu spuit, satu
Aman √ obat satu pasien
dan jarum
suntik segera
diamsukan
dalam
safety box
175
8 Kebersihan Pernapasan √ Tersedia KIE
dan Etika Batuk etika batuk dan
kebersihan
tangan
9 Penempatan pasien √ Jaga jarak
minimal 1
meter
10 Perlindungan kesehatan √ Kebijakan
karyawan standar
imunisasi
petugas
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √ Kebersihan
tangan dan
sarung tangan
jika perlu
2 Droplet √ Masker medis
3 Udara √ Penempatan
pasien dan
gunakan masker
bedah/N95
PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √ Sesuai indikasi
PENGGUNAAN ANTI √
MIKROBA YG
BIJAK
DIKLAT PPI √ Semua staff
KIA
sudah
tersosialisasi
PPI
SURVEILANS √
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
176
EDUKASI PPI BAGI PENGUNA LAYANAN
2. Saat d Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Memeriksakan kesehatan jika sakit
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
177
Higiene dan sanitasi makanan merupakan upaya untuk mengendalikan
factor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan berkaitan dengan makanan, orang, tempat, dan
perlengkapannya (peralatan).
b) Tujuan: mengelola pelayanan kesehatan gizi yang bersifat UKP di
FKTP agar sesuai dengan prinsip, pengelolaan dan prosedur PPI untuk
mencegah atau memutus terjadinya infeksi.
c) Prinsip umum:
(1) Setiap FKTP membuat SOP penerapan PPI tentang pelayanan gizi
perseorangan (pelayanan di UKP).
(2) Penerapan PPI dalam pengelolaan pelayanan gizi harus mengikuti
pedoman dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III.
(3) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
seperti
salmonela dan
parasit
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
179
4 Perawatan Luka √
PENGGUNAAN ANTI
√
MIKROBA YG BIJAK
DIKLAT PPI √ Semua staff
Gizi
sudah
tersosialisasi
PPI
SURVEILANS √
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
EDUKASI PPI BAGI PENJAMAH MAKANAN DAN PENGGUNA
LAYANAN
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Memeriksakan kesehatan secara rutin.
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
180
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
(1) Setiap FKTP membuat SOP penerapan PPI pada pelayanan P2P
yang bersifat perseorangan di FKTP.
(2) Penerapan PPI dalam pengelolaan pelayanan P2P bersifat
perseorangan harus mengikuti pedoman dan prosedur pencegahan
dan pengendalian infeksi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab
III.
(3) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
(PTM) : handrub.
2 Penggunaan APD √ Sesuai indikasi
Hipertensi 3 Pengendalian √
Diabetes,Jantung, Lingkungan
Ca. Mamae, dan 4 Pengelolaan Limbah √ Limbah =
Ca.cervix,. dan Benda Tajam Sampah
Pemeriksaan dan kegiatan
5 Pengelolaan Alat √
penanganan
Medis
Penyakit Menular:
6 Pengelolaan Linen √ Jika dalam
Kecacingan,
perawatan di
ISPA, Diare,
FKTP
DBD, Malaria,, 7 Penyuntikan Yang √
Zoonosis, HIV, Aman
IMS, TB, dan 8 Kebersihan Pernapasan √
182
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
PENGGUNAAN √ Jika ada
ANTIMIKROBA YG pemberian
BIJAK antimikroba,
misalnya
pemberian obat
program
DIKLAT PPI √ Semua staff
sudah
tersosialisasi
PPI
SURVEILANS √
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
EDUKASI PPI BAGI PENGGUNA LAYANAN
183
2. Saat d Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Memeriksakan diri jika sakit.
Minum/gunakan obat sesuai aturan pakai, antibiotik harus dihabiskan dan
waspada efek samping atau sesuai aturan minum obat bagi obat program.
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
184
infeksi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III.
(3) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
185
penggunaan obat) 1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
PENGGUNAAN
ANTIMIKROBA YG √
BIJAK
186
DIKLAT PPI √ Semua
pengelola
farmasi
tersosialisasi
PPI
SURVEILANS √
MONEV √ Nilai CR SOP
secara periodik
EDUKASI PPI BAGI PENGGUNA LAYANAN
4. Saat d Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Pertahankan kondisi obat dalam kemasan yang selalu bersih dan tertutup
Minum/gunakan obat sesuai aturan pakai, cara menyimpan obat yang benar,
cara membuang obat yang benar dan waspada efek samping.
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
9. PPI DI PELAYANAN LABORATORIUM
187
a) Pengertian: Pelayanan laboratorium yang dimaksud dalam hal ini
adalah laboratorium klinik yang ada di FKTP yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan sesorang terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
b) Tujuan: mengelola pelayanan laboratorium di FKTP agar sesuai dengan
prinsip, pengelolaan dan prosedur PPI untuk mencegah atau memutus
terjadinya infeksi.
c) Prinsip umum:
2. Saat d Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
189
Memeriksakan kesehatan jika sakit
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan
prosedur sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
Jaga jarak dengan orang lain (pasien dengan gangguan saluran napas/ISPA)
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
191
C. PENERAPAN PPI DI UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) DI
FKTP
Khusus untuk Puskesmas pelayanan yang diberikan bukan hanya yang bersifat
kesehatan perseorangan, tetapi juga mencakup Upaya Kesehatan Masyarakat yang
pada umumnya dilakukan diluar fasilitas kesehatan (di masyarakat). Karena
banyak dan beragamnya jenis kegiatan UKM, maka untuk memudahkan
pembahasan bagaimana menerapkan PPI untuk setiap program maka dilakukan
pengelompokan kegiatan berdasarkan kesamaan bentuk maupun proses
pelaksanaannya dilapangan serta berdasarkan siklus pengelolaan program sejak P1
(Perencanaan), P2 (Pelaksanaan dan Pengorganisasian) dan P3 (Pengawasan,
Pengendalian dan Penilaian).
192
6. Kelompok Kegiatan Pelatihan, Penyuluhan dan Konseling
(1) Setiap FKTP membuat SOP penerapan PPI yang berkaitan dengan
pendataan dan program UKM baik esensial maupun pengembangan.
(2) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
(3) Penerapan PPI, mengikuti tatacara pencegahan dan pengendalian
infeksi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III, dengan
memperhatikan catatan- catatan yang dibuat secara khusus pada
kolom catatan tabel penerapan PPI di UKM.
193
d) Penerapan PPI pada kegiatan pendataan di masing-masing
Program UKM,
194
10 Perlindungan kesehatan karyawan √
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
√
YG BIJAK
D. DIKLAT PPI √ Semua Staff UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI
Pendataan secara periodik
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
195
Laksanakan Germas
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
196
Kelompok Kegiatan yang Bersifat Penjaringan Pada Program UKM, sbb:
1. Pelayanan Gizi: deteksi dini/ penemuan kasus gizi di masyarakat
2. Pelayanan KIA : Pelayanan Ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi,
balita serat anak pra sekolah,lansia (posyandu lansia atau posbindu PTM)
3. Pelayanan UKS/UKGS: pemerikasaan dan pelayanan Kesehatan gigi dan mulut
4. Kegiatan penjaringan pada pelayanan P2PL,
5. Kegiatan penjaringan pada pelayanan Kesehatan Jiwa
6. PIS PK (penjaringan masalah kesehatan keluarga.
7. dll
PENERAPAN STANDAR PPI BAGI PETUGAS
A. KEWASPADAAN ISOLASI
Kewaspadaan Standar YA TDK CATATAN
1 Kebersihan Tangan √
2 Penggunaan APD √ Gunakan sesuai indikasi
dan jenis paparan
3 Pengendalian Lingkungan √ Lingkungan tempat
kegiatan
4 Pengelolaan Limbah dan Benda √ Contoh benda tanjam :
Tajam Needle dan sarung tangan
untuk pengembilan
sample darah
5 Pengelolaan Alat Medis √ Peralatan medis dengan
Densifeksi Tingkat Tinggi
(DTT)
6 Pengelolaan Linen √
7 Penyuntikan Yang Aman √ Contoh kegiatan pada saat
pencabutan gigi di
sekolah, dll
8 Kebersihan Pernapasan dan Etika √
Batuk
9 Penempatan pasien √ Jaga jarak
10 Perlindungan kesehatan karyawan √
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
197
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA √
YG BIJAK
D. DIKLAT PPI √ Semua Staff UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √ Contoh abses untuk post
ekstraksi gigi
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI Pada
Kegiatan Penjaringan
secara periodik
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
198
Laksanakan Germas
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
199
3. PPI pada Kunjungan Rumah Pada Program UKM
a) Pengertian: Kunjungan rumah adalah semua kegiatan yang dilakukan
dengan mengunjungi rumah atau tempat tinggal sasaran dalam rangka
pelaksanaan program UKM baik esensial maupun pengembangan
termasuk kegiatan UKM yang bersifat UKP.
b) Tujuan: mengelola kegiatan kunjungan rumah agar sesuai dengan
prinsip PPI untuk mencegah atau memutus terjadinya infeksi secara dini.
c) Prinsip umum:
(1) Setiap FKTP membuat SOP penerapan PPI yang berkaitan dengan
kunjungan rumah untuk masing-masing program UKM baik
esensial maupun pengembangan.
(2) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
(3) Penerapan PPI, mengikuti tatacara pencegahan dan pengendalian
infeksi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III, dengan
memperhatikan catatan- catatan yang dibuat secara khusus.
d) Penerapan PPI Pada Kegiatan Kunjungan Rumah Program UKM,
dapat dlihat dalam matriks berikut ini:
200
PENERAPAN STANDAR PPI BAGI PETUGAS
A. KEWASPADAAN ISOLASI
Kewaspadaan Standar YA TDK CATATAN
1 Kebersihan Tangan √
2 Penggunaan APD √ Sesuai Indkasi &
Kebutuhan
3 Pengendalian Lingkungan √
4 Pengelolaan Limbah dan Benda √ Jika ada tindakan medis
Tajam
5 Pengelolaan Alat Medis √ Jika ada tindakan medis
6 Pengelolaan Linen √
7 Penyuntikan Yang Aman √ Jika ada tindakan medis
8 Kebersihan Pernapasan dan Etika √
Batuk
9 Penempatan pasien √ Perhatikan jaga jarak
10 Perlindungan kesehatan karyawan √
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √ Jika ada tindakan medis
(homecare)
4 Perawatan Luka √ Jika ada tindakan medis
(homecare)
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA √
Jika ada pemberian AB
YG BIJAK
D. DIKLAT PPI √ Semua Tim UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI
Kunjungan rumah secara
periodik
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
201
Menjaga kebersihan perorangan.
Kebersihan Tangan: biasakan mencuci tangan terutama sebelum dan sesudah
makan, sesudah BAB, sesudah menyentuh sesuatu yang kotor atau sumber
penularan penyakit, dll
Tidak membuang dahak disembarang tempat.
Jaga jarak dengan orang lain (pasien dengan gangguan saluran napas/ISPA)
Gunakan masker jika mengalami gangguan saluran pernafasan, pada kondisi
pandemi maka semua masyarakat yang datang harus mengikuti protokol
kesehatan yang sudah ditentukan (memakai masker, menjaga jarak,
melakukan kebersihan tanganPerhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit.
APD: gunakan masker jika sedang batuk/bersin
Perhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit.
Buanglah sampah pada tempat yang telah disediakan.
.
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Memeriksakan ulang (control) sesuai saran petugas.
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
4. PPI Pada Distribusi atau Pemberian Obat Pada Program UKM.
202
memutus terjadinya infeksi secara dini.
c) Prinsip umum:
(1) Setiap FKTP membuat SOP penerapan PPI yang berkaitan dengan
distribusi atau pemberian obat masing-masing program UKM baik
esensial maupun pengembangan.
(2) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan terhadap tingkat kepatuhan petugas pada protap
atau SOP yang telah dibuat.
203
5 Pengelolaan Alat Medis √
6 Pengelolaan Linen √
7 Penyuntikan Yang Aman √
8 Kebersihan Pernapasan dan Etika √
Batuk
9 Penempatan pasien √
10 Perlindungan kesehatan karyawan √
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA √ Jika ada pemberian AB
YG BIJAK (mislanya obat program,
dll)
D. DIKLAT PPI √ Semua Staff UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI
Distribusi obat secara
periodik
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
Jaga jarak dengan orang lain (pasien dengan gangguan saluran napas/ISPA)
204
kesehatan yang sudah ditentukan (memakai masker, menjaga jarak,
melakukan kebersihan tanganPerhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit.
Perhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit.
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
5. Distribusi atau Pemberian Makanan Tambahan.
a) Pengertian: adalah semua kegiatan distribusi atau pemberian makanan
tambahan yang dilakukan oleh program UKM kepada sasaran.
b) Tujuan: mengelola proses penyediaan, pendistribusian atau pemberian
makanan tambahan atau sejenisnya oleh Program UKM dilaksanakan
sesuai dengan prinsip PPI untuk mencegah atau memutus terjadinya
infeksi secara dini.
c) Prinsip umum:
206
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
√
YG BIJAK
D. DIKLAT PPI √ Semua Staff UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI
Distribusi & pemberian
PMT secara periodik
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
Jaga jarak dengan orang lain (pasien dengan gangguan saluran napas/ISPA)
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
207
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
208
Kelompok Kegiatan yang Bersifat Pelatihan, Penyuluhan (massal dan
individu) Pada Program UKM, sbb:
1. Penyuluhan: Napza dan Kenakalan Remaja, dll
2. Program Gizi: Pelatihan Kader Posyandu, Penyuluhan Gizi di posyandu,
Konseling asuhan pemberian makanan tambahan pada KEK, dll
3. Program KIA: Kelas ibu Hamil, konseling bagi Catin/PUS, Konseling
penggunaan KB termasuk paska salin, IVA Test, dll.
4. Program P2PL: Pelatihan Kader Jumatik, TB/MDR, HIV/AIDS, Rabies,
Malaria, dll
5. Program lain: Pelatihan dokter kecil (UKS/UKGS).
6. dll
PENERAPAN STANDAR PPI BAGI PETUGAS
A. KEWASPADAAN ISOLASI
Kewaspadaan Standar YA TDK CATATAN
1 Kebersihan Tangan √
2 Penggunaan APD √ Gunakan Masker jika ada
indikasi.
3 Pengendalian Lingkungan √
4 Pengelolaan Limbah dan Benda √
Tajam
5 Pengelolaan Alat Medis √
6 Pengelolaan Linen √
7 Penyuntikan Yang Aman √
8 Kebersihan Pernapasan dan Etika √
Batuk
9 Penempatan pasien √
10 Perlindungan kesehatan karyawan √
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA √
YG BIJAK
209
D. DIKLAT PPI √ Semua Staff UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI Pada
Pelatihan, Penyuluhan dan
Konseling secara periodik
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
Jaga jarak dengan orang lain (pasien dengan gangguan saluran napas/ISPA)
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
210
7. Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan Pemberdayaan (UKBM).
a) Pengertian: adalah semua kegiatan pemantauan, pembinaan dan
pemberdayaan yang dilakukan oleh petugas UKM kepada sasaran,
keluarga, kelompok atau masyarakat dalam rangka pelaksanaan program
UKM.
b) Tujuan: mengelola kegiatan pemantauan, pembinaan dan
pemberdayaan yang dilakukan oleh Program UKM dilaksanakan sesuai
dengan prinsip PPI untuk mencegah atau memutus terjadinya infeksi
secara dini.
c) Prinsip umum:
211
Kelompok Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan Pemberdayaan Pada
Program UKM, sbb:
212
5 Pengelolaan Alat Medis √
6 Pengelolaan Linen √
7 Penyuntikan Yang Aman √
8 Kebersihan Pernapasan dan Etika √
Batuk
9 Penempatan pasien √
10 Perlindungan kesehatan karyawan √
Kewaspadaan Transmisi
1 Kontak √
2 Droplet √
3 Udara √
B. PENGELOLAAN BUNDLES
1 Alat Bantu Napas √
2 Infus √
3 Kateter Urine √
4 Perawatan Luka √
C. PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
√
YG BIJAK
D. DIKLAT PPI √ Semua Staff UKM sudah
tersosialisasi PPI
E. SURVEILANS √
F. MONEV √ Nilai CR SOP PPI Pada
Kegiatan Pembinaan dan
pemberdayaan
masyarakat (UKBM)
PESAN EDUKASI PPI BAGI SASARAN ATAU MASYARAKAT
Jaga jarak dengan orang lain (pasien dengan gangguan saluran napas/ISPA)
213
kebersihan tanganPerhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit
Perhatikan etika/bersin jika pasien lagi flu/sakit.
2. Saat di Rumah/keluarga.
Terapkan PHBS
Laksanakan Germas
Catatan: Penerapan Standar PPI:
Ya artinya diterapkan sesuai dengan indikasi, tatakelola dan prosedur
sama dengan penjelasan PPI di Bab III.
Tidak artinya tidak diperlukan
Catatan: penjelasan khusus yang diperlukan untuk penyesuaian
dengan kondisi di FKTP masing-masing.
214
BAB V
PPI PADA PENYAKIT INFEKSI EMERGING DAN PENANGGULANGAN
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
215
b) Re-emerging disease adalah penyakit infeksi yang ada di suatu daerah
yang kasusnya sudah sangat menurun atau terkontrol, tapi kemudian
meningkat lagi kejadiannya, kadang dalam bentuk klinis lebih berat
atau fatal. Perilaku manusia mempengaruhi kemunculan kembali.
Misalnya, terlalu sering menggunakan antibiotik sehingga
menyebabkan organisme penyebab penyakit kebal terhadap obat-
obatan. Penyakit yang muncul kembali (re-emerging) termasuk
malaria, TBC, kolera, pertusis, influenza, penyakit radang paru-paru,
dan gonore.
Perang
216
Perubahan iklim dan perubahan ekosistem;
217
Dampak yang ditimbulkan dari sebuah penyakit baru sulit diprediksi
namun diketahui bisa sangat bermakna, karena pada saat penyakit baru itu
menyerang manusia, mungkin hanya sedikit kekebalan yang dimiliki
manusia atau bahkan tidak ada sama sekali.
Penerapan PPI pada saat terjadi penyakit Infeksi emerging oleh petugas
kesehatan, secara garis besar, sbb:
c) Pengendalian Administratif.
219
(1) Berikan pendidikan pelatihan kepada seluruh staf fasilitas
pelayanan kesehatan tentang Penyakit Infeksi Emerging yang
terkait kondisi yang terjadi dengan materi:
Konsep kejadian Penyakit Infeksi Emerging (sesuai kasus
yang terjadi).
Konsep Infeksi penyakit infeksi.
Mikrobiologi dasar.
(1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun
dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan
antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak
bersih.
(2) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat
menularkan mikroorganisme).
(3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak
memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan
220
berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
(4) Membatasi diri terhadap interaksi/kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
(5) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti
pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
(6) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang,
(7) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol.
(8) Menerapkan etika batuk dan bersin, terutama jika sakit. Jika berlanjut
segera berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.
(1) Jaga kebersihan tangan yaitu bersihkan tangan dengan sabun dan
air mengalir jika tangan kotor atau handsanitizer jika tangan
tampak bersih sesuai standar yaitu melalui 6 langkah kebersihan
tangan.
(2) Jangan menyentuh wajah dalam kondisi tangan yang belum bersih
sebisa mungkin hindari menyentuh area wajah khususnya mata,
222
hidung dan mulut.
(3) Terapkan etika batuk dan bersin dengan menutup mulut dan
hidung menggunakan lengan atas bagian dalam ketika batuk atau
bersin, selain dengan lengan bisa juga menutup mulut dan hidung
menggunakan tisu yang setelahnya harus langsung dibuang ke
tempat sampah.
(4) Pakai masker bagi yang memiliki gejala gangguan pernapasan ,
kenakanlah masker medis kemanapun anda pergi keluar rumah
atau berintekaksi dengan orang lain dan jika anda yang tidak
memiliki gejala apapun cukup gunakan masker kain karena masker
medis terbatas dan diprioritaskan untuk mereka yang
membutuhkan misalnya : tenaga kesehatan.
(5) Jaga jarak untuk menghindari terjadinya paparan virus dari orang
ke orang lain kita harus senantiasa menjaga jarak dengan orang
lain minimal 1 meter. Menjaga jarak juga dikenal dengan isitilah
physical distancing, kita dilarang mendatangi kerumunan,
meminimalisir kontak fisik dengan orang lain dan tidak
mengadakan acara yang mengundang banyak orang.
(6) Isolasi mandiri bagi yang merasa tidak sehat seperti mengalami
deman, batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak napas diminta secara
sadar dan sukarela melakukan isolasi mandiri di dalam rumah.
(7) Jaga kesehatan dengan memastikan kesehatan fisik tetap terjaga
dengan berjemur sinar matahari pagi selama beberapa menit,
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan olahraga
ringan dan istirahat yang cukup.
b) Tindakan PPI di Unit Pelayanan Saat Terjadi Penyakit Infeksi
Emerging
223
atau menggunakan handsanitizer sesuai standar.
(ii) Gunakan APD sesuai indikasi dan jenis paparan, patuhi
cara penggunaan dengan benar, pelepasan dengan benar
dan disposal (pembuangan) dengan benar.
(iii) Lakukan etika batuk dan kebersihan pernapasan dengan
menggunakan masker, face shield dan membatasi
menggunakan barier jika memungkinkan dan
diperlukan.
(iv) Memastikan melakukan pengelolaan peralatan kesehatan
sesuai kategori alat kesehatan kritikal, semi kritikal dan
non kritikal.
(v) Memastikan menggunakan dan membersihkan linen
sesuai standar yang ditetapkan.
(vi) Memastikan lingkungan dengan sirkulasi udara yang
baik, tidak pengab dan panas dengan aliran udara 12 kali
per menit, bersih dan tertata dengan baik.
(vii) Melakukan penyuntikan yang aman dengan mematuhi
prinsip satu spuit, satu pasien, satu waktu.
(viii) Menempatkan pasien dengan risiko penularan kontak,
droplet dan airborne sesuai indikasi risiko penulan
penyakit dalam ruangan tersendiri atau menggunakan
sistim kohort.
(ix) Membuang limbah sisa pelayanan sesuai kategori
limbah infeksius, non infeksius dan benda tajam
dkedalam tempat limbah yang sesuai.
(x) Mendapatkan pelayanan perlindungan petugas dari
risiko penularan penyakit infeksi dan penyakit akibat
kerja,
(xi) Lakukan isolasi mandiri jika dirasakan ada keluhan
demam, batuk, flu atau filek.
(xii) Melakukan prosedur tindakan berdasarkan SOP atau
bundles HAIs.
224
(b) Pasien, sbb:
226
(vii)Menjaga kebersihan lingkungan.
227
B. PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
228
c) Munculnya kasus yang sebelumnya belum pernah ada atau muncul
kembali
229
d) Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu
menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode
yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.
Outbreak confirm
Profilaksis
Etiologi agent
Isolasi
Modus penularan
Peringatan publik
Cara penularan
Tindakan higiene
Sumber kontaminasi
Populasi berisiko
Sumber paparan
230
6. Tim penanggulangan KLB
7. Manajemen Investigasi
a) Persiapan Lapangan
b) Memastikan KLB
c) Verifikasi DX
g) Evaluasi hasil
k) Kasus Dihentikan
231
9. Verifikasi Diagnosa KLB, Untuk memastikan diagnosis:
c) Klinis
d) Faktor Risiko
e) Pelapor
11. Tindakan awal pada pasien perawatan akut dan non akut
c) Staff Screening
d) Komunikasi
Sumber
Transmisi
232
Mengurangi kerentanan host
Kewaspadaan isolasi
Isolasi
Imunisasi
a) Struktur bangunan
Ruangan tersendiri
Alat kesehatan
SPO
233
e) Menyempitnya penyebar luasan wilayah KLB
c) Adanya kebijakan
d) Evaluasi kinerja
234
BAB VI
MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA
PPI DI FKTP
1) Kebijakan
235
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota berkewajiban membantu,
memfasilitasi dan memonitor terlaksananya PPI sebagaimana yang diatur
dalam Permenkes 27 tahun 2017 serta penjelasan teknis lainnya yang
tertuang dalam Pedoman Teknis PPI di FKTP ini.
2) Pengorganisasian
a) Tim PPI atau penanggung jawab PPI
Agar program PPI dapat berjalan sesuai dengan tujuan maka perlu
ditetapkan tim atau penangung jawab PPI yang merupakan bagian dari
struktur organisasi di FKTP dengan tugas dan peran yang harus tercantum
dengan jelas. Pembentukan organisasi disesuaikan dengan kebutuhan,
beban kerja dan/atau klasifikasi FKTP. Jika pertimbangan ketersediaan
sumber daya yang terbatas di FKTP maka berikut contoh struktur yang
dapat diadopsi untuk tim PPI atau penanggung jawab PPI yaitu :
Contoh 1 : Struktur Organisasi PPI di Puskesmas
KA. PUSKESMAS
KA. TU
236
KA. PUSKESMAS
KA. TU
PJ UKM & PERKESMAS PJ UKP, FARMASI & LABPJ JARINGAN & JEJARING
PJ BANGUNAN, PRASARANA & ALAT
PJ MUTU
TIM PPI
/ PJ PPI
237
Contoh 3 : Struktur Organisasi PPI di Klinik
KA. KLINIK
KA. KLINIK
b) Tim atau penangung jawab PPI yang telah ditetapkan memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
238
(f) Pengembangan dan penyebarluasan kegiatan PPI
(b) Berkoordinasi dengan unit dan petugas lain dalam penerapan PPI
(c) Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam penerapan PPI
Indikator PPI digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai pelaksanaan PPI
dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Indikator PPI
yang ditetapkan harus memenuhi prinsip SMART, dimana indicator harus
(lihat Bab III), sbb:
a) Spesifik,
b) Terukur,
c) Dapat tercapai,
239
d) Sesuai,
B. PERENCANAAN PPI
Sebagaimana dipahami bersama bahwa dalam pengelolaan sebuah fasilitas
kesehatan memerlukan Perencanaan Kegiatan (P1), selanjutnya Penggerakan dan
Pelaksanaan (P2) yang diikuti oleh Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian
Kinerja (P3). Penyusunan rencana kegiatan PPI disuatu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan keseluruhan
yang dibuat oleh FKTP baik untuk 5 tahunan maupun yang sifatnya tahunan.
Berikut ini tahapan yang dapat dilakukan Tim PPI dalam membuat rencana Kerja,
sbb:
1. Persiapan Penyusunan Rencana Kegiatan PPI
Berdasarkan hasil analisa situasi maka dilakukan perumusan masalah oleh tim
240
atau penanggung jawab PPI melalui identifikasi masalah berdasarkan prinsip
5W 1H. Kemudian akan ditentukan prioritas masalah, mencari akar penyebab
masalah dan cara pemecahan masalah.
a) Perencanaan SDM:
BIAYA SUMBER
NO KEGIATAN VOLUME WAKTU PIC
(Rp) BIAYA
Sumber Daya Manusia
1 Pelatihan Dasar 2 orang Maret dr.Anita 10.000.000 JKN/
PPI 2021 Kapitasi
2 Sosialisasi PPI 2 kali Juni – Juli Bidan 500.000 BOK
kepada petugas pertemuan 2021 Yunita
3 dst
Sarana dan Prasarana
1
2
3 dst
Alat Kesehatan
1
2
3 dst
Pelaksanan/penerapan PPI
1
2
3 dst
Monitoring dan Evaluasi
1
242
2
3 dst
Dari perencanaan 5 tahunan dan tahunan yang telah dibuat oleh FKTP, maka
diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pemilik baik itu terkait kebutuhan
sumber daya sesuai dengan usulan yang disampaikan, usulan kegiatan dan
pencairan pembiayaan untuk sarana prasarana dan alat kesehatan program PPI
serta mengawasi dan mengendalikan program PPI sesuai dengan indikator
yang ditentukan.
C. PELAKSANAAN PPI
Setelah setiap FKTP sudah memiliki rencana 5 tahunan dan rencana tahunan,
maka selanjutnya bagaimana agar Program PPI tersebut dapat berjalan dengan
baik. Dalam pelaksanaan kegiatan PPI di FKTP diperlukan sumber daya meliputi
sumber daya manusia, sarana, prasarana, alat dan pembiayaan didukung sistem
informasi.
1. Sumber Daya Manusia
Pada Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 pasal 6 ayat (2) pembentukan komite
atau Tim PPI disesuaikan dengan jenis kebutuhan, beban kerja dan/ atau
klasifikasi fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan tim PPI dan Penanggung Jawab PPI adalah untuk memastikan agar PPI
dapat dikelola dengan baik dan konsisten sesuai dengan visi, misi, tujuan dan
tata nilai Fasilitas pelayanan kesehatan agar mutu pelayanan medis serta
keselamatan pasien dan pekerja di FKTP terjamin dan terlindungi.
Untuk kriteria tim PPI atau penanggung jawab PPI di FKTP adalah sebagai
berikut :
243
1) Pendidikan Minimal D III bidang Kesehatan
4. Sistim Informasi
244
yang sederhana maupun melalui aplikasi khusus yang terintegrasi.
1. Pengumpulan data
245
2. Pencatatan dan Pelaporan
a) Bentuk laporan
Laporan dilakukan dengan pengumpulan data menggunakan form manual
atau sistim IT yang dimiliki dengan contoh sebagai berikut :
Keterangan
Unit pelayanan adalah unit yang akan dilakukan penilaian angka
kejadian infeksi
% target adalah target yang ditetapkan dalam mencapaian tujuan
kinerja bidang PPI dari unit yang ditetapkan
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi pada pasien post
partum
Abses gigi adalah pasien yang mengalami abses pada area gigi
yang dilakukan tindakan perawatan gigi dimana pada saat datang
246
tidak ditemukan tanda tanda infeksi
Infeksi paska imunisasi adalah pasien yang dilakukan imunisasi
mendapatkan tanda tanda infeksi panas, sakit, merah dan
bengkak
N adalah Numerator yaitu jumlah kasus infeksi pada periode
tertentu
D adalah dnominator yaitu jumlah pasien yang dilakukan
tindakan pada periode tertentu
% adalah numertor dibagi denominator dikali 10 %
b) Periode pelaporan
247
BAB VII
PENUTUP
Keberhasilan sebuah bangsa dalam mencegah atau meminimalisir terjadi
kasus penularan penyakit berkaitan dengan pelayanan yang diberikan (HAIs) maupun
penyakit infeksi emerging sangat tergantung pada sejauh mana fasilitas pelayanan
kesehatan mampu menerapkan PPI secara konsisten dan berkesinambungan.
Termasuk dalam hal ini Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas,
Klinik, TPMD/DG). Sebagaimana kita ketahui bahwa FKTP di seluruh Indonesia
jumlahnya sangat besar yakni sekitar 27.000-an yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Oleh karena itu merupakan tantangan besar yang memerlukan komitmen
dan peran aktif semua pihak terutama jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar
semua FKTP yang ada diwilayahnya mampu menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi kepada pengguna
layanan, sasaran, keluarga dan masyarakat bagaimana penting mengetahui praktek
atau perilaku yang berkaitan dengan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi
mencegah atau memutus secara dini rantai penularan infeksi di masyarakat termasuk
menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS), melaksanakan Gerakan Masyarakat
Sehat (Geramas).
Pedoman ini tidak diharapkan menjadi acuan mengelola pelayanan yang disediakan
oleh setiap FKTP, dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di FKTP.
Pedoman teknis PPI di FKTP ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kebijakan, peraturan perundang- undangan, pedoman dan standar yang telah
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
248
Penerapan PPI secara konsisten dan berkelanjutan bukan hanya akan
mengurangi kasus HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan, tapi juga dalam upaya
memutus mata rantai infeksi sejak di masyarakat, serta bagian dari upaya memperkuat
dan mempersiapkan seluruh FKTP dalam menghadapi kasus penyebaran penyakit
infeksi emerging seperti wabah Pandemi Covid-19 yang telah melanda lebih dari 200
negara di seluruh dunia.
Hanya dengan demikian, kita semua dapat menjawab tuntutan pelayanan yang
bermutu menuju tercapainya UHC 2030 yang berkualitas sebagaimana yang telah
menjadi komitmen semua bangsa untuk mencapai tujuan SDGs 2030.
249
Daftar Kepustakaan
250
14. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis, Kemkes RI
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2011
15. Pedoman Teknis Bangunan RS Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD), Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kemkes RI, 2012
16. Infection Prevention Control, Community Infection Prevention and Control
Policy For Domiciliary Care, MRSA 09 August 2017 (Harrogate And District
NHS Foundation Trust)
17. Asia Pacific Society of Infection Control, APSIC, The Apsic Guidelines For
Disinfection
And Sterilisation Of Instrumens In Health Care Facilities, 2008
22. Rosengren, Helena, Heal, Clare, and Smith, Samuel. An Update on Antibiotic
Prophylaxis in Dermatologic Surgery. Current Dermatology Reports, 2012:1
(2). Pp55- 63.
23. Antibiotic Prophylaxis for Dental Patients at Risk of Infection. The Reference
Manual of Pediatric Dentistry.2019: Pp 416-21
24. Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, 2016
25. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2017
26. Juknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tahun 2019
251
27. Permenkes 236/Menkes/IV/1997 Tentang Persyaratan Kesehatan Makanan
Jajanan
29. Health care without avoidable infections the critical role of infection
prevention and control, WHO, 2016
30. Keputusan Menteri Kesehatan HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Kemkes 2020.
252