Makalah Kel 6
Makalah Kel 6
Makalah Kel 6
OLEH:
KELOMPOK 6
Pertama-tama, kami ucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Manusia dan Kebudayaan”. Makalah ini kiranya tak akan selesai tanpa
bantuan dari teman-teman kelompok.
Terima kasih kami haturkan kepada ibu Solehah Muchlas, M. Pd yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana
manusia sebagai sumber kebudayaan dan bagaimana konsepsi kebudayaan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami juga berharap semoga
makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
1. Pengertian Kebudayaan.......................................................................... 3
2. Perwujudan Kebudayaan........................................................................ 5
6. Sifat-Sifat Budaya................................................................................ 11
BAB III.............................................................................................................. 21
PENUTUP ......................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ....................................................................................................... 21
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan
melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangkan dan
kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan. Manusia dalam
kesehariannya juga tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah
pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus berkembang manakala manusia
mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia
dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama
manusia menjunjung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat
komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat.
Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk
bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu
1
kelompok manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat sebagai
jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain, yaitu kebudayaan.1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
Nurdien Harry Kistanto, “Tentang Konsep Kebudayaan”, Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, vol.
10, no. 2, Feb. 2017, hal. 1-2
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya, sedangkan budaya adalah bentuk
jamak dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya
sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yaitu bentuk jamak kata
buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal
dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam
bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia
3
untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau
kebudayaan dari beberapa ahli:
2
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/manusia-dan-kebudayaan.pdf
4
Setiap kelompok masyarakat punya tradisi dan kebuyaan tersendiri.
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur kecil yang
merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang bersifat kesatuan.3
2. Perwujudan Kebudayaan
Beberapa ilmuwan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan Al Kroeber
(Antropolog) menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara
tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu
rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J.
Hogmann dalam bukunya The World of Man membagi budaya dalam tiga wujud
yaitu:
3
Sarinah. S.Ag. M.Pd.I, “Ilmu Sosial Budaya Dasar Di Perguruan Tinggi”, CV Budi
Utama:2019, Yoyakarta, hal. 131
5
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto yang
berwujud besar ataupun kecil.
3. Sistem Budaya
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu systeme yang berarti
elemen-elemen (bagian-bagian) yang bekerjasama secara teratur. Konsep sistem
dapat ditujukan kepada: organisasi, kumpulan, himpunan, organ tubuh dan
seterusnya. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu sistem, yaitu
sistem sosial budaya karena didalam masyarakat itu terdiri dari individu-
individu yang melakukan kegiatan, kebiasaan, tata cara sehingga terbentuk
kesatuan. Dengan demikian sistem sosial budaya adalah unsur-unsur sosial
budaya yang saling berkaitan dengan yang lain secara teratur, sehingga tercipta
tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya. Sistem budaya merupakan
komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran,
gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan
merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim
disebut sebagai adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan
di situlah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan
tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Sistem kebudayaan suatu daerah
akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang berbeda. Jenis kebudayaan ini
dapat dikelompokan kedalam 2 yaitu:
a. Kebudayaan material.
Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda,
barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah dan
sebagainya.
b. Kebudayaan non-material.
Merupakan hasil cipta, karsa, yang berwujud kebiasaan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan dan sebagainya. Non-material antara lain adalah:
6
Pelanggaran terhadap norma ini hanya disebut tidak sopan, misalnya
makan sambil berdiri, berdecak, bersendawa, dan sebagainya.
4) Norma adat istiadat (custom). Tata kelakuan yang kekal serta kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat mengikat
menjadi adat istiadat (costum). Anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya dikucilkan
dari masyarakat. Misal, bercerai adalah suatu aib besar bagi masyarakat
Lampung. Dalam masyarakat sunda perempuan apabila tidak dilamar
dianggap aib, sebaliknya dalam masyarakat Minang perempuanlah
yang melamar laki-laki, dan sebangainya.
5) Norma hukum (Laws). Adalah suatu norma yang lebih tepat disebut
sebagai hukum yang tertulis, meskipun tidak selalu demikian. Laws
adalah suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota
7
masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan
larangan agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan.
6) Mode (fashion). Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan
dan membuat sesuatu, yang sering berubah-ubah, serta diikuti orang
banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas dari mode, yakni sifatnya
yang massal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara orang
memotong dan menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan
sebagainya, tetapi juga dalam hal mengejar sesuatu yang baru di bidang
lain.
4. Unsur-Unsur Kebudayaan
Adanya perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya
lain, disebabkan karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsur, baik yang
besar maupun yang kecil yang membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat
tentang unsur-unsur yang membentuk suatu kebudayaan.
1) Alat-alat teknologi
2) Sistem ekonomi
3) Keluarga
4) Kekuasaan politik
8
c. C. Kluckhohn, berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang
bersifat universal (cultural universal), artinya ketujuh unsur ini dapat
ditemukan pada semua kebudayaan bangsa di dunia, yaitu:
1) Sistem religi
2) Sistem pengetahuan
3) Sistem matapencaharian hidup
4) Sistem peralatan hidup atau teknologi
5) Organisasi kemasyarakatan
6) Bahasa
7) Kesenian4
4
e-journal.uajy.ac.id. “Taman Budaya Kalimantan Tengah”, hal. 48
9
a. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial
merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha
memahami:
1) Alam sekitar
2) Alam flora di daerah tempat tinggal
3) Alam fauna di daerah tempat tinggal
4) Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
5) Tubuh manusia
6) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
7) Ruang dan waktu
b. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga
(nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius
(nilai agama). C. Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, yaitu:
c. Pandangan hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat
dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di
dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh
suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan nilai-nilai
10
yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh
individu, kelompok, atau bangsa. Jika suatu bangsa tidak mempunyai
pandangan hidup maka bangsa tersebut akan mudah dikendalikan oleh
bangsa lain, mudah goyah, kehilangan jati diri dan akhirnya sulit untuk
menjadi bangsa dan negera yang besar. Dengan pandangan hidup, seorang
manusia, sebuah bangsa dan atau negara mempunyai serangkaian visi dan
misi yang ingin dicapai dalam kehidupan, tidak mudah goyah dan
mempunyai prinsip ingin mewujudkan pandangan hidupnya.
d. Kepercayaan
Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya, manusia
yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Mahatinggi,
yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu
mengendalikan hidup manusia.
e. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun
dari seperangkatan kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian
atau gejala dalam kehidupan.
f. Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa Inggris
berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya,
kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda
budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.5
6. Sifat-Sifat Budaya
Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti
di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi
setiap kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan
5
Elly M. Setiadi dkk. “Ilmu Sosial Budaya Dasar”. Edisi ke-3. Prenadamedia Group:2006,
Jakarta, Hal 30-33
11
diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana sifat-sifat
budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia
tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat
hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun juga. Sifat hakiki dari
kebudayaan tersebut antara lain:
b. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
Sifat hakiki tersebut menjadi ciri setiap budaya. Akan tetapi, apabila
seseorang atau sekelompok orang akan memahami sifat hakiki yang esensial,
terlebih dahulu ia harus memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada
didalamnya. Budaya dimiliki bersama oleh suatu kelompok Sebagaimana telah
dijelaskan, masyarakat sebagai wadah dan budaya sebagai isi merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan dua komponen yang
bersatu. Setiap masyarakat memiliki budaya dan setiap budaya pasti ada
masyarakat yang memilikinya. Masing-masing masyarakat seringkali memiliki
budaya yang bersifat khas, yaitu hanya dimiliki oleh masyarakat tersebut,
misalnya dalam bidang seni, angklung dan seruling sebagai ciri khas budaya
sunda, tari Saman sebagai khas tarian Aceh, tari Barong ciri khas tarian Bali, dan
sebagainya.
6
Setiadi Elly M. dkk. “Ilmu Sosial…”. Edisi ke-3. Prenadamedia Group:2006, Jakarta, Hal 34
12
mempelajari kebudayaan selalu harus diperhatikan hubungan antara unsur-unsur
yang mempengaruhi budaya itu cenderung bertahan atau berubah dan situasi
serta kondisi yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan. Budaya dan
pemenuhan kebutuhan hidup manusia Budaya berfungsi membantu manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia terdiri atas
kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis. Manusia
mempunyai berbagai kebutuhan agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Selain itu, kebutuhan manusia muncul sebagai upaya manusia untuk
memanfaatkan lingkungan. Kebutuhan manusia akan berbeda sesuai dengan
tempat, waktu, situasi dan kondisi. Kebutuhan di desa aakan berbeda dengan
kebutuhan di kota, kebutuhan pada waktu musim hujan akan berbeda dengan
kebutuhan pada waktu musim kemarau, dan sebagainya.
13
c. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk
memenuhi kebutuhan hidupnya
B. Konsepsi Kebudayaan
1. Pengertian Konsep Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris untuk
kebudayaan adalah culture, berasal dari kata Latin cultura sebagai kata benda
dan sebagai kata kerja adalah colere dan colo. Kata tersebut mempunyai arti
mengolah tanah atau bercocok tanam atau bertani. Dari sini kernudian
berkembang artinya sebagai segala daya upaya manusia utuk mengolah tanah
dan mengubah wajah alam. Hal itu jelas sekali dengan pemakaian secara luas
konsep budidaya dan kultur jaringan sebagai teknik pengembangbiakan varitas
tumbuhan dan hewan dalam bidang pertanian dan peternakan, Dalam bahasa
Belanda kebudayaan itu disebut cultuur dan dalam bahasa Jerman disebut kultur.
Dalam bahasa Indonesia dikenal ada dua macam istilah yang dipakai yaitu
kebudayaan dan budaya. Tetapi dalam istilah Antropologi-budaya kedua istilah
itu tidak dibedakan, kata budaya hanya merupakan singkatan saja dari kata
kebudayaan. Demikianlah umpamanya istilah Budaya Jawa merupakan
singkatan dari Kebudayaan Jawa. Tetapi harus juga diingat bahwa ada terdapat
perbedaan arti kebudayaan sebagai konsep dan kebudayaan sebagai istilah dalam
kehidupan sehari-hari. Kebudayaan sebagai istilah banyak muncul dalam media
massa baik cetak maupun elektronik rnisalnya istilah budaya korupsi, budaya
malu, budaya bersih, budaya patuh, budaya ABS (Asal Bapak Senang) dan
14
sebagainya. Kebudayaan atau budaya sebagai istilah berarti frekuensi gejala-
gejala sosial tertentu cenderung meningkat jumlahnya atau harus ditingkatkan
jumlahnya, sehingga rnenjadi kebiasaan.
7
Mazzia Luth, “Kebudayaan”, IKIP Padang:1994, hal. 1
15
latarbelakangnya, prinsip dan intinya lalu diklasifikasikan. Dalam buku itu
sebagai hasil analisis dari semua definisi yang telah dikumpulkan itu mereka
rnengemukakan bahwa semua definisi tentang kebudayaan dapat diklasifikasian
ke dalam beberapa kategori atau golongan, seperti berikut ini:
a. Golongan definisi yang luas yang menekankan dan merinci isi pengertian
kebudayaan. Kebanyakan dari penulis definisi itu menekankan kenyataan
bahwa kebudayaan itu adalah suatu keseluruhan yang kornpleks, terdiri
dari unsur-unsur yang berbeda.
b. Golongan kedua, definisi yang menekankan sejarah kebudayaan.
Kebudayaan di sini dipandang sebagai warisan sosial atau tradisi.
c. Golongan ke tiga, definisi yang menekankan segi kebudayaa yang bersifat
normatif. Kebudayaan dianggap sebagai cara, aturan, dan jalan hidup
manusia. Masuk golongan ini juga adalah definisi yang menekankan cita-
cita, nilai-nilai dan perilaku.
d. Golongan keempat adalah definisi kebudayaan dengan pendekatan
psikologi. Kebudayaan dianggap sebagai penyesuaian manusia dengan
lingkungan. Dalam golongan ini dimasukkan juga definisi yang
menekankan tentang perbuatan belajar dan pembiasaan.
e. Golongan kelima adalah definisi-definisi yang lebih bersifat struktur yang
membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan.
f. Golongan keenam adalah definisi-definisi yang melihat kebudayaan
sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia. Dalam golongan ini
dimasukkan juga definisi yang menekankan pikiian-pikiran dan lambang-
lambang. Definisi Oswalt misa1nya menganggap kebudayaan sebagai
yang membedakan manusia dari hewan.
16
kebudayaan merupakan warisan sosial, kebudayaan merupakan hasil daripada
perbuatan belajar dan lain-lain. Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau para
penulis itu masing-masing merumuskan definisi kebudayaan itu lebih dari satu,
tetapi beberapa definisi yang sangat berbeda-beda. Itu membuktikan bahwa
mereka sadar bahwa kebudayaan itu dapat ditinjau dari berbagai segi, sehingga
tidak satupun definisi dapat mencakup keseluruhannva.
17
koleksi barang-barang kebudayaan. Kini kebudayaan terutama
dihubungkan dengan kegiatan manusia,yang membuat alat-alat dan
senjata-senjata, dengan tata upacara tarian-tarian dan mantera-mantera
yang menenteramkan. Memang, dalam pengertian kebudayaan yang
termasuk tradisi tersebut bukanlah suatu yang dapat dirubah; tradisi justru
diperpadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam
keseluruhannya. Jadi, konsep kebudayaan diperluas dan dinamisir. Irama
hidup kita yang makin cepat tentu saja mempengaruhi perubahan tersebut.8
Pada pertengahan kedua abad ke-19 Sir Edward Burnett Tylor, Bapak
Antropologi Budaya, Profesor Antropologi pada Universitas Oxford, Inggris,
melakukan serangkaian studi tentang masyarakat-masyarakat “primitif”, yang
meliputi perkembangan kebudayaan masyarakat manusia melampaui fase-fase
transisi “from savage through barbaric to civilized life,” dari masyarakat liar,
melewati kehidupan barbarik sampai pada kehidupan beradab. Studi tentang
kebudayaan masyarakat manusia ini disampaikannya dalam 2 (dua) jilid buku
berjudul Primitive Culture setebal hampir 1000 halaman, meliputi berbagai
aspek kehidupan dan ketahanan hidup, kehidupan spiritual, kekuatan magik,
sihir, astrologi, permainan anak-anak, peribahasa, sajak anak-anak, ketahanan
adat, ritus pengorbanan, bahasa emosional dan imitatif, seni menghitung,
berbagai macam dan ragam mitologi, hingga berbagai macam dan ragam
animisme, ritus dan upacara. Tylor memanfaatkan studi ini antara lain sebagai
landasan untuk menyusun konsep tentang kebudayaan, yang dirumuskannya
secara singkat sebagai berikut. Culture or Civilization... is that complex which
includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and many other capabilities
and habits acquired by man as a member of society. (Kebudayaan atau
Peradaban... adalah satuan kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, akhlak, hukum, adat, dan banyak kemampuan-
kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat).
8
Mazzia Luth, “Kebudayaan”, IKIP Padang:1994, hal. 2-4
18
Konsep awal kebudayaan yang bersumber dari studi tentang masyarakat-
masyarakat primitif tersebut mengandung sisi praktis, sebagai sumber kekuatan
yang dimaksudkan untuk mempengaruhi rangkaian gagasan-gagasan dan
tindakan-tindakan moderen. Menyusun suatu hubungan antara apa yang
manusia-manusia purbakala tak-berbudaya pikirkan dan lakukan, dan apa yang
manusia-manusia moderen berbudaya pikirkan dan lakukan, bukanlah masalah
ilmu pengetahuan teoretik yang tak-dapat-diterapkan, karena persoalan ini
mengangkat masalah, seberapa jauh pandangan dan tingkah-laku moderen
berdasarkan atas landasan kuat ilmu pengetahuan moderen yang paling masuk
akal.
9
Nurdien Harry Kistanto, “Tentang Konsep...”, Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, vol. 10, no. 2,
Feb. 2017, hal. 4-5
19
penting. Sosiolog Inggris terkemuka, Anthony Giddens mengenai kebudayaan
dalam hubungannya dengan masyarakat menerangkan sebagai berikut.
10
Nurdien Harry Kistanto, “Tentang Konsep…”, Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, vol. 10, no. 2,
Feb. 2017, hal. 6
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya, sedangkan budaya adalah bentuk
jamak dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa.
2. Manusia Sebagai Sumber Kebudayaan
Manusia dilahirkan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, karena
manusia diberikan akal, sehingga dengan akalnya manusia dapat memenuhi segala
macam kebutuhan hidupnya. Tujuan memenuhi kebutuhan hidup inilah akhirnya
melahirkan berbagai cipta dan karya manusia, atau apa yang kita kenal kebudayaan.
Jadi pada dasarnya manusia menciptakan kebudayaan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, karena itu manusia disebut sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan,
3. Konsepsi Kebudayaan
Tentang arti kebudayaan itu sendiri sampai kini belum ada kesepakatan
definisi yang telah disetujui oleh para pakar. Adalah sangat sulit sekali memberikan
batasan kebudayaan, oleh karena ruang lingkup kebudayaan begitu luas, sehingga
sebuah definisi tak sanggup memberikan pengertian yang dapat dicakup dalam
beberapa kalimat saja. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika terdapat banyak
sekali definisi kebudayaan yang dikemukakan orang sesuai dengan sudut
pandangan masing-masing berdasarkan selera atau latarbelakang disiplin ilmu yang
dikuasai oleh orang yang bersangkutan.
B. Saran
Demikian materi yang dapat kami mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya daftar rujukan atau refrensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M, dkk. (2006) “Ilmu Sosial Budaya Dasar”. Edisi ke-3.
Jakarta:Prenadamedia Group
22