Makalah Metodologi Studi Islam Kelompok 1 Fix
Makalah Metodologi Studi Islam Kelompok 1 Fix
Makalah Metodologi Studi Islam Kelompok 1 Fix
Kelompok 1:
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi penuntun bagi umat manusia.
Dengan rasa syukur yang tak terhingga, penulis ingin menyampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam mengenai topik yang dibahas serta memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan inspirasi dalam proses penulisan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1. Latar Belakang ................................................................................................. 4
2. Rumusan Masalah............................................................................................ 4
3. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
1. Pengertian Islam .............................................................................................. 6
2. Universal Islam ................................................................................................. 8
3. Dimensi Baru dari Kedatangan Islam.......................................................... 11
4. Islam Sebagai Jalan Tengah.......................................................................... 14
5. Agama dan Peradaban Manusia .................................................................. 16
6. Islam Menyatukan bangsa-bangsa dunia .................................................... 17
BAB III ....................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Agama Islam itu adalah agama yang mengatur dalam sistem kehidupan
kita untuk menghubungkan kita dengan pencipta, untuk menghubungkan kita
dengan sesama manusia, untuk menghubungkan kita dengan alam sekitarnya.
Agama Islam adalah agama yang memberikan keselamatan dalam tatanan
sistem kehidupan kita untuk mengatur dalam kehidupan kita hubungan kepada
Allah swt, hubungan kepada alam lingkungan kita dan alam lingkungan sesama
manusia maka Islam merupakan agama yang menjadi sistem dalam kehidupan
kita.
Pengabdian diri manusia merupakan konsekuensi dari penghambaan
kepada Allah SWT yang dibebankan padanya karena manusia adalah makhluk
paling sempurna di bumi. 4 Penghambaan manusia yang semata-mata hanya
kepada Allah SWT menimbulkan kewajiban untuk mematuhi segala perintah-
Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Manusia memiliki peran sebagai
khalifatullah atau wakil Allah SWT di bumi, sehingga ia memegang kendali
atas kemakmuran bumi. Peran inilah yang menuntut manusia, khususnya umat
Islam untuk memecahkan konsep Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul terakhir bersifat universal dan
komprehensif. Dikatakan universal karena nilai-nilai Islam dapat diajarkan
dimanapun, kepada siapapun dan meliputi seluruh aspek individu maupun
sosial.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Islam?
2. Apa itu Universalisme Islam?
4
3. Bagaimana Dimensi Baru dari Kedatangan Islam?
4. Bagaimana Islam sebagai Jalan Tengah?
5. Bagaimana hubungan Agama dan peradaban manusia?
6. Bagaimana Islam Menyatukan bangsa-bangsa dunia?
3. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Islam?
2. Mengetahui apa itu Universalisme islam?
3. Mengetahui bagaimana dimensi daru dari kedatangan Islam?
4. Mengetahui bagaimana Islam sebagai jalan tengah?
5. Mengetahui bagaimana hubungan Agama dan peradaban manusia?
6. Mengetahui bagaimana Islam Menyatukan bangsa-bangsa dunia?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Islam
Secara etimologi Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya
diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian. Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan bahwa
Islam berasal dari bahasa Arab terambil terambil dari kata salima yang berarti
selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya
memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti pula menyerahkan diri,
tunduk, patuh dan taat. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat
disebut sebagai orang Muslim.Orang yang demikian berarti telah menyatakan
dirinya taat, menyerahkan diri dan patuh kepada Allah SWT. Orang tersebut
selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat. 1
Dengan mengingat uraian ini, dapat dikatakan bahwa kata "Islam"
berasal dari kata "patuh", "tunduk", "taat", dan "berserah diri" kepada Tuhan
dalam upaya mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di
akhirat. Hal ini dilakukan dengan kesadaran dan keinginan diri sendiri, bukan
karena dipaksa atau berpura-pura, melainkan sebaliknya, menyatakan setia dan
patuh kepada Allah SWT sejak dilahirkan.
Secara terminologi pengertian Islam ada rumusan yang berbeda-beda.
Menurut Harun Nasution, Ia berpendapat bahwa Islam merupakan agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi juga mengenai berbagai
segi dari kehidupan manusia2. Sedangkan menurut Maulana Muhammad Ali
1
Sodik, Abror, Pengantar Studi Islam,(Sleman, Januari 2020), hal.1
2
Sodik, Abror, Pengantar Studi Islam,(Sleman, Januari 2020), hal.2
6
berpendapat bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya,
yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan ummat manusia menjadi
bukti nyata, bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya, Islam bukan
saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi, sebagaimana tersebut pada
beberapa ayat suci al-Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara
tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah, yang kita saksikan
pada alam semesta.3 Dengan demikian, keterangan tersebut menunjukkan
bahwa istilah "Islam" mengacu pada agama yang didasarkan pada wahyu yang
diberikan oleh Allah SWT, bukan dari manusia, dan bukan pula berasal dari
Nabi Muhammad SAW. Nabi ditugaskan oleh Allah untuk menyebarkan ajaran
Islam kepada manusia. Dalam Proses penyebarannya Nabi Muhammad
melakukan proses keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh praktik Nabi
digunakan selama proses penyebaran agama Islam. Namun, keterlibatan Nabi
tetap berada di luar batas yang diizinkan Tuhan.
Dengan demikian secara istilah Islam merupakan nama bagi suatu
agama yang berasal dari Allah SWT. Nama Islam demikian itu memiliki
perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak
mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau
dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri.
Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat al-Qur’an yang
diturunkan oleh Allah SWT, yaitu: “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi
Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran, 3: 19). “Dan barang siapa mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu
dari padanya”. (QS. Ali Imran, 3: 85). “Barang siapa yang Allah menghendaki
akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk memeluk agama Islam”. (QS. Al An’am, 6: 125). “Maka apakah orang-
3
Sodik, Abror, Pengantar Studi Islam,(Sleman, Januari 2020), hal.2
7
orang yang dibukakan Allah hatinya untuk meneriama agama Islam lalu ia
mendapat Cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)”.
(QS. Az-Zumar, 39: 22). “Dan siapakah yang lebih dzolim daripada orang yang
mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam”.
(QS. Ash-Shaff, 61: 7). “Pada hari ini telah Kusempurnakan untu kamau
agamamu, dan telak Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai
Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. AlMaidah, 5: 3). “Mereka merasa telah
memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka”. (QS. Al-Hujurat, 49:
17). “Sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) telah mengucapkan
perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam”. (QS. At-Taubah,
9:74).4
2. Universal Islam
Islam tidak membedakan warna kulit, bahasa, bangsa, pangkat, derajat.
Inti ajaran islam bukanlah terletak pada kesukuan atau leluhur, melainkan
keesaan Allah SWT (tauhid) suatu implikasi yang sangat penting dari ajaran
tauhid tersebut adalah kesatuan umat manusia. Dalam segi hukum,
keuniversalam Islam itu juga terlihat pada prinsip-prinsip hukum yang
dimiliknya. Berdasarkan prinsip kesatuan umat manusia tersebut, hukum Islam
memberikan jaminan dan perlindungan terhadap setiap orang, tanpa
diskriminansi. Dengan demikian, pandangan sebahagian orang yang
mengatakan bahwa Islam hanya sesuai untuk bangsa Arab saja, tidak
mempunyai dasar yang kuat5.
Berbicara tentang Islam Universal, Anshari menyatakan bahwa
kebenaran Islam adalah mutlak, universal, dan abadi, tidak terbatas pada tempat
dan waktu.Ia membaginya menjadi dua kelompok utama: pertama, Islam.
4
Sodik, Abror, Pengantar Studi Islam,(Sleman, Januari 2020), hal.5
5
Dewi, Rusmala, Universalisme Islam dan Kosmopolitisme Peradaban,(1 Juni 2013), hal. 50
8
Mengendalikan hubungan yang dimiliki manusia, baik dengan Tuhannya,
dengan sesamanya, atau dengan alam sekitarnya, untuk kepentingan
kesejahteraan seluruh manusia dan alam sekitarnya. Kedua, Islam adalah sistem
yang terdiri dari syari'ah, akhlaq, dan aqidah yang saling berhubungan. Ketiga,
karena fiqh-nya yang beragam, Islam mengamini berbagai budaya dan
mencakup semua.
Pemikiran Jundi bahwa Islam adalah konsep dan sistem yang berlaku
untuk semua aspek kehidupan dan masyarakat meletakkan dasar teorinya
tentang Islam yang universal. Ia menggarisbawahi prinsip perpaduan Islam atas
aspek spiritual dan material yang ada dalam masyarakat dan individu.
Perpaduan ini terdiri dari tiga hal. Yang pertama adalah ibadah, yang
menghubungkan manusia dengan Tuhan dan dengan masyarakat dan
lingkungannya. Kedua, muamalah yang menekankan hubungan horizontal
intrapersonal, atau hubungan antara manusia satu sama lain. Ketiga, Islam
mengatur akhlak seseorang, menurutnya akhlak harus mendampingi ibadah.
Keuniversalan Islam dapat dilihat dari ciri-cirinya, antara lain:
a) Agama Allah. Agama Islam bersumber dari Allah, berupa wahyu
langsung (Al-Quran).
b) Mencakup aspek seluruh kehidupan, baik individu, masyarakat,
bernegara, dll.
c) Berlaku untuk semua umat sampai akhir zaman.
d) Sesuai dengan fitrah manusia.
e) Menempatkan akal pada tempat yang sebaik-baiknya.
f) Menjaga rahmat bagi alam semesta.
g) Berorientasi kedepan tanpa melupakan masa kini.
h) Menjanjikan Al-Jaza'6
6
Dewi, Rusmala, Universalisme Islam dan Kosmopolitisme Peradaban,(1 Juni 2013), hal. 50
9
J. Suyuti Pulungan (2002) menjelaskan universalisme Islam adalah
“Argumen-argumen dan dasar-dasar tentang ide universalisme baik secara
historis, sosiologis maupun secara teologis dan substansi ajarannya antara lain
dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu: Pertama, Pengertian perkataan Islam itu
sendiri yaitu sikap pasrah kepada tuhan yang merupakan tuntutan alami
manusia. Kedua, Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling
banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan
kawasan yang cukup luas hampir meliputi semua ciri klimatologis dan
geografis dan didalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya. (Nurchalis
Majid, 1992. 425-426). Ketiga, Islam berurusan dengan alam kemanusiaan,
karena ia bersama manusia tanpa pembatasan ruang dan waktu (hal. 426).
Keempat, Karakteristik dan kualitas dasar-dasar ajaran Islam itu sendiri.
Karakteristik dan kualitas dasar-dasar Islam yang mengandung nilai-nilai
universalisme antara lain berkaitan dengan tauhid, etika dan ethical, bentuk dan
framework pemerintahan, sosial, politik dan ekonomi, partisipasi demokrasi
(musyawarah), keadilan sosial, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme,
etika kerja, lingkungan hidup dan sebagainya. Dalam pandangan Nurchalish
(1995), Al-Islam ialah persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang
mencakup (pengertian) ibadah kepada Allah saja dan meninggalkan ibadat
kepada yang lain. Inilah ‘Islam umum’ (Al-Islam Al- ‘Amm) yang selain dari
itu Allah tidak menerima sebagai agama dari umat terdahulu maupun umat
kemudian.7
7
Dewi, Rusmala, Universalisme Islam dan Kosmopolitisme Peradaban,(1 Juni 2013), hal. 51
10
3. Dimensi Baru dari Kedatangan Islam
Secara umum sejarah memegang peranan penting bagi kehidupan umat
manusia. Hal ini karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang
dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai -nilai baru bagi
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia. Dengan
kedatangan Islam, sejarah dan perkembangan masyarakat di banyak tempat
berubah secara dramatis. Di bidang agama, kedatangan Islam membawa
perubahan pada keyakinan dan kebiasaan agama masyarakat. Selain itu,
berbagai aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya telah berubah sebagai
dampak dari kedatangan Islam. Ini termasuk penerapan sistem pemerintahan
yang didasarkan pada prinsip Islam, kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan pengaruh karya seni dan sastra Islam pada kebudayaan lokal.
Adat istiadat dan kebiasaan masyarakat di berbagai daerah yang menerima
ajaran Islam juga dipengaruhi oleh kedatangan agama tersebut. Fenomena ini
juga terjadi di negara Indonesia.
Menurut Azyumardi Azra, Islam datang ke Indonesia dalam keadaan
yang kompleks, yang berarti bahwa itu tidak berasal dari satu tempat atau peran
kelompok tunggal, dan tidak datang secara bersamaan.8
a) Perkembangan Islam di Indonesia
Saat persatuan peradaban Islam yang berpusat di Bagdad runtuh
pada tahun 1258, Islam di Indonesia adalah salah satu dari tujuh cabang
peradaban Islam. Ketujuh cabang tersebut secara keseluruhan adalah
Islam Arab, Islam Persi, Islam Turki, Islam Afrika Hitam, Islam anak
benua India, Islam Arab Melayu, dan Islam Cina. Para pedagang dan
mubaligh membawa Islam ke Indonesia secara damai. Islam
mengajarkan toleransi dan derajat persamaan. 9Diduga bahwa para
pedagang dan musafir dari Arab, Persia, dan India telah membawa
8
Nasution, Fauziah, Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia,(2020), hal. 27
9
Asfiati, Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (2 Juli 2014), hal. 16
11
Islam ke Nusantara pada abad ke-7 M. Ini adalah asumsi yang kuat
karena sejak abad ke-5 M, Samudera Hindia telah menjadi jalan
perdagangan Teluk Persia-Tiongkok, yang berlanjut selama abad ke-18
M. Pada abad ke-8 M, hubungan Nusantara dengan Arab menjadi lebih
dekat, dan Samudera Hindia menjadi lebih ramai dengan perdagangan
dan pelayaran. Selain itu, abad ini adalah masa kejayaan Dinasti
Abbasiyah (750–1258 M). Suatu hal yang sangat menjanjikan adalah
bahwa aktivitas pelayaran perdagangan semakin meningkat. Meskipun
pedagang Arab hanya sampai ke India pada abad ke-8 M, mereka sudah
sampai ke Nusantara. Hubungan Arab-Nusantara ada sejak lama.
Hubungan antara Nusantara dan Timur Tengah memiliki sejarah yang
panjang. Ini bermula jauh sebelum bangsa Indonesia menganut Islam
secara resmi. Hubungan ini terjadi antara Arab dan Persia dan Dinasti
Cina yang mengembara ke Nusantara.
Kerajaan Pasai secara resmi mulai berdiri pada abad ke-13
Masehi, sementara kerajaan Islam di luar Nusantara mengalami
kemunduran yang luar biasa. Ini terbukti sekitar abad ke-16 Masehi
dengan pengiriman tentara kerajaan Demak ke Cirebon, Jayakarta, dan
beberapa wilayah kerajaan Padjajaran karena perluasan wilayah
perdagangan dan pengaruh kekuasaan. Salah satu cara penting untuk
menyebarkan Islam di Indonesia adalah dengan menggunakan
kekuatan. Rakyat dan pendukung penguasa akan segera mengikuti
perubahan agama mereka menjadi Muslim.10 Penguasa yang menganut
agama Islam dapat mendorong penguasa lain untuk menganutnya,
sehingga Islam berkembang dengan cepat. Setelah munculnya kerajaan
Islam, para penguasa biasanya mendorong aktivitas keagamaan, seperti
dakwah Islam, membangun masjid, dan mengadakan pendidikan Islam.
10
Asfiati, Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (2 Juli 2014), hal. 18
12
Pendidikan Islam berkembang karena perhatian raja-raja Muslim
terhadap pendidikan Islam. Pendidikan ini dapat menawarkan
pengajaran untuk kemajuan intelektual dan keagamaan Islam di
Indonesia.
b) Pengaruh Islam Terhadap Budaya di Indonesia
Karena Islam dibawa ke Indonesia oleh para Sufi, awalnya ada
banyak konflik dengan budaya lokal. Pertemuan Islam dengan budaya
lokal ini sering dianggap sebagai penyebab Islam Indonesia tidak murni.
Namun, perlu dicatat bahwa tasawuf yang berkembang di Indonesia
adalah tasawuf yang secara seimbang berpadu dengan syariah, dan
tarekat yang berkembang di Indonesia termasuk tarekat seperti
Qadiriyah, Naqshabandiyah, dan Syattariyah. Karena memiliki garis
keturunan yang bersambung hingga Nabi Muhammad SAW, tarekat ini
dianggap mu'tabarah dan secara substansial tidak bertentangan dengan
hukum agama. 11
Beberapa karakteristik Islam sufistik dapat diidentifikasi dari
ekspresi keagamaan Muslim yang terus hidup hingga hari ini. Pertama
dan terpenting, kita harus menghormati guru, baik yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal. Karena penghormatan ini, umat Islam
Indonesia mulai ziarah ke makam ulama dan wali. Kedua, tawasul
paling murni dalam Islam Nusantara adalah membaca shalawat kepada
Nabi Muhammad SAW. Pembacaan ini telah diubah sehingga muncul
berbagai jenis sholawat, seperti pembacaan Maulid Nabi, diba‟,
barzanji, shalawat munjiyat, manaqib, dan sebagainya. Ketiga, saat
seseorang meninggal, orang-orang biasanya membaca Al-Qur'an dan
membaca tahlil. Tradisi ini tidak hanya digunakan untuk mendoakan
orang Muslim yang meninggal, tetapi juga berfungsi sebagai pelipur
11
Basori, Antara Budaya dan Agama, (2017), hal. 38
13
lara bagi keluarga yang ditinggalkan, menggantikan kebiasaan yang
terjadi sebelum Islam. Acara kematian yang melibatkan permainan judi
dan pesta minuman keras. Keempat, para wali kreatif dalam berdakwah
dengan menggunakan berbagai alat, seperti wayang, atau menggunakan
alat tradisional seperti beduk dan kentongan untuk membantu orang
Islam beribadah. Dari keempat karakteristik tersebut menunjukkan
bahwa keragaman budaya berperan dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
14
merupakan bagian dari paham ahlussunnah wal-jama‘ah (aswaja). Pemikiran
Islam Sunni sebenarnya bersumber dari pergulatan pemikiran yang telah
dirumuskan oleh Imam Hasan Asy‘ari (w. 260 H/873M) dan Abu Mansur al-
Maturudi (w. 324 H/935 M) di bidang akidah, dan mengikuti salah satu mazhab
empat (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali) pada bidang syari‘ah, dan dalam
bidang tasawwuf mengikuti al-Ghazali dan al-Junaid al-Baghdadi.
a) Prinsip dasar moderasi (adil dan berimbang)
Inti dari moderasi beragama adalah sikap yang adil dan
berimbang dalam menyikapi dan mempraktikkan suatu konsep yang
berpasangan. Adil disini berarti tidak berat sebelah/memihak, condong
kepada kebenaran dan tidak berlaku sewenang wenang. Di sisi lain,
berimbang adalah gambaran sikap, komitmen, dan cara pandang
seseorang yang selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan
persamaan. Ini juga berlaku bagi ulama Mesir Yusuf al-Qardhawi, yang
berpendapat bahwa umat Islam seharusnya mengambil jalan tengah atau
moderasi dalam menjalankan ajaran dan pemikiran Islam. Pandangan
seperti ini pasti membuat hidup sebagai Muslim lebih mudah. Karena
pada hakikatnya, Islam adalah agama yang memudahkan umatnya
untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Di dalam kitabnya,
fiqh Maqasidusy-Syariah, beliau menjelaskan dan mengajak kita semua
untuk bersikap dan bergabung dengan mereka yang mengambil jalan
tengah, jalan orang-orang yang memiliki pemahaman kaffah, tidak
sombong dengan pendapat kelompoknya, terbuka terhadap perbedaan,
menolak ekstrimisme, dan anti-liberalisme.
b) Landasan moderasi dalam tradisi berbagai agama
Pelajaran wasathiyah diberikan kepada setiap agama di seluruh
dunia. Wasatiyah sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang berada di
antara dua garis ekstrem. Dengan kata lain, tetap teguh tanpa memihak
atau condong ke satu pihak. Wasathiyat Islam berfungsi sebagai
15
penyeimbang dalam ajaran Islam sendiri. Istilah ini menunjukkan
betapa pentingnya keadilan dan keseimbangan untuk menghindari
ekstremisme agama.
12
Dzulhadi, Qosim Nursheha, Islam sebagai Agama dan Peradaban,(Mei 2015), hal. 152
16
b) Menjadi Kholifah dimuka bumi yaitu menegakkan kebenaran dan
keadilan serta berprilaku dengan akhlaq Allah swt dengan kapasitas
manusiawi. Sebagaimana Firman Allah swt: Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” (Q.S.Al-Baqarah; 30).
c) Memakmurkan bumi dengan membangun peradaban yang didasarkan
pada sistem nilai sebagaimana yang akan di bahas selanjutnya. Allah
swt berfirman:“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya" (Q.S Hud: 61)13
13
Dzulhadi, Qosim Nursheha, Islam sebagai Agama dan Peradaban,(Mei 2015), hal. 165
17
memperjelas bahwa Islam menghargai batin seseorang, sehingga sekalipun
meyakini bahwa Islam adalah agama yang paling benar, tidak dianjurkan bagi
seorang Muslim untuk memaksakan keyakinan kepada orang lain. Setiap orang
bebas berkeyakinan, sedangkan Islam hanya menyampaikan kebenaran.14
14
Zaluku dan Butar-Butar, Islam dan Studi Agama, (2 Juli-Desember 2021), hal.194
18
BAB III
KESIMPULAN
Dimensi baru dari kedatangan Islam adalah memahami bahwa Islam tidak
hanya membawa pesan keagamaan, tetapi juga membawa perubahan sosial, politik,
dan budaya yang signifikan di berbagai wilayah di mana agama ini menyebar. Dimensi
baru ini mencakup pengaruh Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, arsitektur,
hukum, perdagangan, dan masyarakat secara keseluruhan. Studi tentang dimensi baru
kedatangan Islam membuka wawasan tentang bagaimana agama ini telah membentuk
peradaban, mempengaruhi pola pikir, dan membawa perubahan yang berkelanjutan di
sepanjang sejarah manusia.
19
Konsep Islam sebagai jalan tengah adalah bahwa Islam mengajarkan
kesederhanaan dan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Hal ini mencakup
pendekatan yang seimbang antara hak dan kewajiban, dunia materi dan spiritualitas,
serta antara kebutuhan individu dan kepentingan masyarakat. Islam menekankan
pentingnya menjaga harmoni antara fisik dan rohani, antara urusan dunia dan akhirat.
Dengan mengikuti jalan tengah ini, umat Islam diharapkan dapat mencapai
kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Hubungan antara agama dan peradaban manusia adalah bahwa agama memiliki
pengaruh yang signifikan dalam membentuk peradaban manusia. Agama tidak hanya
menjadi sumber nilai-nilai moral dan etika, tetapi juga mempengaruhi kebudayaan,
sistem politik, hukum, seni, dan struktur sosial dalam suatu masyarakat. Meskipun
agama dapat menjadi sumber inspirasi untuk kemajuan dan harmoni sosial, juga dapat
digunakan untuk tujuan politik atau menghasilkan konflik di antara kelompok yang
berbeda keyakinan. Oleh karena itu, memahami hubungan antara agama dan peradaban
manusia penting untuk memahami dinamika sosial dan sejarah umat manusia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Antara Budaya dan Agama. Basori. 2017. s.l. : Jurnal Madania, 2017, Vol. Vol.7.
Islam dan Studi Agama. Ardimas Zain NS Zaluku, Heny Anggreini Butar-Butar. 2 Juli-
Desember 2021. Sumatera Utara : AT-TAZAKKI, Desember 2021, Vol. 5.
Islam sebagai Agama dan Peradaban. Dzulhadi, Qosim Nursheha. Mei 2015. s.l. : Jurnal
Peradaban Islam Tsaqafah, Mei 2015, Vol. 11.
Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Nasution, Fauziah. 2020. s.l. : Jurnal
Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia, 2020, Vol. Vol.11.
Pengantar Studi Islam. Sodik, Abror. Januari 2020. Sleman : Aswaja Pressindo, Januari 2020.
Universalisme Islam dan Kosmopolistisme Peradaban. Dewi, Rusmala. 1 Juni 2013. 1 Juni
2013, Vol. Vol.13.
21