Plebitis
Plebitis
Plebitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PLEBITIS
1. Definisi
Plebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang terjadi karena
Phlebitis adalah komplikasi lokal dari terapi intravena antara lain infiltrasi,
sebagai mekanisme iritasi yang terjadi pada endhotelium tunika intima vena
tunika intima vena yang terjadi akibat komplikasi lokal dari terapi
peningkatan suhu pada daerah insersi kanula dan kecepatan tetesan infus,
ini terjadi akibat mekanisme iritasi yang terj adi pada endotelium tunika
intima vena, dan perlekatan trombosit pada area tersebut. Komplikasi akibat
2. Pengelompokan Plebitis
kategori penyebab terjadinya plebitis yaitu : Kimia, mekanik, agen infeksi, dan
Kejadian plebitis ini dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi pada
peradangan. Reaksi peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang
PH darah normal terletak antara 7,35 – 7,45 dan cenderung basa. PH cairan
yang diperlukan dalam pemberian terapi adalah 7 yang berarti netral. Ada
kalanya suatu larutan diperlukan konsentrasi yang lebih asam untuk mencegah
yang mengadung glukosa, asam amino, dan lipid yang biasa digunakan dalam
partikel yang larut dalam suatu larutan. Pada orang sehat, konsentrasi plasma
plasma.
11
fisik klien akaan tetapi juga berpengaruh terhadap tunika intima pembuluh
darah. Dinding tunika intima akan mengalami trauma pada pemberian larutan
lagi pada saat pemberian dengan tetesan cepat pada pembuluh vena yang
dengan obat, elektrolit maupun nutrisi (INS, 2006). Menurut Imam Subekti
vena perifer dapat menerima osmolalitas larutan sampai dengan 900 mOsm/L.
sentral, karena larutan yang bersifat hipertonis dengan osmolalitas > 900
mOsm/L, melalui vena sentral aliran darah menjadi cepat sehingga tidak
material katheter juga berperan pada kejadian plebitis. Bahan kateter yang
(teflon) mempunyai resiko terjadi phlebitis lebih besar dibanding bahan yang
Partikel materi yang terbentuk dari cairan atau campuran obat yang tidak
Penggunaan filter dengan ukuran 1 sampai dengan 5 mikron pada infus set,
yang besar pada vena yang kecil juga dapat mengiritasi dinding vena.
infection in adult and pediatric kuman yang sering dijumpai pada pemasangan
katheter infus adalah stapylococus dan bakteri gram negative, tetapi dengan
terjadi kontaminasi baik melalui tangan, cairan infus, set infus, dan area
penusukan (Alexander, et al., 2010, hal 475). Dalam hal ini, hygiene tangan
komplikasi tersebut.
14
d. Plebitis post-infus
terapi infus. Komplikasi ini berhubungan dengan inflamasi pada vena yang
kondisi vena yang jelek; cairan hipertonis atau cairan yang asam; filtrasi yang
tidak sesuai; ukuran kateter yang besar tetapi dipasang pada vena yang kecil;
penggunaan akses injeksi, dan bahan kateter (Alexander, et al., 2010, hal 475).
3. Derajat Plebitis
berikut:
Dougherty (2008) mengatakan bahwa untuk mendeteksi adanya plebitis, maka semua
pasien yang terpasang infus harus diobservasi terhadap tanda plebitis sedikitnya 1 x 24
jam. Observasi juga dilakukan ketika memberikan obat intravena, mengganti cairan infus,
4. Pencegahan Plebitis
pemasangan, menggunakan ukuran kateter dan ukuran jarum yang sesuai dengan
apapun setiap jam, dan menempatkan kateter atau jarum dengan baik
dalam Hankins (2004) dan Ignatavicius, et al. (2010) adalah umur, jenis penyakit ,
perawatan luka insersi dan lokasi pemilihan vena . Adapun uraian masing-masing
a. Umur
muda manusia (misal pada usia infant) pembuluh darah masih rapuh
semakin tua mengalami kekakuan pembuluh darah hal ini juga yang
b. Jenis Kelamin
lebih rendah menunjukkan beban lebih tinggi akibat penyakit yang mereka
derita. Hal ini berarti bahwa resiko terjadi infeksi pada perempuan lebih
c. Jenis Penyakit
buku pathophysiology hal 752) , penyakit arteri perifer akan muncul lebih
awal dan lebih cepat pada pasien diabetes melitus daripada pasien yang
terjadinya infeksi, termasuk plebitis, karena adanya portal the entry and
tidak dilakukan tindakan pencegahan yang adekuat (Potter & Perry, 2005).
bahwa kanula perifer harus diganti setiap 72 jam dan segera mungkin jika
20
mengganti balutan/plester pada area insersi infus (Perry dan Potter, 2005)
penggantian balutan dilakukan setiap hari, tapi saat ini telah dikurangi
(Daugherty, 2008).
vena sebelumnya atau di bawah area yang plebitis; vena yang sklerotik
atau bertrombus; lengan dengan pirai arteriovena atau fistula; atau lengan
yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, kerusakan kulit atau post
vena basilaris, vena metacarpal, dan vena sepalika. Lokasi tempat insersi
yang digunakan, jika untuk terapi cairan isotonik dapat menggunakan vena
yang ukuran kecil. Tetapi jika pasien mendapat program terapi obat yang
(Hanskin, et al., 2001; Philips, 2005; Alexander, et al., 2005; RCN, 2005).
vena dengan ukuran besar. Berdasarkan ukuran dan posisinya, maka vena
ini dapat menjadi pilihan terbaik untuk pemberian tranfusi karena ukuran
( Daugherty 2008 ).
dilihat serta dipalpasi. Vena ini sangat baik untuk kanulasi karena posisi
kateter akan datar, dan vena metacarpal ini memberikan bebat alami
digunakan pada pasien lansia karena turgor kulit sudah berkurang dan
vena kurang stabil, vena lebih rapuh, serta distensi vena yang menurun
(Daugherty 2008).
infeksi .
jenis antibiotika.
IPSG disusun dengan cara yang sama seperti standar JCI lainnya.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
Tujuan :
standar, semua standar dirata-ratakan untuk mendapatkan skor chapter, dan semua
pemeriksaan klinis.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
TEPAT-PASIEN OPERASI
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk memverifikasi
pembedahan.
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
PELAYANAN KESEHATAN
yang terkait pelayanan kesehatan. yang tergolong dalam Intens of IPSG 5 yaitu:
pada aliran darah (blood stream infections) dan VAP (Ventilator Associated
28
Pneumonia), pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat memakai pedoman hand hygiene dari WHO.
petunjuk hand hygiene yang sudah diterima secara umum untuk implementasi
petunjuk itu di rumah sakit yang bersangkutan. Elemen penilaian IPSG 5 yaitu:(1)
rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum, (2) rumah sakit menerapkan
program hand hygiene yang efektif, (3) kebijakan dan prosedur dikembangkan
pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan adalah sebagai agen kuman karena dari
tangannyalah seorang pasien dapat selamat dari infeksi nasakomial rumah sakit
dan kepatuhan perawat untuk melakukan cuci tangan yaitu penelitian WHO
persepsi paling baik yaitu 83,9% pada kebersihan tangan perawat (WHO, 2009).
Acuan dapat berasal dari dalam dan luar negeri, seperti WHO mempublikasikan
pedoman 6 langkah cuci tangan (hand hygiene) dan 5 momen cuci tangan.
membutuhkan sumber daya yang dapat memberikan edukasi kepada semua staf
Pimpinan rumah sakit menjamin bahwa proram ini mempunyai sumber daya yang
cukup untuk dapat menjalankan program ini secara efektif. Seluruh area
29
pasien, staf dan pengunjung rumah sakit dimasukkan dalam program pencegahan
sangat penting untuk mencapai dampak pada keselamatan pasien dan panduan ini
(WHO, 2009).
Elemen Penilaian:
kebersihan tangan.
kesehatan
rumah sakit , kebijakan yang tertera di atas menjadi acuan RSPP. Dan RSPP
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko