Model Dan Nilai Promkes
Model Dan Nilai Promkes
Model Dan Nilai Promkes
DISUSUN OLEH :
1. Sundus Nafisa Balfas [NIM : 18.035]
2. Titis Aisyah [NIM : 18.036]
3. Ajeng Acnes Meylisa S. [NIM : 19.001]
4. Alfin Dalilah Fiftin [NIM : 19.002]
5. Aprilya Vera Damayanti [NIM : 19.004]
6. Avin Dwi Agustian [NIM : 19.006]
7. Bayu Ferdianto [NIM : 19.007]
8. Dinik Romadhoni [NIM : 19.008]
9. Intan Alifatus Dzakiyah [NIM : 19.011]
10. Kholifah Muji Fitri Ayuni [NIM : 19.012]
11. Maya Rahmawati [NIM : 19.021]
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Model dan Nilai Promosi
Kesehatan”. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan pembaca. Kami selaku penyusun
makalah ini juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa, kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini,
dikarenakan masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
c. Menurut Ottawa Charter, 1986 : Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (fisik, sosial budaya, dsb).
e. Menurut Nutbeam dalam Keleher, et.al 2007 : Promosi kesehatan adalah proses
sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan pada
kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu, tetapi juga perubahan sosial,
lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat.
5
Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah
timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila
masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita
Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya
dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana
penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti
kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan
pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.
6
mulai dari mengobati sendiri (self treatment sampai dengan mencari pengobatan
ke luar negeri).
3. Perilaku kesehatan lingkungan : bilamana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli (Becker 1979)
membuat klasifikasi tentang perilaku ini yaitu :
a. Perilaku hidup sehat
Perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup
makan dan menu berimbang (approciate diet), olahraga teratur, tidak
merokok, tidak meminum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,
mampu mengendalikan stress, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan (misal tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks,
penyesuaian diri dengan lingkungan dan sebagainya).
b. Perilaku sakit (Illnes Behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, cara penularan, cara dan kemana harus mencari pengobatan
penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (The sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang
mencakup hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya) yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(The sick role).
Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan,
mengenal/mengetahui fasilitas/sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang
layak, mengetahui hak (misal : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain
dan sebagainya).
d. Sikap
Adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus/objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit).
7
Setelah seseorang mengetahui stimulis/objek, proses selanjutnya akan
menilai/bersikap terhadap stimulus. Indikator untuk sikap kesehatan yaitu
sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap terhadap cara pemeliharaan dan cara
hidup sehat, sikap terhadap kesehatan lingkungan.
e. Praktek/tindakan (Practices)
Setelah seseorang mngetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian/berpendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/mempraktekkan apa yang
diketahui/disikapinya (dinilai baik) inilah yang disebut praktek (practice)
kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).
Indikator praktek kesehatan tersebut ialah :
a) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit, tindakan/perilaku ini
mencakup :
Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan
pengurasan untuk mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada
waktu kerja ditempat berdebu dan sebagainya.
Penyembuhan penyakit misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter,
melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat.
b) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,
tindakan/perilaku ini mencakup antara lain mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak
minum minuman keras dan narkoba.
c) Tindakan (prakek) kesehatan lingkungan, perilaku ini mencakup
membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah ditempat
sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan
sebagainya.
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling
berhubungan secara umum teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta. Pada teori sebab akibat, apa
yang dialami manusia pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat
mampu mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap akibat.
Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu secara umum
sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas). Kautalitas terkait erat
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
8
1. Prinsip pertama : prinsip kausalitas menganiscayakan setiap kondisi (akibat)
pasti mempunyai sebab.
2. Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab,
jika ada sebab maka ada akibat dan begitu sebaliknya.
3. Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang
menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab
dan akibat di alam.
Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi lelas
ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab akibat dalam
promosi kesehatan memberi penekanan pada petugas kesehatan bahwa suatu
penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya.
9
Precede digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah
dan tujuan program, sedangkan proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan
kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.
a. Fase 1 (Diagnosis sosial)
Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital
statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara
langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat,
maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan
informan kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group
discussion (FGD), nominal group process, dan survei.
Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data multipel dari
aktivitas-aktivitas (hasil wawancara dengan informan, diskusi kelompok,
observasi terhadap partisipan, dan survei), untuk memahami kebutuhan
masyarakat. Fase ini secara subjektif berupaya mendefinisikan kualitas hidup
dalam masyarakat. Fokus pada fase ini adalah untuk mengenali dan
mengevaluasi permasalahan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup target
populasi. Tahap ini membutuhkan perencana program untuk mendapatkan
pengertian dari permasalahan sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien,
konsumen, siswa, atau komunitas, sebagaimana mereka memandang
permasalahan tersebut. Hal ini diikuti oleh pembentukan penghubung antara
permasalah tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang dapat menjadi
fokus dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam hidup dan,
sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi permasalahan
sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial dapat menggunakan satu
atau beberapa cara pada “Community Assessment”.
10
dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda dan gejala yang ditimbulkan.
Dari tahap inilah perencana menetapkan suatu prioritas masalah yang nantinya
akan dibuat suatu perencanaan yang sistematis.
Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan
(umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,
morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi
masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan
atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah,
yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan,
serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada
tujuan program dengan ciri “who eill benefit how much of what outcome by
when”.
Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau kumpulan
data asli untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan masyarakat serta
mempertahankan tujuan dan target dari program. Praktisi mengamankan dan
menggunakan data statistik yang spesifik dari populasi target dalam rangka
mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan tujuan kesehatan yang dapat
memberikan kontribusi terhadap kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi.
Diagnosis epidemiologi membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan
lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan. Fokus pada fase ini
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang spesifik dan faktor
non-medis yang berhubungan dengan kualitas kehidupan yang buruk.
Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut dapat :
1. membentuk hubungan antara permasalahan kesehatan, kondisi kesehatan lain,
dan kualitas kehidupan;
2. Mendorong penyusunan prioritas masalah yang akan memandu fokus dari
program dan pemanfaatan sumber daya secara efektif;
3. Menyusun kewajiban yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-
prioritas ini dijelaskan sebagai sebagai sebuah program objektif yang
menjelaskan target populasi (WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan
seberapa banyak (HOW MUCH) keuntungan yang harus didapatkan target
populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut terjadi.
Contoh data-data epidemiologi :
11
Statistik vital
Kecacatan
Angka kejadian
Morbiditas
Mortalitas
Dari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program adalah
tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi intervensi-
intervensi. Contoh diagnosis epidemiologi dalam promosi kesehatan diare adalah
banyaknya penduduk terutama balita dan anak-anak yang menderita mencret-
mencret/diare dan angka kematian anak akibat diare cukup tinggi.
12
diterapkan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan
lingkungan antara lain :
Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya masalah
kesehatan.
Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan
dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan,
sedangkan untuk faktor lingkungan dengan mengeliminasi faktor-faktor
lingkungan yang tidak dapat diubah seperti faktor genetis dan demografis.
Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh
terhadap masalah kesehatan.
Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk
diubah.
Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin
dicapai program. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan
seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya
pencegahan (prevention action), pola konsumsi akanan (consumption pattern),
kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care).
Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence,
frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan
sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang
digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.
13
Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau
memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam
kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan pelayanan kesehatan,
aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan kesehatan baik dari segi
jarak maupun segi biaya dan sosial serta adanya peraturan-peraturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut.
14
Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk memulai dan
menjaga (maintain) perubahan perilaku dilakukan pada fase ini karena
intervensi spesifik juga disusun pada fase ini.
Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk melihat
hal-hal spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan perilaku-perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan.
15
dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang
memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat
mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan precede ke
implementasi dan evaluasi dengan proceed. Precede digunakan untuk
meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, proceed untuk meyakinkan
bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen
atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai
kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.
Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang ada
di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksana program. Sedangkan
pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan
politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan.
Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit
diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).
Sumber Data
Data masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi
kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti :
Dokumen yang ada.
Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data
mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan
determinan dari perilaku tersebut.
Petugas kesehatan di lapangan.
Tokoh masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Promosi kesehatan adalah ilmu yang membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Teori
model dan nilai promosi kesehatan dibagi menjadi beberapa macam termasuk
teori sebab akibat dan preceed proceed teory.
Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Sedangkan preceed proceed teory adalah kerangka evaluasi biaya-manfaat
yang diusulkan pada tahun 1974 oleh Lawrence W. Green yang dapat
membantu perencana program kesehatan, pembuat kebijakan dan evaluator
lainnya, menganalisis situasi dan merancang program kesehatan secara efisien.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi dari makalah ini, yaitu apa saja
dan bagaimana model-model teori promosi kesehatan seperti teori sebab akibat
dan preceed proceed teory itu.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://poltekkestjkronianasoka.blogspot.com/2019/03/makalah-promosi-kesehatan-
model-dan.html
https://id.scribd.com/doc/282151171/model-dan-nilai-promosi-kesehatan-untuk-
kebidanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan#:~:text=Promosi%20kesehatan
%20adalah%20ilmu%20yang,sosial%2C%20spiritual%2C%20dan%20intelektual
https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/promosi-kesehatan-dan-peran-kesehatan-
masyarakat_5510844f813311aa39bc6594
https://brainly.co.id/tugas/17607352
https://id.scribd.com/doc/282151171/model-dan-nilai-promosi-kesehatan-untuk-
kebidanan
https://docplayer.info/66937238-Promosi-kesehatan-teori-sebab-akibat-kel-tiga-
sembilan-orang.html
https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/PRECEDE
%25E2%2580%2593PROCEED_model&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
18