OTM Chloramphenicol Revisi 1-1 Terbaru
OTM Chloramphenicol Revisi 1-1 Terbaru
OTM Chloramphenicol Revisi 1-1 Terbaru
Disusun oleh :
Kelompok Senin 5
II. Pendahuluan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 12, larutan obat mata adalah
larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas,
kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet)
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan untuk sediaan
hidung dan telinga. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi III halaman 10, tetes
mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakna dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.
Obat tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1. Steril, tidak ada bakteri hidup patogen dan non-patogen yang dapat
menyebabakan infeksi oportunis;
2. Sedapat mungkin isohidris, disesuaikan dengan pH air mata yaitu 7.4. Jika tidak
mungkin, pH dicapai dengan teknik euhidri;
3. Sedapat mungkin isotonis, 0.9% NaCl b/v (atau dalam rentang 0.7–1.5 % b/v) jika
tidak mungkin, larutan dibuat hipertonis;
4. Bebas partikel asing dan serat halus, agar tidak mengganggu aliran darah; dan
5. Larutan berwarna jernih, memastikan semua zat sudah terlarut sempurna.
Selain itu, dalam formulasi obat tetes mata perlu ditambahkan eksipien antara lain:
1. Pengawet
Obat tetes mata merupakan sediaan steril yang memiliki dosis tunggal atau dosis
ganda. Untuk sediaan obat tetes mata dosis ganda, diperlukan pengawet yang
berfungsi untuk menjamin tidak adanya pertumbuhan bakteri dari luar setelah
kemasan dibuka akibat pemakaian berulang. Pengawet yang ditambahkan pada
sediaan harus memperhatikan kesesuaian dengan pH stabilitas sediaan, suasana
asam-basa sediaan, dan konsentrasi pengawet yang digunakan.
2. Dapar
Lalu digunakan pula dapar yang tujuannya untuk menjaga pH yang mempunyai
rentang pH stabilitasnya kecil. Dan dapar yang digunakan, mempunyai kapasitas
dapar yang rendah. Karena pH optimum harus dipertahankan untuk menjamin
stabilitas obat.
3. Peningkat viskositas
Peningkat viskositas ditambahkan untuk memperpanjang waktu kontak antara
sediaan dengan permukaan bola mata. Perlu diperhatikan bahwa peningkat
viskositas yang digunakan harus aman untuk membran mukosa serta memilki
rentang pH stabilitas mendekati pH cairan mata, yaitu 7,4.
Pada praktikum ini akan dibuat sediaan obat tetes mata suspensi kloramfenikol.
Kloramfenikol merupakan antibiotik golongan makrolida yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi mata (seperti konjungtivitis dan infeksi okular) akibat bakteri.
Kloramfenikol bekerja pada spektrum luas dengan menghambat sintesis protein bakteri.
Obat ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase
sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein bakteri.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-
kadang bersifat bakterisid terhadap bakteri tertentu. Spektrum anti bakteri meliputi
D.pneumoniae, S. Pyogenes, S.viridans, Neisseria, Haemophillus, Bacillus spp, dan
Listeria.
III. Formulasi
Kloramfenikol - antibiotik
Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga
putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus
P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.(Farmakope
Indonesia V, 684)
Kelaruta Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol,
n dalam aseton dan dalam etil asetat.(Farmakope Indonesia V, 684)
Stabilita
● Panas Memiliki titik leleh 149°C sampai 153°C (The Pharmaceutical Codex,
● Hidrolisis 787)
Hidrolisis terkatalis oleh ion monohidrogen fosfat, monohidrogen dan
● Oksidasi dihidrogen sitrat dan asam asetat. (The Pharmaceutical Codex, 788)
● Cahaya Dapat teroksidasi bila terkena cahaya (The Pharmaceutical Codex,
787)
Dapat terdegradasi oleh cahaya (The Pharmaceutical Codex, 787)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : ester
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : suspensi
Cara sterilisasi sediaan : sinar gamma
Kemasan : Botol tetes mata yang berwarna gelap dan tidak tembus cahaya (wadah kaca
tipe 1 bahan borosilikat)
Rute pemberian (untuk sediaan injeksi): -
V. Preformulasi eksipien
1. Asam Borat (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th : 68-69)
BM = 61,83 gram/mol (trihidrat) atau 43,82 gram/mol (monohidrat)
Pemerian Higroskopis, serbuk kristalin putih, plat tidak berwarna, atau
Kristal putih.
Kelarutan Larut dalam etanol, eter, gliserin, air, dan minyak volatil lainnya.
Kelarutan dalam air meningkat dengan penambahan hidroklorat, sitrat,
atau asam tartrat
Stabilita
● Panas Jika dipanaskan perlahan sampai suhu 181°C, akan kehilangan
air.
● Hidrolisis Pada larutan basa dan logam alkali.
● Oksidasi Bereaksi dengan dengan kalium dan asam anhidrat.
● Cahaya Tidak disebutkan, dianggap stabil.
Kelarutan Larut dalam 1 bagian gliserin, 1 bagian air mendidih, 16 bagian air
Stabilita
● Panas Tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Hidrolisis Tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Oksidasi Bereaksi dengan asam, logam dan garam alkaloid.
● Cahaya Tidak disebutkan, dianggap stabil.
Kelarutan Praktis tidak larut di eter, sangat larut di aseton, etanol, metanol, propanol,
dan air. Larutan benzalkonium klorida dapat berfungsi sebagai penurun
tegangan permukaan.
Stabilita
● Panas Stabil di suhu normal. Titik leleh 40°C
● Hidrolisis Tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Oksidasi Sensitif terhadap udara.
● Cahaya Sensitif terhadap cahaya.
Kesimpulan : Dapat digunakan sebagai pengawet dalam sediaan OTM pada rentang pH
4-10
Stabilita
● Panas Material stabil.
● Hidrolisis Material stabil.
● Oksidasi Material stabil.
● Cahaya Material stabil.
Stabilita
● Panas
● tidak disebutkan, dianggap stabil.
Hidrolisis tidak disebutkan, dianggap stabil.
● Oksidasi penyimpanan dalam waktu lama dapat membentuk peroksida.
● Cahaya terlindung dari cahaya.
Kesimpulan : polisorbat 80 digunakan sebagai wetting agent yang larut dalam air dan
etanol.
Kemasan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat kering dan
sejuk.
6. Akuades
BM : 18 gram/mol
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (Farmakope
Indonesia IV: 112)
Kelarutan Larut dalam hampir semua pelarut polar. (Farmakope Indonesia IV: 112)
Stabilita
● Panas Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
● Hidrolisis Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
● Oksidasi Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
● Cahaya Stabil pada semua wujud. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th:766)
VI. Penimbangan
Jumlah sediaan yang dibuat : 5x5mL (suspensi dibuat 70 mL)
Dengan mempertimbangkan volume terpindahkan, kemungkinan kehilangan selama proses
produksi, dan untuk evaluasi maka volume sediaan dibuat berlebih, yaitu sebanyak 70 mL.
7 Akuades ad 100%
Menurut data pada Farmakope Indonesia V halaman 1570 , volume maksimal yang dapat
ditambahkan pada larutan kental 5 mL adalah 0,5 mL.
VII. Prosedur
Ruang Gelas kimia 100 ml ditara 70 ml. Alat- Memastikan terlebih dahulu oven
Sterilisasi alat dan wadah yang akan digunakan dan autoklaf dapat digunakan.
disterilkan terlebih dahulu dengan Menyiapkan pula etanol 70%
(Kelas D)
metode yang sesuai : untuk sterilisasi alat yang tidak
a. Peralatan yang tahan panas dan tahan panas
presisi mulutnya dibungkus terlebih dulu
menggunakan aluminium foil atau kertas
perkamen, kertas filter membran yang
sudah dipotong terlebih dahulu sesuai
ukuran syringe dimasukkan ke dalam
plastik tahan panas. lalu disterilisasi
menggunakan metode autoklaf 121°C 15
menit
6. Polysorbate 0,35 g
Ruang pre- 1. Serbuk kloramfenikol ditaburkan Pastikan zat yang dilewati sinar
sterilisasi diatas alumunium foil sebagai alas
tersebar dengan merata karena
dan dilewatkan sinar gamma
(Kelas D)
( tetapi di lab hanya UV) sinar UV hanya dapat
170°C 1 jam.
mL aquades 2. pH : Mengecek pH
2) Uji sterilitas
5) Uji pH
7) Uji osmolaritas
VIII. Perhitungan
1. Tonisitas
Metode : Ekivalensi NaCl
Perhitungan :
Jumlah NaCl yang dibutuhkan :
0,9% x 5 mL = 0,045g
Bahan Massa (g) E Ekivalensi NaCl (g)
Asam borat 0,0947 0,5 0,047
Sodium borat 2,84 x 10-3 0,42 1,19 x 10-3
Benzalkonium klorida 5 x 10-4 0,18 9 x 10-5
HPMC 0,025 0,026 6,5 x 10-4
Polysorbate 80 0,025 0,02 0,0005
Jumlah 0,0494
● Data E HPMC tidak didapatkan sehingga digunakan nilai E dari perhitungan Liso
E = 17 x Liso / MW = 17 x 1,9 / 1261,4 = 0,026
● Tonisitas : 0,0494 / 0,045 x 0,9% = 0,99%
Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipo-iso-hipertonis : hipertonis, namun masih dapat diterima karena
masih berada dalam rentang 0,6% sampai 2,0% (Farmakope Indonesia Edisi V, hal 53)
Perhatian yang harus dicantumkan dalam informasi obat : -
2. Dapar
Jenis dapar/kombinasi Borat
Target pH 7,4
Kapasitas dapar 0,01
Perhitungan :
β : kapasitas dapar = 0.01
C : konsentrasi molar dapar
Ka : tetapan disosiasi = 5.80X10-10
: antilog (-pH) = antilog (-7,4) = 3,98 x 10-8
maka, konsentrasi dapar dengan pH 7,4 adalah
5,8 x 10−10 x 3,98 x 10−8
0,01=2,303 x C x+
(5,8 x 10 ¿ ¿−10+3,98 x 10−8).2 ¿
C = 0,31mol/L
+ = 0,31M
pH = pKa +
7,4 = 9,24 +
= -1,84
= 0,015
= 0,015
+ = 0,31 mol/L
0,015 + = 0,31mol/L
1,015 = 0,31mol/L
= 0,306 mol/L
Massa asam dalam 0,005 mL = x Mr x 0,005=0,306 x 61,9 = 0,0947 gr
+ = 0,31mol/L
= 0,31– 0,306 = 4 x 10-3mol/L
Massa garam dalam 0,005mL = x Mr = 4 x 10-3x 142x 0,005 = 2,84 x 10-3g
IX. Hasil
Sediaan
No. Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Hasil Syarat
sampel pengamatan
X. Pembahasan
Obat tetes mata merupakan sediaan steril yang digunakan berulang kali (multiple
dose) sehingga ditambahkan pengawet ke dalam sediaan untuk mencegah mikroba masuk
saat proses penggunaan berulang. Pada sediaan ini, ditambahkan benzalkonium klorida
sebanyak 0.01% sebagai pengawet karena aktif bekerja pada pH 5-8 dan mempunyai
kelarutan yang baik di air pada pH tersebut. Menurut Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th halaman 56, rentang benzalkoniumklorida yang dapat ditambahkan ke
dalam sediaan optalmik adalah 0,01-0,02%.
Terdapat persyaratan sediaan obat tetes mata, di mana sediaan tetes mata
sebaiknya isotonis dengan cairan mata agar tidak perih saat digunakan, sehingga di dalam
sediaan perlu diperhitungkan tonisitas dari sediaan. Berdasarkan perhitungan tonisitas
yang telah dilakukan, tonisitas sediaan adalah 0,99%, maka termasuk hipertonis. namun
masih dapat diterima karena masih berada dalam rentang 0,6% sampai 2,0% (Farmakope
Indonesia Edisi V, hal 53)
Pada praktikum akan dibuat larutan obat tetes mata kloramfenikol sebanyak 5 mL per
botol. Dibuat larutan sebanyak 70 mL untuk mengantisipasi kehilangan selama proses
pembuatan sediaan dan untuk evaluasi, serta menurut Farmakope Indonesia halaman
1570, sebaiknya volume ditambahkan pada proses pengisian ke wadah dan diperbolehkan
menambahkan volume 0,5mL untuk larutan kental 5mL. Oleh karena itu, gelas kimia
ditara 50 mL dan 70mL. Penaraan gelas kimia bertujuan agar diketahui sebanyak apa
aquades perlu ditambahkan untuk menggenapkan volume sediaan. Setelah semua bahan
ditimbang sesuai kebutuhan di kelas D, zat aktif dan eksipien dipresterilisasi dahulu
karena sediaan tidak bisa disterilisasi akhir berhubung zat aktif kloramfenikol bersifat
termolabil dan tidak dapat difiltrasi membran pula karena merupakan suspensi.
Kloramfenikol disterilisasi dengan radiasi sinar gamma. Eksipien seperti asam borat,
natrium borat, benzalkonium klorida ditempatkan di kaca arloji dan dibungkus
aluminium foil untuk dipresterilisasi dengan oven 170C selama 1 jam, dan polisorbat 80
dilarutkan di air lalu di autoklaf 121C selama 15 menit. Setelah di presterilisasi, semua
bahan dibawa ke kelas A untuk pengerjaan aseptis. HPMC ditaburkan ke mortar A
dengan air dingin, ditunggu sampai HPMC terbasahkan dan digerus kuat untuk
mengembangkan. Di mortar B, polisorbat 80 dimasukkan dan kloramfenikol ditaburkan,
lalu digerus dan dicampurkan hingga homogen. Eksipien lain yang telah dilarutkan
dengan akuades ditambahkan pula ke mortar B. Setelah bercampur, HPMC ditambahkan
ke mortar B. Setelah digerus hingga homogen, campuran dimasukkan ke gelas kimia
yang telah ditara lalu digenapkan volume hingga mencapai garis tara. Dilakukan
pengecekan organoleptik dan kesempurnaan melarut untuk memastikan sediaan sudah
jernih dan semua zat telah melarut sempurna. Seharusnya dilakukan pengecekan pH
sebelum penggenapan volume untuk mengetahui bahwa sediaan yang digunakan telah
mencapai pH target. pH target untuk obat tetes mata adalah 7,4 namun karena
keterbatasan alat tidak dilakukan.
XI. Kesimpulan
1. Formula yang baik untuk membuat sediaan OTM Kloramfenikol :
2. Sediaan belum dapat ditentukan sudah memenuhi persyaratan atau belum karena tidak semua
uji evaluasi dilakukan