0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan6 halaman

Tetes Mata Laporan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 6

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRODI FARMASI
FIK UNW MATARAM

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


( PEMBUATAN TETES MATA)

KELOMPOK 4 : 1. Fahrun Rizal (2393004)


2. Nadia Putri (2393012)
3. Neli Oktaviani (2393018)
4. Zuhrotul Aulia (2393028)

DOSEN : Apt. Ade Irma Fitriani, M. Farm

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PRODI DIII FARMASI
FIK UNW MATARAM
2024
TUJUAN PRAKTIKUM

Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat tetes mata kloramfenikol.

LANDASAN TEORI

Sediaan tetes mata merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan untuk
pengobatan lokal pada mata. Tetes mata harus memenuhi persyaratan sterilitas karena digunakan pada
organ mata yang sangat sensitif. Menurut Ansel (1989), tetes mata adalah cairan steril berupa larutan,
suspensi, atau larutan berminyak yang dirancang untuk digunakan pada selaput lendir mata. Dalam
pembuatannya, diperlukan perhatian terhadap sterilitas, isotonisitas, pH, dan penggunaan pengawet
yang tepat untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama penyimpanan dan pemakaian. Selain
itu, sediaan tetes mata juga harus bebas dari partikel besar yang dapat menyebabkan iritasi pada mata
(Depkes RI, 2014).

Kloramfenikol merupakan salah satu antibiotik yang digunakan dalam sediaan tetes mata
untuk mengatasi infeksi bakteri. Kloramfenikol bekerja dengan cara menghambat sintesis protein
bakteri melalui ikatan dengan ribosom subunit 50s, sehingga enzim peptidil transferase terhambat,
dan pembentukan ikatan peptida dalam proses sintesis protein terganggu. Larutan kloramfenikol
dalam sediaan tetes mata memiliki keunggulan berupa stabilitas yang baik dalam bentuk larutan
dibandingkan salep, serta tidak mengganggu penglihatan. Namun, waktu kontaknya dengan
permukaan mata relatif singkat sehingga efektivitas obat harus dioptimalkan (Anonim, 1995; Voight,
1994).

Dalam pembuatan sediaan steril tetes mata, kondisi kerja aseptik sangat penting untuk
mencegah kontaminasi mikroorganisme. Penggunaan air steril, pemilihan bahan aktif yang sesuai, dan
proses sterilisasi bahan serta wadah menjadi faktor utama dalam menjaga kualitas produk. Sterilitas
akhir dari sediaan harus diuji untuk memastikan bahwa produk aman digunakan. Selain itu,
diperlukan perhatian terhadap pH larutan, viskositas, dan penggunaan sistem penyangga (buffer) agar
sediaan tetap stabil selama penyimpanan (Rgmaisyah, 2009).

PEMBUATAN SEDIAAN
a. Preformulasi

 Preformulasi bahan :
 Kloramfenikol
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau
putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus P stabil dalam larutan netral atau larutan
agak asam
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam eseton dan
dalam etil asetat
Ph : Antara 4,5-7.5
Titik leleh : 149°C-153°C
Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian.
Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH. 2-7, suhu 25°C dan pH mempunyai waktu paruh
hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media air adalah
pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae.
Inkompatibilitas : Aminophyline. Ampicillin. Ascorbic acid. Calcium chloride, Carbenicillin sodium,
Chlorpromazine HCI, Erythromycin salts. Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium succinate,
Hydroxyzine HCI, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate, Nitrofurantoin sodaım,
novobiocin sodium, Oxytetracycline, Phenytoin sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine
salts, Promazine HCl, Prometazine HCl.
Penyimpanan : Chloramphenicol harus terlindung dari cahaya. Tempat penyimpanan harus steril, dan
disegel ( FLIV 1995 halaman 189 & British Pharmacopoeia 1993 vol II, hal 132).

 Asam Borat
Nama bahan : Acidum boricum
Pemerian : Struktur hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rau agak
asam, pahit, kemudian manis
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol
pH : 38-48
OTT : -
Cara sterilisasi : Dengan teknik aseptis
Indikasi : Sebagai pengawet atau antiseptik ekstern
Dosis lazim : 0,125%
Cara pemakaian : Zat tambahan sebagai pengawet
Sediaan lazim dan kadar : serbuk
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

 Natri Tetra Borat


Nama Resmi : : Sodium tetraborate decahydrate
Pemerian : Hablur transparan, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979)
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20 bagian air, 1 bagian larut dalam 1 bagian air mendidih, larut
dalam gliserin, praktis tidak larut dalam etanol (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979)
Konsentrasi : 0,01%-0,5%
Kegunaan : Pendapar dan antibakteri (Rowe et al.,2006)
Sterilisasi: Filtrasi dan autoklaf
pH : 9-96
 Aqua P.I
Nama bahan : Aqua Pro Injection
Pemerian : Cair jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FII V hal 112)
Kelarutan : Dapat tercampur dengan pelarut polar
pH : -
OTT : -
Cara sterilisasi : Disterilkan tanpa penambahan bakteriosida (FT III hal V7) atau dengan autoklaf
Indikasi : Untuk pemberian injeksi (FI III hal 97)
Dosis lazim : -
Cara pemakaian : Sebagai pembawa dan pelarut sediaan steril
Sedan Lazim dan Kadar : Cairan
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap dalam wadah tertutup kapas berlemak harus
digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan (FI III hal 97)

 Preformulasi bahan
Indikasi : Mengobati mata merah akibat peradangan pada selaput yang melapisi permukaan bola mata
yang diakibatkan oleh bakteri E.coli, Haemophilus influenza, Staphylococcus, Streptococcus
haemolyricus dan Rickettsia
Kontarindikasi : Tidak cocok untuk pasien dengan Hipersensitivitas terhadap Chloramphenicol, balita
dan pasien dengan gangguan ginjal
Efek Samping : Pusing, mual atau muntah, diare, sariawan, sensasi tersengan pada mata

b. Perhitungan dan Penimbangan


R/ Kloramfenikol 50 mg → 50/1000 = 0,05 gram
Asam Borat 150 mg → 150/1000 = 0,15 gram
Natri Tetra Borat 30 mg → 30/1000 = 0,03 gram
Aqua P.I add 10 ml → ditambahkan sampai mencukupi 10 ml

c. Cara Kerja

1. Larutkan asam borat dan natrii tetra borat dalam aquadest.


2. Larutkan preservative dalam aquadest dan tambahkan pada larutan 1.
3. Larukan kloramphenikol dalam larutan 2 dan tambahkan sisa aquadstnya.
4. Sterilkan menurut cara B
5. Masukka wadah, tutup kemudian beri etiket.
d. Evaluasi Kualitas Sediaan
 Penampilan/ Organoleptis : Sediaan bening dan jernih
 Partikel : Terdapat partikel
 Homogenitas : Tidak homogen
 pH : -
 Uji Kebocoran : Tidak ada kebocoran
 Keseragaman volume : Volume sesuai dengan ketentuan

DATA DAN HASIL


a. Data dan Pembahasan
Pada praktikum ini dibuat sediaan tetes mata dengan bahan aktif kloramfenikol. Sediaan tetes
mata yaitu sediaan steril yang bebas dari partikel asing dan mikroorganisme, dibuat dengan cara yang
sesuai serta dikemas untuk digunakan pada mata. Struktur penyusun organ mata sangat sensitive
sehingga mudah terluka dan terinfeksi partikel asing dan bakteri. Mata juga dilindungi oleh cairan
yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan oleh air mata. Cairan mata juga merupakan cairan steril
yang secara terus menerus membilas mata dari partikel asing, bakteri, dll sehingga sediaan tetes mata
harus steril.
Semua bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini ditimbang menggunakan timbangan
analitik. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan di atas. Larutan asam borat dan natri tetra
borat dalam aquadest secukupnya. Asam Borat dipilih karena dapat membantu memperlambat atau
mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur di mata dan natri tetra borat berfungsi sebagai
pendapar/buffer yang digunakan untuk memastikan pH larutan tetap stabil dan sesuai dengan kondisi
fisiologis mata sehingga obat lebih nyaman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi. Selanjutnya
larutan tersebut ditambahkan zat aktif yakni kloramfenikol. Kemudian di tambahkan pelarut Aqua Pro
Injection sampai 10 ml.
Setelah sediaan steril tetes mata selesai dibuat, lakukan proses sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf. Mekanisme dari pembunuhan mikroorganisme dengan autoklaf adalah dengan
cara denaturasi protein yang digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme selain itu
dengan cara membran sel dilelehkan. Aktivitas pembunuhan dari uap jenuh tinggi dan mampu
menghilangkan (membunuh) semua mikroorganisme juga spora yang tahan terhadap panas. Pada
sterilisasi dengan uap jenuh, sebaiknya dihindarkan adanya udara yang masuk karena udara dapat
memblok difusi uap air. Adapun siklus sterilisasi ini adalah conditioning, exposure, exhaust dan
pemanasan. Wadah yang digunakan untuk sediaan ini adalah wadah kaca yang merupakan wadah
yang tidak memiliki pori yang tidak memberikan kesempatan bagi kontaminan untuk masuk dalam
wadah. Sehingga sebelum dilakukan proses sterilisasi pastikan sediaan sudah ditutup dengan erat dan
di rekatkan kembali dengan menggunakan selotip.
Selanjutnya dilakukan evaluasi atau pengujian untuk memastikan mutu sediaan. Pengujian
yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji partikel , homogenitas, uji kebocoran dan uji keseragaman
volume. Uji organoleptis di lakukan tanpa menggunakan alat bantu lainnya, tetapi menggunakan
panca indra seperti penglihatan, penciuman dan lainnya. Sediaan tetes mata yang kami dapatkan
berwarna bening jernih, tidak berbau. Kemudian uji partikel dan homogenitas dilakukan dengan cara
memberi cahaya kepada sediaan dan dilihat apakah ada partikel di dalamnya. Hasilnya ditemukan
partikel dan tidak homogen. Selanjutnya uji kebocoran, uji ini dilakukan dengan cara membalik
wadah sediaan dan dilihat ada tidak sediaan yang menetes dari wadah. Hasilnya, tidak ditemukan
kebocoran pada sediaan. Dan volume sediaan sesuai dengan ketentuan pembuatan di awal.
b. Etiket
c. Brosur

KESIMPULAN
Pembuatan sediaan tetes mata kloramfenikol ini sudah dilakukan sesuai dengan
petunjuk dan prosedur pembuatan dengan baik, dan telah dilakukan beberapa proses uji
evaluasi seperti uji organoleptis, uji partikel, homogenitas, uji kebocoran dan uji keseragaman
volume. Hasilnya sediaan bening jernih, ditemukan partikel asing, sediaan tidak homogen,
tidak terjadi kebocoran dan volumenya sesuai dengan ketentuan. Kesimpulannya, sediaan ini
tidak memenuhi syarat pembuatan dan jika dibandingkan dengan jurnal acuan, kedua sediaan
ini tidak memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA
R, Afin Sugi, dkk. (2019). PEMBUATAN SEDIAAN OBAT TETES MATA
KLORAMFENIKOL 0,5% YANG MEMPUNYAI PH 7.0 SEBANYAK 10 ml.
Mubayyinah, Ani. (2014). LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL
“ PEMBUATAN SEDIAAN OBAT TETES MATA CHLORAMFENIKOL 0,5% YANG
MEMPUNYAI PH = 7.0 SEBANYAK 10 ml.
Siswidiasari, Arifani. (2011). JURNAL AWAL PRAKTIKUM FORMULASI DAN
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL TETES MATA KLORAMFENIKOL 0,5%.
Syaputri, Rezy. (2020). LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIK &
FARMAKOKINETIK “ DISTRIBUSI TETES MATA KLORAMFENIKOL “.

Anda mungkin juga menyukai