2 Bilangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BILANGAN

Dalam matematika, bilangan-bilangan yang ada dapat digolongkan sebagaimana terurai


dalam Skema berikut:

Bilangan

Nyata Khayal

Irrasional Rasional

Bulat Pecahan

Bilangan nyata dapat positif maupun negatif. Bilangan khayal adalah bilangan yang berupa
akar pangkat genap dari suatu bilangan negatif. Perbedaan antara kedua jenis bilangan ini
yaitu, bahwa bilangan nyata mengandung salah satu “sifat” secara tegas yaitu: positif dan
negatif, dan tidak kedua-duanya. Sedangkan bilangan khayal tidak jelas sifatnya, apakah
positif atau negatif. Bilangan khayal yang mengandung kedua sifat positif dan negatif
sekaligus, disebut bilangan kompleks.
Contoh bilangan nyata: 2; -2; 1,1; -1,1

Contoh bilangan khayal: √(-4) = ±2; ⁴√(-1,4641) = ±1,1

Pada dasarnya setiap bilangan, positif maupun negatif, jika berpangkat genap akan selalu
menghasilkan bilangan positif. Dengan demikian sukar sekali dibayangkan bagaimana hasil
akhir dari suatu bilangan negatif yang berada di bawah tanda akar pangkat genap. Oleh
karenanya bilangan seperti itu dinamakan bilangan khayal.
Bilangan rasional adalah hasil bagi antara dua bilangan, yang berupa bilangan bulat;
atau berupa pecahan dengan desimal terbatas, atau desimal berulang. Sedangkan bilangan
irrasional adalah hasil bagi antara dua bilangan, berupa pecahan dengan desimal tak terbatas
dan tak berulang, termasuk bilangan Ω dan e.
Bilangan pecahan adalah hasil bagi antara dua bilangan bulat, termasuk 0(nol). Bilangan
pecahan adalah hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya pecahan dengan desimal terbatas
atau desimal berulang.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka yang membedakan apakah sesuatu bilangan


tergolong bilangan rasional ataukah bilangan irrasional ialah faktor “keterbatasan” dan
“keberulangan” desimalnya. Adapun perbedaan antara bilangan bulat dan bilangan pecahan
(keduanya tergolong bilangan rasional) kiranya sudah cukup jelas, sehingga tidak perlu lagi
diterangkan.

0,1492525 tergolong bilangan rasional

0,1492525393993999- - - - tergolong bilangan irrasional

0,149262626 tergolong bilangan rasional

Dengan menggunakan pendekatan teori himpunan, pernyataan-pernyataan dibawah ini akan


memperjelas penggolong-golongan bilangan tersebut.
- Semua bilangan bulat adalah bilangan rasional, tapi tidak semua bilangan rasional
berupa bilangan bulat.
- Semua bilangan pecahan adalah bilangan rasional, tapi tidak semua bilangan rasional
berupa bilangan pecahan.
- Semua bilangan irrasional adalah bilangan berdesimal, tapi tidak semua bilangan
berdesimal adalah bilangan irrasional.
Selain jenis-jenis bilangan sebagaimana terurai pada skema di muka, masih terdapat lagi
tiga jenis bilangan yang menyangkut bilangan bulat positif. Mereka adalah bilangan asli,
bilangan cacah dan bilangan prima.

Bilangan asli ialah semua bilangan bulat positif, tidak termasuk nol. Seandainya himpunan
bilangan asli kita lambangkan dengan notasi A, maka:

A = {1,2,3,4,5, .............................. dan seterusnya}.

Bilangan cacah ialah semua bilangan bulat positif atau nol. Jika himpunan bilangan cacah
kita lambangkan dengan notasi C, maka:

C = {0,1,2,3,4,5 ............................ dan seterusnya}.


Bilangan prima ialah bilangan asli yang besarnya tidak sama dengan satu dan hanya
“habis” (maksudnya bulat) dibagi oleh dirinya sendiri. Jika him-punan bilangan prima
dilambangkan dengan notasi P, maka:

P = {2,3,5,7,11, ........................... dan seterusnya}.

2.1 HUBUNGAN PERBANDINGAN ANTAR BILANGAN

Sekarang marilah kita bahas bagaimana bilangan-bilangan nyata saling berhubungan


satu sama lain secara relatif. Dalam hal ini kita akan bekerja dengan empat macam tanda
ketidaksamaan, yang secara sepintas sebenarnya sudah kita temukan pada Sub-bab 1.2 di
muka, Tanda-tanda ketidaksamaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tanda < melambangkan “lebih kecil dari”


Tanda > melambangkan “lebih besar dari”
Tanda ≤ melambangkan “lebih kecil dari atau sama dengan”
Tanda ≥ melambangkan “lebih besar dari atau sama dengan”

Bilangan-bilangan nyata mempunyai sifat-sifat hubungan perbandingan sebagai berikut:

1. Jika a ≤ b, maka –a ≥ -b
sedangkan jika a ≥ b, maka –a ≤ -b
2. Jika a ≤ b dan x ≥ 0, maka x.a ≤ x.b
sedangkan jika a ≥ b dan x ≥ 0, maka x.a ≥ x.b
3. Jika a ≤ b dan x ≥ 0, maka x.a ≥ x.b
sedangkan jika a ≥ b dan x ≤ 0, maka x.a ≤ x.b
4. Jika a ≤ b dan c ≤ d, maka a + c ≤ b + d
sedangkan jika a ≥ b dan c ≥ d, maka a + c ≥ b + d

Keberlakuan sifat-sifat di atas dapat dilihat dari pembuktian pada contoh-contoh di


bawah ini.
Untuk sifat ke-1 :
Andaikan a=4 dan b=6, maka a < b sebab 4 < 6 dan –a > -b
sebab -4 > -6. Sedangkan jika a = 8 dan b = 6, maka a > b
sebab 8 > 6 dan –a < -b sebab -8 < -6;
Untuk sifat ke-2 :
Andaikan a=4 dan b=6 serta x=3, maka x.a < x.b
sebab 3.4 = 12 < 3.6 = 18. Sedangkan jika a = 8 dan b = serta
x = 3 , maka x.a > x.b sebab 3.8 = 24 > 3.6 = 18
Untuk sifat ke-3 :
Andaikan a=4 dan b=6 serta x = -3, maka x.a > x.b
sebab (-3)4 = -12 > (-3)6 = -18. Sedangkan jika a = 8 dan b = 6
serta x = -3, maka x.a < x.b sebab (-3)8 = -24 < (-3)6 = -18
Untuk sifat ke-4 :
Andaikan a=4 dan b=6 serta c=5 dan d=7, maka a + c < b + d
sebab 4 + 5 = 9 < 6 + 7 = 13. Sedangkan jika a = 8 dan b = 6 serta
c = 5 dan d = 3, maka a + c > b + d sebab 8 + 5 = 13 > 6 + 3 = 9

2.2 OPERASI BILANGAN


Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah sebagai
berikut :
1. Kaidah Komutatif
Dalam menjumlahkan dua bilangan a dan b, perubahan urutan antara keduanya tidak
akan mengubah hasil penjumlahan.

a+b=b+a

4+6=6+4
Hal yang sama berlaku juga untuk perkalian, perubahan urutan perkalian antara dua
bilangan tidak akan mengubah hasilnya

a×b=b×a

4× 6 = 6 × 4

2. Kaidah Asosiatif
Dalam menjumlahkan tiga bilangan a, b dan c - atau lebih – perubahan cara
pengelompokan bilangan-bilangan tersebut tidak akan mengubah hasil penjumlahan.

(a + b) + c = a + (b + c)
(4 + 6) + 5 = 4 + (6 + 5)

Begitu pula dalam hal perkalian, perubahan cara pengelompokan bilangan-bilangan


tidak akan mengubah hasil perkalian.
(a × b) × c = a × (b × c)

(4 × 6) × 5 = 4 × (6 × 5)

3. Kaidah Pembatalan
Jika jumlah a dan c sama dengan jumlah b dan c, maka a sama dengan b; dengan
perkataan lain :

Jika a+c=b+c
Maka a=b
Jika hasilkali a dan c sama dengan hasil kali b dan c, dimana c adalah bilangan nyata

bukan-nol, maka a sama dengan b; jadi:

Jika ac = bc (c ≠ 0)
Maka a=b

4. Kaidah Distributif
Dalam pengalian bilangan a terhadap jumlah (b + c), hasilkalinya adalah sama dengan
jumlah hasilkali a b dan hasilkali ac. Dengan perkataan lain, hasilkali sebuah bilangan
terhadap suatu penjumlahan adalah sama dengan jumlah hasilkali-hasilkalinya.

a(b + c) = ab + ac
4 (6 + c) = (4 × 6) + (4 × 5)

5. Unsur Penyama
Unsur penyama dalam penjumlahan (pengurangan) adalah bilangan nol, sebab jumlah
(selisih) antara suatu bilangan tertentu dan 0 adalah bilangan itu sendiri.

a±0=a 4±0=4

Unsur penyama dalam perkalian (pembagian) adalah bilangan satu, sebab hasilkali
(hasilkali) antara suatu bilangan tertentu dan 1 adalah bilangan itu sendiri.

a×1=a a:1=a

4×1=4 4:1=4
6. Kebalikan
Setiap bilangan nyata mempunyai sebuah balikan penambah (additive inverse); jumlah
antara bilangan tertentu dan balikan penambahnya adalah sama dengan nol.

a + (-a) = 0
4 + (-4) = 0

Bilangan -4 disebut balikan penambah dari 4 atau negatif dari 4.

Setiap bilangan nyata bukan-nol mempunyai sebuah balikan pengali (multiplicative


inverse); hasilkali bilangan tertentu terhadap balikan pengalinya adalah sama dengan
satu. 1
a× =1
a

1
4× =1
4

1
Bilangan disebut balikan pengali dari 4.
4

2.3 OPERASI TANDA

Sampai sejauh ini, dalam pengoperasian bilangan kita baru membahas bilangan-
bilangan dengan satu macam tanda yakni positif. Sekarang marilah kita bahas bagaimana
pengoperasian bilangan-bilangan tersebut berkenaan dengan tanda-tanda yang melekat
padanya.

2.3.1 Operasi penjumlahan

(a) Jumlah dari dua bilangan positif (+a) dan (+b) adalah sebuah bilangan positif baru (+c)
yang nilainya lebih besar.

(+a) + (+b) = (+c)

(+4) + (+6) = (+10)

(b) Jumlah dari dua bilangan negatif (-a) dan (-b) adalah sebuah bilangan negatif baru (-c)
yang nilainya lebih kecil.
(-a) + (-b) = (-c)
(-4) + (-6) = (-10)

(c) Jumlah dari bilangan positif (+a) dan bilangan negatif (-b) adalah bilangan positif (+c)
jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b, atau bilangan negatif (-d) jika harga
mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b.

(+a) + (+b) = (-c) jika |a|˃|b|

(+9) + (-6) = (+3)

atau

(-a) + (-b) = (+c) jika |a|˂|b|

(+4) + (-6) = (-2)

(d) Jumlah dari bilangan negatif (-a) dan bilangan positif (+b) adalah bilangan positif (+c)
jika harga mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b, atau bilangan negatif (-d) jika harga
mutlak a lebih besar dari harga mutlak b.

(-a) + (+b) = (+c) jika |a|˂|b|

(+4) + (+6) = (+2)

atau

(-a) + (+b) = (-d) jika |a|˃|b|

(-9) + (+6) = (-3)

2.3.2 Operasi pengurangan

(a) Selisih antara dua bilangan positif (+a) dan (+b) adalah bilangan positif (+c) jika harga
mutlak a lebih besar dari harga mutlak b, atau bilangan negatif (-d) jika harga mutlak a lebih
kecil dari harga mutlak b.

(-a) - (+b) = (+c) jika |a|˃|b|

(+9) - (+6) = (-3)

atau (+a) - (+b) = (-d) jika |a|˂|b|

(+4) - (+6) = (-2)


(b) Selisih antara dua bilangan negatif (-a) dan (-b) adalah bilangan positif (+c) jika harga
mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b, atau bilangan negatif (-d) jika harga mutlak a lebih
besar dari harga mutlak b.
(-a) - (-b) = (+c) jika |a|˂|b|

(-4) - (-6) = (+2)

Atau (-a) - (-b) = (-d) jika |a|˃|b|

(-9) - (-6) = (-3)

(c) Selisih antara bilangan positif (+a) dan bilangan negatif (-b) adalah sebuah bilangan
positif baru (+c); hal ini identik dengan penjumlahan dua bilangan positif.

(-a) - (-b) = (+c)

(+4) - (-6) = (+10)

(d) Selisih antara bilangan negatif (-a) dan bilangan positif (+b) adalah sebuah bilangan
negatif baru (-c); hal ini identik dengan penjumlahan dua bilangan negatif.

(-a) - (+b) = (-c)

(-4) - (+6) = (-10)

2.3.3 Operasi perkalian

(a) Hasil kali antara dua bilangan positif (+a) dan (+b), serta antara dua bilangan negatif (-a)
dan (-b), adalah sebuah bilangan positif (+c).

(+a) × (+b) = (+c) (-a) × (-b) = (+c)

(+4) × (+6) = (+24) (-4) × (-6) = (+24)

(b) Hasil kali antara dua bilangan yang berlainan tanda (+a) dan (-b), atau (-a) dan (+b),
adalah sebuah bilangan negatif (-c).

(+a) × (-b) = (-c) (-a) × (+b) = (-c)

(+4) × (-6) = (-24) (-4) × (+6) = (-24)

2.3.4 Operasi Pembagian


(a) Hasilbagi antara dua bilangan positif (+a) dan (+b), serta antara dua bilangan negatif (-a)
dan (+b), serta antara dua bilangan negatif (-a) dan (-b), adalah sebuah bilangan positif (+c).

(+a) :(+b) = (+c) (-a) : (-b) = (+c)

(+8) : (+4) = (+2) (-8) : (-4) = (+2)

(b) Hasilbagi antara dua bilangan yang berlainan tanda (+a) dan (-b), atau (-a) dan (+b),
adalah sebuah bilangan negatif (-c).

(+a) :(-b) = (-c) (-a) :(+b) = (-c)

(+8) : (-4) = (-2) (-8) : (+4) = (-2)

2.4 OPERASI BILANGAN PECAHAN

Bilangan pecahan ialah bilangan rasional yang tidak bulat atau tidak utuh. Berdasarkan
cara penulisannya, bilangan pecahan bisa dibedakan atas pecahan biasa dan pecahan desimal.
Pecahan biasa selalu menunjukkan bentuk pembagian antara dua bilangan. Sebagai contoh,

3 2
pecahan , menunjukkan bentuk pembagian 3 : 4, pecahan menunjukkan bentuk
4 5
pembagian 2:5.
Setiap pecahan biasa pada dasarnya dapat diubah bentuk menjadi pecahan desimal, yakni
dengan cara mengisikan atau mencantumkan angka-angka tertentu yang memenuhi di

3
belakang tanda koma. Jadi pecahan biasa dapat dituliskan menjadi pecahan desimal 0,75 ,
4

2
sedangkan menjadi 0,4.
5
Dalam suatu pecahan biasa terdapat dua macam suku, yaitu suku terbagi (numerator)
dan suku pembagi (denominator). Suku terbagi terletak di atas garis bagi, sedangkan suku

3 2
pembagi terletak di bawahnya. Dalam contoh dan tadi, angka 3 dan angka 2 masing-
4 5
masing adalah suku terbagi, sedangkan angka 4 dan angka 5 masing-masing adalah suku
pembagi.
Berdasarkan nilai-nilai (maksudnya: harga mutlak) dari suku-sukunya, pecahan biasa
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pecahan layak, pecahan tak layak dan pecahan
kompleks. Pecahan layak ialah pecahan yang harga mutlak suku terbaginya lebih kecil dari
harga mutlak suku pembaginya.
Apabila pecahan layak ini didesimalkan, angka di depan tanda koma akan selalu berupa

3 2
angka nol. Pecahan dan dalam contoh diatas merupakan contoh-contoh pecahan layak.
4 5
Sedangkan pecahan tak-layak ialah pecahan yang harga mutlak suku terbaginya sama dengan
atau lebih besar dari harga mutlak suku pembaginya. Jika didesimalkan, angka di depan tanda

4 7 −9 16
koma akan berupa angka bukan-nol. Contoh pecahan tak layak misalnya , , , dan
4 4 4 5
yang bila didesimalkan masing-masing akan menjadi 1,0; 1,75; -2,25 dan 3,2.
Adapun pecahan kompleks ialah pecahan yang pada salah satu atau kedua-dua
sukunya terdapat satu pecahan atau lebih. Jadi jika pada suku terbagi (atau pada suku
pembagi, atau bahkan pada kedua suku tersebut) masih terdapat lagi satu atau beberapa
pecahan, maka pecahan demikian dinamakan pecahan kompleks. Dari beberapa contoh yang
disajikan di bawah akan terlihat kompleksitas pecahan seperti ini; pada suku terbagi terdapat
suku pembagi, sementara pada suku pembagi terdapat suku terbagi.
Ringkas kata, pecahan kompleks ialah pecahan yang mengandung pecahan. Dalam penulisan
sebuah pecahan kompleks, garis bagi yang memisahkan antara suku-terbagi utama dan suku-
pembagi utama harus dibuat lebuh panjang dari garis bagi lainnya.
Contoh pecahan kompleks:

2 3
3 1
5 4
(a) 4 (b) 2 (c) (d)
3 2
8 5
4 5

Pecahan kompleks pada akhirnya akan mengarah ke salah satu bentuk: menjadi pecahan
layak atau menjadi pecahan tak-layak. Apabila kita selesaikan atau sederhanakan, pecahan
kompleks (a) dan (c) dalam contoh diatas akan menjadi pecahan layak, sedangkan pecahan
kompleks (b) dan (d) tak lain adalah pecahan tak-layak.

Apabila sebuah bilangan terdiri dari sebuah bilangan bulat dan sebuah pecahan, ia

3
dinamakan bilangan campuran. Angka 2 atau 2,75 adalah sebuah bilangan campuran sebab
4

3 3
2 adalah sama dengan 2+ ; atau di lain pihak, 2,75 adalah sama dengan 2+ 0,75. Pecahan
4 4
tak-layak pada hakekatnya adalah bilangan campuran, karena ia dapat diuraikan menjadi
sebuah bilangan bulat dan sebuah pecahan, ia bahkan dapat berubah menjadi sebuah bilangan
bulat saja. Itulah sebabnya ia dijuluki sebagai pecahan tak-layak, karena ia tidak murni
sebagai sebuah pecahan.
Setelah membahas secara panjang lebar berbagai jenis dan pengertian bilangan
pecahan, kini marilah kita pahami prinsip-prinsip pengoperasiannya, dalam hal ini
pengoperasian pecahan biasa.
2.4.1 Operasi Pemadanan
Suku-suku dalam sebuah pecahan dapat diperbesar atau diperkecil tanpa mengubah
nilai pecahannya, sepanjang keduanya (suku terbagi dan suku pembagi)dikalikan atau dibagi
dengan bilangan yang sama. Secara umum :

a a c a a c
= × = :
b b c b b c

Contoh memperbesar pecahan :


2 2 x 5 10 10 10 x 4 40 40 40 x c
= = ; = = ; = ; dst.
3 3 x 5 15 15 15 x 4 60 60 60 x c
2 10 40 40 x c
Pecahan-pecahan , , , adalah sepadan.
3 15 60 60 x c
2
Pembesaran padanan dapat dilakukan secara tak terbatas.
3

Contoh memperkecil pecahan :


24 24 : 2 12 12 12:3 4
= = ; = = .
30 30 : 2 15 15 15:3 5
24 12 4
Pecahan-pecahan , dan adalah sepadan.
30 15 5
Berdasarkan kedua contoh di atas, dapat disimpulkan: pembesaran pecahan bersifat
tak terbatas, sedangkan pengecilan pecahan bersifat terbatas. Kita dapat memperbesar sebuah
pecahan sekehendak kita. Akan tetapi kita hanya dapat memperkecil sebuah pecahan sampai
pada bentuk tersederhana, atau sampai pada suku-suku terkecil, yakni jika kedua suku pada
pecahan bersangkutan tidak lagi mempunyai pembagi bersama.
Dalam contoh memperkecil pecahan di atas, 2 merupakan pembagi bersama atas 24
dan 30, sedangkan 3 merupakan pembagi bersama atas 12 dan 15, akan tetapi tidak terdapat
pembagi bersama atas 4 dan 5. Berarti 4 dan 5 merupakan suku-suku terkecil dari pecahan
24 4 4
. Sesudah mencapai bentuk kita tidak lagi dapat memperkecilnya. Jadi pecahan
30 5 5

24
adalah bentuk tersederhana dari pecahan . (perlu dicatat: pengertian “terbatas dalam
30
memperkecil pecahan” di sini maksudnya adalah “terbatas sampai pecahan bersangkutan
tidak menjadi pecahan kompleks”). Kesimpulannya: jika sebuah pecahan sudah mencapai
bentuk tersederhana, maka ia tak lagi dapat diperkecil, sebaliknya jika sebuah pecahan tak
lagi dapat diperkecil, bearti ia sudah mencapai bentuk tersederhana.
2.4.2 Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Dua buah pecahan atau lebih hanya dapat ditambahkan dan dikurangkan apabila
mereka memiliki suku-suku pembagi yang sama atau sejenis. Berarti jika suku-suku
pembaginya belum sama, terlebih dahulu harus disamakan seblum pecahan-pecahan tersebut
ditambahkan atau dikurangkan. Dalam menyamakan suku-suku pembaginya, diusahakan
pecahan-pecahan tadi mempunya suku pembagi bersama terkecil (spbt).
Contoh:
5 2 7
1. + =
8 8 8
5 2 3
2. - =
8 8 8
6 2 3 2 5
3. + = + =
8 4 4 4 4
6 2 3 2 1
4. - = - =
8 4 4 4 4
Angka 4 dalam contoh nomor 3 dan 4 di atas adalab spbt
Dalam hal pecahan-pecahan yang hendak dijumlahkan atau dikurangkan tidak
memiliki spbt, hasil kali antara suku-suku pembaginya merupakan spbt.
5 2
5. + = ? spbt-nya adalah a x b
a b
5 2 5 b 2 a 5 b+2 a
+ = + =
a b ab ab ab

5 2
1. + = ? sbpt-nya adalah 8 x 3
8 3
5 5 x 3 15
= =
8 8 x 3 24

5 2 15 16 15+16 31 7
+ = + = = =1
8 3 24 24 24 24 24
2 2 x 8 16
= =
3 3 x 8 24

Penjumlahan (pengurangan) bilangan-bilangan campuran dapat dilakukan dengan


cara menambahkan (mengurangkan) bilangan-bilangan bulatnya dulu, kemudian
menambahkan (mengurangkan) pecahan dengan pecahannya. Jadi tidak harus dengan
mengubah bilangan-bilangan campuran tersebut menjadi pecahan tak-layak terlebih
dahulu.
5 5 5 2 7 7
2. 2 +3 =(2+3)+ ( + )=5+ =5
8 8 8 8 8 8
Alternatifnya
5 5 21 26 21+ 26 47 7
3. 2 +3 = + = = =5
8 8 8 8 8 8 8
2.4.3 Operasi Perkalian
Perkalian antarpecahan dilakukan dengan cara mengalihkan suku-suku sejenis, suku
terbagi dikalikan suku terbagi dan suku pembagi dikalikan suku pembagi. Perkalian yang
mengandung bilangan campuran dilakukan dengan cara mengubahnya terlebih dahulu
menjadi pecahan tak-layak sebelum dikalikan.
Contoh :
a b ab
1. x =
x y xy
3 5 15 5
2. x = =
4 6 24 8
3 1 24 13 299 3
3. 5 x 6 = x = = 37
4 2 4 2 8 8

2.4.4 Operasi Pembagian


Pembagian antarpecahan dapat dilakukan dengan 3 macam cara. Cara pertama
merupakan cara yang paling popular, paling sering dipraktekkan.

Cara 1 Kalikan pecahan terbagi (pecahan yang akan dibagi) dengan kebalikan dari
pecahan pembagi.
Contoh :
5 3 5 4 20 5
x
5 3 5 4 ❑1 5
: = = = atau : = x =
8 4 8 3 24 6 8 4 8₂ 3 6
Cara 2 Ubah terlebih dahulu pecahan terbagi dan pecahan pembagi sehingga keduanya
mempunyai suku pembagi bersama terkecil (spbt), batalkan spbt tersebut dan kemudian
bagilah suku-suku terbagi yang tersisa.
Contoh :
5 3 5 6 5
: = : = 5 :6= bilangan 8 adalah spbt
8 4 8 8 6

Cara 3 Kalikan terlebih dahulu kedua pecahan dengan spbt-nya, selesaikan atau
sederhanakan masing-masing pecahan dan kemudian baru dibagi.
Contoh :
5 3 ( 5 x 81) :( 3 x 8 2) 5
: = =5:6=
8 4 81 41 6

DAFTAR PUSTAKA
Dumairy, Matematika Terapan untuk Bisnis&Ekonomi,2013. BPFE - Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai