Penilaian Afektif
Penilaian Afektif
Penilaian Afektif
penilaian afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
3) Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
5) Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai),
yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif. Skala yang digunakan untuk
mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya
berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada
hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang
dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan
konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Salah satu skala sikap
yang sering digunakan adalah skala Likert.
Andersen (1981:4) mengungkapkan bahwa pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria
untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif
adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.
Ranah afektif biasanya diwakili oleh 5 tipe karakteristik yang penting bila ditinjau berdasarkan
tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1) Sikap
Sikap merupakan suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian
melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian
sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
2) Minat
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang
untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian (Getzel, 1966). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583),
minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi.
a) mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
3) Konsep Diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang
dimiliki. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri
adalah sebagai berikut:
d) Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
4) Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan
minat, sikap, dan kepuasan. sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek
spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan
terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama
seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Moral berkaitan dengan
prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Disamping kelima karakteristik tersebut di atas, ranah afektif lain yang penting untuk
dikembangkan dalam pembelajaran, adalah
a) Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
b) Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
c) Keadilan: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dalam memperoleh pendidikan.
d) Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang
bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Kata Kerja yang Biasa Digunakan dalam Menyusun Penilaian Ranah Afektif
Menerima (A1) Menanggapi (A2) Menilai (A3) Mengelola (A4) Menghayati (A5)
Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa
yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya
ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah;
1) Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan,
mengarahkan perhatian
2) Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam
merespon, mematuhi peraturan
3) Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
5) Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya
mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone,
Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
7 6 5 4 3 2 1
Minat Membaca
Nama Pembelajar:
No Deskripsi Ya/Tidak
1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan
melakukan hal-hal lain
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata
pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif,
maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen
penilaian afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat
terhadap suatu materi pelajaran.
2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase
kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif
memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang
diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku
catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert,
berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4)
berminat; dan (5) sangat berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner)
berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft
instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan
sejawat, bila memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri
yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
9. Pemberian skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran
Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif
Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh,
pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item
(berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai
5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x
1) dan skor paling tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka
kita dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita
membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30
termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori
sangat berminat.