ID Kandungan Saponin Buah Daun Dan Tangkai
ID Kandungan Saponin Buah Daun Dan Tangkai
ID Kandungan Saponin Buah Daun Dan Tangkai
Fahrunnida & Pratiwi, Kandungan Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Belimbing Wuluh
Abstract: In Indonesia, belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) has been used for traditional medicine, especially to
heal stiff, mumps, rheumatism, ulcers, acne, tinea versicolor, high blood pressure, and dental pain and
cough. This property is predicted comes from its secondary metabolites. Saponin is a compound group of
secondary metabolites which is known to have antitussives and expectorants effect, antiinflammatory,
antibacterial, and cytotoxic activity for cancer therapy. However, scientific information about the location
for saponin accumulation in this plant is still limited. This information is needed for the use of saponin from
A. bilimbi for herbal medicines development. The aim of this study was to know the content of saponin in
fruits, leaves, and petioles of A. bilimbi. This work was initiated with sampling and preparation of samples,
followed by the preliminary tests, including froth test and color test to show the saponin content
qualitatively. Saponin was extracted and isolated by maseration using methanol solvent, and by thin layer
chromatography (TLC) preparative, respectively. Saponin content was measured by spectrophotometer UV-
Vis at 280 nm. Result shows that the highest saponin content, according to the absorbance value, is in the
fruit organ. In A. bilimbi, saponin could be accumulated in the generative organ, although saponin synthesis
is located in leaves. Based on the production of brown ring with Liebermann Burchard (LB) reagent test, it
is suggested that triterpen saponin is the dominant saponin presents in A. bilimbi. Saponin content in A.
bilimbi fruits is higher than saponin content in Musa paradisiaca var. sapientum L. stems. Therefore,
triterpen saponin from A. bilimbi fruits is promising to be developed as commercial herbal medicines.
220 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Fahrunnida & Pratiwi, Kandungan Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Belimbing Wuluh
saponin sebagai metabolit sekunder yang penting daun belimbing wuluh, hasil tumbukan buah dan
bagi bidang medis. tangkai daun disaring sehingga serbuk dapat terpisah
Informasi tentang organ tempat akumulasi dari sisa bagian yang belum halus.
saponin pada tanaman belimbing wuluh masih
sangat diperlukan, dalam rangka pemanfaatan 2.2.3. Uji Pendahuluan
tanaman tersebut sebagai sumber saponin. Namun,
hingga saat ini belum banyak informasi mengenai Uji pendahuluan untuk mengetahui kadar saponin
organ pengakumulasi saponin dalam tanaman secara kualitatif dilakukan dengan metode yang
belimbing wuluh. Oleh karena itu, penelitian ini dideskripsikan oleh Suharto et al. (2012). Uji kadar
bertujuan untuk mengetahui kandungan saponin saponin secara kualitatif tersebut terdiri dari uji busa
dalam buah, daun dan tangkai daun belimbing dan uji warna.
wuluh. Uji Busa
Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke
2. METODE dalam tabung reaksi yang telah berisikan aquades 10
ml, dikocok dan ditambahkan satu tetes larutan asam
2.1. Bahan klorida 2 N. Tabungreaksi tersebut didiamkan dan
diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sampel mengandung saponin jika terbentuk busa
buah, daun dan tangkai daun belimbing wuluh stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama 30 detik.
(Averrhoa bilimbi L.), aquades, asam klorida 2 N, Uji Warna
kloroform, pereaksi LB (Liebermann Burchard), Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke
metanol, alkohol 95%,dan lempeng preparatif silika dalam tabung reaksi yang telah berisikan kloroform
gel 60 F254 Merck. 10 ml, dipanaskan selama 5 menit denganpenangas
air sambil dikocok. Selanjutnya, ditambahkan
2.2. Prosedur Kerja beberapa tetes pereaksi LB. Jika terbentuk cincin
coklat atau violet maka menunjukkan adanya
2.2.1. Pengambilan Sampel saponin triterpen, sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan adanya saponin steroid.
Buah, bunga dan daun belimbing wuluh dikoleksi
dari satu tanaman belimbing wuluh yang tumbuh di 2.2.4. Ekstraksi Sampel
Desa Gunung Gempal, Kec. Wates, Kab. Kulon
Progo, Yogyakarta. Masing-masing sampel organ Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
diambil untuk 3 ulangan. Dalam pengambilan menggunakan pelarut metanol. Sebanyak 10 g
sampel buah dipilih buah yang berukuran sedang simplisia dari buah belimbing wuluh (A. bilimbi)
dengan panjang sekitar 5-5,5 cm dan berat sekitar 20 dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
gram. Untuk sampel daun dipilih daun yang berjarak direndam dengan metanol sebanyak 60 ml.
4-5 cm dari pucuk batang dan dipilih yang berwarna Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan
hijau, sedangkan untuk sampel tangkai daun dipilih didiamkan selama 3 hari dengan sesekali dikocok.
yang berwarna hijau dari 2 cabang yang berbeda. Selanjutnya, hasil ekstrak disaring untuk
memperoleh filtrat I dan simplisia yang telah
2.2.2. Preparasi Sampel diekstrak (debris). Debris diekstrak kembali dengan
methanol sebanyak 40 ml dan didiamkan selama 2
Sampel berupa daun belimbing wuluh, dibersihkan hari dengan sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat
dengan air kemudian dikering- anginkan selama 3 II) dicampurkan dengan filtrat I, sehingga diperoleh
hari. Sampel daun yang sudah kering kemudian ekstrak cair. Ekstrak cair kemudian dimasukkan ke
diblender hingga menjadi simplicia. Untuk buah dalam mangkuk dan dievaporasi di almari maserasi
belimbing wuluh setelah dibersihkan dengan air, hingga diperoleh ekstrak kental. Hal yang sama juga
buah diiris tipis-tipis kemudian dikering-anginkan dilakukan untuk tangkai daun dan buah belimbing
selama 4x24 jam, sedangkan untuk tangkai daun wuluh.
belimbing wuluh pertama-tama dicuci bersih terlebih
dahulu, kemudian dikeringkan dan dipotong-potong 2.2.5. Isolasi Senyawa Saponin dengan KLT
agar lebih mudah untuk tahap preparasi berikutnya. preparative
Setelah buah dan tangkai daun kering, kedua macam
sampel tersebut kemudian ditumbuk hingga Pemisahan senyawa saponin dalam penelitian ini
didapatkan serbuk dari buah dan tangkai daun. menggunakan eluen kloroform : methanol : air
Untuk mendapatkan simplicia buah dan tangkai (13:7:2) lapisan bawah (Harborne cited Suharto et
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015 221
Fahrunnida & Pratiwi, Kandungan Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Belimbing Wuluh
222 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Fahrunnida & Pratiwi, Kandungan Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Belimbing Wuluh
Hasil spektrofotometri saponin buah, daun dan (Cheesbrough, 2006). Menurut Katzung dalam
tangkai daun belimbing wuluh (A. bilimbi) Hartini (2012) saponin merupakan senyawa yang
ditunjukkan pada Gambar 4. memiliki tegangan permukaan yang kuat yang
berperan sebagai antimikrobia dengan mengganggu
3 kestabilan membrane sel bakteri yang menyebabkan
2,5 lisis sel. Hal ini disebabkan karena saponin yang
Absorbansi
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015 223
Fahrunnida & Pratiwi, Kandungan Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Belimbing Wuluh
Ardananurdin, A., Winarsih, S., & Widayat, M. Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi)
(2004). Uji efektifitas dekok bunga belimbing Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri
wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai antimikroba Salmonella Typhi Secara In Vitro. Jurnal
terhadap bakteri Salmonella Typhi secara in Kedokteran Brawijaya, 20 (1), 30-34.
vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 20(1), 30- Liener, I. (2012). Toxic Constituents of Plant
34. Foodstuff. Elsevier.
Calabria, L. M. (2008). The Isolation and Salsa. (2003). in Ardananurdin, A., Winarsih, S., &
Characterization of Triterpene Saponins from Widayat, M. (2004). Uji Efektifitas Dekok
Silphium and the Chemosystematic and Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi)
Biological Significance of Saponins in the Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri
Asteraceae. ProQuest. Salmonella Typhi Secara In Vitro. Jurnal
Cheesbrough, M. (2006). District Laboratory Kedokteran Brawijaya, 20 (1), 30-34
Practice in Tropical Countries (2nd ed). Seigler, D. S. (1998). Plant Secondary Metabolism.
Cambridge University Press. Springer Science & Business Media.
Eccles, R. & Weber, O. (2009). Common Cold. Siddique, K. I., Uddin, M. N., Islam, S., Parvin, S.,
London: Springer. & Shahriar, M. (2013). Phytochemical
Firdaus, S., Wahid, A., Javed, F., & Sadia, B. (2014) screenings, thrombolytic activity and
Changes in leaf phenolics concentrations antimicrobial properties of the bark extracts of
determine the survival of evening primrose Averrhoa bilimbi. J App Pharm. Sci., 3 (03),
(Oenothera biensis) in various seasons. Int. J. 094-096.
Agric. Biol, 16, 819-824. Stanley, J. (2002). Essentials of Immunology and
Hawley, T. S. & Hawley, R. G. (2004). Flow Serology. Cengage Learning.
Cytometry Protocols. Humana Press, Inc. Suharto, M. A. P., Edy, H. J., Dumanauw, J. M.
Hikino & Kiso. (1988). in Seigler, D. S. (1998). (2012). Isolasi dan identifikasi senyawa saponin
Plant Secondary Metabolism. Springer Science dari ekstrak methanol batang pisang ambon
& Business Media. (Musa paradisiaca var. sapientum L.).
Mursito, (2002). in Ardananurdin, A., Winarsih, S., Pharmacon Journal, 1(2), 86-92.
& Widayat, M. (2004). Uji Efektifitas Dekok
224 Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS