1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Indonesian Journal of Biological Pharmacy Volume 3 No.

2
August 2023
Journal homepage: https://jurnal.unpad.ac.id/ijbp
Pages 63-73

Simplicia Characterization and Phytochemical Screening of Secondary


Metabolite Compounds of Bebuas Leaves (Premna serratifolia L.)

Hasna R. Veninda*, Andhara M. Belinda, Muhaimin, Raden M. Febriyanti


Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia

Submitted 18 December 2022; Revised 29 May 2023; Accepted 15 August 2023 ; Published 30 August 2023
*Corresponding author: hasna19009@mail.unpad.ac.id

Abstract
Research on plants is mostly done with the aim of finding information about plants as raw materials
for medicine. One of the plants that have the potential as a raw material for medicine is bebuas
(Premna serratifolia) caused by its secondary metabolite content. Previous studies have mentioned dried
bebuas leaf showing various pharmacological activities such as antimicrobials, anticancer, antitumors,
anti-arthritis, anti-inflammatory, antioxidant, and others. In this research, the characterization of bebuas
leaves (P. serratifolia L.) and the secondary metabolite phytochemicals contained therein has been
observed. The results of characterization examination of dried bebuas leaf obtained water-soluble
extract content of 5.5%, ethanol-soluble extract content of 7.5%, water content of 8%, loss on drying
of 10.5%, content of total ash of 7.4%, acid insoluble ash content of 5.4%, and TLC Rf value of 0,460;
0,540; 0,680; 0,760; 0,820; 0,880. The results of the phytochemical screening of dried bebuas leaf
showed the presence of phenolic compounds, flavonoids, saponins, monoterpenoids/sesquiterpenoids.

Keywords: bebuas leaves, simplicia characterization, phytochemical screening

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder


Daun Bebuas (Premna serratifolia L.)

Abstrak
Penelitian mengenai tanaman banyak dilakukan dengan tujuan mencari informasi mengenai tanaman
sebagai bahan baku obat. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku obat adalah
tanaman bebuas (Premna serratifolia) disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya. Beberapa
penelitian sebelumnya menyebutkan daun dari tanaman bebuas menunjukkan berbagai aktivitas
farmakologis seperti antikanker, antioksidan, antidiabetes, antibakteri, antiinflamasi, sitotoksik,
dan hepatoprotektif, dan lainnya. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan karakterisasi simplisia
daun bebuas (P. serratifolia L.) dan skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder yang terkandung
didalamnya. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun bebuas diperoleh kadar sari larut air
sebesar 5,5%, kadar sari larut etanol sebesar 7,5%, kadar air sebesar 8%, susut pengeringan sebesar
10,5%, kadar abu total sebesar 7,4%, kadar abu tidak larut asam sebesar 5,4%, dan nilai Rf 0,460;
0,540; 0,680; 0,760; 0,820; 0,880. Hasil skrining fitokimia dari simplisia daun bebuas menunjukkan
adanya golongan senyawa fenolik, flavonoid, saponin, monoterpenoid/seskuiterpenoid.

Kata Kunci: daun bebuas, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia

63
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

1. Pendahuluan itu, penemuan metabolit sekunder dengan


Penggunaan tanaman sebagai bahan aktivitas biologis potensial menimbulkan minat
obat telah digambarkan sejak lama dalam yang besar untuk pengembangan produk
literatur kuno. Baru-baru ini, ada kebangkitan baru oleh industri farmasi, kosmetik, makanan,
minat dalam penggunaan tanaman dan agrokimia.11
terapeutik dan metabolit sekundernya karena
ketersediaannya yang mudah, biaya rendah, 2. Metode
efikasi yang baik, dan efek samping yang 2.1. Alat
minimal.1 Alat-alat yang digunakan adalah alat-
Salah satu tanaman yang berpotensi alat gelas (Erlenmeyer, beaker glass, corong,
sebagai bahan baku obat adalah gelas ukur, corong pisah, tabung reaksi, labu
tanaman bebuas (Premna serratifolia). bersumbat), blender, chamber, kertas saring,
Bebuas merupakan tumbuhan dari famili krus porselen bertutup, lampu UV 254 dan
Verbenaceae.2 Tanaman ini memiliki 366 nm (IKA®), mikroskop, oven (Memmert),
persebaran luas yang dapat ditemukan di penangas air (Cakrawala Bima Instrument),
sepanjang pantai dan pulau-pulau di Asia, rotary evaporator (IKA®), dan shaker (Labnet
Australia, Afrika dan Pasifik.3 Di Indonesia, International 311DS), timbangan analitik.
tanaman bebuas banyak ditemukan tumbuh
di Kalimantan Barat.4 2.2. Bahan
Beberapa penelitian mengenai Amil alkohol, amonia 10%, asam klorida
tanaman bebuas menunjukkan berbagai 2N, aquadest, asam sulfat, besi (III) klorida
aktivitas farmakologis yang dimilikinya, 1%, etanol 96%, gelatin 1%, kloroform,
seperti antikanker, antioksidan, antidiabetes, natrium hidroksida, pereaksi Dragendorff,
antibakteri, antiinflamasi, sitotoksik, dan pereaksi Liebermann-Bouchard, pereaksi
hepatoprotektif.5,6 Bagian daun dari tanaman Mayer, pereaksi Wagner, serbuk magnesium,
ini banyak digunakan sebagai bahan simplisia daun bebuas (Premna serratifolia L.),
makanan, secara lokal dimanfaatkan sebagai dan vanillin 10%.
bahan makanan untuk sup ikan di Tentena,
Poso, Sulawesi Tengah.7 2.3. Prosedur Rinci
Dalam pengembangan obat, perlu 2.3.1. Pembuatan Simplisia Daun Bebuas
dilakukan standardisasi bahan baku beserta Daun Bebuas (P. serratifolia L.) segar
produk uji yang digunakan. Obat tradisional yang diperoleh dari Provinsi Jambi diangin-
yang ingin dikembangkan perlu memenuhi anginkan di ruangan yang terhindar dari
kriteria aman sesuai dengan syarat yang cahaya matahari langsung hingga terbentuk
telah ditetapkan, berkhasiat yang dapat simplisia. Setelah kering sempurna, dilakukan
dibuktikan secara praklinik, dan bermutu sortasi, di mana bagian tanaman selain daun
dengan dilakukannya standardisasi bahan dan pengotor lainnya dieliminasi. Sampel
baku. Hal ini bertujuan agar setiap produk daun hasil sortasi kemudian dihaluskan
yang beredar memiliki parameter yang menggunakan blender hingga terbentuk
seragam.8 serbuk simplisia, lalu ditimbang menggunakan
Selain karakterisasi simplisia, skrining timbangan analitik.
fitokimia juga penting dilakukan untuk
menganalisis senyawa golongan yang 2.3.2. Identifikasi Simplisia Daun Bebuas
terkandung di dalam tanaman dengan Identifikasi simplisia meliputi
mengamati perubahan warna atau adanya pemeriksaan organoleptik, makroskopik,
endapan setelah dilakukan perlakuan tertentu.9 dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik
Mengidentifikasi senyawa kimia tertentu akan simplisia mencakup bentuk, aroma, warna,
memberikan informasi tentang penggunaan serta rasa dari simplisia tersebut. Pemeriksaan
herbal secara tradisional dan klinis, serta makroskopik bertujuan untuk mengetahui
potensi reaksi yang merugikan.10 Selain bentuk dan ukuran dari daun bebuas.

64
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk melewati rangkaian alat. Rangkaian alat


mengetahui fragmen dari simplisia:12 tersebut kemudian dihubungkan dengan
pendingin balik. Kemudian, labu alas bundar
2.3.3. Karakterisasi Simplisia Daun Bebuas dipanaskan di atas heating mantle. Jika seluruh
a. Kadar Sari Larut Air air telah tersuling, air yang melekat pada
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 5 alat penampung dibersihkan dengan kawat
gram. Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam tembaga yang sudah dibasahi toluen jenuh air.
labu bersumbat, kemudian ditambahkan 100 Tabung penerima kemudian didinginkan dan
ml air jenuh kloroform dan dikocok beberapa kadar air dibaca setelah air dan toluen telah
kali selama 6 jam pertama, lalu didiamkan terpisah sempurna. Setelah volume diketahui,
selama 18 jam. Setelah 18 jam, larutan disaring. dilakukan perhitungan kadar air dalam %
Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan sampai menggunakan rumus sebagai berikut:13
kering di cawan penguap yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu 105°C dan telah % Kadar Air = (volume akhir)/(berat simplisia
ditara. Filtrat dipanaskan pada suhu 105°C yang ditimbang) x100%
hingga bobot tetap. Selanjutnya, dilakukan
perhitungan kadar dalam % sari larut air. d. Susut Pengeringan
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Simplisia serbuk ditimbang 1-2 gram
rumus sebagai berikut: 13
pada botol timbang dangkal tertutup. Botol
ini sebelumya harus dipanaskan 105°C
Kadar sari larut air = (berat sari larut air (g))/ selama 30 menit dan ditara terlebih dahulu.
(berat simplisia (g) ) x 100/20 x 100% Selanjutnya, simplisia diratakan dalam botol
timbang dengan menggoyangkannya. Lalu,
b. Kadar Sari Larut Etanol dalam keadaan tutup botol dibuka, dilakukan
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 5 pengeringan pada suhu 105°C hingga
gram. Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam bobot konstan dengan oven. Setelah volume
labu bersumbat, kemudian ditambahkan 100 diketahui, dilakukan perhitungan kadar
ml etanol dan dikocok beberapa kali selama air dalam % menggunakan rumus sebagai
6 jam pertama, lalu didiamkan selama berikut:13
18 jam. Setelah 18 jam, larutan disaring.
Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan sampai % Susut pengeringan =((bobot awal - bobot
kering di cawan penguap yang sebelumnya akhir))/(bobot akhir) x100%
telah dipanaskan pada suhu 105°C dan telah
ditara. Filtrat dipanaskan pada suhu 105°C e. Kadar Abu Total
hingga bobot tetap. Selanjutnya, dilakukan Simplisia ditimbang sebanyak 2-3
perhitungan kadar dalam % sari larut air. gram. Setelah itu, sampel dimasukkan ke krus
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan silikat yang sudah dipijar dan ditara. Sampel
rumus sebagai berikut:13 kemudian dilakukan pemijaran secara
bertahap hingga suhu 800°C ± 25°C. Abu
Kadar sari larut etanol = (berat sari larut etanol tersebut kemudian dilakukan pendinginan
(g))/(berat simplisia (g)) x 100/20 x 100% dan penimbangan sampai bobot konstan.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan antara
c. Kadar Air kadar abu total terhadap berat bahan uji
Simplisia sebanyak 5 gram dan batu (%b/b).13 Selanjutnya, dilakukan perhitungan
didih dimasukkan ke dalam labu alas bundar. antara kadar abu total terhadap berat bahan
Labu alas bundar kemudian dirangkai dan uji (%b/b) menggunakan rumus sebagai
dihubungkan dengan alat penampung yang berikut:14
dilengkapi dengan tabung penerima. Lalu,
dimasukkan toluen sebanyak 200 ml dan Kadar abu total =(berat abu (g))/(berat sampel
aquadest sebanyak 2 ml ke dalam labu awal (g)) x100%

65
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

f. Kadar Abu Tidak Larut Asam sebanyak 5 ml dan NH4OH sebanyak 5 ml.
Abu yang telah didapatkan dari Campuran tersebut kemudian dipanaskan,
pengujian penetapan kadar abu total dikocok, lalu disaring. Ditambahkan 5 tetes
dididihkan dengan HCl encer sebanyak 25 HCl 2N, lalu dikocok dan dibiarkan hingga
ml selama 5 menit. Sampel yang tidak larut terbentuk dua lapisan. Lapisan atas diambil
asam disaring dengan kertas saring bebas dan dibagi ke dalam tiga tabung reaksi, lalu
abu, dicuci dengan air panas, disaring, lalu diuji menggunakan tiga reagen berbeda,
dipijarkan kembali hingga suhu 800°C ± yaitu Dragendorff, Meyer, dan Wagner.
25°C. Abu tersebut kemudian dilakukan Sampel yang yang diuji menggunakan reagen
pendinginan dan penimbangan sampai bobot Dragendorff akan membentuk endapan
konstan. Selanjutnya, dilakukan perhitungan oranye ke merah, sampel yang diuji dengan
antara kadar abu tidak larut asam terhadap reagen Meyer akan membentuk endapan
berat bahan uji (%b/b).13 Selanjutnya, putih kekuningan, serta sampel yang diuji
dilakukan perhitungan antara kadar abu dengan reagen Wagner akan membentuk
tidak larut asam terhadap berat bahan uji endapan coklat kemerahan.16
(%b/b) menggunakan rumus sebagai berikut:
b. Fenolik
Kadar abu tidak larut asam =(berat abu (g))/ Simplisia dilarutkan dengan 5
(berat simplisia (g)) x100% mL aquadest dan disaring, kemudian
ditambahkan larutan FeCl3 1%. Jika terjadi
g. Pola KLT perubahan warna hijau, ungu, biru, hitam
Simplisia yang telah dilarutkan dalam yang kuat, maka sampel positif mengandung
aquadest ditotolkan ke plat silika GF254 senyawa fenolik.17
yang merupakan fase diam menggunakan
pipa kapiler. Setelah totolan pada plat c. Flavonoid
silika kering, plat dimasukkan ke dalam Simplisia dilarutkan dengan 5 mL
bejana kromatografi yang sebelumnya telah aquadest dan disaring, kemudian dilakukan
dijenuhkan dengan larutan pengembang atau penambahan serbuk Mg dan HCl 2N, lalu
fase gerak, yaitu campuran dari kloroform dipanaskan. Tambahkan amil alkohol, kocok
dan metanol dengan perbandingan 9:1.15 kuat, lalu dibiarkan hingga terpisah. Jika
Setelah fase gerak mencapai batas atas, plat sampel positif mengandung flavonoid, maka
dikeluarkan dari bejana dan dibiarkan hingga akan timbul warna jingga atau merah yang
mengering agar dapat diamati polanya pada tertarik kepada amil alkohol.17
lampu UV 254 serta 366 nm. Lalu, digunakan
pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat d. Tanin
yang kemudian dipanaskan di oven pada Sebanyak 5 ml larutan dari hasil uji
suhu 105°C. Setelah lima menit pemanasan, flavonoid, kemudian ditambahkan larutan
plat KLT dikeluarkan dari oven dan diamati gelatin 1%. Jika hasil menunjukkan positif
kembali polanya pada lampu UV 254 dan mengandung tanin, maka akan terbentuk
366 nm. Masing-masing noda yang terdapat endapan putih.16
pada plat dihitung nilai Retention Factor (Rf)
dengan rumus sebagai berikut: e. Kuinon
Sebanyak 5 ml larutan dari hasil uji
Rf = (Jarak yang ditempuh analit (cm))/(Jarak tanin yang tidak mengendap, kemudian
yang ditempuh eluen (cm)) ditambahkan beberapa tetes KOH. Endapan
merah, coklat, atau jingga akan terbentuk jika
2.3.4. Skrining Fitokimia Simplisia Daun positif mengandung kuinon.17
Bebuas
a. Alkaloid f. Saponin
Simplisia dilarutkan dengan kloroform Simplisia dilarutkan dengan 5 mL

66
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

aquadest dan disaring, kemudian dilakukan Pemeriksaan ini dilakukan di dalam lemari
penambahan lagi dengan 10 ml aquadest, asam. Setelah kering, dilakukan penetesan
lalu dikocok secara vertikal selama 10 detik. dengan reagen Liebermann-Burchard yang
Jika sampel positif mengandung saponin, dibuat dari campuran 10 tetes asam asetat
maka akan terbentuk busa setinggi 1–10 cm anhidrida dan 2 tetes H2SO4 pekat. Jika
yang persisten selama 10 menit.16 sampel positif mengandung steroid, maka
akan timbul warna biru atau hijau.17
g. Kumarin
Simplisia dilarutkan dengan 2 ml 3. Hasil
aquadest, lalu dibagi menjadi dua tabung 3.1. Identifikasi Simplisia Daun Bebuas
reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan a. Organoleptik
NH4OH 10% sebanyak 0,5 ml, sedangkan Uji organoleptik dari simplisia daun
tabung reaksi kedua sebagai pembanding. bebuas adalah berwarna coklat tua, berbau
Kedua larutan diamati pada sinar UV 366 khas, dan rasa pahit.
nm. Jika sampel positif mengandung kumarin,
maka akan terbentuk fluoresensi kebiruan b. Makroskopik
yang intens.17 Hasil pengamatan makroskopik simplisia
daun bebuas ditampilkan pada Gambar 1.
h. Monoterpenoid/Steroid
Simplisia dilarutkan dengan eter di c. Mikroskopik
plat tetes, lalu dibiarkan hingga kering. Hasil pengamatan mikroskopik simplisia
Pemeriksaan ini dilakukan di dalam lemari daun bebuas ditampilkan pada Gambar 2.
asam. Setelah kering, dilakukan penetesan dengan perbesaran yang beragam.
dengan vanilin 10% dalam asam sulfat.17
3.2. Karakterisasi Simplisia Daun Bebuas
i. Triterpenoid/Steroid Hasil dari pemeriksaan karakteristik
Simplisia dilarutkan dengan eter di simplisia daun bebuas dapat dilihat pada
plat tetes, lalu dibiarkan hingga kering. Tabel 1.

Gambar 1. Simplisia daun bebuas


67
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

B
Gambar 2. Hasil pengamatan mikroskopik simplisia daun bebuas, (A) perbesaran 100x; (B) perbesaran
400x

a. Pola KLT pemeriksaan organoleptik dan mikroskopik.


Hasil Pola KLT simplisia daun bebuas Pemeriksaan organoleptik simplisia mencakup
ditampilkan pada Gambar 3. Perhitungan bentuk, aroma, warna, serta rasa dari
nilai Rf dapat dilihat pada Tabel 2. simplisia tersebut. Pengamatan makroskopik
dilakukan untuk melihat karakter dari bagian
3.3. Skrining Fitokimia Simplisia Daun Bebuas tanaman itu sendiri, seperti bentuk dan ukuran
Hasil dari skrining fitokimia simplisia daun.18 Pemeriksaan mikroskopik dilakukan
daun bebuas dapat dilihat pada Tabel 3. untuk mengetahui fragmen dari simplisia.12
Pemeriksaan organoleptik dari simplisia daun
4. Pembahasan bebuas adalah berwarna coklat tua, berbau
4.1. Identifikasi simplisia daun bebuas khas, dan rasa pahit. Pada pengamatan
Identifikasi simplisia meliputi makroskopis terlihat daun berwarna coklat

Tabel 1. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun bebuas (Premna serratifolia L.)

Jenis Penetapan Hasil

Kadar sari larut air 5,5 %


Kadar sari larut etanol 7,5 %
Kadar air 8%

Susut pengeringan 10,5 %

Kadar Abu Total 7,372 %

Kadar Abu Tidak Larut Asam 5,355 %

68
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

Gambar 3. Pola KLT daun bebuas


tua, dengan rata-rata ukuran panjang 6 – bahwa mutu dan keamanan dari simplisia
8,5 cm dan lebar 3 – 4,5 cm. Sedangkan agar aman bagi kesehatan.12 Pada sampel
pada pemeriksaan mikroskopis, ditemukan berbentuk simplisia, karakterisasi dilakukan
fragmen pengenal, seperti rambut penutup melalui pemeriksaan spesifik dan nonspesifik.
dan stomata. Parameter spesifik meliputi pemeriksaan
organoleptik, mikroskopik, kadar sari larut
4.2. Karakterisasi simplisia daun bebuas air, serta kadar sari larut etanol, sedangkan
Karakterisasi simplisia untuk simplisia parameter nonspesifik meliputi penetapan
daun bebuas (P. serratifolia L.) belum tertera kadar air, susut pengeringan, kadar abu total,
pada Farmakope Herbal Indonesia atau serta kadar abu tidak larut asam.19,20
Materia Medika Indonesia. Tumbuhan
yang akan dikeringkan menjadi simplisia 4.2.1.Kadar Sari Larut Air
perlu dilakukan determinasi tumbuhan dari Penetapan kadar sari larut air
institusi yang telah terakreditasi meliputi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
identitas simplisia yang terdiri dari nama jumlah kandungan dalam simplisia yang
latin serta asal tumbuhan. Pemeriksaan mampu tertarik oleh zat pelarut, yakni air.21
kualitas simplisia atau karakterisasi simplisia Selanjutnya, dilakukan perhitungan kadar
dilakukan untuk mengetahui kualitas dari dalam % sari larut air. Hasil perhitungan
simplisia daun bebuas serta menjamin menunjukkan kadar sari larut air sebesar
Tabel 2. Hasil nilai Rf pola kromatografi lapis tipis simplisia

No. Bercak Rf

1 0,460

2 0,540
3 0,680
4 0,760

5 0,820

6 0,880

69
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

Tabel 3. Hasil skrining fitokimia daun bebuas (Premna serratifolia L.)

Golongan Senyawa Hasil


Alkaloid -
Fenolik +
Flavonoid +
Tanin -

Kuinon -

Saponin +
Kumarin -
Monoterpenoid/Seskuiterpenoid +
Triterpenoid/Steroid -
Keterangan : (+) : Terdeteksi; (-) : Tidak terdeteksi

5,5%. Jika dibandingkan dengan nilai kadar batasan maksimal kandungan air pada
sari larut etanol, nilai nya lebih rendah. Hal ini simplisia.14
menandakan bahwa senyawa yang banyak
terkandung pada simplisia daun bebuas 4.2.4.Susut Pengeringan
bersifat semipolar, atau lebih sedikit senyawa Penetapan susut pengeringan
yang tertarik pada pelarut air. menunjukkan jumlah senyawa yang hilang
saat terjadinya proses pengeringan.21 Setelah
4.2.2.Kadar Sari Larut Etanol volume diketahui, dilakukan perhitungan
Penetapan kadar sari larut etanol kadar air. Susut pengeringan simplisia daun
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bebuas yang didapatkan adalah sebesar
jumlah kandungan dalam simplisia yang 10,5%.
mampu tertarik oleh zat pelarut, yakni
etanol.21 Selanjutnya, dilakukan perhitungan 4.2.5.Kadar Abu Total
kadar dalam % sari larut etanol. Hasil Penetapan kadar abu total bertujuan
perhitungan menunjukkan kadar sari larut untuk mengetahui kandungan mineral yang
etanol sebesar 7,5%. Jika dibandingkan ada pada sampel. Tingginya kadar abu
dengan nilai kadar sari larut air, nilai nya lebih mengindikasikan banyaknya cemaran
tinggi. Hal ini menandakan bahwa senyawa bahan anorganik.23 Penetapan kadar abu
yang banyak terkandung pada simplisia daun total berkaitan dengan kemurnian dan
bebuas bersifat semipolar, atau lebih banyak kontaminasi.21 Kadar abu total simplisia daun
senyawa yang tertarik pada pelarut etanol. bebuas yang didapatkan adalah sebesar
7,4%.
4.2.3.Kadar Air
Penetapan kadar air merupakan 4.2.6.Kadar Abu Tidak Larut Asam
parameter yang menunjukkan batas terkecil Penetapan kadar abu tidak larut asam
kandungan air yang ada di simplisia.21 Destilasi bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar
dilakukan menggunakan metode toluen, abu yang diperoleh dari faktor eksternal
dimana volume air dibaca setelah toluen dan (pengotor) yang tidak larut dalam larutan
air memisah dengan sempurna.22 Setelah asam.14 Kadar abu tidak larut asam simplisia
volume diketahui, dilakukan perhitungan daun bebuas yang didapatkan adalah
kadar air. Kadar air yang terkandung pada sebesar 5,4%. Semakin tinggi kadar abu
simplisia daun bebuas adalah sebesar 8%. tidak larut asam, maka menunjukan adanya
Penetapan kadar air berfungsi sebagai kandungan mineral dan silikat yang berasal
70
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

dari tanah atau pasir.24 Senyawa flavonoid banyak ditemukan dalam


tanaman ini seperti katekin, kuersetin, dan
4.2.7.Pola KLT myricetin. Kandungannya menghasilkan daun
Pola KLT dilakukan untuk melihat bebuas sebagai potensi sebagai antikanker.29
distribusi golongan senyawa kimia pada Penelitian lainnya menyebutkan bahwa daun
sampel simplisia dan ekstrak yang melibatkan bebuas terbukti memiliki kandungan metabolit
fase diam dan fase gerak. Pada KLT, senyawa sekunder seskuiterpenoid (oxygenated
yang berada di sampel akan mengikuti arah sesquiterpenoids dan sesquiterpene
fase gerak jika senyawa tersebut memiliki hydrocarbons).30 Selain itu, tanaman bebuas
kepolaran yang mirip dengan fase gerak. juga memiliki kandungan p-methoxy cinnamic
Jika senyawa cenderung menetap pada acid, linalool, asam linoleat, b-sitosterol dan
fase diam, maka senyawa tersebut memiliki flavon luteolin, glikosida iridoid, premnine,
kepolaran yang mirip dengan fase diam.25,26. ganiarine dan ganikarine, premnazole,
Berdasarkan hasil yang didapatkan, aphelandrine, pentasiklik terpene betulin,
terdapat beberapa bercak dengan masing- caryophellen, premnenol, premna spirodiene,
masing nilai Retention factor. Nilai Rf adalah clerodendrin-A, serta berbagai fitokonstituen.
parameter atau sifat khas senyawa kimia Kandungan fitokimia ini memiliki peran yang
yang digambarkan dengan posisi noda yang siginifikan terhadap aktivitas antimikroba dan
terdapat pada fase diam setelah dilakukan konstituen fitokimia yang kuat.6
elusi dengan fase gerak. Nilai Rf yang baik
ada di rentang 0,2-0,8.25,27 Nilai Rf yang 5. Simpulan
dihasilkan masing-masing bercak secara Hasil pemeriksaan karakterisasi
berturut-turut adalah 0,460; 0,540; 0,680; simplisia daun bebuas (Premna serratifolia L.)
0,760; 0,820; 0,880. diperoleh kadar sari larut air sebesar 5,5 %,
kadar sari larut etanol sebesar 7,5%, kadar
4.3. Skrining Fitokimia Simplisia Daun Bebuas air sebesar 8%, susut pengeringan sebesar
Setiap tanaman memiliki banyak 10,5%, kadar abu total sebesar 7,4%, kadar
kandungan fitokimia metabolit sekunder. abu tidak larut asam sebesar 5,4, dan nilai
Keberadaan metabolit sekunder tersebut Rf 0,460; 0,540; 0,680; 0,760; 0,820; 0,880
menjadi penyebab tanaman obat seperti pada profil KLT. Hasil skrining fitokimia dari
bebuas memiliki aktivitas sebagai antimikroba, simplisia daun bebuas (Premna serratifolia
antikanker, antitumor, anti-arthritis, anti- L.) menunjukkan adanya golongan senyawa
inflamasi, antioksidan, dan banyak aktivitas fenolik, flavonoid, saponin, monoterpenoid/
lainnya.28 Skrining fitokimia dilakukan pada seskuiterpenoid.
daun dari tanaman bebuas untuk mengetahui
golongan senyawa metabolit sekunder yang Daftar Pustaka
terkandung didalamnya. 1. Kaur K, Dolker D, Behera S, Pati PK. Critical
Hasil skrining fitokimia yang dilakukan factors influencing in vitro propagation
pada penelitian ini menunjukkan hasil positif and modulation of important secondary
untuk golongan senyawa fenolik, flavonoid, metabolites in Withania somnifera (L.)
saponin, dan monoterpenoid/seskuiterpenoid. dunal. Plant Cell Tissue Organ Cult.
Hasil negatif diperlihatkan pada golongan 2022;149(1-2). doi:10.1007/s11240-
senyawa alkaloid, tanin, kuinon, kumarin, 021-02225-w
dan triterpenoid/steroid. Hasil negatif 2. Parawansah, Nuralifah, Akib N, Antrie G.
menunjukkan tidak adanya perubahan setelah Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Buas-
ditambahkan pereaksi yang sesuai. Buas (Premna serratifolia Linn.) Terhadap
Berdasarkan beberapa penelitian yang Larva Udang (Artemia salina Leach)
telah dilakukan, tanaman bebuas (P. serratifolia dengan Metode Brine Shrimplethality Test
L.) terbukti memiliki banyak kandungan (BLST). Semin Nas Ris Kuantitatif Terap.
fitokimia terutama fenolik dan flavonoid. 2017;1(1).

71
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

3. de Kok R. The genus Premna L. (Lamiaceae) malabathricum L.). J Cerebellum.


in the Flora Malesiana area. Kew Bull. 2020;5(4A). doi:10.26418/
2013;68(1). doi:10.1007/s12225-013- jc.v6i1.43348
9433-5 13. Departemen Kesehatan RI. Farmakope
4. Dianita R, Jantan I. Ethnomedicinal uses, Herbal Indonesia Edisi II. Pocket Handb
phytochemistry and pharmacological Nonhum Primate Clin Med. Published
aspects of the genus Premna: A review. online 2012.
Pharm Biol. 2017;55(1). doi:10.1080/13 14. Departemen Kesehatan RI. Parameter
880209.2017.1323225 Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat.
5. Biradi M, Hullatti K. Cytotoxic activity of Dep Kesehat RI. 2000;1:10-11.
isolated constituents from leaves of Premna 15. Babu K, Dharishini MP, Austin A. Anatomical
serratifolia on MCF-7 and HT-29 cell lines. and Thin Layer Chromatographic
Bangladesh J Pharmacol. 2015;10(1). Identification of Root, Root-Bark and Leaf
doi:10.3329/bjp.v10i1.21658 of Premna Serratifolia L. Int J Pharmacogn.
6. Minh N. Different Factors affecting Dried 2018;7(III). 10.13040/IJPSR.0975-8232.
Herbal Tea Production from Premna IJP.5(5).302-07
serratifolia Leaf. J Pharm Sci Res. 16. Riduana TK, Isnindar I, Luliana S.
2019;11(3). Standarisasi Eksrak Etanol Daun Buas-
7. Timotius KH, Simamora A, Santoso AW. Buas (Premna serratifolia Linn.) Dan
Chemical characteristics and in vitro Kayu Secang (Caesalpinia sappan Linn.).
antidiabetic and antioxidant activities of Media Farm. 2021;17(1). doi:10.32382/
premna serratifolia L. leaf infusion and mf.v17i1.2045
decoction. Pharmacogn J. 2018;10(6). 17. Richardson PM, Harborne JB. Phytochemical
doi:10.5530/pj.2018.6.189 Methods: A Guide to Modern Techniques
8. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. of Plant Analysis. Second Edition. Brittonia.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat 1990;42(2). Doi:10.2307/2807624
Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18. Adriani, Lasti My. Identifikasi Keberadaan
13 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Staphylococcus Sp Pada Santan Kelapa
Klinik Obat Herbal.; 2014. Kemasan Yang Di Perdagangkan Di Kota
9. María R, Shirley M, Xavier C, et al. Makassar. J Biotek. 2014;2(1).
Preliminary phytochemical screening, 19. Supriningrum R, Ansyori AK, Rahmasuari
total phenolic content and antibacterial D. Karakterisasi Spesifik dan Non Spesifik
activity of thirteen native species from Simplisia Daun Kawau (Millettia sericea).
Guayas province Ecuador. J King Saud Al Ulum Sains dan Teknol. 2020;6(1):12-
Univ - Sci. 2018;30(4). doi:10.1016/j. 18.
jksus.2017.03.009 20. Yuslianti ER, Bachtiar BM, Suniarti DF,
10. Pengelly A. The Constituents of Medicinal Sudjiatmo AB. Standardisasi farmasitikal
Plants: An Introduction to the Chemistry bahan alam menuju fitofarmaka untuk
and Therapeutics of Herbal Medicine.; pengembangan obat tradisional
2020. doi:10.4324/9781003117964 indonesia. Dentika Dent J. 2016;19(2).
11. Debiasi BW, Raiser AL, Dourado SHA, et 21. Suryadini H. Uji Parameter Standard dan
al. Phytochemical screening of Cordia Penapisan Fitokimia Pada Daun Steril
glabrata (MART.) A.DC. extracts and its Kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.)
potential antioxidant, photoprotective, Bedd.) Menggunakan Ekstraksi Bertingkat.
antimicrobial and antiviral J Ilm Farm Farmasyifa. 2019;2(1):40-51.
activities. Brazilian J Biol. 2023;83. doi:10.29313/jiff.v2i1.3968
doi:10.1590/1519-6984.248083 22. Utami YP. Pengukuran Parameter Simplisia
12. Evifania RD, Apridamayanti P, Sari R. dan Ekstrak Etanol Daun Patikala (Etlingera
Uji parameter spesifik dan nonspesifik elatior (Jack) R.M. Sm) Asal Kabupaten
simplisia daun senggani (Melastoma Enrekang Sulawesi Selatan. Maj Farm dan

72
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.

Farmakol. 2020;24(1). doi:10.20956/


mff.v24i1.9831
23. Riyani C. Efektivitas Metode Pengeringan
Pada Pembuatan Simplisia Akar Pasak
Bumi (Eurycoma longifolia Radix). J Sains
dan Terap Politek Hasnur. 2016;4(1):20-
26.
24. Utami YP, Umar AH, Syahruni R, Kadullah I.
Standardisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol
Daun Leilem ( Clerodendrum. J Pharm
Med Sci. 2017;2(1):32-39.
25. Kamar I, Zahara F, Yuniharni D. Identifikasi
Parasetamol dalam Jamu Pegal Linu
Menggunakan Metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). Quim J Kim Sains dan Terap.
2021;3(1). doi:10.33059/jq.v3i1.3973
26. Veronika V, Agus Wibowo M, Hadari
Nawawi JH. Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Ekstrak Buah Buas-Buas (Premna
serratifolia Linn). JKk. 2016;5(3).
27. Muttaqin Fz, Yuliantini A, Fitriawati A,
Asnawi A. Penetapan Kadar Senyawa
Metampiron Dan Diazepam Dalam
Sediaan Kombinasi Obat Menggunakan
Metode Klt Video Densitometri.
Pharmacy. 2016;13(2):127-136.
Doi:10.29038/2411-4014-2016-01-8-
11
28. Mali P. Pharmacological potentials
of Premna integrifolia L. Anc Sci Life.
2016;35(3). doi:10.4103/0257-
7941.179864
29. Salih GA, Ahmad-Raus R, Shaban MN,
Abdullah N. Extraction and purification
of cytotoxic compounds from Premna
serratifolia L. (bebuas) for human breast
cancer treatment. Int Food Res J. 2017;24.
30. Hung NH, Huong LT, Chung NT, et al.
Premna species in Vietnam: Essential oil
compositions and mosquito larvicidal
activities. Plants. 2020;9(9). doi:10.3390/
plants9091130

73

You might also like