1 PB
1 PB
1 PB
2
August 2023
Journal homepage: https://jurnal.unpad.ac.id/ijbp
Pages 63-73
Submitted 18 December 2022; Revised 29 May 2023; Accepted 15 August 2023 ; Published 30 August 2023
*Corresponding author: hasna19009@mail.unpad.ac.id
Abstract
Research on plants is mostly done with the aim of finding information about plants as raw materials
for medicine. One of the plants that have the potential as a raw material for medicine is bebuas
(Premna serratifolia) caused by its secondary metabolite content. Previous studies have mentioned dried
bebuas leaf showing various pharmacological activities such as antimicrobials, anticancer, antitumors,
anti-arthritis, anti-inflammatory, antioxidant, and others. In this research, the characterization of bebuas
leaves (P. serratifolia L.) and the secondary metabolite phytochemicals contained therein has been
observed. The results of characterization examination of dried bebuas leaf obtained water-soluble
extract content of 5.5%, ethanol-soluble extract content of 7.5%, water content of 8%, loss on drying
of 10.5%, content of total ash of 7.4%, acid insoluble ash content of 5.4%, and TLC Rf value of 0,460;
0,540; 0,680; 0,760; 0,820; 0,880. The results of the phytochemical screening of dried bebuas leaf
showed the presence of phenolic compounds, flavonoids, saponins, monoterpenoids/sesquiterpenoids.
Abstrak
Penelitian mengenai tanaman banyak dilakukan dengan tujuan mencari informasi mengenai tanaman
sebagai bahan baku obat. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku obat adalah
tanaman bebuas (Premna serratifolia) disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya. Beberapa
penelitian sebelumnya menyebutkan daun dari tanaman bebuas menunjukkan berbagai aktivitas
farmakologis seperti antikanker, antioksidan, antidiabetes, antibakteri, antiinflamasi, sitotoksik,
dan hepatoprotektif, dan lainnya. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan karakterisasi simplisia
daun bebuas (P. serratifolia L.) dan skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder yang terkandung
didalamnya. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun bebuas diperoleh kadar sari larut air
sebesar 5,5%, kadar sari larut etanol sebesar 7,5%, kadar air sebesar 8%, susut pengeringan sebesar
10,5%, kadar abu total sebesar 7,4%, kadar abu tidak larut asam sebesar 5,4%, dan nilai Rf 0,460;
0,540; 0,680; 0,760; 0,820; 0,880. Hasil skrining fitokimia dari simplisia daun bebuas menunjukkan
adanya golongan senyawa fenolik, flavonoid, saponin, monoterpenoid/seskuiterpenoid.
63
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
64
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
65
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
f. Kadar Abu Tidak Larut Asam sebanyak 5 ml dan NH4OH sebanyak 5 ml.
Abu yang telah didapatkan dari Campuran tersebut kemudian dipanaskan,
pengujian penetapan kadar abu total dikocok, lalu disaring. Ditambahkan 5 tetes
dididihkan dengan HCl encer sebanyak 25 HCl 2N, lalu dikocok dan dibiarkan hingga
ml selama 5 menit. Sampel yang tidak larut terbentuk dua lapisan. Lapisan atas diambil
asam disaring dengan kertas saring bebas dan dibagi ke dalam tiga tabung reaksi, lalu
abu, dicuci dengan air panas, disaring, lalu diuji menggunakan tiga reagen berbeda,
dipijarkan kembali hingga suhu 800°C ± yaitu Dragendorff, Meyer, dan Wagner.
25°C. Abu tersebut kemudian dilakukan Sampel yang yang diuji menggunakan reagen
pendinginan dan penimbangan sampai bobot Dragendorff akan membentuk endapan
konstan. Selanjutnya, dilakukan perhitungan oranye ke merah, sampel yang diuji dengan
antara kadar abu tidak larut asam terhadap reagen Meyer akan membentuk endapan
berat bahan uji (%b/b).13 Selanjutnya, putih kekuningan, serta sampel yang diuji
dilakukan perhitungan antara kadar abu dengan reagen Wagner akan membentuk
tidak larut asam terhadap berat bahan uji endapan coklat kemerahan.16
(%b/b) menggunakan rumus sebagai berikut:
b. Fenolik
Kadar abu tidak larut asam =(berat abu (g))/ Simplisia dilarutkan dengan 5
(berat simplisia (g)) x100% mL aquadest dan disaring, kemudian
ditambahkan larutan FeCl3 1%. Jika terjadi
g. Pola KLT perubahan warna hijau, ungu, biru, hitam
Simplisia yang telah dilarutkan dalam yang kuat, maka sampel positif mengandung
aquadest ditotolkan ke plat silika GF254 senyawa fenolik.17
yang merupakan fase diam menggunakan
pipa kapiler. Setelah totolan pada plat c. Flavonoid
silika kering, plat dimasukkan ke dalam Simplisia dilarutkan dengan 5 mL
bejana kromatografi yang sebelumnya telah aquadest dan disaring, kemudian dilakukan
dijenuhkan dengan larutan pengembang atau penambahan serbuk Mg dan HCl 2N, lalu
fase gerak, yaitu campuran dari kloroform dipanaskan. Tambahkan amil alkohol, kocok
dan metanol dengan perbandingan 9:1.15 kuat, lalu dibiarkan hingga terpisah. Jika
Setelah fase gerak mencapai batas atas, plat sampel positif mengandung flavonoid, maka
dikeluarkan dari bejana dan dibiarkan hingga akan timbul warna jingga atau merah yang
mengering agar dapat diamati polanya pada tertarik kepada amil alkohol.17
lampu UV 254 serta 366 nm. Lalu, digunakan
pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat d. Tanin
yang kemudian dipanaskan di oven pada Sebanyak 5 ml larutan dari hasil uji
suhu 105°C. Setelah lima menit pemanasan, flavonoid, kemudian ditambahkan larutan
plat KLT dikeluarkan dari oven dan diamati gelatin 1%. Jika hasil menunjukkan positif
kembali polanya pada lampu UV 254 dan mengandung tanin, maka akan terbentuk
366 nm. Masing-masing noda yang terdapat endapan putih.16
pada plat dihitung nilai Retention Factor (Rf)
dengan rumus sebagai berikut: e. Kuinon
Sebanyak 5 ml larutan dari hasil uji
Rf = (Jarak yang ditempuh analit (cm))/(Jarak tanin yang tidak mengendap, kemudian
yang ditempuh eluen (cm)) ditambahkan beberapa tetes KOH. Endapan
merah, coklat, atau jingga akan terbentuk jika
2.3.4. Skrining Fitokimia Simplisia Daun positif mengandung kuinon.17
Bebuas
a. Alkaloid f. Saponin
Simplisia dilarutkan dengan kloroform Simplisia dilarutkan dengan 5 mL
66
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
aquadest dan disaring, kemudian dilakukan Pemeriksaan ini dilakukan di dalam lemari
penambahan lagi dengan 10 ml aquadest, asam. Setelah kering, dilakukan penetesan
lalu dikocok secara vertikal selama 10 detik. dengan reagen Liebermann-Burchard yang
Jika sampel positif mengandung saponin, dibuat dari campuran 10 tetes asam asetat
maka akan terbentuk busa setinggi 1–10 cm anhidrida dan 2 tetes H2SO4 pekat. Jika
yang persisten selama 10 menit.16 sampel positif mengandung steroid, maka
akan timbul warna biru atau hijau.17
g. Kumarin
Simplisia dilarutkan dengan 2 ml 3. Hasil
aquadest, lalu dibagi menjadi dua tabung 3.1. Identifikasi Simplisia Daun Bebuas
reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan a. Organoleptik
NH4OH 10% sebanyak 0,5 ml, sedangkan Uji organoleptik dari simplisia daun
tabung reaksi kedua sebagai pembanding. bebuas adalah berwarna coklat tua, berbau
Kedua larutan diamati pada sinar UV 366 khas, dan rasa pahit.
nm. Jika sampel positif mengandung kumarin,
maka akan terbentuk fluoresensi kebiruan b. Makroskopik
yang intens.17 Hasil pengamatan makroskopik simplisia
daun bebuas ditampilkan pada Gambar 1.
h. Monoterpenoid/Steroid
Simplisia dilarutkan dengan eter di c. Mikroskopik
plat tetes, lalu dibiarkan hingga kering. Hasil pengamatan mikroskopik simplisia
Pemeriksaan ini dilakukan di dalam lemari daun bebuas ditampilkan pada Gambar 2.
asam. Setelah kering, dilakukan penetesan dengan perbesaran yang beragam.
dengan vanilin 10% dalam asam sulfat.17
3.2. Karakterisasi Simplisia Daun Bebuas
i. Triterpenoid/Steroid Hasil dari pemeriksaan karakteristik
Simplisia dilarutkan dengan eter di simplisia daun bebuas dapat dilihat pada
plat tetes, lalu dibiarkan hingga kering. Tabel 1.
B
Gambar 2. Hasil pengamatan mikroskopik simplisia daun bebuas, (A) perbesaran 100x; (B) perbesaran
400x
Tabel 1. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun bebuas (Premna serratifolia L.)
68
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
No. Bercak Rf
1 0,460
2 0,540
3 0,680
4 0,760
5 0,820
6 0,880
69
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
Kuinon -
Saponin +
Kumarin -
Monoterpenoid/Seskuiterpenoid +
Triterpenoid/Steroid -
Keterangan : (+) : Terdeteksi; (-) : Tidak terdeteksi
5,5%. Jika dibandingkan dengan nilai kadar batasan maksimal kandungan air pada
sari larut etanol, nilai nya lebih rendah. Hal ini simplisia.14
menandakan bahwa senyawa yang banyak
terkandung pada simplisia daun bebuas 4.2.4.Susut Pengeringan
bersifat semipolar, atau lebih sedikit senyawa Penetapan susut pengeringan
yang tertarik pada pelarut air. menunjukkan jumlah senyawa yang hilang
saat terjadinya proses pengeringan.21 Setelah
4.2.2.Kadar Sari Larut Etanol volume diketahui, dilakukan perhitungan
Penetapan kadar sari larut etanol kadar air. Susut pengeringan simplisia daun
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bebuas yang didapatkan adalah sebesar
jumlah kandungan dalam simplisia yang 10,5%.
mampu tertarik oleh zat pelarut, yakni
etanol.21 Selanjutnya, dilakukan perhitungan 4.2.5.Kadar Abu Total
kadar dalam % sari larut etanol. Hasil Penetapan kadar abu total bertujuan
perhitungan menunjukkan kadar sari larut untuk mengetahui kandungan mineral yang
etanol sebesar 7,5%. Jika dibandingkan ada pada sampel. Tingginya kadar abu
dengan nilai kadar sari larut air, nilai nya lebih mengindikasikan banyaknya cemaran
tinggi. Hal ini menandakan bahwa senyawa bahan anorganik.23 Penetapan kadar abu
yang banyak terkandung pada simplisia daun total berkaitan dengan kemurnian dan
bebuas bersifat semipolar, atau lebih banyak kontaminasi.21 Kadar abu total simplisia daun
senyawa yang tertarik pada pelarut etanol. bebuas yang didapatkan adalah sebesar
7,4%.
4.2.3.Kadar Air
Penetapan kadar air merupakan 4.2.6.Kadar Abu Tidak Larut Asam
parameter yang menunjukkan batas terkecil Penetapan kadar abu tidak larut asam
kandungan air yang ada di simplisia.21 Destilasi bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar
dilakukan menggunakan metode toluen, abu yang diperoleh dari faktor eksternal
dimana volume air dibaca setelah toluen dan (pengotor) yang tidak larut dalam larutan
air memisah dengan sempurna.22 Setelah asam.14 Kadar abu tidak larut asam simplisia
volume diketahui, dilakukan perhitungan daun bebuas yang didapatkan adalah
kadar air. Kadar air yang terkandung pada sebesar 5,4%. Semakin tinggi kadar abu
simplisia daun bebuas adalah sebesar 8%. tidak larut asam, maka menunjukan adanya
Penetapan kadar air berfungsi sebagai kandungan mineral dan silikat yang berasal
70
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
71
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
72
Volume 3 No. 2 August 2023 IJBP Veninda et al.
73