0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan15 halaman

Keompok 3 Aik Iv

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

Makalah

“AL-QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN”

Dosen Pengajar: Dr. Mashadi Maili, M.Si

Disusun Oleh

Kelompok 3

 Sri Susanti Domili


 Aldawati Husuna
 Ical Kasim
 Cindy Dehimeli
 Mohammad Ruslan Husain
 Rahmatiya Harun
 Safitriyanti Samarang

Universitas Muhammadiyah Gorontalo


Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi Keperawatan
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan baik.

Penulisan makalah ini telah di susum dengan didukung oleh berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengajar mata kuliah ini dan semua pihak yang telah ikut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Adapun makalah ini di buat sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah AIK
IV.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami masih
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga dengan adanya
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Relasi Internal kebenaran al-qur’an dan IPTEk....................................3


2.2 Bukti ilmial kebenaran Al-Qur’an dalam bidang ilmu kesehatan........4

BAB III PENUTUP.........................................................................................6

3.1 Kesimpulan............................................................................................6
3.2 Saran.....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an al-Karim merupakan kitab suci yang dengan kekuasaan Allah lah ia
ada dan dimuliakan. Ia merupakan kitab suci yang di dalamnya tidak pernah tercampur
dengan kebatilan, dari manapun kedatangannya. Sehubungan dengan itu, dhalika al-kitab
la rayba fihi sebagaimana ungkapan kebenaran yang tidak ada keraguan atasnya, yang
dengan itulah al-Qur’an ada sebagai petunjuk bagi umat manusia bagai hudan li al-nas.
Oleh karena al-Qur’an diturunkan dengan tujuan petunjuk dan pedoman hidup yang tidak
disangkal kebenarannya, maka al-Qur’an membekali kita dengan berbagai prinsip dan
bermacam kaidah umum serta dasar-dasar ajaran yang menyeluruh yang Allah SWT
sampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah Nabi Muhammad saw. Dengan
hadirnya Al-quran sebagai sumber ilmu, manusia bisa menjadi suatu makhluk yang
terlepas dari ketidaktahuan akan berkembangnya suatu zaman. Hal itu tergantung
bagaimana manusia memposisikan Alquran sebagai sumber ilmu. Cukup banyak manusia
yang seenaknya saja mengartikan makna Alquran tanpa tahu apa maksud ayat Alquran
tersebut. Apakah ayat tersebut relevan dengan masalah yang hadir. Atau hanya
mengambil dalil dalam Alquran sebagai legitimasi atas ideologi yang dianutnya. Hal itu
yang sangat disayangkan dimana Alquran dapat digunakan untuk menambah kecerdasan
dan pengetahuan manusia tetapi disalahgunakan hingga menuju pengdistorsian makna.
Akibatnya, bukan kecerdasan dan pengetahuan manusia yang bertambah akan tetapi
pertumpahan darah, korban, dan kematian yang terus bertambah. Hal ini sungguh jauh
dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memposisikan Alquran
sebagai sumber ajaran ilmu yang tinggi dibandingkan dengan sumber ilmu lainnya.
Alquran dan sains, memang di zaman kontemporer ini mulai nampak perkembangannya.
Mulai dari menelusuri surat per surat, ayat per ayat, bahkan sampai kata per kata hanya
untuk bertafakkur bagaimana Alquran yang telah ada semenjak 1400 tahun yang lalu
sudah memikirkan hal-hal yang berbau saintis yang bahkan baru ditemukan pada abad 21
ini. Mayoritas sarjana muslim berasumsi bahwasannya seluruh ilmu sains yang ada pada
era kontemporer ini sebenarnya telah ditulis dalam Alquran sejak dulu
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat kita rumuskan mengenai rumusan

masalah yaitu : “Bagaimana keterkaitan antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?.”

1.3 Tujuan
1. Tujuan khsusus
a. untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK IV.
2. Tujuan Umum
a. untuk mendeskripsikan serta menambah wawasan pembaca terkait dengan Al-
Qur’an dan Ilmu Pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Relasi Internal Kebenaran Al-Qur’an dan IPTEK
a. Ruang Lingkup lnterelasi Alquran Dan Sains
Dalam pengertiannya interelasi adalah suatu hubungan yang terikat
diantara dua. Maka dalam hal ini dapat kita simpulkan interrelasi adalah adanya
ikatan dua masalah yang saling terhubung yaitu antara alquran dan iptek. Maka
pengertian lain interrelasi adalah adanya ikatan yang terhubung antara dua
masalah yang saling terhubung antara satu dengan yang lain. Dan dalam konteks
pembahasan ini yaitu adanya hubungan kebenaran Alqur’an dan lpteks. Menurut I
Sudarminta Sj wacana mengintegrasikan antara sains dan agama adalah suatu
usaha yang bermaksud untuk memadukan diantara keduanya dengan integrasi
yang valid, walaupun ada beberapa pendapat yang menentangnya karena adanya
kecenderungan mencocokkan secara paksa ayat yang dapat dalam Alquran pada
temuan ilmiah. Padahal dari semua agama yang berada dunia ini, Islam
merupakan satusatunya agama yang menyatakan dirinya sebagai agama yang
paling benar, dan juga merupakan agama yang diridhoi oleh Allah, serta dapat
dijadikan sebagai tuntunan hidup dan menjadi pedoman manusia sampai akhir
zaman.
Bahkan penjelasan tentang tata surya juga telah di singgung dalam
Alquran yaitu tentang benda-benda langit yang telah diciptakan oleh Allah untuk
umat manusia seperti matahari, bulan dan lain sebagainya. Alquran sangat
menghormati dan menjunjung tinggi terhadap ilmu pengetahuan bahkan didalain
Alquran terdapat banyak ayat yang menyebutkan dan menjelaskan tentang
pengetahuan dan ilmu sains, orang kah memuliakan ilmu pengetahuan yang akan
dinikmati oleh inanusia Allah berfirman dalam surat AAlaq ayat 5, tentang hasil
dari ilmu yang diperoleh manusia, suarat Al-mujadalah ayat ke 11 yang
menerangkan posisi derajat bagi pemilik ilmu pengetahuan dan surat Az-zumar
ayat ke 9 yang menjelaskan perbedaan antara orang yang berpengetahuan dan
tidak.
Antara agama, teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan alat dan sarana
bagi manusia agar memiliki kehidupan yang lebih baik di dunia dan berkembang.
maka dari itu banyak petunjuk yang disampaikan oleh Alquran tentang ilmu
pengetahuan dan ilmu teknologi untuk kehidupan manusia. Islam merupakan
agama yang menuntut umatnya agar mengerahkan upaya dan usahanya dengan
menggunakan daya akal fikiran untuk merenungi dan mencari Hikmah terhada
segala ciptaan Allah di alam semesta ini. sebagaimana yang tertera pada surat
arrahman ayat 33.
b. Al-Qur’an dan Iptek
Penyelidikan secara sadar dan akhirnya menernu kan sesuatu disiplin
tersendiri adalah arti dari ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kefahaman
manusia atas berbagai macam kenyataan dan realitas disekitarnnya. Dalam hal ini
ilmu pengetahuan memberi batasan terhadap ruang lingkup pandangannya dan
memberikan kepastian terhadap ilmu yang telah diperoleh dari keterbatasan
tersebut. Memang Alquran tidak membahas secara rinci tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagaimana peinbahasan secara rinci tentang iptek
yang ada pada buku pelajaran atau buku -buku yang lainn ya akan tetapi Alquran
tetap memberi penghormatan tertinggi kepada manusia agar mampu memaparkan
secara detail dan memberi ruang yang lebih luas terhadap daya fikir manusia agar
lebih jauh dan mendalam dalam mencerna akan pentingnya iptek bagi kehidupan
manusia selanjutnya. Karena dengan sebab kemampuan manusia membaca dan
mengeksplorasi ayat-ayat Alquran sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menjadi sarana yang membantu manusia meringankan bebannya
sebagai kholifa fil ardi. Alquran juga telah menjelaskan bahwa manusia harus
mainpu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam Alquran juga
telah tersirat dengan jelas bahwasanya manusia dianjurkan untuk dapat
mengeksplorasi ruang angkasa walaupun sebenarnya tidak akan mainpu kecuali
dengan petunjuk dari Allah subhanahu wa ta'ala, akan tet i allah telah memberi
kesernpatan kepada manusia, sebagaimana dalam surat Ar Rahman ayat 33.
Memang dalam hal ini agama Islam telah membagi ilmu pengetahuan
menjadi dua bagian yang pertama ilmu yang dihasilkan dengan cara usaha
manusia itu sendiri yang biasanya disebut dengan Ilmu Kes hi dan yang kedua
biasa disebut dengan ilmu L‹iñuni atau ilmu pengetahuan yang dihasilkan dan
didapat langsung dari Allah. Al-Quran sangat mernperhatikan ilmu pengetahuan
agar manusia berpikir dan mengkaji alam semesta sehingga melahirkan suatu
kesadaran akan kemahakuasaan Allah, pencipta alam semesta. Kesadaran tersebut
akan sernakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus dibimbing oleh wahyu
(Al-Quran) agar ilmu pengetahuan rnembawa kepada keimanan dan memberi
manfaat dalam kehidupan umat manusia. Di sini Al-Quran tidak hanya menjadi su
mber rnotivasi dan inspirasi bagi ilmu wan, tapi juga sebagai penuntun agar ilmu
pengetahuan tidak digunakan (teknologi) untuk tujuan- tujuan yang negatif,
rnembawa kemusyrikan, atau menghancurkan alarn sernest anusia, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan. Oleh karena itu, konsep pengembang ilmu
pengetahuan dalam Al- Quran bersifat integratif dan komprehen Islam tidak
mernisahkan antara “ilmu agama” dan “ilmu pengetahuan”.
Ilmu agama dan ilmu pengetahuan keduanya merupakan ilmu yang
diajarkan oleh Tuhan kepada umat manusia, baik melalui Al-Quran mau pun alam
semesta. Al-Quran dan hamparan alarn semesta adalah sumber ilmu bagi umat
Islam. Mempelajari Al-Quran (ayat tanzilyah) dan alam semesta (ayat kauniyah)
merupakan pintu gerbang untuk mengenal Allah SWT (makrifatullah). Mustahil
keduanya bertentangan. Kalau saat ini diternukan beberapa hasil ilmu
pengetahuan yang benentangan dengan Al-Quran, hal tersebut disebabkan oleh
dua kemungkinan. Pertama: adan ya kekeliruan dalam rnenginterpretasi wahyu ,
sebab ia mempunyai nilai dasar yang bersifat dalam dan universal yang
selamanya akurat untuk ditafsirkan selaras dengan ruang dan waktu. Kedua: ilmu
pengetahuan itu sendiri bersifat akumulatif, yakni selamanya mengalami
perkembangan, perubahan menuju kesempurnaan. Sehingga proses itu
menyebabkan ia belum sesuai dengan nilai dasar yang ada pada wahyu.
c. Al-Quran Dan Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan diartikan sebagai segala daya
upaya yang dilakukan untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak
yangdiselaraskan dengan kehidupan masyarakat dan lingkugan sekitarnya untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Pendidikan juga memiliki pengertian upaya
rnemelihara dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran
yang akan mengarahkan manusia menuju pencerahan pengetahuan. Pendidikan
memiliki tujuan mewujudkan perubahan pada peserta didik yang telah menjalani
proses pendidikan menjadi lebih baik dalam berperilaku baik secara individu
maupun dalam kehidupan sosialnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah sebuah
proses pembelajaran, penanarnan akhlak dan budi pekerti, serta perubahan
menuju lebih baik. Sampai kapanpun alquran tidak akan pernah berubah, sejak
pertama kali diturunkan pada nabi muhammad sampai akhir zaman, karena allah
sendiri yang menjamin akan keabadian, kemurnian, serta keasliannya
sebagiamana yang tercantum dalam Alquran, Pendidik dan mengajar merupakan
rnisi ajar an Islam. Landasan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam
terdapat dalam Al-Qur” an Surat Al alaq ayat 1 sampai ayat 5.
Alquran sendiri juga telah memberikan tanda bahwa pendidikan merupak
hal terpenting utama yang dihadapi. Karena jika dikaji secara mendalam maka
kita akan menemukan beberpa prinsip mendasar tentang pendidikan. Yang
selanjutnya dapat kita jadikan isnpirasi untuk menjadikan pendidikan lebih baik
dan bermutu. Diantara indikasi yang disampaikan alquran tentang pendidikan
penghormatan akal terhadap konsep manusia fitrahnya sebagai manusia, dan
beberapa cerita sebagai model pendidikan. Oleh karena itu, untuk rnenciptakan
generasi sukses dan terdidik, Ali bin Abi Thai mengingatkan kepada orang tua
dan para pendidik untuk memberikan bimbingan dan pengajaran dengan ilmu dan
pola pendidikan agar mereka dapat hidup di zarnannya yang sudah pasti berbeda
dengan zaman orang tua pendidiknya. Al-Quran secara detail menjelaskan
mengenai proses dan eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai
pntensi dan kecerdasan dibanding makhluk lainnya. Maka selanjutnya hubungan
antara alquran dan pendidikan sangatlah erat sehinggga para pakar menyebutkan
bahwa ada beberapa metode pendidikan dalam Alquran di antaranya metode
kisah/ qissoh, metode amtsal atau peruparnaan, metode tauladan, metode targhib
dan tarhib. Gambaran mengenai eksistensi manusia agar mempelajari apa yang
terkandung dalam alquran surat an-Nahl/16: 78.

2.2 Bukti-bukti Ilmiah kebenaran Al-Qur’an dalam bidang ilmu kesehatan dan
keperawatan/kedokteran.

A. Kelahiran Manusia

“Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah
kamu perhatikan nutfah (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang
menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?”  (QS. Al Waqi’ah:57-59).

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak
ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi
orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya.

Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1.  Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya.

2.  Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3.  Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4.  Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur’an diturunkan, pasti mengetahui
bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama
persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan
tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan
lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar
pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu
pengetahuan abad ke-20.

B. Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita

“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (QS. Al
Alaq:15-16).

Ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” dalam ayat di atas
sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan
mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus
otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu
menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al
Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang
tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak
besar). Jelas bahwa ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka”
benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para
ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur’an sejak
dulu.

C. Sidik Jari

Setiap manusia memiliki ciri sidik jari yang unik dan berbeda antara satu orang dengan
lainnya. Keunikan sidik jari baru ditemukan pada abad 19. Sebelum penemuan itu, sidik
jari hanya dianggap sebagai lengkungan biasa yang tidak memiliki arti.

Al Qur’an surat Al Qiyaamah ayat 3-4 menjelaskan tentang kekuasaan Allah untuk


menyatukan kembali tulang belulang orang yang telah meninggal, bahkan Allah juga
mampu menyusun kembali ujung-ujung jarinya dengan sempurna.

QS Al Qiyamah ayat 3-4:


“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?”

“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna.”

D. Tafsir Ilmi dan Fakta Ilmiah Bidang Ilmu Kebidanan tentang Melahirkan

Dalam dunia medis, proses persalinan dikenal dua istilah, yaitu partus
normal/partus biasa dan partus abnormal. Partus normal yaitu bayi lahir melalui
vagina dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai
alat/pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sementara partus
abnormal adalah bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti
versi/ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir
per abdominam dengan sectio cesarea. Yang jelas proses persalinan merupakan
sebuah proses alamiah yang luar biasa, sekaligus menunjukkan keMahabesaran
Allah subhanahu wata’ala. Memang di sana ada dokter atau bidan, tetapi mereka
hanyalah membantu proses kelahiran agar berjalan dengan lancar, dan bukan yang
mengeluarkan bayi tersebut dari Rahim.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl/16: 78)”

Mayoritas ulama memahami kata sabil di sini adalah jalan lahir. Ada banyak
riwayat tentang hal ini. Menurut Ibn ‘Abbas dan al-Suddi, yang dimaksud adalah
“Allah subhanahu wata’ala memudahkan keluarnya bayi dari perut ibunya.”
Menurut Abi Soleh, yang dimaksud adalah “jalan rahim.” Apapun bentuk penafsiran
ulama tentang ayat ini, semuanya tetap bisa dipertemukan. Artinya, meskipun
manusia yang membantu melahirkan, tetap saja peran Allah subhanahu wata’ala
lebih besar. sebab, siapa yang membalik posisi sang bayi yang awalnya kaki di
bawah dan kepala di atas, tetapi di bulan-bulan akhir menjelang kelahiran posisinya
bisa berbalik, kalau bukan Allah subhanahu wata’ala. Dia-lah yang memberi ilham
kepada sang bayi agar bisa keluar dengan mudah.
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum
ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril
menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati,
Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. dan goyanglah
pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah
kurma yang masak kepadamu, Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.
jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".(Q.S Maryam 23-26)” Dalam
Tafsir Departemen Agama dijelaskan, ketika Maryam merasa sakit karena akan
melahirkan anaknya, maka beliau terpaksa bersandar pada pangkal pohon kurma
untuk memudahkan kelahiran, dan dengan penuh kesedihan beliau berkata; “Aduhai
alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti
lagi dilupakan.” Beliau mengharapkan seandainya beliau ini mati saja sebelum ini
karena merasa beratnya penderitaan akibat melahirkan seorang anak tanpa seorang
ayah yang berakibat timbulnya tuduhan dan cemoohan dari kaumnya yang tidak
mengetahui kejadian yang sebenarnya, atau beliau mengharapkan menjadi sesuatu
benda yang tidak berarti dalam pandangan manusia lagi dilupakan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Al-quran sangat menghormati dan menjunjung tinggi terhadap ilmu pengetahuan bahkan
didalain Al-quran terdapat banyak ayat yang menyebutkan dan menjelaskan tentang
pengetahuan dan ilmu sains, orang kah memuliakan ilmu pengetahuan yang akan
dinikmati oleh manusia. Allah berfirman dalam surat Al-Alaq ayat 5, tentang hasil dari
ilmu yang diperoleh manusia, suarat Al-mujadalah ayat ke 11 yang menerangkan posisi
derajat bagi pemilik ilmu pengetahuan dan surat Az-zumar ayat ke 9 yang menjelaskan
perbedaan antara orang yang berpengetahuan dan tidak.

3.2 Saran
Dengan demikian isi makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi.
Sehingga saya berharap kritikan maupun saran dari pembaca untuk perbaikan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Baqir Et. Al, Integrasi Ilmu Agama Dan Intrepretasi Dan Aksi, Bandung Mizan, 2005 H.9

Iwan S , TAFSIR AYAT AL-QUR’AN TEMA KEPERAWATAN, KEBIDANAN DAN FAKTA ILMIAHNYA,
Yogyakarta, 2017

https://monitor.co.id/2017/12/30/bukti-keajaiban-al-quran-pada-ilmu-pengetahuan/

Anda mungkin juga menyukai