Analisis Kasus Enron Corporation
Analisis Kasus Enron Corporation
Analisis Kasus Enron Corporation
A. Latar belakang Perusahaan Enron dan hubungannya dengan KAP Arthur Andersen
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam
melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985
dan berlokasi di Houston, Texas, Amerika Serikat . Bisnis inti Enron bergerak dalam industri
energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang
yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Pada saat itu, Enron dipimpin oleh Kenneth
Lay sebagai CEO dan hanya berkecimpung dalam industri pipa gas. Enron merupakan penjual
gas alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan
laba sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba
usaha perusahaan. Enron memiliki konsultan manajemen yaitu Arthur Andersen, sebuah
perusahaan jasa Akuntansi yang berbasis di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Arthur Andersen
menjadi auditor eksternal Enron sekaligus konsultan manajemen dengan pembayaran atas jasa
yang terlampau besar sehingga memunculkan kurangnya independensi dalam proses
pengauditan laporan keuangan Enron.
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember 2001 serta berimplikasi luas
terhadap pasar keuangan global yang dtandai dengan menurunya harga saham secara drastis
berbagai bursa efek di belahan dunia. Perusahaan energi terbesar di AS tersebut akhirnya jatuh
bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron
tersebut diketahui penyebab bangkrutnya perusahaan karena adanya perilaku moral hazard yaitu
perusahaan Enron dan KAP Andersen bekerjasama memanipulasi laporan keuangan perusahaan
dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor.
Selama proses merger antara Houston natural Gas dan Internorth, Enron mempunyai
hutang yang cukup besar hingga mencapai 75% dari pasar saham. Dalam menjalankan bisnis
dengan gas sebagai objek jual beli, terdapat permasalahan di awal yaitu untuk memasuki banyak
pasar perdagangan memerlukan sejumlah uang untuk membiayai infrastruktur, transportasi,
gudang, dan pengiriman komiditas. Namun, jika Enron mengambil sejumlah hutang yang besar,
kemungkinan akan membuat pembeli atau penjual menjadi ragu untuk bekerjasama. Tingginya
hutang juga dapat mengakibatkan penurunan investasi dan memicu bank menarik dananya.
Untuk mengatasi permasalahan, Enron mencoba mencari dana pinjaman tanpa melaporkannya
dalam laporan keuangan. Enron dan KAP Arthur Endersen bekerjasama untuk melebih-
lebihkan laba dan menutupi hutang-hutang Enron. Hal ini dimaksudkan agar
investor tetap melirik saham Enron
Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak bagi dunia bisnis
internasional. Bangkrutnya perusahaan Enron pada tahun 2001 menyebabkan sedikitnya 4.000
karyawan kehilangan pekerjaan. Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan para
kreditornya yang telah mengeluarkan milyaran dolar (JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua
kreditor terbesarnya). Para karyawan Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena
simpanan hari tua mereka yang musnah. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan 20.000
karyawan Enron terikat dalam saham yang kini tanpa nilai. Banyak lembaga keuangan
internasional juga ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya Enron, sehingga membuat mereka
semakin berhati-hati dalam membidik peluang investasi. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan di pasar modal diharuskan memenuhi persyaratan pembeberan (disclosure) yang
luar biasa ketat.
Kasus Enron juga melatarbelakangi munculnya Sarbanes Oxley. Sarbanes Oxley adalah
nama lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor (The Company Accounting
Reform and Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani George Bush bulan Juli tahun
2002 lalu. Banyak yang menyebutkan bahwa undang-undang ini adalah reaksi keras regulator
AS terhadap kasus Enron pada akhir tahun 2001. Inti utama dari undang-undang ini adalah upaya
untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan perusahaan publik (good corporate
governance). Undang-undang ini berpengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan
publik, akuntan publik (auditor), dan pengacara yang berparaktek di pasar modal. Mengingat
sifatnya yang sangat ketat dan berdampak luas, undang-undang ini terbilang kontroversial dan
menjadi polemik hingga sekarang.
KAP Arthur Andersen yang juga turut teribat dalam kasus Enron harus menanggung
akibat dari perbuatannya yang telah menghilangkan dan menghancurkan dokumen-dokumen
penting Enron. Pada tahun 2002, perusahaan ini secara sukarela menyerahkan izin praktiknya
sebagai Kantor Akuntan Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan
menyebabkan 85.000 orang kehilangan pekerjaannya, yang dilakukan dengan menonaktifkan
7.000 pegawainya, menjual praktiknya di Amerika Serikat, kehilangan ratusan kliennya dan
merumahkan ribuan pegawai di seluruh dunia.
Mengapa kasus Enron ditengarai menodai Praktik Akuntansi ?
Karena dalam menjalankan praktik bisnisnya, Perusahaan Enron dan KAP Andersen
telah melakukan hal yang melanggar kode etik dimana seharunya kode etik dijadikan pedoman
dalam menjalankan tugas-tugasnya. pelanggaran tersebut engakibatkan kerugian di berbagai
pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari
dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan melakukan
manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor
pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan.
Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan
enron dan menghancurkan dokumen pendukung yang dapat menghancurkan kepercayaan para
pemegang saham serta kepercayaan publik. Dalam hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap
independent dan professional sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang akuntan dimana
KAP memberikan informasi yang sejujur-jujurnya serta seadil-adilnya mengenai keadaan
perusahaan kepada pemegang saham. Karena informasi yang diberikan akan menjadi bahan
pertimbangan bagi pemegang saham dalam mengambil keputusan apakah lebih baik menjual
atau mempertahankan sahamnya. Manipulasi ini jelas membuat para pemegang saham
mengambil keputusan yang salah dan mengalami kebangkrutan karena harga saham yang anjlok
ketika kasus ini mencuat. KAP yang baik tidak akan melanggar prinsip standar teknis, namun
KAP Anderson bekerja diluar standar teknis yang telah ditetapkan. Selain pemegang saham,
karyawan dari KAP ini pun menerima dampak negative dimana tidak dipercaya untuk bekerja
diperusahaan lain setelahnya.
Jadi, pelajaran yang dapat diambil dari kasus ini adalah ketaatan terhadap aspek-aspek
yang harus dipenuhi oleh profesi akuntan, terutama individu dan Lembaga yang berkaitan
dengan proses pelaporan keuangan, akan membuat kredibilitas, dan independensi akuntan
menjadi meningkat dengan sendirinya yang meningkatkan kepercayaan klien atas kinerja para
professional akuntan public.