0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
162 tayangan12 halaman

Laporan Hasil Tak Halusinasi Di RS Lancang Kuning

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

LAPORAN HASIL KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TENTANG “STIMULASI PERSEPSI


HALUSINASI” DI RUANG AL-BALKHI I RUMAH SAKIT
LANCANG KUNING PEKANBARU

CI LAHAN : Ns. R. TRIONA AFISMA, S. Kep


CI PENDIDIKAN: Ns. YENI YARNITA, S. Kep., M. Kep
Ns. PRATIWI GASRIL, S. Kep., M. Kep

DISUSUN OLEH:
FARHAN NUR AKSA INTAN MARFIDIA WATI
RAFIQAH ZAHRAH MARATUS SOLEKHATI
DESTI ARNITA JUANDRI VANESA FITRINDA
NUR AYU SYAHFITRI TRI INDAH UTAMI
YUNIA HUSNA

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KESEHATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021
LAPORAN HASIL KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TENTANG “STIMULASI PERSEPSI


HALUSINASI” DI RUANG AL-BALKHI I RUMAH SAKIT
LANCANG KUNING PEKANBARU

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distress atau penderitaan (Suryenti & Sari, 2017). Gangguan jiwa
merupakan salah satu penyakit yang menempati urutan 4 besar bersama dengan penyakit
degeneratif, kanker, dan kecelakaan (Hidayah, 2015).
Menurut World Health Organization (2009) memperkirakan 450 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu selama hidupnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa
penderita gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang. Riskesdas (2013)
turut mencatat proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu rumah tangga
mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2% di daerah
pedesaan. Sementara di perkotaan, proporsinya mencapai 10,7% (Riset Kesehatan Dasar ,
2013). Menurut hasil penelitian yang pernah dilakukan, gangguan jiwa yang terjadi di
Provinsi Jawa Tengah terdapat 3 orang perseribu penduduk dan 50% adalah akibat dari
kehilangan pekerjaan. Dengan demikian dari 32.952.040 penduduk Jawa Tengah terdapat
sekitar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa (Hidayah, 2015).
Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering temui pada pasien
rumah sakit jiwa. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa stimulasi
eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman, dan perabaan).
Gangguan jiwa halusinasi pada individu ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitu
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan (Keliat, 2016).
Prevalensi pasien halusinasi di RSJD DR. Amino Gondohutomo tahun 2012
menunjukkan bahwa pasien halusinasi berjumlah 3.444 pasien dengan rata-rata perbulan
287 pasien, tahun 2013 meningkat menjadi 3.665 pasien dengan rata-rata perbulan 305.
Pada bulan Januari 2014 jumlah pasien halusinasi mencapai 300 pasien, kajadian ini
menunjukan bahwa kasus halusinasi semakin meningkat setiap tahunnya berdasarkan
Pencatatan Rekam Medis RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2013
(Hidayah, 2015).
Setelah melakukan pengkajian di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru
khususnya di ruang rawat inap Al-Balkhi 1, prevalensi pasien halusinasi mencapai
setengah dari jumlah pasien yang dirawat di ruangan tersebut dengan jumlah 15 pasien
dari 30 pasien yang dirawat di ruangan Al-Balkhi 1. Pasien tersebut menderita berbagai
macam halusinasi, mulai dari halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman dan lain-
lain.
Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien halusinasi diantaranya bicara
atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas, mencium seperti sedang membau-bauin sesuatu, menutup hidung
(Yusuf, 2015).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh klien yang mengalami halusinasi adalah
kehilangan kontrol dirinya. Dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh halusinasinya. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri (suicide),
membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil
dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi dengan segera dan tepat
dimana langkah pertama adalah membina hubungan saling percaya melalui komunikasi
dengan halusinasi (Hidayah, 2015).
Terapi yang bisa di berikan dalam penatalaksanaan mengatasi halusinasi barupa
terapi psikofarmakodinamika, terapi ETC dan terapi aktivitas keloompok (Hidayah, 2015).
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan berjalan berdiskusi satu sama lain yang di pimpin atau di arahkan
oleh sesorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Suryenti & sari,
2017)
Keuntungan dalam terapi aktivitas kelompok yaitu dapat mengobati klien dalam
jumlah banyak; anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka
sehingga menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan-perbedaan, dan meningkatkan klien
dalam berpartisiapasi dan bertukar pikiran, memberi kesempatan kepada klien unuk
menggali gaya-gaya berkomunikasi dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu
menerima umpan balik dari orang lain, anggota kelompok dapat belajar bermacam cara
dalam memecahkan masalah, serta dapat membantu memecahkan masalah orang lain
(Muhith, 2015)
Penggunan kelompok dalam praktik keperawatan jiwa memberikan dampak positif
dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa. Selain
itu, dinamika kelompok tersebut membantu pasien meningkatkan perilaku adaptif dan
mengurangi perilaku maladaptif (Yusuf, 2015).
Berdasarkan data dan permasalahan diatas, maka kami tertarik untuk melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) mengenai Stimulasi Persepsi Halusinasi yang kami
anggap efektif dilakukan untuk menolong pasien dalam hal sosialisasinya dengan
lingkungan sekitarnya dan mampu mengontrol halusinasinya. Dan yang bisa mengikuti
TAK ini adalah pasien halusinasi yang sudah kooperatif dan mampu mengontrol dirinya
sendiri dan tidak mengganggu orang lain.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan Terapi Aktivitas Kelompok diharapkan para pasien dapat
mengenal halusinasi dan cara menghardik halusinasi.
2. Tujuan Khusus
 Klien dapat mengetahui tentang pengertian halusinasi
 Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
 Klien mengenal terjadinya halusinasi
 Klien mengenal perasaannya pada saat tejadi halusinasi
 Klien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi
C. Kriteria Klien

Kriteria klien yang akan diikutsertakan dalam kegiatan kelompok terapi aktivitas
kelompok ini adalah :
a. Klien dalam keadaan tenang dan kooperatif
b. Klien bersedia mengikuti TAK
c. Klien yang sehat secara fisik

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topic
Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi : Stimulus Persepsi dengan tema “Mengenal
Halusinasi dan Cara Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik Halusinasi.”
2. Sasaran dan target
Pasien yang berada di Ruangan Al-Balkhi I Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru
berjumlah 8 orang
3. Metode : Presentasi dan Demonstrasi
 Ceramah dan tanya jawab
 Game
4. Media dan alat
 Speaker
 Bola
 Alat tulis
5. Waktu dan tempat
 Hari/Tanggal : Sabtu / 24 April 2021
 Jam : 08.30-09.30 WIB
 Tempat : Ruangan Al-Balkhi I RS Lancang Kuning

E. KEGIATAN DEMONTRASI
No Waktu Hasil
Kegiatan mahasiswa
1. Persiapan Terleksana Belum
07.30-08.00 terleksana
Memilih klien sesuai dengan 
indikasi yaitu klien dengan yang
tenang dan mengalami perubahan
persepsi sensori : Halusinasi
Membuat kontrak dengan klien 

Mempersiapkan alat dan tempat 


pertemuan
2. Orientasi  Salam Terapeutik
08.30-08.40 a. Salam dari perawat kepada
pasien
b. Perkenalkan nama 
mahasiswa
c. Menanyakan nama dan
panggilan semua klien
 Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan 
klien saat ini
 Kontrak
a. Moderator menjelaskan
tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada pasien
dengan gangguan persepsi
sensori : Halusinasi
b. Moderator menjelaskan
aturan main sebagai 
berikut :
- Jika ada klien yang
ingin meninggalkan
kegiatan, harus minta
izin kepada mahasiswa
 Lama kegiatan 60 menit
3. Kerja a. Leader menjelaskan konsep 
08.31-08.40 halusinasi dan cara menghardik
halusinasi
b. Leader dan Co Leader dibantu 
oleh fasilitator mengajarkan
Cara menghardik halusinasi
c. Peserta melakukan demonstrasi 
tentang menghardik halusinasi
yang dibantu oleh fasilitator
d. Peserta di izinkan untuk 
bertannya
e. Memberikan reinforcement 
positif pada peserta yang maju
kedepan
f. Leader memberikan game 
berupa mengulang kembali
cara menghardik halusinasi
dengan baik dan benar
g. Leader memberikan dooprize 
kepada pasien yang bisa
mempraktekkan kembali cara
menghardik halusinasi
4. Game a. Memberikan game berupa 
08.41-08.55 mengoper bola hingga music
berhenti, ketika music berhenti
dan bola ada di tangan pasien,
maka pasien tersbeut di suruh
berdiri kemudian mengulang
kembali cara menghardik
halusinasi
dengan baik dan benar
b. Memberikan doorprize kepada
pasien yang bisa 
mempraktekan kembali cara
menghardik halusinasi

c. Co-Leader memberikan buah


tangan kepada pasien yang
berpartisipasi yang telah 
mengikuti acara TAK.

4. Hasil dan a. Memberikan reinforcement 


Terminasi positif kepada pasien
b. Moderator menanyakan
08.56-09.00
perasaan pasien setelah 
mengikuti TAK
c. Observer membuat kesimpulan 
mengenai TAK yang sudah
dilakukan
d. Moderator mengucapkan salam 
penutup

F. URAIAN TUGAS
No Posisi Nama Uraian Tugas
1. Moderator Vanesa Fitrinda - Membuka acara
- Memperkenalkan mahasiswa
- Menjelaskan tujuan dan topic yang
akan disampaikan
- Menjelaskan kontrak dan waktu
kegiatan
- Mengatur jalannya kegiatan
2. Leader Desti Arnita - Memimpin pelaksanaan TAK
Juandri - Mengkoordinir seluruh kegiatan
- Membaca Tata Tertib Acara
- Mendemonstrasikan cara
menghardik
- Memimpin jalannya diskusi
3. Co Leader Tri Indah Utami - Membantu leader mengarahkan dan
mengontrol jalannya TAK
- Mengingatkan leader jika ada yang
terlupa atau terlewatkan
- Membantu leader untuk
mendemonstrasikan cara menghardik
- Membantu leader dalam pelaksanaan
kegiatan game yang dilakukan
4. Fasilitator  Nur Ayu - Memotivasi pasien dalam aktivitas
Syahfitri kelompok
 Intan Marfidia - Mengatur posisi pasien selama
Wati permainan berlangsung
 Farhan Nur - Membimbing peserta selama kegiatan
Aksa - Membantu leader dalam melaksanakan

 Yunia Husna kegiatan


- Bertanggung jawab terhadap program
antisipasi masalah
- Memfasilitasi pasien yang kurang aktif
5. Dokumentas Maratus Solekhati - Mendokumentasikan semua kegiatan
i baik foto maupun video yang dilakukan
6 Observer Rafiqah Zahrah - Mengawasi dan mengamati semua
proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya kegiatan
- Melaporkan hasil pengalaman pada
leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok

G. KRITERIA EVALUASI
No Evaluasi Pencapaian Nilai
1. Evaluasi Target Hasil
Struktur Menyiapkan pre planning tepat 85 % 85 %
waktu
Tempat, waktu, media dan alat 85 % 100 %
telah tersedia sesuai rencana
Peran dan tugas mahasiswa sesuai 85 % 80 %
perencanaan
2. Evaluasi Pelaksanaan Terapi Aktivitas 85 % 90 %
Proses Kelompok (TAK) sesuai dengan
waktu dan strategi pelaksanaan
yang telah direncanakan
Peserta hadir mengikuti kegiatan 85 % 100 %
dari awal sampai selesai
Peserta berperan aktif selama 85 % 90 %
jalannya kegiatan
3. Evaluasi Memahami apa itu Halusinasi 85 % 90 %
Pasien mengetahui tentang 85 % 96 %
Hasil
halusinasi yang dialaminya
Pasien mengetahui cara 85 % 100 %
menghardik halusinasi dan bisa
mempraktikkannya
Pasien mengatakan senang dengan 85% 100%
adanya TAK yang dilakukan
Pasien semangat dan ceria dalam 85% 90%
kegiatan TAK yang dilakukan
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai