Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih
OLEH :
CEMPAKA
NIM : 1514401003
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.S DENGAN INFEKSI
OLEH :
CEMPAKA
NIM : 1514401003
TAHUN 2018
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi Kasus juli 2018
CEMPAKA
1514401003
Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan Infeksi Saluran Kemih Diruang Rawat
Inap Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018.
Vii+ V BAB + 95 Halaman + 7 Tabel + 1 Gambar + 5 Lampiran
ABSTRAK
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi saluran
pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). penderita Infeksi Saluran
Kemih di Indonesia berjumlah 90 –100 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau
sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI, 2014). Infeksi Saluran Kemih dapat
menyerang segala usia dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki –laki
(Purnomo, 2009). Tujuan dari penulisan laporan ini Infeksi saluran kemih adalah
mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan pasien serta mendapatkan
pengalaman nyata diruang rawat inap anak di RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018. Hasil laporan kasus ditemukan pada An. S yaitu Klien
mengatakan susah buang air kecil, dan klien mengatakan sakit saat Buang Air Kecil,
ibu klien mengatakan klien juga susah Buang Air Besar, klien juga mengatakan perut
terasa nyeri, ibu klien mengatakan klien susah makan, klien juga mengeluh
kerongkongan terasa sakit saat menelan, klien juga mengatakan badannya terasa
lemah dan letih, ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak ada dimandikan, ibu
klien mengatakan klien susah tidur. Dari data beberapa data diatas maka di dapatkan
masalah keperawatan di antaranya nyeri akut, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, defesit perawatan diri, resiko kekurangan volume cairan Berdasarkan masalah
keperawatan diatas maka disusun rencana dan melaksanakan tindakan keperawatan
serta evaluasi yang mengacu pada kreteria hasil. Dari masalah diatas hasil akhir dari
proses keperawatan adalah seluruh masalah teratasi dan klien di perbolehkan pulang.
Untuk mencegah meningkatnya angka kejadian infeksi saluran kemih sebagai tenaga
kesehatan dapat melakukan beberapa upaya pencegahan dengan beberapa cara
diantaranya yaitu memberikan promkes tentang apa saja yang bias menyebabkab
terjadinya infeksi saluran kemih.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Infeksi Saluran Kemih, Nyeri Akut, Resiko
Nutrisi, Defisit Perawatan Diri.
HIGH SCHOOL HEALTH SCIENCE PADANG
NURSING PROGRAM DIII NURSING
Scientific Writing, Case Study Report July 2018
CEMPAKA
1514401003
Nursing Care In An.S With Urinary Tract Infection Inpatient Room of RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Year 2018.
Vii + V CHAPTER + 95 Pages + 7 Tables + 1 Fig + 5 Attachman
ABSTRACT
Urinary tract infection is the second largest infection after respiratory tract
infection and may cause sepsis (WHO, 2013). Urinary tract infections in
Indonesia amount to 90 -100 cases per 100,000 population per year or about
180,000 new cases per year (MOH, 2014). Urinary Tract Infection can affect all
ages from infants to elderly both men and women (Purnomo, 2009). The purpose
of this report writing Urinary tract infections are able to perform Nursing Care
with patients and get real experience in the inpatient room in Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Year 2018. A case report was found in An. S Clients say
difficult urination, and clients say sick while urinating, the client's mother said
the client is also difficult bowel movements, the client also said the stomach feels
pain, the client's mother said the client is difficult to eat, the client also
complained of painful throat when swallowing , the client also said his body feels
weak and tired, the client's mother said during the client's illness was not bathed,
the client's mother said the client is difficult to sleep. From the data above some
data then get the problem of nursing include acute pain, nutritional risk is less
than body needs, self treatment deficit, risk of fluid volume deficiency Based on
the above nursing problem then prepared the plan and implement the actions of
nursing and evaluation that refers to the results kreteria. From the above
problems the end result of the nursing process is that the whole problem is
resolved and the client is allowed to go home. To prevent the increase in the
incidence of urinary tract infections as health workers can make some preventive
efforts in several ways such as giving promkes about what is bias causing the
occurrence of urinary tract infections.
Keywords: Nursing Care, Urinary Tract Infection, acute pain, nutritional risk is
less, self treatment deficit.
LEMBARAN PERSETUJUAN
NIM 1514401003
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, dipenksa dan telah dipertahankan
dihadapan Dewan Penguji Studi Kasus Program Studi D III Keperawatan
STIKes Perintis Padang.
Pembiing,
Ns. End
NIK 1420123106993012
Mengetahui,
Kli D III Keperawatan IKes PerintPadang
Ns. En
NIK 1420123106993012
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Warahmatullahi Wb.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga laporan studi kasus dengan
Diruangan Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018” tanpa
nikmat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman seperjuangan semua
Penulisan Laporan Studi Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Amd. Kep Program Studi D III Keperawatan STIKes
Perintis Padang. Penulis banyak mendapat arahan, bimbingan dan nasehat dari
berbagai pihak dalam menyusun, membuat dan menyelesaikan Laporan Studi Kasus
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Yth,
Ibu Ns. Endra Amalia, M. Kep, selaku pembimbing I dan Ibu Ns. Susi Dewi Yanti,
S.Kep selaku pembimbing klinik Ruang Rawat inap Anak RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Sumatera Barat yang telah banyak meluangkan waktunya dengan
penuh perhatian. Petunjuk dan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat
terselesaikan.
Seterusnya ucapan terima kasih saya kepada :
2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku penanggung jawab Program Studi D III
memberikan izin untuk melakukan studi kasus ini, beserta staf yang telah
4. Ibu Ns. Vera Sesrianty, M. Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah
pendidikan.
5. Ibu selaku Ns. Endra Amalia, M.Kep pembimbing yang telah memberikan
6. Ibu Ns. Susi Dewi Yanti, S.Kep selaku pembing klinik yang telah memberikan
7. Khususnya kepada kedua orang tuaku tercinta serta seluruh keluarga atas jerih
payah, curahan kasih sayang, bantuan moral maupun material serta Do’a yang
Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, hal ini
penulis. Untuk itu penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus
ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi
kita semua, semoga Allah SWT memberikan rahmad dan hidayah kepada kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................. 93
5.2 Saran ........................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi
Indonesia berjumlah 90 –100 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI, 2014). Infeksi Saluran Kemih dapat
menyerang segala usia dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki –laki
(Purnomo, 2009). Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan
Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih
parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto, 2012). Bakteri gram negatif
mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan enzim reduktase setelah bakteri
dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus jaringan pada saluran
kemih menyebabkan kerusakan jaringan dan infeksi sehingga respon pertahanan
dalam urin dan disebut dengan leukosituria. Leukosituria digunakan sebagai salah
satu penanda adanya infeksi atau peradangan pada saluran kemih yang meliputi
urin dianggap bermakna apabila ditemukan> 5 leukosit per lapang pandang besar
Parameter pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah leukosit urin digunakan
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2014, prevalensi HAIs di RSUP Dr. M. Djamil Padang cukup tinggi, didapatkan
angka HAIs untuk infeksi daerah operasi 16,94%, VAP (Ventilator Associated
tahun 2015, terjadi penurunan prevalensi HAIs di RSUP Dr. M. Djamil Padang,
didapatkan angka HAIs untuk infeksi daerah operasi 3,43%, VAP (Ventilator
Associated Pneumonia) 2,9%, infeksi saluran kemih 1,8 % dan phlebitis 6,82 %.
Berdasarakan data yang diambil dari rekap medik di ruang Anak
pada 3 bulan terakhir yaitu bulan Maret sampai Mei tahun 2018 terdapat
sebanyak 3 orang dari total jumlah 48 pasien dengan persen 1.4% menderita
penyakit infeksi saluran kemih . Dampak dari infeksi saluran kemih akan
saluran kemih dalam penanganan masalah tergantung pada kerja sama yang baik
anatara perawat, pasien, dan keluarga. Maka perawatan pada penderita yang dapat
di berikan secara komprehensif yaitu membatasi aktifitas selain itu tindakan yang
tubuh,dengan menerapkan pola kehidupan yang sehat, teratur dan seimbang mulai
dari asuhan pola makan, gaya hidup, kebiasaan keseharaian yang dilakukan,
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis akan
klien dengan Infeksi Saluran Kemih dengan membuat rumusan masalah sebagai
Adapun tujuan khusus dari study kasus ini adalah, penulis mampu:
Dapat digunakan sebagai bahan acuan, gambaran atau masukan untuk penelitian
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Noc, 2012). Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang
di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
2009).
umur karena bisa menyerang semua umur baik anak-anak usia remaja,
dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang minum air
adalah infeksi saluran kemih pada pasien disertai kelainan anatomi maupun
saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik
atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini
adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita
antibiotika.
2.1.3 Etiologi
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari infeksi saluran
2. Mobilitas menurun
Menurut Wong, (2008) Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut
tetanus.
kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran
kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan
memasuki saluran kemih melalui cara asending. Kuman penyebab ISK pada
umumnya adalah kuman yang berasal dari floral normal usus dan hidup
limfogen. Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.
1. Secara asending
ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal
2. Secara hematogen
3. Limfogen
bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik
oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh
Bakteremia sekunder
Uretra
hipotalamus Reinteraksi abdomal
Iritasi uretral
Menekan termoreguler
obstruksi
oliguria
MK: hipertermi
MK: Gangguan eliminasi urine
Mual muntah
peradangan
1. Bakteriuria
3. Hematuria
4. Nyeri punggung
5. Demam
yang tepat.
5. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
indikasi.
2. Penatalaksanaan Medis
a) Obat-obatan
3. Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
2.1.10 Komplikasi
yaitu :
1. Pyelonefritis
kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang
a. Pengertian.
dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan
tubuh).
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
a) Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase
b) Masa postnatal
c) Masa neonatus
motorik.
teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak
f) Masa sekolah
g) Masa remaja
perkembangan pubertas.
a) Faktor internal
2) Keluarga
4) Jenis kelamin
5) Genetik
6) Kelainan kromosom
Turner’s.
1) Faktor prenatal
2) Mekanis
4) Endokrin
5) Radiasi
6) Infeksi
kongenital.
7) Kelainan imunologi
9) Psikologi ibu
a) Faktor persalinan
1) Gizi
yang adekuat.
5) Endokrin
pertumbuhan.
6) Sosiol ekonomi
7) Lingkungan pengasuhan
8) Stimulasi
9) Obat-obatan
pertumbuhan.
dan kemandirian.
sebagainya.
dan sebagainya.
2.2.1 Pengkajian
data tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009)
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama.
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di
klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu
kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak
dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu
d) Riwayat Psikososial
terjadinya ISK.
g) Pola kebiasaan
1) Pernapasan
3) Eliminasi
d) Nyeri suprapubik
fisik
keluarga.
6) Suhutubuh
keluarga
9) Menghindari bahaya.
fisik
4) Pemeriksaan Fisik
yaitu :
konjungtiva anemis
j. Kulit
5) Pemeriksaan Penunjang
Pediatri,(2009) :
glukosuriadan PH
3) Pemeriksaan urinalisis:
a) Keruh
b) Bakteri
c) Pituria
1 Nyeri akut berhubungan infeksi Tujuan : Nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
traktus urinarius. Kriteria hasil : komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas, dan factor presipitasi.
penyebab, mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
tehnik non farmakologi untuk ketidak nyamanan
mengurangi nyeri, mencari bantuan) 3. Gunakan tehnik relaksasi : nafas
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dalam.
dengan menggunakan manajemen 4. Berikan analgesik dan antibiotic.
nyeri 5. Ciptakan lingkungan yang aman
3. Mampu mengenali nyeri (skala, dan nyaman (batasi pengunjung,
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) ciptakan suasana yang tidak
berisik).
6. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau.
7. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
8. Kurangi factor presipitasi nyeri
9. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
10. Tingkatkan istirahat.
11. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
12. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan
kebisingan.
13. Lakukan pengkajian Tanda-tanda
infeksi, Calor (panas), Dolor
(rasa sakit/nyeri), Rubor
(Kemerahan), Tumor
(pembengkakan), Functiolaesa
(danya perubahan fungsi).
14. Lakukan perawatan kateter.
15. Anjurkan ibu atau keluarga klien
untuk melakukan hand hygine.
16. Anjurkan klien sering untuk
mengganti celana dalam.
2 Hipertermi berhubungan Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal 1. Monitor suhu sesering mungkin
dengan Proses penyakit. Kriteria hasil : 2. Monitor watna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan
1. Suhu dalam rentang normal (36- RR
37 ) 4. Monitor Wbc,Hb, Dan Hct
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 5. Monitor intake dan output
(nadi 60-100) (RR 16-24). 6. Berikan kompre hangat.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan 7. Berikn anti piretik
tidak ada pusing. 8. Kolaborasi pemberian cairan
intravena.
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Monitor minimal tiap 2 jam
11. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
12. Selimuti pasien.
13. Lakukan tapid sponge.
3. Gangguan eliminasi urine Tujuan : Masalah disfungsi pada eliminasi 1. Lakukan penilaian kemih yang
berhubungan dengan obstruksi urine teratasi. komprehensif berfokus pada
mekanik pada kandung kemih Kriteria hasil : inkontinensia (misalnya output
ataupun struktur traktus 1. Kandung kemih kosong secara penuh urine, pola berkemih, fungsi
urinarius lain Bebas dari ISK. kognitif, dan masalah kencing
2. Tidak ada spasme bladder persisten)
2. Memntau penggunaan obat
dengan sifat antikolinergik
3. Meransang reflek kandung kemih
dengan menerapkan dingin untuk
perut
4. Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi
5. Masukan kateter kemih, sesuai
6. Anjurkan pasien atau keluarga
untuk merekam output urin,
sesuai
7. Memantau asupan dan keluaran
8. Membantu dengan toilet secara
berkala, sesuai
9. Memenrtau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam 1. Monitor tekanan
berhubungan dengan diharapkan klien masalah kebutuhan ciaran darah,suhu,nadi,dan tekanan
kehilangan cairan aktif ditandai adekuat dengan Kriteria Hasil: darah
dengan mual, muntah. 1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 2. Kolaborasikan dalam pemberian
2. Tekanan darah,nadi,suhu tubuh cairan IV
dalam batas normal 3. Monitor status dehidrasi
(kelembaban mukosa bibir, nadi
adekuat, nadi,) jika di perlukan.
4. Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian.
5. Dorong keluarga untuk
mementau makan.
6. Monitor status nutrisi.
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasikan dengan dokter
dalam pemberian terapi
9. Memantau tingkat Hb dan
hematocrit
10. Monitor berat badan.
11. Memonitor balance cairan.
5. Resiko infeksi b/d dengan port Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam 1. Monitor tanda-tanda infeksi
diharapkan klien Infeksi tidak terjadi dengan 2. Jelaskan untuk tidak menahan
de entry kuman. Kriteria Hasil: keinginan berkemih, kosongkan
kandung kemih secara sempurna
1. klien bebas dari tanda gejala infeksi setiap kali berkemih.
2. Mendeskripsikan proses penularan 3. Ajarkan perawatan perineal yang
penyakit, factor yang mempengaruhi benar terutama setelah berkemih
penularan. dan defekasi, bersihkan dari
3. Menunjukkan kemampuan untuk depan ke belakang
mencegah timbulnya infeksi 4. Mencegah perpindahan
4. Jumlah leukosit dalam batas normal mikroorganisme yang ada di anus
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat. agar kebersihan perineal agar
tetap kering dan bersih keringkan
depan sampai ke belakang
5. Jelaskan pentingnya
mengkonsumsi antibiotik sesuai
dengan resep atau sampai habis.
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
7. Monitor terhadap kerentanan
terhadap Infeksi
8. Batasi pengunjung.
9. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
10. Instruksikan pasien untuk minum
anti boitik sesuai resep
11. Ajarkan pasein dan kelurga tanda
dan gejala infeksi
12. Laporkan kecurigaan infeksi
13. Laporkan kultur positif
2.2.3 Implementasi keperawatan
Menurut sumber Asmadi, (2008 ) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Nama : An.S
Agama : Islam
Nama : Ny.F
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan urin tidak keluar sejak 1 hari
yang lalu, dan nafsu makan dan minum menurun sejak 1 hari yang lalu, tidak
Klien mengatakan susah buang air kecil, dan klien mengatakan sakit saat
Buang Air Kecil, ibu klien mengatakan klien juga susah Buang Air Besar,
klien juga mengatakan perut terasa nyeri, ibu klien mengatakan klien susah
makan, klien juga mengeluh kerongkongan terasa sakit saat menelan, klien
juga mengatakan badannya terasa lemah dan letih, ibu klien mengatakan
selama sakit klien tidak ada dimandikan, ibu klien mengatakan klien susah
tidur.
Pengakjian nyeri :
Q : Seperti di tusuk-tusuk.
S : Skala 5-6
Ibu klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit, dan
biasa saja dan ibu klien mengatakan keluarga juga tidak ada menderita
Ibu klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang sakit kecuali yang
GENOGRAM
1. Laki-laki :
2. Perempuan. :
3. Klien :
4. Meninggal : X
5. - - - - - - - : tinggal serumah.
c. Riwayat Sosial.
5. Lingkungan rumah
1. Makanan
-menu Nasi ,lauk pauk MLPG
+ sayuran
-porsi 1 piring 2 sendok
makan
-pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Minuman
-jumlah 3-5 gelas/ hari 2-3 gelas/ hari
-pantangan Tidak ada Tidak ada
3 Eliminasi
BAB
-frekuensi 1x sehari 1x hari
-warna Kuning Kuning
kecoklatan kecoklatan
-Bau Khas Khas
-konsistensi Padat Padat
-kesulitan Tidak ada Ada
BAK
-frekuensi 4-5 x sehari 2-3 x sehari
-warna Kuning jernih Kuning pekat
-bau Pesing Pesing
-konsistensi Cair Cair
-kesulitan Tidak ada Ada
4 Istirahat dan tidur
-waktu tidur Malam Malam
-lama tidur 8-10 jam sehari 4-3 jam
sehari
-kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Personal hygiene
-mandi 2x sehari Tidak ada
GCS 15
BB/TB : 19 Kg/110 cm
Tanda Vital
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 86 x/m
Pernafasan : 22 x/m
TD : 110/70 mmhg
1. Kepala
a) Rambut
Inspeksi :
Palpasi :
b) Mata
Pupil : isokor
c) Hidung
e) Telinga
Bentuk teilinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran
2. Leher
3. Thorak
a) Paru-paru
b) Jantung
c) Abdomen
Perkusi : timpani
d) Punggung
e) Ekstermitas
f) Genetalia
Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu mandi dan
a. Data Subjektif.
b. Data objektif.
DO:
- Klien tampak sakit
ketika saat mau buang
air kecil
- Skala nyeri 5-6
- Klien tampak
terpasang kateter.
- Klien tampak
kesakitan saat di
pegang bagian
perutnya.
- WBC : 14.25 10^3/Ul
DO:
- Klien tampak tidak
menghabiskan
makannya hanya
dengan porsi 2 sendok
makan saja
- Klien tampak susah
menelan karena
tenggorokan sakit
- Klien tampak lemah
dan lesu.
- Berat Badan: 19 kg
- Tinggi Badan: 110 cm
DO:
- Badan klien tampak
kotor dan berbau
- Kepala klien tampak
kotor
- ADL Tampak di bantu
- Klien tampak susah
menggerakan anggota
badannya
- Klien tampak hanya
berbaring di tempat
tidur.
tidak adekuat.
1 Nyeri b/d infeksi traktus Tujuan : Nyeri berkurang dengan 17. Lakukan pengkajian nyeri secara
urinarius. Kriteria hasil : komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
penyebab, mampu menggunakan tehnik presipitasi.
non farmakologi untuk mengurangi 18. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mencari bantuan) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 19. Gunakan tehnik relaksasi : nafas dalam.
dengan menggunakan manajemen nyeri 20. Berikan analgesik dan antobiotik.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 21. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) (batasi pengunjung, ciptakan suasana yang
4. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi, Calor tidak berisik).
(panas), Dolor (rasa sakit/nyeri), Rubor 22. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
(Kemerahan), Tumor (pembengkakan), 23. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Functiolaesa (danya perubahan fungsi). mengetahui pengalaman nyeri pasien.
24. Kurangi factor presipitasi nyeri.
25. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
26. Tingkatkan istirahat.
27. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
28. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan.
29. Lakukan pengkajian Tanda-tanda infeksi,
Calor (panas), Dolor (rasa sakit/nyeri), Rubor
(Kemerahan), Tumor (pembengkakan),
Functiolaesa (danya perubahan fungsi).
30. Lakukan perawatan kateter.
31. Anjurkan ibu atau keluarga klien untuk
melakukan hand hygine.
32. Anjurkan klien sering untuk mengganti
celana dalam.
2 Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 1. Kaji adanya alergi makanan
pemenuhan kebutuhan jam diharapkan asupan nutrisi tercukupi 2. Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang
nutrisi kurang b/d intake dengan Kriteria Hasil: nutrisi yang dibutuhkan
tidak adekuat. 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 3. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein
dengan tujuan dan vitamin C ( minum jus jeruk, dan
2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang)
3. Menunjukkan peningkatan fungsi 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
menelan 5. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
4. Tidak terjadi penurunan berat badan nutrisi yang dibutuhkan
yang berarti 6. Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya
makan bagi tubuh.
7. Menganjurkan memberikan makanan ketika
dalam keadaan hangat.
8. Menganjurkan memberikan makanan dalam
bentuk bervariasi.
9. Menganjurkan memberikan makanan sedikit
tapi sering.
3 Defisit perawatan diri b/d Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 1. Mempertimbangkan budaya pasien ketika
kelemahan fisik. jam di harapkan klien mampu melakukan mempromosikan aktivitas perawatan diri.
perawatan diri secara mandiri dengan KH: 2. Mempertimbangkan ketika mempromosiksn
1. Perawatan diri :aktivitas kehidupan aktivitas perawatan diri.
sehari-hari mampu melakukan aktifitas 3. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
fisik dan pribadi secara mandiri ( misalnya dedoran,sikat gigi , sabun mandi,
2. Perawatan mandi: mampu untuk sampo, lotion dan produk aroma terapi)
membersihkan tubuh secara mandiri 4. Tempatkan handuk,sabun,dan alat lainnya
Perawatan oral hygine: mampu yang dibutuhkan klien.
merawat mulut dan gigi secara mandiri 5. Mempersiapkan sikat gigi dan membantu
dengan atau tampa alat bantu untuk menyikat gigi.
6. menyediakan lingkungan yang
terapeutik,santai,hangat dan personal.
7. Memantau kebersihan kuku.
8. Memantau integritas kulit.
9. Memantau hygine klien.
4 Resiko difisit volume Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam 12. Monitor tekanan darah,suhu,nadi,dan tekanan
cairan b/d intake tidak diharapkan klien masalah kebutuhan ciaran darah
adekuat. adekuat dengan KH: 13. Kolaborasikan dalam pemberian cairan IV
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 14. Monitor status dehidrasi (kelembaban
4. Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam mukosa bibir, nadi adekuat, nadi,) jika di
batas normal perlukan.
15. Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian.
16. Dorong keluarga untuk mementau makan.
17. Monitor status nutrisi.
18. Dorong masukan oral
19. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi
20. Memantau tingkat Hb dan hematocrit
21. Monitor berat badan.
22. Memonitor balance cairan.
3.4 Implementasi Dan Evaluasi keperawatan
PEMBAHASAN
Diagnosa Infeksi Saluran Kemih Diruangan Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnnggi pada tanggal 06-08 Juni 2018. Beberapa hal yang perlu dibahas dan
S dengan Diagnosa Infeksi Saluran sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk
melihat lebih jelas Asuhan Keperawatan yang diberikan dan sejauh mana
4.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien data yang didapatkan dari An.S beserta
a) Identitas klien
untuk mendapatkan data dari klien sendiri, karena klien bisa diaajak untuk
berkomunikasi dan juga klien kooperatif apabila ditanya dan keluarga klien
Pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak
toeri keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak
kemih bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
Sedang pada tinjauan kasus keluhan utama klien yaitu urin tidak keluar
sejak 1 hari yang lalu, dan nafsu makan dan minum menurun sejak 1 hari
yang lalu, tidak BAB dan BAK sejak 1 hari yang lalu.
Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada
ada mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien, karena
reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada
penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan
klien, namun pada teori kasus tidak ada kelurga klien yang mengalami
4) Data Psikologi
ditemukan anak sangat rewel apabila ada perawat masuk ke dalam ruangan.
5) Pemeriksaam fisik.
1) Kesadaran
akan mengalami kenaikan > 37,5 °C, nadi > 80 x /menit dan pada saat
3) Head to toe
klien tampak bersih, tidak kusam dan tidak terdapat lesi disekitar
kepala, tidak terdapat maslah di bagian kepala klien, tidak ada
b) Mata
teoritis dan tinjauan kasus dimana saat pengkajian mata klien tidak
terdapat oedem.
infeksi saluran kemih mukosa bibir klien akan kering dan lidah
dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan otot bantu
tidak ada nyeri tekan, P: Sonor, A: tidak ada suara tambahn, ronchi
-, wheezing - ), pada abdomen bising usus klien 12 x menit yaitu
kasus.
6) Pemeriksaan Penunjang
hasil labor klien yang bermasalah yaitu leukosit klien tinggi dengan nilai
normalnya L<10 dan pada pemeriksaan urin serta feses ditemukan hasil
creatin rendah dengan jumlah 0.45 mg/dl sedangkan pada konsep teori
normalnya 0.60-1.20 mg/dl dan hasil urea dalam rentang normal yaitu
20 mg/dl.
pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain. (Edisi jilid
ditandai dengan mual, muntah. (Edisi jilid 2 NANDA NIC NOC hal.281)
Rabu 06 Juni 2018 pada An.S, pasien mengatakan nyeri pada saat berkemih
dengan skla nyeri 5-6 klien juga mengeluh nyeri pada bagian perut dan
x/menit, dan klien tampak terpasang kateter output 300 cc, input 610 cc
saat melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 06 Juni 2018 pada An.S,
sendok makan saja dan klien juga mengeluh sakit saat menelan di
karenakan tenggorokan sakit, Berat badan klien 19 kg, Tinggi Badan 110
nutrisi.
c) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik. (Edisi jilid 2 NANDA NIC
NOC hal.244).
Faktor pendukung ketiga yaitu, saat melakukan pengkajian pada hari Rabu
tanggal 06 Juni 2018 pada An.S, ibu klien mengatakan semenjak masuk
rumah sakit klien tidak ada di mandikan dan badan klien juga berbau dan
kotor dan klien mengatakan kepala terasa gatal, aktivitas sehari-hari klien
d) Resiko difisit volume cairan b/d intake tidak adekuat. (Edisi jilid 2 NANDA
06 Juni 2018 pada An.S, klien mengatakan badan terasa lemah dan letih,
tekanan darah 110/70, suhu 36,4 C, nadi 86 x/menit, intake 810 cc ouput
200 cc, klien terpasang infus D5% 10 tetes/menit, pada pemeriksaan fisik
teori ditemukan mukosa bibir tampak kering, sehingga dari data diatas
Diagnosa pada teori yang tidak ditemukan di kasus ada 2 diagnosa yaitu :
NOC hal.273).
Alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini yaitu pada saat pengkajian
pada hari Rabu 06 Juli 2018, pada An.S, klien mengatakan tidak merasakan
deman dan badan klien juga tidak terasa panas, tidak mengalami peningkatan
suhu tubuh, tidak mengalami kemerahan pada tubuh, alsan klien tidak
mengangkat diagnosa ini karena penulis lebih fokus pada diagnosa infeksi.
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain. (Edisi jilid 2 NANDA
alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini Pada saat pengkajian pada hari
Rabu 06 2018 pada An.S, klien tampak sudah terpasang kateter sehingga
prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
nyeri. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. Tingkatkan
istirahat. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
Untuk diagnosa yang ketiga yaitu Defisit perawatan diri b/d kelemahan
Resiko difisit volume cairan b/d intake tidak adekuat. Secara teori rencana
Minitor vital sign. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
badan
4.4 Implementasi
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan
yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh
klien.
( seperti alergi udang, telur, dan ikan laut ). Menantau tentang nutrisi yang
Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik, secara toeritis ada 9 perencana
Memantau integritas kulit ( seperti melihat apakah kulit klien tampak kering
Resiko difisit volume cairan b/d intake tidak adekuat secara teori rencana
suhu, nadi, dan tekanan darah (TD : 110/70 mmhg, Suhu : 36,4 O C, Nadi
klien berapa porsi dalam sehari berapa sendok klien menghabiskan makan).
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam perawatan
Keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan sehingga
keperawatan.
4.5 Evaluasi
Dari 4 diagnosa Keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan
optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai
hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan
Juni 2018.
urinarius.
a) pada hari pertama evaluasi pada hari Rabu 06 Juni 2018 S: klien
mengatakan nyeri saat berkemih dan nyeri pada bagian perut dan
vital sign didapatkan tekan darah 110/70 suhu 36,4 C Nadi 86 x/i dan
b) pada pada hari kedua evaluasi S: klien mengatakan masih nyeri dengan
tekanan darah 110/70 dan nadi 78x/i suhu 36,4 C pernafasan 24x/i A:
dilanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8,9.
c) pada hari ketiga saat melakukan evaluasi S: Ibu klien mengatakan nyeri
pada perut dan pinggang masih hilang timbul dengan skala 4-5 P :
intervensi dihentikan.
O: hasil TTV klien yaitu Tekan Darah 110/70 nadi 86 x/i dengan suhu
1,3,4,6,7,8,9.
b) pada hari kedua evaluasi S: ibu klien mengatakan nafsu makan masih
menurun klien hanya makan 2 sendok teh saja dan klien juga
TTV klien yaitu Tekan Darah 110/70 nadi 78 x/i dengan suhu 36,4 C
1,3,4,6,7,8,9.
terasa gatal, O: badan klien tampak kotor dan berbau, aktifitas sehari-
kepala masih terasa gatal, O: badan klien tampak kotor dan berbau,
ibu klien mengatakan klien sudah sudah bisa duduk sendiri, ibu klien
4) Pada Dignosa Keempat Resiko difisit volume cairan b/d intake tidak
adekuat.
letih sudah berkurang, O: hasil TTV klien yaitu Tekan Darah 110/70
nadi 86 x/i dengan suhu 36,4 C dan klien juga terpasang infus D5 %
10 tts/m dan intake 810 cc output hanya 200 cc, A : Resiko difisit
1,4,5,6.
b) evaluasi hari kedua S: klien mengatakan masih merasakan badan tersa
lemah dan letih, O: hasil TTV klien yaitu Tekan Darah 110/70 nadi
tetes/menit serta masukan intake intake dan ouput yaitu intke 960 cc
dan output 300 cc A: Resiko difisit volume cairan b/d intake tidak
Intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
infeksi saluran kemih di ruang rawat inap anak RSUD Dr. Achmad Mochtar
a) Pengkajian
dapat dilakukan dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan data.
b) Diagnosa
kemih ada yang dapat di terapkan di rumah sakit dan ada yang tidak dapat
kemih ada yang dapat dilakukan di rumah sakit dan ada yang tidak dapat
pada klien dengan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dan dari 4
5.2 SARAN
1) Bagi Penulis
Diharapkan bagi penulis agar dapat mencari tau memberikan lebih banyak
penyakit tersebut.
yang telah mengalami atau menderita infeksi saluran kemih, maka harus
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC – NOC. Yogyakarta :Mediaction
Aulia,D., Lidya,A., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal
Publishing. Jakarta.
Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di
Urin Pada Pasien Klinis Infeksi Saluran Kemih RS PKU Muhammadiyah,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah,
Yogyakarta.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika.
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan)
Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Radji,M. 2015. Imunologi dan Virologi. Edisi Revisi. Penerbit ISFI. Jakarta.
Sudoyo, Aru W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi kelima Jilid II.
Jakarta: Interna Publishing.
Widagdo, 2012, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam, Sagung
Seto, Jakarta.
I. Identitas Penulis
Nama : Cempaka
Agama : Islam
Anak Ke : 4 (empat)
Ayah : Basweri
Ibu : Marlinda
NO DAT.SNG KLT
HAH/TANGGAL
PARAS JAM
Ka Preceptor
PROGRAM STUDI DIH KEPERAWATAN
Nim : 1514401003
Nim 1514401003
Juduk KTI Studi Kasus : Tnfeksi Saluran Kemih Pada An.s Diruangan Anak Rumah
Sakit Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.
2
PROGRAM STUDI DHI KEPERAWATAN
Nim 1514401003
Juduk KTI Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih Pada An.s
Diruangan Anak Rumah Sakit Dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018.
4
PROGRAM STUDI DMI KEPERAWATAN
Nama CEMPAKA
Mahasiswa
1514401003
Nim
Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed
Penguji I
Juduk KTI Studi Kasus : Asuhan Keperawatan lnfeksi Saluran Kemih Pada An.S
Diruangan Anak Rumah Sakit Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018.