HOSPITAL DISASTER PLAN. Kelompok 5
HOSPITAL DISASTER PLAN. Kelompok 5
HOSPITAL DISASTER PLAN. Kelompok 5
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Bencana
Keperawatan 4B
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Definisi...................................................................................................................2
B. Dampak...................................................................................................................2
C. Mitigasi...................................................................................................................4
D. Kesiapsiagaan.........................................................................................................6
E. Tanggap darurat......................................................................................................9
F. Rehabilitas............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tujuan umum dalam hospital disaster plan ialah untuk meningkatkan kesiapsiagaan
rumah sakit dalam menghadapi bencana internal dan eksternal RS.
Sedangkan tujuan khusus nya ialah untuk mencapai tujuan umum, rs harus
Menyusun rencana meliputi :
1. Pengorganisasian
2. Sistim komunikasi
3. Sistim evakuasi dan transportasi
4. Penyiapan logistic
5. Mobilisasi dan aktivasi SDM
6. Tata kerja operasional (pada saat RS lumpuh total, pengiriman tim dan saat RS
harus menerima korban banyak).
B. Dampak
Pada situasi bencana, Rumah Sakit akan menjadi tujuan akhir dalam menangani
korban sehingga RS harus melakukan persiapan yang cukup. Persiapan tersebut dapat
diwujudkan diantaranya dalam bentuk menyusun perencanaan menghadapi situasi
darurat atau rencana kontingensi, yang juga dimaksudkan agar RS tetap bisa berfungsi-
hari terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya (business continuity plan). Rencana
tersebut umumnya disebut sebagai Rencana Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit,
atau Hospital Disaster Plan (HDP).
Ketika terjadi bencana, selalu akan terjadi keadaan yang kacau (chaos), yang bisa
menganggu proses penanganan pasien, dan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
Dengan HDP yang baik, chaos akan tetap terjadi, tetapi diusahakan agar waktunya
sesingkat mungkin sehingga pelayanan dapat tetap dilakukan sesuai standard yang
ditetapkan, sehingga mortalitas dan moriditas dapat ditekan seminimal mungkin.
1. Pada satu saat ada penderita dalam jumlah banyak yang harus dilayani sehingga
persiapan yang terlalu sederhana (“simple alarm)“ akan tidak mencukupi, dan
diperlukan persiapan yang lebih komperhensif dan intensif (Organization for a
Mass admission of Patients – OMP ”).
2. Kebutuhan yang melampaui kapasitas RS, dimana hal ini akan diperparah bila
terjadi kekurangan logistikdan SDM, atau kerusakan terjadi infra struktur dalam
RS itu sendiri.
Kedua hal tersebut diatas wajib diperhitungkan baik untuk bencana yang terjadi
diluar maupun didalam RS sendiri.
a. Pada situasi bencana yang terjadi diluar RS, hasil yg diharapkan dari HDP
adalah:
o Korban dalam jumlah yang banyak mendapat penanganan sebaik mungkin,
melalui
o Optimalisasi kapasitas penerimaan dan penanganan pasien
o Pengorganisasian kerja secara profesional, sehingga
o Korban/pasien tetap dapat ditangani secara individu, termasuk pasien yg
sudah dirawat sebelum bencana terjadi.
Oleh karena itu suatu HDP sudah seharusnya dibuat untuk mengantisipasi hal
tersebut, dan untuk itu sebaiknya disusun dengan mempertibangkan komponen-
komponen: kebijakan penunjang, struktur organisasi dengan pembagian tugas dan
sistim komando yang jelas, sistim komunikasi – informasi, pelaporan data, perencanaan
fasilitas penunjang, serta sistim evaluasi dan pengembangan. Selain itu perencanaan
dalam HDP harus sudah diuji dalam suatu simulasi, serta disosialisasikan ke internal RS
maupun institusi lainnya ygberhubungan. Selain itu juga perlu dipersiapkan sejak awal
bahwa suatu HDP merupakan bagian integral dalam sistim penangulangan bencana
lokal / daerah setempat.
C. Mitigasi
1. Identifikasi area yang terpapar bahaya alam dengan dukungan institusi khusus
(meteorologi, seismologi, dll.) Dan tentukan kerentanan dari fasilitas kesehatan
utama dan sistem air.
2. Mengkoordinasikan kerja tim multidisiplin dalam mengembangkan desain dan
kode bangunan yang akan melindungi infrastruktur kesehatan dan distribusi air
dari kerusakan jika terjadi bencana. Standar desain dan bangunan rumah sakit
lebih ketat daripada standar untuk bangunan lain, karena rumah sakit tidak hanya
melindungi kesejahteraan penghuninya, tetapi harus tetap beroperasi untuk hadir
untuk korban bencana.
3. Masukkan langkah-langkah mitigasi bencana dalam kebijakan sektor kesehatan
dan dalam perencanaan dan pengembangan fasilitas baru. Langkah-langkah
pengurangan bencana harus dimasukkan ketika memilih lokasi, bahan
konstruksi, peralatan, dan jenis administrasi dan pemeliharaan di fasilitas.
4. Identifikasi rumah sakit prioritas dan fasilitas kesehatan kritis yang akan
menjalani survei progresif dan perkuatan untuk membuatnya sesuai dengan
standar dan kode bangunan saat ini. Fungsi fasilitas adalah faktor penting
.Misalnya, di zona gempa, sebuah rumah sakit dengan kapasitas medis darurat
akan memiliki prioritas lebih tinggi pada fase pasca bencana daripada fasilitas
yang merawat pasien rawat jalan atau mereka yang dapat dengan cepat
dievakuasi. Buat komite mitigasi di tingkat lokal untuk mengidentifikasi fasilitas
utama dan memastikan bahwa langkah-langkah mitigasi diterapkan di semua
proyek.
5. Pastikan bahwa tindakan mitigasi bencana diperhitungkan di fasilitas rencana
pemeliharaan, modifikasi struktural, dan aspek fungsional. Dalam beberapa
kasus, fasilitas mungkin dirancang dengan baik tetapi adaptasi berturut-turut dan
kurang pemeliharaan meningkatkan kerentanannya.
6. Menginformasikan, menyadarkan, dan melatih personel yang terlibat dalam
perencanaan, administrasi, operasi, pemeliharaan, dan penggunaan fasilitas
tentang bencana mitigasi, sehingga praktik-praktik ini dapat diintegrasikan ke
dalam kegiatan mereka
7. Promosikan dimasukkannya mitigasi bencana ke dalam kurikulum profesional
lembaga pelatihan terkait dengan konstruksi, pemeliharaan, administrasi,
pembiayaan, dan perencanaan fasilitas kesehatan dan sistem distribusi air.
8. Tindakan multisektoral untuk mengurangi risiko korban missal
situasi termasuk:
• Konstruksi dan pemeliharaan yang aman untuk perumahan, fasilitas
kesehatan dan bangunan lainnya, dan langkah-langkah keamanan jalan.
• Komunikasi publik menanggapi peringatan, evakuasi yang aman, rencana
perlindungan dan perlindungan dari ekstrim acara mis. gempa bumi, banjir,
tsunami.
9. Respons lokal dan manajemen infrastruktur dapat membantu mengurangi angka
kematian dan morbiditas pada awal periode dampak melalui:
• Identifikasi, penilaian dan pemantauan risiko bencana yang terkait dengan
trauma dan massa keseluruhan manajemen korban. Meningkatkan sistem
peringatan dini dan komunitas yang responsif.
• Penyediaan dukungan psikososial untuk komunitas yang terkena dampak,
dan manajemen mental kesehatan.
• Pemeliharaan komunikasi yang baik untuk meminimalkan gangguan
terhadap respons dan dukungan sosial mengukur, mencegah cedera lebih
lanjut, dan memaksimalkan hasil respons yang efektif.
• Penempatan personel terlatih yang cepat dan tepat waktu ke area yang
dibutuhkan.
• Perawatan lanjutan untuk pemulihan dan rehabilitasi, termasuk peralatan
dan perangkat untuk orang cacat
D. Kesiapsiagaan
E. Tanggap darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar,perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan
prasarana.
Prosedur pelaksanaan:
a. Setiap terjadi keadaan darurat, prioritas utama adalah keselamatan jiwa manusia
yaitu pasien, keluarga pasien maupun karyawan rumah sakit
b. Setiap karyawan rumah sakit harus memahami keadaan darurat yang berkaitan
dengan kebakaran, gempa bumi, dan keadaan darurat lainnya
c. Petugas keadaan darurat yang telah ditunjuk harus diberi tanda atau pengenal
yang mudah diliat oleh semua karyawan rumah sakit berupa rompi atau helm
merah, kuning, biru dan putih
d. Setiap irna, instalasi penunjang dan SMF harus dilengkapi dengan rambu-rambu
keadaan darurat yang memenuhi standar.
e. Petugas keadaan darurat yang telah ditunjuk harus diberikan pelatihan yang
sesuai
f. Pengunjung atau keluarga pasien yang berada dilokasi rumah sakit harus
menaati peraturan yang berlaku berkaitan dengan keadaan darurat
g. Prosedur keadaan darurat harus selalu diuji coba dan ditinjau ulang secara rutin
(minimal setahun sekali) sesuai dengan jadwal
h. Review terhadap prosedur keadaan darurat dilakukan manakala terjadi keadaan
darurat di gedung dan atau setelah dilakukan evaluasi terhadap simulasi keadaan
darurat tersebut
i. Setiap irna, instalasi penunjang dan SMF harus menempelkan daftar nomor
telepon yang bisa di hubungi bila terjadi keadaan darurat
j. Melakukan rehabilitasi setelah terjadi keadaan darurat.
F. Rehabilitas
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Pelaksanaan Rehabilitasi
Depkes. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit : jakarta ;2012
Yennizar, et.al. Desain sistem komando dan komunikasi dalam menghadapi bencana di
rumah sakit umum daerah dr. Zainoel abidin banda aceh. Aceh. Jurnal ilmu
kebencanaan 2015;2(3): 89-93
Anjarsari, et.al, analisis perencanaan penyiagaan bencana di rumah sakit daerah balung
kabupaten jember. Jember. Artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa 2014.
Peraturan menteri pertahanan republik indonesia. 2014 [cited 2 juni 2020]; availible
from: url: http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1257-2014.pdf.
Government of india. Guidelines for hospital emergency preparedness planning.india:
ministry of home affairs; 2008.
Worl health organization. Guidelines for hospital emergency preparedness planning.
Denmark: who regional office for europe; 2011.
Peraturan kepala badan nasional penanggulangan bencana no. 11 tahun 2008 tentang
pedoman rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana